Anda di halaman 1dari 1

Nama : Putu Anggi Aprilia Saraswati Wijaya

NPM : 1804742010152
Kelas : Reguler III D

Pertanyaan :
1. Hukuman mati terhadap gembong narkoba, apakah bertentangan dengan hak
untuk hidup atau pemerintah Indonesia melanggar hak asasi manusia?

Jawaban :
1. Pemberian Hukuman mati bagi kasus tindak pidana peredaran narkotika
merupakan salah satu langkah yang tepat dilakukan negara untuk mengeksekusi
para pengedar narkoba yang dapat merusak generasi bangsa. Kejahatan
narkotika memiliki daya rusak yang tinggi terhadap generasi bangsa. Narkotika
sendiri telah menyebabkan sekitar 50 orang meninggal setiap harinya.
Permasalahan diangkat adalah penegakan hukuman mati bagi bandar narkoba di
Indonesia dan hukuman mati bagi Bandar Narkoba ditinjau dari aspek hak asasi
manusia. Dalam undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia pasal 73 terdapat pembatasan dan larangan hak asasai manusia dimana
isinya “Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat
dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin
pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar
orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.”. Dengan
adanya Undang–Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dapat
menjerat pengedar/bandar narkoba dengan memberikan hukuman paling berat
yaitu hukuman mati. Jadi menurut saya hukuman mati untuk gembong atau
Bandar narkoba tidak bertentangan dengan hak untuk hidup, karena hukuman
ini penting untuk mendukung pemberantasan narkoba di Indonesia karena
narkoba sendiri sudah termasuk “kejahatan yang luar biasa”, hukuman mati
sendiri sangat susah untuk dijatuhkan. Namun dalam kasus narkoba jatuhnya
hukuman mati ini sudah dilandasi oleh undang-undang dan putusan pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai