Anda di halaman 1dari 17

KHITBAHLAH AKU,

SEBELUM AKU
DIKHITBAH ORANG
LAIN
Wah gak terasa udah mau nikah aja nih. Eeiittss sabar
dulu, pembahasan kita belum selesai karena masih
banyak materi yang harus dikupas tuntas dalam buku
yang sangat fenomenal ini.

Kali ini kita akan membahas lebih detail tentang Khitbah


dan juga Mahar. Bagi yang sudah punya calon
pasangan, sudah bisa mulai menabung agar segera
dapat mengkhitbah calon pasangannya.

Nah kalau yang Jomblo gimana? Calon aja belum punya.


Emang jomblo itu hidupnya selalu dibully dan merana
setiap saat, yang sabar ya hahaha.

Makanya buat para jomblowan dan jomblowati, sering-


seringlah datang ke kondangan pernikahan, karena
kondangan bisa dijadikan sebagai doa, "Doa Agar
Tahan Jika Ditanya Kapan Nikah", hahaha miris banget
kamu mbloo, becanda

Segera Khitbah Aku


Khithbah artinya melamar/meminang seorang wanita
untuk dinikahi. Khitbah bukanlah syarat sah nikah,
sehingga tidak batal suatu pernikahan jika khitbah tidak
dilaksanakan.

Namun khitbah sangat dianjurkan sebelum pernikahan


sebagai bentuk komitmen calon pasangan untuk segera
menikah, dan juga sebagai "pagar" bagi calon pasangan
wanita agar tidak dikhitbah oleh orang lain.

Wanita yang akan dikhitbah harus dalam status "BELUM


DIKHITBAH" oleh orang lain. Kalau statusnya sudah
dikhitbah, sebaiknya carilah yang lain karena hal
tersebut dianggap HARAM oleh kalangan ulama, atau
paling tidak seorang ikhwan boleh menunggu keputusan
dari ikhwan yang melamar akhwat tersebut apakah
mereka akan melanjutkan ke jenjang pernikahan atau
membatalkannya.

"Janganlah seorang laki-laki meminang/melamar (seorang


wanita) yang telah dipinang oleh saudaranya, sampai
peminang sebelumnya itu meninggalkan atau mengizinkan
untuknya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan pastikan juga calon tersebut belum menikah ya,


karena kalau sudah menikah terus mau dikhitbah, itu
namanya melanggar undang-undang percintaan tentang
PELAKOR, dan hukumannya Bisa Dikeroyok Satu
Kampung, hahaha.

Jadi ada 3 wanita yang tidak boleh dikhitbah, yaitu


1. Wanita yang telah dikhitbah pria lain, ini jelas
terdapat dalam hadist.
2. Wanita yang statusnya masih jadi istri orang lain.
Kalau masih nekad, itu namanya memasukkan diri ke
kandang singa.

2. Janda dalam masa ’Iddah (‘iddah talak roj’i). Jika


belum ada kepastian gugatan cerai oleh sang suami,
janda dengan status talak roj'i sebaiknya jangan dulu
dikhitbah, karena ia masih berstatus istri dari sang suami,
sehingga masih boleh dirujuk kembali oleh suaminya.

Lalu, bolehkah seorang Akhwat mengkhitbah seorang


Ikhwan? Dalam syariat tidak membenarkan seorang
akhwat untuk mengkhitbah seorang ikhwan, tetapi
akhwat tersebut boleh menawarkan dirinya untuk
dikhitbah oleh ikhwan baik secara langsung maupun
dengan ungkapan kiasan.

Boleh juga menawarkan untuk dikhitbah melalui


perantara seperti yang dilakukan Khadijah terhadap
Rasulullah melalui perantara Maisarah untuk menanyakan
kesediaan Rasulullah untuk melamar dirinya.

Dalam khitbah ada beberapa hal yang harus


diperhatikan, yaitu :
 Seorang ikhwan dapat melamar seorang akhwat
kepada walinya atau orang tuanya langsung.
Inilah yang dilakukan oleh Ory Vitrio suami dari
Oki Setiana Dewi.

 Seorang wali diperbolehkan untuk menawarkan


wanita yang berada dibawah perwaliannya
kepada orang yang shalih, sebagaimana yang
dilakukan oleh Aa Gym yang menawarkan
putrinya Ghaitsa Zahira Shofa untuk dinikahi oleh
seorang hafidz Maulana Yusuf.

 Diperbolehkan membuat perantara untuk


melamar seorang akhwat, misalnya terkendala
jarak tempuh atau hal-hal lain yang menjadi
kendala untuk bertemu langsung antara calon
pasangan ikhwan dengan calon pasangan
akhwat.

 Jika belum ada kesepakatan antara ikhwan yang


melamar dengan akhwat yang dilamarnya
(belum ada keputusan yang jelas apakah
lamarannya diterima atau ditolak), maka ikhwan
lainnya diperbolehkan untuk melamar akhwat
tersebut.

 Dianjurkan bagi ikhwan yang akan melamar untuk


meminta pendapat kepada orang yang dapat
dipercaya, walaupun dengan menyebutkan
kekurangan dari akhwat tersebut, dan orang
yang dimintai pendapat harus berkata jujur, dan
dalam hal ini bukanlah termasuk yang
diharamkan, karena ini bersifat demi kebaikan
bersama antara ikwan yang akan melamar
akhwat tersebut.

 Jika seorang ikhwan yang baik agama dan


akhlaknya telah mengkhitbah seorang akhwat
dan ia pun menyetujuinya, hendaklah sang wali
segera menikahkan mereka.
 Rahasiakanlah status khidbah dari publik sebelum
menjelang akad nikah. Hal ini bertujuan jika suatu hari
terdapat hal-hal yang mengharuskan mereka untuk
membatalkan pernikahannya, agar pihak keluarga
tidak dipandang buruk oleh masyarakat nantinya.

 Tidak dianjurkan untuk saling tukar cincin, karena hal


ini hukumnya "mubah" dan bukanlah suatu kewajiban,
apalagi jika sang ikhwan tersebut sampai
memasangkan cincin kepada sang akhwat. Hal ini
jelas tidak boleh dilakukan, mengingat status
hubungan tersebut belum SAH, dan bahkan
bersentuhan dengan yang bukan mahramnya saja
tidak boleh. Jika berkenan untuk memberikan suatu
pada saat khitbah, niatkanlah hanya untuk sekedar
memberikan hadiah kepada sang akhwat, misalnya
memberikan cincin, kalung, jam tangan mewah,
sepeda motor, mobil, rumah, atau jika ada ladang
sawit juga boleh diberikan sebagai hadiah, hehehe.

Nah dalam adat istiadat sendiri ketika seorang ikhwan


akan melamar seorang akhwat, ada tradisi yang
dinamakan "Hantaran atau Seserahan" di mana keluarga
pihak ikhwan membawa barang-barang berupa "Hadiah
Pernikahan" yang akan diberikan kepada pihak akhwat.

Nah ini juga perlu dipersiapkan jika memang sang


ikhwan berniat ingin memberikan hadiah kepada calon
istrinya. Untuk jumlah maupun biayanya biasanya
disepakati oleh pihak keluarga ikhwan sendiri dan ini
tidaklah wajib, jika pihak ikhwan merasa mampu ia boleh
memberikannya, tetapi jika ia tidak mampu, ia tidak
diwajibkan untuk memberikannya, atau dapat berikan
janji kepada calon istrinya untuk seserahan atau hantaran
tersebut diberikan pada waktu tertentu jika sang ikhwan
sudah mempunyai kemampuan untuk memberikannya.

Selain itu, keluarga akhwat juga diperbolehkan


memberikan jamuan atau makanan untuk menyambut
keluarga ikhwan. Makanan yang disediakan tidaklah
harus makanan yang mewah, yang penting dapat
dinikmati bersama keluarganya, sebagai bentuk
keramahtamahan dan keakraban antara keluarga
ikhwan dengan kelaurga akhwat tersebut.

Adab Setelah Khidbah

Jika seorang ikhwan telah mengkhitbah seorang akhwat,


ia tetap belum boleh melakukan apa pun dengan akhwat
tersebut, misalnya ngobrol berduaan, menyentuh sang
akhwat, pegangan tangan, atau jalan bareng
seenaknya, karena statusnya belum sah.

Ingat! Kalau mau sah ya "Ijab Qabul" dulu, jangan


berbuat seenaknya saja dan menganggap itu merupakan
hal yang wajar. Justru hal sepele ini yang harus dihindari
agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang malah
mengarah ke perzinahan. Tentu ini akan berpengaruh
terhadap pandangan masyarakat kepada keluarga
mereka sendiri nantinya.

Mereka tetap harus saling menjaga kehormatan dan


nama baik keluarga masing-masing, dan hindari hal-hal
yang dapat memicu hadirnya syetan yang dapat
menggoda untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
seharusnya tidak boleh dilakukan, agar hubungan
tersebut tetap suci dan mendapat berkah serta rahmad
dari Sang Maha Cinta.

Selain itu, walaupun sudah dalam status khidbah, calon


pasangan tersebut masih berhak untuk membatalkan
pernikahannya jika tujuan pembatalan itu benar dan
berdasarkan pertimbangan yang syar'i dan dapat
memberikan kemaslahatan bagi calon pasangan itu
sendiri, dan tentu tidak boleh membatalkannya dengan
cara yang sepihak.

Tips Mengkhitbah

Khusus bagi kaum ikhwan nih, jika sudah mempunyai


calon pasangan, langsung aja dikhidbah, sebelum ia
dikhidbah oleh sahabat kamu sendiri, eh.

Tapi sebelumnya, ada beberapa tips dalam mengkhitbah


agar langsung diterima oleh calon mertua, yaitu:

1. Perisiapan Diri

Pastikan kamu sudah siap baik fisik, maupun mental.


Jangan paksakan datang ke rumah calon pasangan
dalam keadaan sakit, dan dapat menimbulkan hal-hal
negatif nantinya. Jadi pastikan kamu datang dalam
keadaan sehat, dan penuh keyakinan, dan jangan lupa
berdoa agar keluarga akhwat menerima lamarannya.
2. Penampilan

Hal ini tidak boleh dianggap remeh. Gunakanlah


pakaian terbaik dan tentunya sesuai dengan bentuk
kegiatan. Jangan waktu mau khitbah, kamu datang pakai
celana bahan, kemeja putih, pakai jas, pakai peci, itu
mau khitbah apa mau akad?. Dan jangan sampai kamu
menggunakan sarung jika ingin mengkhitbah, ntar dikira
kamu mau khitanan, hahaha.

Perhatikan juga penampilan rambut pastikan rapi, dan


gunakan minyak wangi dengan aroma yang tidak terlalu
menyengat.

3. Bawa Pendamping

Dalam khitbah, ada adab-adab yang harus


diperhatiakan. Dalam khitbah, ada baiknya didampingi
orang tua atau wali, kecuali ada hal-hal tertentu yang
menyebabkan kamu harus datang sendiri, misalnya kamu
adalah orang perantauan yang jauh dari orang tau dan
tidak mempunyai sanak saudara ditempat perantauan
tersebut.

Biar makin greget, bawalah orang-orang berpengaruh


yang berada dilingkungan rumah calon pasangan,
misalnya ustadz yang dikenal oleh keluarganya, ketua
RT, Lurah, Camat dan lain-lain. Hal ini dimaksudkan untuk
menjalin hubungan emosional antara keluarga calon
pasangan wanita dengan calon pasangan pria melalui
orang-orang berpengaruh tersebut. Pasti keluarga calon
pasangan wanita mengira kita telah mengenal dekat
dengan orang tersebut sehingga sangat berpotensi
menimbulkan "trust" atau kepercayaan dari kelurganya
kepada kita, padahal kenalnya baru sehari, dan ini
adalah tips yang sangat sangat luar biasa untuk
mendapatkan restu dari calon mertua, hahaha. Atau juga
boleh diwakilkan oleh orang-orang yang dapat
dipercayai jika tidak dapat mengkhitbah secara
langsung.

4. Bawa Bingkisan

Siapa sih yang gak ingin dikasi bingkisan? Apalagi kaum


akhwat, dikasi boneka aja udah senang dunia akhirat,
hehehe. Berikanlah bingkisan-bingkisan sebagai buah
tangan kepada calon pasangan. Jika sang ikhwan
berada diluar kota, berikanlah makanan khas dari
daerahnya, atau berikan sesuatu yang bermanfaat untuk
keluarga akhwat tersebut. Hal ini tentu menjadi keramah-
tamahan sebagai tamu yang membawa bingkisan ke
rumah orang yang dikunjunginya.

5. Bersikap Tenang

Dalam menyampaikan maksud dan tujuan untuk


mengkhitbah kepada keluarga akhwat khususnya sang
wali, bersikaplah tenang & sopan dan jangan sampai
bertingkah laku aneh sehingga membuat keluarga
akhwat menjadi risih akan kehadiran kita dirumahnya.
Perkenalkanlah terlebih dahulu siapa kita, keluarga kita,
latar belakang, pendidikan dan ekonomi kita,
sampaikanlah dengan jujur agar tidak menimbulkan
kekecewaan nantinya.

Kemudian sampaikanlah maksud dan tujuan kita untuk


mengkhitbah, berikanlah keyakinan bahwa kita benar-
benar siap untuk menjalani rumah tangga bersama, dan
siap untuk menjaga, menafkahi, dan bertanggung jawab
dalam membina rumah tangga nantinya.

Setelah maksud dan tujuan disampaikan, biasanya pihak


keluarga sang akhwat meminta waktu untuk
mempertimbangkan serta musyawarah bersama
keluarga. Jika sebelumnya sang wali telah mengenal
sang ikhwan yang melamar, jika dirasa cocok, bisa saja
langsung diterima.

Tapi jika keputusan dari pihak keluarga ternyata tidak


sesuai dengan yang diharapkan alisa ditolak, ada
baiknya kita bersabar, mungkin itulah cara Allah
menjauhkan dia dari kita, dan bisa saja dia bukanlah
jodoh yang terbaik untuk kita. Mulailah berbenah diri
untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan terus
berikhtiar dan berusaha untuk mendapatkan jodoh yang
terbaik yang diridhoi oleh Allah tentunya.

Berikan Mahar Terbaikmu


TURUNKAN HARGA MAHAR! Inilah mungkin yang
menjadi dilema bagi sebagian kaum ikhwan yang ingin
menikah, namun terbebani dengan mahar yang terlalu
tinggi. (bisa didemo rumah calon mertua hahaha).

Mahar merupakan imbalan dalam pernikahan yang


wajib diberikan oleh seorang suami kepada isterinya
atas dasar kerelaan di antara keduanya, dan
merupakan syarat wajib pernikahan.

Diriwayatkan ada seorang perempuan yang


menawarkan dirinya kepada Nabi (untuk dinikahi).
Seorang laki-laki berkata: "Wahai Rusulullah,
nikahkanlah saya dengannya." Rasulullah bertanya: "Kamu
punya apa? (untuk maharnya)." Dia menjawab: "Tidak
punya apa-apa." Kemudian Rasulullah berkata: "Pergi
dan carilah meskipun hanya cincin dari besi." (HR.
Bukhari).

Mahar itu sendiri disepakati antara kedua keluarga dari


calon pasangan tersebut dan sepakati setelah sang
ikhwan mengkhitbah sang akhwat.

Tetapi perlu diingat bahwa mahar yang tinggi tidak


menjamin suatu hubungan pernikahan menjadi langgeng,
dan juga hukumnya makruh dalam syariat.

Malah bahkan banyak orang yang maharnya tidak


terlalu tinggi, tapi kehidupan keluarganya sangat
bahagia, karena yang dapat menjamin hubungan rumah
tangga itu harmonis adalah mereka yang benar-benar
mengerti makna akan pernikahan dan dapat
bertanggung jawab atas hak dan kewajiban masing-
masing.

“Ingatlah, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam mahar


wanita. Seandainya hal itu merupakan kemulian di dunia
atau (merupakan) ketaqwaan di sisi Allah niscaya Nabi
Muhammad adalah orang yang paling berhak
(melakukannya). (Padahal) tidaklah Rasulullah memberikan
mahar kepada seorang wanita dari isteri-isterinya dan
tidak pula seorang wanita dari anak-anaknya (diberikan
mahar) lebih dari dua belas uqiyyah (lima ratus dirham).
Sesungguhnya jika seorang dibebani mahar (dengan harga
yang sangat tinggi) kepada isterinya, niscaya akan muncul
(rasa) permusuhan dalam diri suami (kepada isterinya).
(Sehingga) ia akan berkata, “Engkau telah membebaniku
(dengan mahar yang sangat tinggi)” atau ia akan
mengatakan, “(Engkau telah) melelahkan(ku) (dengan
mahar yang sangat tinggi).” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud,
dan Ibnu Majah).

Lalu, apakah mahar ada batasanya?. Tidak ada batasan


minimal dalam mahar, yang penting mahar tersebut
memiliki nilai walaupun sedikit, dan jika calon istri ridha
dengannya, maka mahar tersebut boleh digunakan.

Sesuatu yang dijadikan sebagai mahar adalah sesuatu


yang memiliki nilai, baik yang dapat dilihat maupun
tidak dapat dilihat, yaitu:
 Benda yang memiliki harga dalam jual beli.
Segala sesuatu yang dapat dimiliki, digunakan
serta mempunyai manfaat dan dapat diterima.
Contohnya emas, uang, perhiasan, seperangkat
alat shalat, dll.

 Upah dari pekerjaan.


Setiap pekerjaan yang diperbolehkan
meminta upah, dapat dijadikan sebagai
mahar, sebagaimana nabi Syu'aib menikahkan
Nabi Musa dengan salah satu putrinya, yang
maharnya berupa bekerja untuknya selama delapan
tahun.

 Membebaskan hamba sahaya wanita.


Memerdekakan hamba sahaya wanita
dapat dijadikan mahar, dan yang dijadikan
mahar adalah "Kemerdekaannya".

 Keislaman.
Nilai keislaman seseoarang dapat dijadikan
mahar untuk pernikahan dan itu sah menurut para
ulama, sebagai contoh seorang mualaf yang akan
menikahi wanita muslim dapat menjadikan
keislamannya dengan mahar "masuk Islam".

 Hafalan Al-Qur'an.
Hafalan Al-Qur'an juga dapat dijadikan mahar
dan merupakan alternatif lain jika seorang
ikhwan benar-benar dalam keadaan status sosial
& ekonomi yang cukup memprihatinkan. Bukan
surah dalam Al-Qur'an yang dijadikan mahar,
tapi "Hafalan Al-Qur'an" lah yang dapat
dijadikan mahar, dan suaminya harus
mengajarkan kepada sang istri tentang hafalan
Al-Qur'an yang dijadikan mahar tersebut.

Salamah bin Abdurrahman bertanya kepada Aisyah


tentang jumlah mahar Rasulullah untuk isteri-isterinya.
Aisyah menjawab: "Mahar beliau untuk isteri-isterinya
adalah dua belas Uqiyyah dan Nasy. Tahukah engkau apa
itu Nasy?” Abu Salamah menjawab: “Tidak.” Aisyah
berkata: "(Nasy) adalah setengah Uqiyyah. Sehingga
semuanya berjumlah lima ratus Dirham. Itulah mahar
Rasulullah a untuk isteriisterinya.” (HR. Muslim).

 Satu Uqiyyah = 40 (Dirham).


 40 (Dirham) dikali 12 (Uqiyyah) = 480 (Dirham)
ditambah 20 (Nasy atau setengah Uqiyyah) =
500 Dirham.
 500 Dirham itu setara dengan 140 Real (jika 1
Real = Rp 2.400 maka 500 Dirham senilai
dengan Rp 336.000.

Tips Mendapatkan Restu Dari Orang Tua


Banyak orang yang sudah siap nikah, tapi malah galau
karna belum mendapatkan restu dari orang tua. Orang
tua sendiri belum memberikan restu kepada anaknya
untuk menikah biasanya ada beberapa faktor
diantaranya pendidikan yang belum selesai, usia yang
belum matang, dan ekonomi yang belum cukup, karena
mereka juga mempertimbangkan hal-hal tersebut demi
kebaikan dan masa depan anaknya tentunya, dan
jangan sampai kita menikah tanpa restu orang tua,
karena pernikahannya tidak akan diberkahi oleh Allah
dan bahkan Allah bisa murka terhadap pasangan yang
menikah tanpa restu dari orang tua.

Beberapa tips ini mungkin sangat berguna bagi kamu


yang ingin mendapatkan restu dari orang tua agar
dapat segera menikah, yaitu:
1. Pendekatan
Ini yang paling penting dilakukan sebelum
menyampaikan keinginan untuk menikah kepada orang
tua. Lakukan pendekatan kepada orang tua secara rutin,
misalnya rajin membantu pekerjaan orang tua,
membelikan pakaian baru, ajak orang tua jalan-jalan,
dll. Hal ini bertujuan untuk menjalin lebih dekat hubungan
emosional antara anak dengan orang tuanya.

2. Berani
Berani maksudnya bukanlah berani melawan orang tua
ya. Berani disini maksudnya adalah berani
menyampaikan keinginan dan berani berterus terang
kepada orang tua bahwa kita sebagai anaknya ingin
segera menikah, dan sampaikanlah bahwa pentingnya
pernikahan itu bagi anaknya agar dapat terhindar dari
perbuatan maksiat serta fitnah-fitnah akhir zaman.

3. Musyawarah
Masalah tidak dapat diselesaikan sendiri, ada baiknya
ketika ada keinginan untuk menikah, maka
bermusyawarahlah kepada orang tua dan mintalah
pendapat yang terbaik, agar diberikan solusi terbaik
untuk kita.

4. Sabar
Jika hal-hal tadi telah dilakukan dan ternyata orang tua
ternyata belum memberikan restunya, tak ada jalan lain
selain bersabar. Berserah dirilah kepada Allah dan
memohon agar Allah membukakan pintu hati orang tua
agar orang tua dapat memberikan restunya.

5. Berbenah Diri

Walaupun belum mendapatkan restu, bukan berarti kita


harus berdiam diri, mungkin ada kewajiban-kewajiban
yang harus kita penuhi terlebih dahulu agar dapat
diberikan restu olehnya. Maka dari itu ada baiknya
lakukanlah semua tanggung jawab kita sebagai anak,
dan lakukan pembenahan diri agar dapat menjadi
pribadi yang lebih baik, misalnya perkuat ibadah, makin
rajin belajar, makin giat bekerja, dan hal-hal lain yang
tentunya dapat meningkatkan kwalitas diri kita, insya
Allah seiring berjalannya waktu, orang tua akan
memberikan restu kepada anaknya agar dapat menikah
pada waktu yang tepat dengan calon pasangan yang
tepat pula nantinya.

Nah udah jelaskan pemaparan tentang khidbah dan


apa-apa saja yang dapat dijadikan mahar. Untuk itu,
tugas selanjutnya khusus untuk ikhwan adalah "Tentukan
apa mahar yang akan kamu berikan kepada calon
pasangan kamu".

Ini sangat penting sekali, agar mahar tersebut dapat di


persiapkan dari sekrang, ya walaupun belum tahu atau
belum ada kesepakatan bersama dengan calon
pasangan, setidaknya kita sudah mempunyai niat untuk
memberikan mahar tersebut, yang penting niatnya dulu,
masalah suka atau tidak, diterima atau tidak, biarkan itu
menjadi sebuah keputusan dari Allah untuk kita.

Bagi akhwat juga dapat membuat target mahar yang


diinginkan, siapa tau calonnya nanti dapat memberikan
yang sesuai dengan harapan, ya mudah-mudahan dikasi
lebih, hehehe.

Dan jangan lupa, tempelkan target mahar tersebut


disamping target pernikahan yang sebelumnya sudah
dibuat.

"MAHAR PERNIKAHAN"

Nama Saya : Muhammad Ridwansyah


Mahar Pernikahan : Cincin emas 24 K seberat 10 gr

Anda mungkin juga menyukai