Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Skenario Kasus 2

“ Impianku Yang Gagal ”

Seorang Mahasiswa STIKES semester 1 berkeinginan kuat menjadi seorang perawat.


Mahasiswa tersebut diterima di STIKES dengan nilai SMA dan test masuk STIKES pas-
pasan. Hasil psikotest emosi labil dan tidak tahan terhadap stress. Perilaku sehari-hari
pendiam, tertutup suka menyendiri, tidak ada teman dekat dan suka memasukkan tangan
kedalam saku baju. Kadang-kadang ia suka mengeluh dengan teman-temannya, dan
malas pulang kerumahnya.

Pada akhir semester setelah melihat pengumuman hasilnya banyak nilai yang minus.
Satu jam setelah pengumuman tersebut terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya.
Seperti bolak-balik tanpa tujuan didepan rumah kost temannya dan tidak mau pulang
kerumah. Kadang-kadang tertawa dan berbicara sendiri, menjerit histeris sambil berkata
akan membunuh salah satu dosen yang memberi nilai D, kemudian menangis. Ia tidak
mau diajak masuk kedalam rumah dan berkata tidak mengenal teman-temannya serta
membuka pakaiannya.

1.2 Analisa Kasus

1. Langkah 1 ( Daftar Istilah atau Kata Sulit)

a. Psikotest

b. Emosi Labil

c. Stress

2. Langkah 2 ( Jawaban dari Istilah-istilah Sulit )

a. Psikotest adalah test psikologi yang dilakukan pada orang yang sadar/ sehat/ normal
untuk mengetahui tingkah laku dan mengetest kemampuan kognitif.

b. Emosi labil adalah perasaan yang berubah-ubah atau perasaan yang mudah goyah
tidak teratur.

1
c. Stress adalah suatu reaksi individu terhadap tuntutan atau tekanan yang berasal dari
lingkungan atau dari dalam diri sendiri.

3. Langkah 3 ( Identifikasi Masalah )

1. Dimanakah terjadi kegagalan pada kasus ?

a. Karena terjadi gangguan jiwa

b. Karena melihat nilai akhirnya minus

c. Karena hasil psikotest

2. Mengapa seseorang yang memiliki emosi labil tidak tahan terhadap stress ?

a. Karena kesal

b. Karena mekanisme koping tidak efektif

c. Belum terbiasa menghadapi masalah

3. Apa alasannya klien pada kasus berkeinginan untuk membunuh ?

a. Karena dosen memberi nilai rendah

b. Belum bisa menerima kenyataan

4. Bagaimana tindakan perawat menghadapi klien pada kasus ?

a. Mengembangkan koping yang positif

5. Suka memasukkan tangan kedalam saku baju apakah ada hubungannya dengan
tingkat emosi klien ?

a. Bahasa tubuh untuk mengurangi rasa tidak nyaman

6. Peran keluarga ?

a. Keluarga harus mendorong dan memberikan motivasi

b. Jangan memberikan kontrol terlalu berat pada klien

c. Komunikasi yang baik serta menjadi sahabat untuk anak

2
7. Bagaimana cara melakukan psikotest terhadap emosi labil dan stress ?

a. Dengan memberikan pertanyaan

8. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada kasus ?

a. Terjadi penolakan, kontrol terlalu berat, kurang dapat kepercayaan, dan tidak
mampu menghadapi situasi

9. Diagnosa keperawatan yang muncul ?

a. Halusinasi

b. Resiko Perilaku Kekerasan

c. Isolasi Sosial

d. Harga Diri Rendah

e. Resiko tinggi mencederai diri

10. Peran dosen terhadap orang seperti pada kasus ?

a. Menyarankan remedial atau semester pendek

11. Kiat-kiat agar tidak stress sebagai mahasiswa/i keperawatan ?

a. Dijalani, dinikmati dan disyukuri

b. Diterapkan ilmu yang didapat

12. Bagaimana mekanisme koping pada klien di kasus ?

a. Dialihkan aktivitasnya (distraksi)

b. Melakukan kegiatan positif dan perbanyak kegiatan spiritual

c. Evaluasi diri sebelum tidur

3
4. Langkah 4

1. Mengapa seseorang yang memiliki emosi labil tidak tahan terhadap stress ?

Ada beberapa alasan mengapa seseorang menjadi sangat mudah untuk marah
sehingga tidak mampu mengendalikan sikap sendiri. Salah satu diantaranya adalah
fokus pikiran. Bila pikiran fokus pada hal-hal yang baik/ positif maka suasana
emosi di dalam hatipun lebih tenang. Namun bila kita berkonsentrasi untuk lebih
mendengarkan perkataan orang lain atau situasi lingkungan sekitar niscaya suasana
hati menjadi bias dan cenderung kacau balau. Sadar ataupun tidak kebiasaan inilah
yang membuat banyak orang melakukan kesalah, merugikan orang lain dan juga
diri sendiri.

2. Bagaimana tindakan perawat menghadapi klien pada kasus ?

Perawat harus mengkaji diri mereka sendiri secara jujur sebelum mereka dapat
mulai memahami bagaimana mereka mempengaruhi klien mereka baik dengan
kata-kata atau tindakan. Perawat harus memberikan perhatian pada “pencetus”
yang memperkuat perasaan yang terjadi dalam berespon terhadap situasi tertentu.
Perawat tidak dapat menyangkal bahwa mereka mempunyai perasaa, ide-ide, nilai,
dan pengharapan atau menyangkal bahwa mereka membuat penilaian. Kesadaran
diri sangat penting dalam memahami dan menerima orang lain. Semua orang
membuat keputusan tentang diri mereka, lingkungan, dan orang lain dengan dasar
kerangka asuan personal.

3. Bagaimana cara melakukan psikotest terhadap emosi labil dan stress ?

Kuis dapat membantu mengukur tingkat gejolak emosi. Daniel Goleman, psikolog
lulusan Harvard University dan penulis buku Emotional Intelligence pernah
mengatakan, bahwa keberhasilan seseorang dalam hidupnya tidaklah terutama
disebabkan oleh IQ-nya, tetapi lebih-lebih bagaimana emosionalitasnya dapat
dimanajemeni dengan baik. Dengan kata lain, keberhasilan seseorang sangat
ditentukan oleh kecerdasan emosinya. Memang, tidak satu pun alat tes yang bisa
dipakai untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang secara tepat, tetapi ada
banyak situasi dimana gejolak emosi yang dirasakan dapat diukur. Pertanyaan-
pertanyaan merupakan petunjuk kasar untuk mengukur kecerdasan emosi yang
dimiliki.

4
4. Peran keluarga ?

Keluarga merupakan aspek yang penting dalam pembentukan konsep diri


seseorang yang dimulai sejak anak-anak. Jika penanaman konsep dirinya positif
maka hasilnya pun juga baik begitu pula kebalikannya. Untuk mengembalikan
harga diri anak menjadi baik , peran perawat yang pertama ialah mengkaji
bagaimana gaya hubungan dalam keluarganya dan hal ini harus dilakukan dengan
kerja keras & konsisten.
5. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada kasus ?

Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh
lingkungan sangat penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor
predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi
pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan
dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki
ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak
merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.
Faktor Presipitasi
1. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi
dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi
penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan
prosedur tindakan dan pengobatan.
6. Diagnosa keperawatan yang muncul ?

a. Halusinasi

b. Resiko Perilaku Kekerasan

c. Isolasi Sosial

d. Harga Diri Rendah

e. Resiko tinggi mencederai diri

5
7. Kiat-kiat agar tidak stress sebagai mahasiswa/i keperawatan ?

a. Kurangi Konsumsi Kafein

Menurut penelitian, kafein berlebihan bisa memperburuk efek stress. Begitu


juga dengan alkohol dan minuman energi lainnya. Paling aman itu konsumsi air
minum yang cukup (8 liter per hari). Kondisi badan yang sehat dan fit bisa
membuat pikiran kita lebih jernih, sehingga lebih dapat mengatasi masalah.

b. Bicarakan Masalah Anda

c. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain

d. Tenangkan Pikiran

Sebenarnya berat ringan masalah itu, bukan dari masalah itu sendiri. Melainkan
pikiran kita. Jika kita merasa masalah itu berat, maka beratlah masalah itu, dan
sebaliknya. Jadi, pikiran kitalah yang menentukan. Saat ini, yang harus
dilakukan adalah menenangkan pikiran, dan memilah masalah yang sedang
dihadapi, untuk dapat mencari solusinya. Akan sangat baik jika di saat ini ada
teman atau siapa saja yang bisa menemani.

8. Bagaimana mekanisme koping pada klien di kasus ?

1. Jangka Pendek

a. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga, kontes


popularitas)

b. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis identitas (musik
keras, pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus)

c. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagamaan,


politik)

d. Kegiatan yang mencoba menghilangkan anti identitas sementara


(penyalahgunaan obat)

6
2. Jangka Panjang

a. Menutup identitas dari orang – orang yang berarti, tanpa mengindahkan


hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.

Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang lain.

b. Identitas negatif

Yaitu asumsi yang bertentangan atau tidak wajar dengan nilai dan harapan
masyarakat.

3. Pertahanan Ego

Termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pergeseran


(displacement), peretakan (splitting), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk.

a. Fantasi adalah kemampuan menggunakan tanggapan – tanggapan yang sudah


ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.

b. Disosiasi adalah respon yang tidak sesuai dengan stimulus.

c. Isolasi adalah menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar.

d. Proyeksi adalah kelemahan dan kekurangan dalam diri sendiri dilontarkan


pada orang lain.

e. Displacement adalah mengeluarkan perasaan – perasaan yang tertekan pada


orang yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

5. Langkah 5 ( Learning Objective )

a. Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri

b. Islamic Value

c. Kiat-kiat agar mampu menerima kenyataan

7
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

a. Gangguan konsep diri digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan
pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara
sosial.

b. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain.

c. Konsep diri adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan sadar/tidak
sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh.

d. Konsep diri merupakan konsep kritis yang perlu dimengerti oleh semua profesi yang
berhubungan dengan manusia (helping profesional).

2.2 Etiologi

a. Pola asuh orang tua, sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak akan
menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri.
Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan
asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan
dihargai, dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak
sayang.

b. Kegagalan, kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan


kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya
terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak
berguna.

c. Depresi, orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk

8
menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi secara
negatif.

2.3 Tanda dan Gejala

a. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.

d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.

c. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.

d. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.

e. Keluhan sakit fisik.

f. Pandangan hidup yang terpolarisasi.

g. Perasaan cemas dan takut.

h. Merasionalisasikan penolakan atau menjauh dari umpan balik positif.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Konsep Diri

Berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah


sebagai berikut :

1. The significant others, yaitu orang lain yang kita anggap penting atau biasa, dimana
konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri
sendiri melalui cermin orang lain dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi
diri pandangan orang lain terhadap diri sendiri. Sebagai contoh anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan
dirinya. Pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup atau
pengaruh sosial budaya akan mempengaruhi konsep diri sepanjang hidup kita, selalu
saja ada orang yang kita anggap penting dan berpengaruh pada diri kita sehingga akan
membentuk konsep diri seseorang. Pertama-tama orang yang mempengaruhi konsep
diri kita adalah orang tua kita. Semua manusia akan memandang penting orang tua

9
sehingga orang tua bisa dikatakan sebagai pemberi pengaruh yang pertama dan utama
bagi pembentukan konsep diri kita. Ketika mulai memasuki usia TK, kita mengenal
significant others lan, biasanya guru. Begitu seterusnya, sepanjang hidup kita bertemu
dengan orang-orang yang kita anggap berpengaruh besar pada diri kita.

2. Reference group, yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan. Kelompok tersebut
memberi arahan dan pedoman agar kita mengikuti perilaku yang sesuai dengan norma
yang berlaku dalam kelompok tersebut. Ini terkait dengan salah satu sifat manusia
yang selalu hidup dalam kelompok. Tidak ada manusia yang hidup menyendiri,
kecuali karena terpaksa. Semua manusia membutuhkan orang lain.

3. Teori perkembangan. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang
secara bertahap sejak lahir seperti mulai membedakan dirinya dengan orang lain.
Dalam melakukan kegiatannya, memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan
dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman
atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau
masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

4. Self perception (persepsi diri sendiri), yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan
penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu.
Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif
sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat
dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan
lngkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu
dan sosial yang terganggu.

2.5 Rentang Respon Konsep Diri

Konsep diri dipelajari mulai kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan
orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu
mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri atas komponen: citra diri,
ideal diri, harga diri, dan penampilan peran, dan identitas personal. Respon individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptif. Staines (dalam Stuart and Sunden, 1995) mengatakan bahwa

10
konsep diri memiliki peranan penting dalam terbentuknya pola kepribadian seseorang
karena konsep diri merupakan inti pola kepribadian, konsep ini mempengaruhi berbagai
sifat dalam diri seseorang.

2.6 Akibat

1. Perubahan penampilan peran

Mekanisme : Berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang yang disebabkan oleh
penyakit merupakan akibat dari gangguan konsep diri.

2. Keputusasaan

Mekanisme :Merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi


hasil karena kurang percaya diri dengan kemampuan karena menganggap dirinya
tidak mampu.

3. Menarik diri

Mekanisme : Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi


dengan orang lain, karena menganggap dirinya tidak pantas berada dilingkungan
tersebut yang merupakan akibat dari gangguan konsep diri.

2.7 Mekanisme Koping Gangguan Konsep Diri

Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.

Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :

a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya
konser musik, menonton televisi secara obsesif).

b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya ikut serta dalam
klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).

c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misal: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas).

11
d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari
hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat).

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart (2016) :

a. Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

b. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.

c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,


pengalihan (diplacement), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.

2.8 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Dibagi menjadi empat, yaitu :

1) Memberi kesempatan untuk berhasil

2) Menanamkan gagasan

3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

b. Penatalaksanaan Medis

1) Clorpromazine ( CPZ )

Untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak
bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin. Efek samping: sedasi,
gangguan otonomik serta endokrin.

2) Trihexyphenidyl ( THP )

Untuk segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca enchepalitis dan idiopatik.
Efek samping: hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.

12
3) Haloperidol ( HPL )

Berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas dalam fungsi netral serta fungsi
kehidupan sehari-hari. Efek samping: sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.

4) Terapi okupasi / rehabilitasi

Terapi yang tearah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan
aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang
direncanakan sesuai tujuan.

5) Psikoterapi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan


individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat.

2.9 Pohon Masalah

Isolasi Sosial Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri

Tidak Efektifnya Koping Individu

13
2.10 Diagnosa Keperawatan Gangguan Konsep Diri

a. Isolasi Sosial Menarik Diri

b. Gangguan Harga Diri Rendah

2.11 Rencana Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri

Diagnosa keperawatan isolasi sosial menarik diri

a. Tujuan umum

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

b. Tujuan khusus

1) TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.

a) Kriteria evaluasi :

(1) Ekspresi wajah klien bersahabat

(2) Menunjukkan rasa tenang dan ada kontak mata

(3) Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama

(4) Mau menjawab salam dan mau duduk berdampingan dengan perawat

(5) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi

b) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi


terapeutik :

(1) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal

(2) Perkenalkan diri dengan sopan

(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

(4) Jelaskan tujuan pertemuan

(5) Jujur dan menepati janji

(6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

14
(7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

Rasional :

Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi


selanjutnya.

2) TUK II : klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

a) Kriteria evaluasi :

Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


klien :

(1) Kemampuan yang dimiliki klien

(2) Aspek positif keluarga

(3) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien

b) Intervensi

(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai


realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatannya.

(2) Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif

Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien

(3) Usahakan memberi pujian yang realistik

Rasional : Pijian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan


kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian

3) TUK III : klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

a) Kriteria evaluasi :

Klien menilai kriteria yang dapat digunakan

15
b) Intervensi

(1) Diskusi dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit

Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki


adalah prasarat untuk berubah

(2) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan penggunaannya

Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki klien


memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya

4) TUK IV : klien dapat merencanakan kegiatan dengan kemampuan yang dimiliki

a) Kriteria hasil

Klien membuat rencana kegiatan harian

b) Intervensi

(1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan yang membutuhkan
bantuan total

Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya


sendiri

(2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

Rasional : Klien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya

(3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien

Rasional : Contoh perilaku yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan

5) TUK V : klien dapat melaksanakan kegiatan yang boleh dilakukan

a) Kriteria evaluasi

Klien kesempatan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

b) Intervensi

16
(1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan

Rasional : memberikan kesempatan kepada klienmandiri dapat


meningkatkan motivasi dan harga diri klien

(2) Beri pujian atas keberhasilan klien

Rasional : reinforcement positif dapat meningkatkanharga diri rendah

(3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan


yang bisa dilakukan

6) TUK VI : dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga

a) Kriteria evaluasi

Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

b) Intervensi

(1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah

Rasional : Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri


dirumah

(2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirumah

Rasional : Support system keluarag akan sangat mempengaruhi dalam


mempercepat proses penyembuhan klien

(3) Bantu keluarga untuk menyiapkan lingkungan rumah

Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien


dirumah

17
2.12 Islamic Value Gangguan Konsep Diri

Dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 139 yang artinya :

“ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tingi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang
beriman.”

Dari ayat tersebut, dijelaskan seorang mukmin derajatnya paling tinggi maka dilarang
untuk bersikap lemah serta bersedih hati yang akan menyebabkan seorang mukmin
menjadi lemah jiwanya dan harus menjadi jiwa seorang mukmin yang kuat.

Hurlock menyatakan remaja dengan konsep diri negatif akan muncul jika seseorang
mengembangkan perasaan rendahdiri, serta ragu, kurang PD, serta memandang dirinya
lemah tidak berdaya, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik dan tidak memiliki
daya tarik terhadap hidup.

2.13 Kiat-kiat agar mampu menerima kenyataan

Belajar menerima kenyataan bukanlah suatu perkara mudah karena manusia tidak
hanya memiliki sifat baik, namun juga sifat buruk. Belajar menerima kenyataan butuh
proses. Zikir mengajarkan kita dapat menerima kenyataan. Dalam zikir kita juga diajari
untuk pasrah kepada Allah. Zikir akan menjadikan jiwa kita mudah menerima segala
keputusan dan takdir Allah. Jiwa orang-orang yang berzikir selalu melihat kebaikan
dibalik semua realitas hidupnya.

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak
didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Terdapat beberapa gangguan konsep diri yang dibagi atas jenis-
jenisnya. Gangguan konsep diri dibagi menjadi persepsi diri, citra tubuh, harga diri,
penampilan peran, dan identitas diri.

3.2 Saran

Kita harus mengerti, tahu dan memahami mengenai gangguan konsep diri. Agar
tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai sesuai dengan keinginan.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.
 Damayanti, Mukhripan, and Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Rafika Aditama.
 Keliat, Budi Anna dll. (2014). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.
 Wijayaningsih, K. S. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
 Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier.
 Stuart and Sundeen. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai