Anda di halaman 1dari 3

1.

Tantangan/masalah yang berpeluang muncul ketika interaksi antar Negara ASEAN terjadi, antara
lain :
a. Ketika kebijakan terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN dibuat salah satu yang menjadi
perhatian ialah kemampuan bersaing setiap warga Negara dalam dunia pekerjaan.
Kualifikasi dan kualitas warga Negara haruslah mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan pada Negara yang dituju, kalau tidak tentu tidak akan dipakai.
b. Perbedaan latar belakang budaya setiap warga Negara membuat interaksi tentu saja
mengalami gesekan-gesekan kepentingan, prinsip, dan lainnya. Hal ini membuat setiap
warga Negara perlu memiliki konsep pemikiran multikultur agar mampu beradaptasi ketika
berinteraksi dengan warga Negara lainnya.
c. Pengupahan tenaga kerja juga berpeluang menjadi tantangan bagi para pemberi kerja.
Pemberi kerja perlu mempertimbangkan kembali nilai upah yang diberikan bukan saja oleh
kualitas pekerjaan namun juga asal warga Negara, sebab biaya hidup yang ia keluarkan
tentu harus menyesuaikan pula upah yang mungkin bisa didapat pekerja terkait dinegara
lain. Pemberi kerja harus berani merogoh kocek yang lebih dalam agar mampu memberikan
penawaran nilai upah yang kompetitif dibanding yang mungkin ia dapatkan dinegara lain

2. Di era keterbukaan, kita dihadapkan pada realitas social antar-lintas budaya, dimana perbedaan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hubungan dan interaksi sosial. Karena itu, tidak ada
pilihan lain yang dapat diambil kecuali berusaha menghargai dan memahami perbedaan
tersebut melalui proses komunikasi yang baik antar-lintas budaya. Pemahaman yang baik, yang
didasari atas kesadaran perbedaan budaya dalam sebuah realitas komunikasi dan hubungan
social inilah yang dikenal dengan mindfulness antarbudaya. Mindfulness antarbudaya adalah
sebuah tawaran konsep dalam membangun komunikasi yang sadar dan penuh pemahaman
antarbudaya. Sebuah pemahaman yang komplit terhadap diri komunikator (to intern) sekaligus
terhadap komunikasi (to extern). Memperhatikan , menghargai, dan memahami setiap
perbedaan (budaya hidup) yang disertai dengan penyesuaian diri dalam perilaku (budaya) dan
komunikasi yang dibangun (interaksi social) adalah realitas yang lahir dari kesadaran
(mindfulness) antarbudaya juga mengingatkan setiap diri kita untuk tidak mengabaikan aspek-
aspek kebudayaan yang berbeda dalam membangun komunikasi dan interaksi social antas-lintas
budaya.

3. Kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila tentunya akan menggunakan acuan ini
sebagai alat untuk berkomunikasi, karena nilai-nilai yang terkandung didalamnya sudah
mencerminkan sebagai warga Negara harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila agar bisa
hidup berdampingan meskipun kita berbeda kebudayaannya, untuk hidup bermasyarakat warga
Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Secara tidak langsung, pandangan
ini menjadi modal dalam mempertahankan budaya kita, mananamkan rasa cinta tanah air,
dengan menyebarluaskan budaya kita kepada lingkungan sekitar, sehingga mereka tahu
Indonesia memiliki budaya yang khas, unik dan indah.
Contoh : Batik adalah salah satu pakaian khas Indonesia, sebagai masyarakat yang cerdas dan ikut
mengembangkan budaya , Iwan Tirta berhasil menarik warga Negara asing untuk mengkonsumsi
produknya.

4. Akibat dari perubahan social salah satunya adalah memudarnya jati diri bangsa, kesadaran dan
kekuatan yang terdapat dalam jiwa manusia sebagai hasil dari proses belajar tentang nilai-nilai
budaya yang luas dan yang muncul dalam perilaku tindakan.

Cara – cara mengatasi memudarnya jati diri bangsa adalah sebagai berikut :

a. Jati diri harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa. Jati diri yang telah tersusun
harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa Indonesia, antara lain:
1. Religious
2. Humanis
3. Naturalis
4. Terbuka
5. Demokratis
6. Nasionalisme dan Patriotisme
7. Berkomitmen Terhadap Kebenaran
8. Integrasi dan Harmoni
9. Jujur dan Adil
10. Proffesional
11. Ber-IPTEK
12. Mandiri
13. Etis dan Moralis
14. Kepatuhan Kepada Hukum
15. Kemasyarakatan
16. Kultural
17. Berjiwa seni dan estetika

Hal yang sangat memprihatinkan rakyat Indonesia dewasa ini adalah munculnya kehidupan yang bersifat
paradox dan menjadi bagian dari krisis bangsa yang multidimensial. Kondisi yang paradox itu antara lain
berupa masuknya budaya sekuler kedalam kehidupan bangsa Indonesia yang religious dan spiritualis
sehingga muncul gaya hidup modern yang meterialistik, individualistic, liberalis, hedonis dan vulgar.

Sifat rakyat Indonesia yang sangat menghargai kejujuran, keikhlasan, dan kemuliaan manusia, namun
yang terjadi banyak orang yang memiliki karakter hipokrit atau munafik. Sifat ramah, terbuka, moderat,
dan bersahabat, namun yang terjadi sekarang adanya gerakan social radikal yang menggunakan
kekerasan, sehingga Indonesia disebut Negara sarang teroris. Untuk mengatasi kondisi social yang
paradox tersebut, maka rakyat Indonesia harus membudayakan dan mensosialisasikan jati diri Bangsa
seperti telah disebutkan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai