Anda di halaman 1dari 2

Peran Direk VEGF-A terhadap Neuron

Bukti menunjukkan bahwa VEGF-A dapat memberikan support terhadap neuron secara independen tanpa
berkaitan dengan perannya di vasa darah. VEGF-A memiliki sifat mitogenik terhadap astroglia dan sel
Schwann secara in vitro (Krum et al., 2002; Mani et al., 2005; Schratzberger et al., 2000; Silverman et al.,
1999; Sondell et al., 1999a; Sondell et al., 1999b). Selain itu, kedua tipe sel glia memproduksi sejumlah
growth factor yang berbeda, termasuk VEGF-A, untuk mendukung pertumbuhan saraf pada kultur eksplan
(Eddleston et al., 1993; Krum et al., 1998). Observasi bahwa VEGF-A meningkatkan jumlah, panjang, dan
ukuran neurit sekaligus juga ukuran soma pada neuron SSP primer yang tidak memiliki glia menyediakan
bukti awal bahwa VEGF-A dapat secara langsung mempengaruhi neuron secara independen dari sel glia
(Khaibullina et al., 2004; Rosenstein et al., 2003). Beberapa eksperimentasi in vivo mendemonstrasikan
peran langsung dan esensial dari VEGF-A dalam meregulasi proliferasi, kelangsungan, migrasi,
pencontohan akson/dendrit, dan fungsi sinaptik progenitor saraf.

Reseptor VEGF-A di neuron

VEGFR2 telah diimplikasikan sebagai reseptor VEGF-A untuk pensinyalir kelangsungan hidup pada neuron
matur secara in vitro (Ogunshola et al., 2002; Oosthuyse et al., 2001; Sondell et al., 2000). Ekspresi dari
BEGFR2 pada motoneuron juga meningkatkan ketahanan pada model tikus dengan karakteristik
motoneuron seperti ALS atau amyotrophic lateral sclerosis (Storkebaum et al., 2005). Tetapi, ablasi
VEGFR2 pada progenitor saraf tidak secara jelas menganggu morfogenesis otak atau kelangsungan hidup
pada tikus, mengesankan bahwa VEGFR2 tidak memiliki peran umum pada kelangsungan hidup neuron
(Haigh et al., 2003). VEGFR2 mungkin menyatakan sinyal VEGF-A pada subset neuron tertentu, contohnya
untuk mengontrol penemuan jalur akson melintasi garis tengah saraf tulang belakang. Selain itu, VEGF2
dapat bertindak sebagai kompleks dengan NRP1 dan reseptor semaforin plexin D1 untuk menyatakan
sinyal semaforin pada panduan akson (Bellon et al., 2010).

Reseptor alternative VEGF-A, VEGFR1 tyrosine kinase diekspresikan pada beberapa tipe neuron
berkembang dan dewasa (Islamov et al., 2004; Yang et al., 2003). Kebutuhan genetic untuk VEGFR1
sebagai reseptor VEGFA secara spesifik pada garis keturunan saraf belum diteliti, tetapi dapat dinyatakan
bahwa tikus yang tidak memiliki aktivitas VEGFR1 tyrosine kinase, mirip dengan tikus yang tidak memiliki
VEGFR2, mengalami setidaknya morfogenesis otak yang normal (Hiratsuka et al., 1998). VEGFR1 mungkin
secara negatif meregulasi neurogenesis dengan meregulasi kadar VEGF-A (Wittko et al., 2009).

Reseptor VEGF-A yang tergolong bukan tyrosine kinase seperti NRP1 mengalami upregulasi pada neuron
dan endothelium setelah iskemia SSP (Zhang et al., 2001), tetapi penelitian tikus knockout atau
eksperimen fisiologis yang ekuivalen belum menentukan apakah neurofilin secara utama bertindak
sebagai reseptor VEGF-A di situasi-situasi dewasa tersebut, atau mereka justru berfungsi sebagai reseptor
untuk molekul-molekul yang memandu akson dari family semaforin kelas 3 (Raper, 2000). Secara kontras,
beberap studi embrionik telah menyediakan bukti konklusif bahwa NRP1 memberi sinyal VEGF-A di
subpopulasi neuron yang berkembang, termasuk facial brachiomotor neuron (FBM), retinal ganglion cells
(RGCs) dan gonadotropin-releasing hormone neurons (GnRH).
Secara bersamaan, VEGFR1, VEGFR2, dan NRP1 semua diekspresikan dalam subtype yang berbeda dari
neuron dewasa dan berkembang, tetapi hanya VEGFR2 dan NRP1 yang sejauh ini telah menunjukkan
secara otonom mempengaruhi perilaku dari neuron-neuron terdiferensiasi selama embriogenesis.

Anda mungkin juga menyukai