RESIKO JATUH
Nomor :
Revisi ke :
Berlaku tanggal :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasien jatuh merupakan salah satu dari 6 sasaran keselamatan pasien di UPT Puskesmas
Arcamanik. Berdasarkan laporan yang masuk ke Joint Commission periode 1995-2004 terjadi 133
kasus pasien jatuh yang mengakibatkan pasien meninggal atau cidera berat. National Patient
Safety Agency (NPSA) di Inggris menerima laporan pasien jatuh di RS sebesar lebih dari 200.000
kegiatan dalam tahun 2005-2006, dan 26 kasus berakibat meninggal.
Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Puskesmas. Jumlah kasus
jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap. Puskesmas perlu
mengevakuasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika
sampai jatuh. Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang di rawat di rumah
sakit akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi dan penyakit yang di derita,
contonhnya pada pasien dengan kelemahan fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk,
perbahan kimia darah (hipoglikemi, hipokalemi), perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua
dengan gaya jalan berayun tidak aman, langkah kaki pendek-pendek atau menghentak; pasien
bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati pagar tempat tidur yang
dipasang; pada psien dengan diare atau inkontinensia.
Selain itu factor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai kamar
mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pecahaayaan yang kurang. Sedangkan dampak
dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian,
secara financial memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT
Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum beresiko
untuk timbulnya tuntutan hukum bagi puskesmas.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh
maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang
sesuai. Oleh akrena itu, memahami resiko jatuh , melakukan tindakan pencegahan dan
penanganan resiko jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko
jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien UPT Puskesmas Arcamanik.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kesadaran seluruh staf/petugas akan pentingnya upaya pencegahan pasien
jatuh.
b. Mengenali/mengidentifikasi pasien beresiko jatuh
c. Melakukan tindakan pencegahan pasien jatuh
d. Memastikan seluruh pasien memahami resiko jatuh dan pencegahannya melalui edukasi.
e. Mengurangi kejadian yang tidak diharapkan / resiko cedera akibat jatuh yang akan
memperpanjang masa rawat inap dan biaya yang tidak perlu akibat jatuh.
f. Menghindari resiko tuntutan hukum
C. DEFINISI JATUH
1. Jatuh adalah seseorang tergeletak di lantai atau di tingkat yagn lebih rendah (disaksikan oleh
seseorang) atau dilaporkan tergeletak di lantai (tanpa ada saksi) yang tidak disebabkan oleh
gerakan yang disengaja atau dikarenakan factor ekstrinsik seperti serangan stroke, pingsan
atau kejang.
2. Nyaris jatuh atau kehilangan keseimbangan secara tiba-tiba namun tidak mengakibatkan jatuh
atau cidera.
3. Pasien yang ditemukan berada dilantai tanpa diketahui mengapa dan bagaimana terjadinya
baik oleh pasien maupun oleh orang lain adalah kejadian jatuh tanpa saksi mata
Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Puskesmas. Salah satu sasaran
keselamatan pasien yaitu sasaran ke enam adalah pengurangan resiko pasien jatuh. Tujuan dari
keselamatan pasien adalah agar puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien
yang dirawat. Maksud dari aman adalah terbebas dari cidera yang tidak perlu, contohnya cidera akibat
jatuh.
Resiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus
membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB, BAK, dsb) dan mengharuskan
pasien untuk berada ditempat tidur saja. Oleh karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan
intervensi dan modifikasi sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap
factor resiko jatuh pasien.
Pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi dari pimpinan dan seluruh
staf. Puskesmas harus memiliki budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab
terhadap keselamatan pasien karena pencegahan pasien jatuh merupakan tangung jawab seluruh staf
di puskesmas baik medik maupun non medik, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus waspada
terhadap risiko jatuh pasien dan berpartisipasi dalam melakukan tindakan pencegahan diseluruh area
rumah sakit dimana pasien berada, baik area klinis/ perawatan maupun area non klinis
(contohnya:area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi, dll). Ruang lingkup panduan ini
meliputi:
A. Identifikasi Umum Resiko Jatuh
Semua pasien di puskesmas diidentifikasi resiko jatuh. Identifikasi dilakukan dengan cara visual
kemudian dilanjutkan dengan pengkajian resiko jatuh lebih lanjut dengan menggunakan Formulir
Pengkajian Resiko Jatuh.
B. Faktor Resiko Jatuh
Sebagai upaya pengurangan resiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan akibat jatuh maka
puskesmas menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian resiko melalui pengkajian awal dan
pengkajian ulang.
2. Melakukan intervensi pencegahan resiko jatuh
3. Memonitor resiko jatuh
Untuk melakukan pengkajian resiko jatuh maka harus diketahui faktor resiko apa saja yang dapat
mengakibatkan pasien jatuh. Mengenali faktor risiko jatuh yang terdapat pasda pasien penting
dilakukan karena faktor risiko jatuh adalah hal-hal yang melatar belakangi terjadinya jatuh pada
pasien. Faktor risiko jatuh terbagi menjadi kategori:
Composmentis 0
Somnolen 1
Gelisah, Disorientasi, Apatis 2
Riwayat jatuh sebelumnya Tidak pernah jatuh dalam 3 bulan ini 0
Pernah Jatuh Dalam 3 Bulan Ini 2
Pelayanan fisioterapi / speech Pasien tidak menerima pelayanan 0
theraphy fisioterapi/ speech theraphy
Pasien menerima pelayanan fisioterapi/ 1
speech theraphy
Menggunakan infus / IV catheter Pasien tidak menggunakan infus / IV 0
catheter
Pasien menggunakan infus / IV Catheter 1
Pemakaian obat : anstesi, anti Tidak menggunakan obat tersebut 1 – 2 0
histamine, anti kejang, narkotika / jenis dalam 1 bulan ini
psikotropika Menggunkn obat tersebut 1 – 2 jenis dalam 1
1 bulan ini
Penyakit penyerta : ggn Tidak ada penyakit penyerta 0
musculoskeletal / orthopedic seperti 1-2 penyakit peserta 1
rheumatoid arthritis, cerebral palsy,
amputasi atau penyakit lain seperti
kejang, ggn pendengaran, ggn
penglihatan
TOTAL SKOR
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT
Kategori :
Skor ≥ 1 : resiko jatuh → lakukan intervensi keperawatan beresiko jatuh
Skor 0 : tidak resiko jatuh → lakukan penilaian ulang 3 hari lahi / jika kondisi berubah / post operasi
/minum obat / transfer unit / post jatuh saat dirawat d puskesmas.
2) Staff
Staff diedukasi mengenai cara mengidentifikasi pasien beresiko jatuh, intervensi yang
harus dilakukan dan tindakan yang harus dilakukan apabila pasirn jatuh.
e. Peningkatan keamanan saat ambulansi
1) Pindahkan pasien ke sisi yang lebih stabil
2) Anjurkan pasien menggunakan pegangan
3) Anjurkan pasien memanggil petugas jika ingin turun dari tempat tidur
4) Ajarkan penggunaan alat bantu jalan, gunakan alat bantu yang sesuai dengan pasien
2. Penataan lingkungan dan fasilitas
a. Perbaikan lingkungan fisik
Yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko pasien jatuh antara lain:
1) Pencahayaan yang terang pada gang/koridor, tangga, kamar mandi dan jalan masuk.
Cahaya jangan menyilaukan mata.
2) Mengurangi penghalang dengan mengurangi penggunaan benda-benda atau furniture
yang tidak perlu dan merapikan kabel listrik
3) Kursi dan furniture yang digunakan untuk menopang pada saat pasien duduk dan
bangkit berdiri tidak terlalu rendah atau tinggi.
4) Pengontrolan bahaya yang mungkin terjadi yang terdapat dikamar mandi seperti:
pegangan yang mudah terlihat dan aman serta perekat yang berwarna mencolok
sehingga mudah terlihat dan tidak licin, lantai tidak berlumut dan licin, letak toilet yang
ditinggikan / toilet duduk posisinya tidak rendah dan terdapat pegangan tangan arah
vertical.
5) Menyiapkan alas kaki yang layak
b. Kursi dan kursi roda
Memastikan pasien resiko jatuh telah duduk dengan posisi yang baik
c. Tempat tidur
Memasang tempat tidur dalam posisi rendah, mengunci rem dengan baik, dan tempat
tidur mempunyai pagar pengaman. Pagar pengaman hendaknya memagari sebagian saja,
sebab bila pagar tempat tidur penuh, memungkinkan pasien yang bingung untuk loncat
dari tempat tidur, kasur, alas kasur dan sprei tidak licin
A. KEBIJAKAN
Kebijakan umum sasaran keselamatan pasien
1. Puskesmas melakukan penilaian, intervensi dan monitoring terhadap pasien beresiko jatuh
2. Setiap pasien dinilai terhadap resiko jatuh. Di rawat jalan secara visual dan di rawat inap.
3. Semua pasien anak < 5 tahun, geriatric > 60 tahun, pasien disabilitas adalah pasien beresiko
jatuh tidak dilakukan penilaian, tidak dilakukan pemasangan gelang warna kuning tetapi
langsung intervensi
4. Identifikasi pasien resiko jatuh yang akan dipasangkan gelang berwarna kuning
5. Penilaian kembali dilakukan setiap 3 hari dan jika paseien di transfer di unit lain, terdapat
penurunan kesadaran, mendapatkan obat-obat efek sedasi, post operasi, mengalami jatuh
saat dirawat.
6. Intervensi dan monitoring dilakukan setiap shift
B. PANDUAN
Panduan sasarn 6 keselamtan pasien
C. PROSEDUR
Prosedur yang memandu tindakan pencegahan pasien jatuh dan penanganan apabila pasien jatuh
adalah SOP penanganan resiko jatuh.
BAB V
PENUTUP
Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat megurangi resiko jatuh dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh di UPT Puskesmas Arcamanik. Dengan mengenali
resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan
pencegahan dan penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
menurunkan resiko jatuh dan cedera pada pasien yang dirawat.