اس َّ ْ ُ َ َ ْ َ َّ ُ ْ َ
ِ اس انفعهم ِللن ِ خير الن
“Sebaik – baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama”
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga Tugas Akhir yang
berjudul “Pengaruh Petugas Tidak Resmi Terhadap Kinerja Simpang Tak Bersinyal
Pada Persimpangan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Selokan Mataram, Yogyakarta”
ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik
dalam menyelesaikan studi tingkat strata satu di Prodi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak hambatan yang dihadapi penulis,
namun berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari berbagai pihak,
alhamdulillah Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Berkaitan dengan ini, penulis
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Prima Juanita R, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir,
terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan inspirasi yang diberikan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D. dan Bapak Corry Ya’cub, Ir., M.T.
selaku dosen penguji tugas akhir.
3. Ibu Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
4. Mamah, papah, ibuk, ayah dan adik-adikku yang senantiasa mendukung dan
mendoakan saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Nining Kurnia Sholihah, SH. yang tak kenal lelah selalu mengingatkan akan
pentingnya mengerjakan Tugas Akhir.
6. Tim Surveyor, yang tak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, atas bantuan,
tenaga, dan waktu yang diluangkan dalam pengambilan data Tugas Akhir ini.
7. Teman-teman Pondok Pesantren Ki Ageng Giring yang memberi motivasi dan
semangat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
v
8. Teman-teman Teknik Sipil 2014 yang telah banyak membantu selama proses
penelitian berlangsung.
Semoga penelitian yang telah dilakukan dan disajikan dalam bentuk laporan
Tugas Akhir dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi dunia Teknik Sipil dan
dapat bermanfaat untuk pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
LEMBAR DEDIKASI iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv
ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Petugas Tidak Resmi 6
2.2 Analisis Simpang Tak Bersinyal Menggunakan MKJI 1997 dan
Vissim 7
2.3 Analisis Simpang Bersinyal Menggunakan MKJI 1997 dan Vissim 9
2.4 Simpulan Dari Penelitian Terdahulu 11
BAB III LANDASAN TEORI 14
3.1 Simpang 14
3.2 Simpang Tak Bersinyal 15
3.3 Perhitungan Simpang Tak Bersinyal 15
vii
3.4 Tingkat Pelayanan Pada Persimpangan 27
3.5 Pembebanan Perjalanan (Trip Assignment) 28
3.6 Petugas Pengatur Lalu Lintas 29
3.7 PTV Vissim 30
3.7.1 Simulasi Lalu Lintas Menggunakan Vissim 31
3.7.2 Kalibrasi dan Validasi Permodelan Vissim 32
3.8 Manajemen Lalu Lintas / Sistem Satu Arah 32
3.8.1 Kelebihan Sistem Satu Arah 32
3.8.2 Kekurangan Sistem Satu Arah 33
3.8.3 Alasan Menggunakan Sistem Satu Arah 33
3.8.4 Perencanaan Sistem Satu Arah 33
BAB IV METODE PENELITIAN 36
4.1 Jenis Penelitian 36
4.2 Tahapan Penelitian 36
4.3 Pengumpulan Data 37
4.3.1 Subyek dan Obyek Penelitian 37
4.3.2 Lokasi Penelitian 37
4.3.3 Waktu Penelitian 38
4.3.4 Peralatan Penelitian 38
4.3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian 38
4.4 Teknik Pengambilan Data 39
4.4.1 Survei Volume Kendaraan 39
4.4.2 Survei Kecepatan Kendaraan 41
4.4.3 Survei Perilaku Berkendara (Behaviour) 42
4.4.4 Survei Panjang Antrian 43
4.5 Metode Analisis Data 43
4.6 Permodelan PTV Vissim 44
4.7 Bagan Alir Penelitian 46
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 48
5.1 Data Hasil Penelitian 48
5.1.1 Geometri Simpang Kondisi Eksisting 48
viii
5.1.2 Volume pada Jam Puncak 49
5.1.3 Data Kecepatan Kendaraan 54
5.1.4 Data Perilaku Berkendara (Driving Behavior) 60
5.1.5 Data Sinyal Lalu Lintas dan Fase Simpang dengan
Mengamati Petugas Tidak Resmi 64
5.2 Permodelan Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim
dan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis dengan Software VISSIM 65
5.2.1 Permodelan Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim dan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis
Kondisi tanpa Petugas Tidak Resmi (PTR) 65
5.2.2 Permodelan Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim dan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis
Kondisi dengan Petugas Tidak Resmi 85
5.3 Hasil Analisis dengan Menggunakan Software VISSIM1 88
5.3.1 Analisis Kinerja Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim dan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis
Kondisi tanpa PTR 88
5.3.2 Analisis Kinerja Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim dan Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis
Kondisi dengan Petugas Tidak Resmi 89
5.3.3 Perbandingan Hasil Output Software VISSIM antara
Permodelan Kondisi Eksisting dengan Kondisi Petugas
Tidak Resmi 91
5.4 Alternatif Solusi Permodelan Simpang Jalan Selokan Mataram –
Jalan Wahid Hasyim dengan Menggunakan Software VISSIM 92
5.4.1 Permodelan VISSIM Simpang Jalan Selokan Mataram –
Jalan Wahid Hasyim Kondisi Satu Arah 97
5.4.2 Hasil Analisis Permodelan VISSIM Simpang Jalan Mataram –
Jalan Wahid Hasyim Kondisi Satu Arah 115
5.5 Pembahasan 116
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 121
ix
6.1 Kesimpulan 121
6.2 Saran 122
DAFTAR PUSTAKA 123
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kondisi Simpang Jalan Wahid Hasyim - Jalan Selokan Mataram 3
Gambar 1.2 Sketsa Simpang Jalan Wahid Hasyim - Jalan Selokan Mataram 3
Gambar 3.1 Lebar Rata – Rata Pendekat 17
Gambar 3.2 Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat (Fw) 20
Gambar 3.3 Faktor Penyesuaian Belok Kiri (FLT) 22
Gambar 3.4 Faktor Penyesuaian Belok Kanan (FRT) 23
Gambar 3.5 Faktor Penyesuaian Rasio Arus Jalan Minor (FMI) 23
Gambar 3.6 Tundaan Lalu Lintas Simpang Vs Derajat Kejenuhan 25
Gambar 3.7 Tundaan Lalu Lintas Jalan Mayor Vs Derajat Kejenuhan 25
Gambar 3.8 Peluang Antrian (QP%) Terhadap Derajat Kejenuhan (DS) 27
Gambar 4.1 Pengamatan Survei Volume Kendaraan 40
Gambar 4.2 Pengamatan Survei Kecepatan Kendaraan 41
Gambar 4.3 Pengamatan Survei Behaviour 42
Gambar 4.4 Pengamatan Survei Panjang Antrean 43
Gambar 4.5 Bagan Alir Penelitian 46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
xiv
FP = Faktor Parkir
F𝑅𝑇 = Faktor Belok Kanan
F𝐿𝑇 = Faktor Belok Kiri
We = Lebar Efektif (m)
xv
ABSTRAK
Kemacetan yang terjadi di Jalan Selokan Mataram khususnya pada persimpangan Jalan Selokan
Mataran - Jalan Wahid Hasyim menyebabkan simpang siurnya kendaraan bermotor dikarenakan tidak
berbandingnya jumlah kendaraan dengan jumlah ruas jalan yang pada akhirnya akan memungkinkan
adanya bantuan petugas tidak resmi yang mengambil alih peran polisi. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana pengaruh petugas tidak resmi terhadap kinerja simpang khususnya di Simpang
Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB).
Observasi / survei dilakukan selama 2 hari dengan perincian survei pertama merupakan survei
pendahuluan untuk mencari jam – jam puncak kendaraan dari pukul 07.00 s/d pukul 20.30. Survei
kedua merupakan survei utama setelah dilakukannya survei pendahuluan dari pukul 15.00 – 20.30 (jam
– jam puncak kendaraan). Ketika semua data primer dan sekunder telah didapatkan maka akan
dianalisis dengan menggunakan software VISSIM yang nantinya akan dihasilkan output berupa waktu
tundaan dan panjang antrian.
Hasil analisis permodelan VISSIM menunjukan bahwa manajemen sistem satu arah lebih efektif
dibandingkan dari petugas tidak resmi dengan penurunan rata-rata nilai tundaan sebesar 75,58 %.
Sedangkan nilai panjang antrian ada yang mengalami penurunan dan peningkatan. Penurunan nilai
panjang antrian terjadi di lengan utara dan lengan selatan sebesar 43,54% dan 37,22% serta terjadi
peningkatan di lengan barat sebesar 31,17%. Namun nilai peningkatan ini tidak sebesar permodelan
dengan kondisi petugas tidak resmi yaitu sebesar 78,90% dari kondisi eksisting.
Kata kunci: Petugas tidak resmi, VISSIM, Simpang Selokan Mataram, Manajemen sistem satu arah
xvi
ABSTRACT
Congestion that occurs in Mataram Selokan Road, especially at the intersection of Selokan
Mataram Street - Jalan Wahid Hasyim, caused the maze of motorized vehicles due to the unequal
number of vehicles with the number of road segments which in the end would enable the assistance of
unofficial officers. Therefore, researcher wanted to know how the influence of unofficial officers on
intersection performance, especially at the Intersection of Selokan Mataram Road – Wahid Hasyim
Road.
The type of research used was primary data retrieval observation in the field. Observations /
surveys were carried out for 2 days with the details of the first survey being a preliminary survey to
looked for the peak hours of the vehicle from 7:00 to 20:30. The second survey was the main survey
after a preliminary survey from 15.00 - 20.30 because at this hour the peak hours of the vehicle were
from the results of the preliminary survey. When all primary and secondary data had been obtained, it
would be analyzed using VISSIM software, which would produce output in the form of time delay and
queue length.
The results of the VISSIM modeling analysis showed that the management of a one-way system
was more effective than unofficial officers with a decrease in the average delay value of 75.58%. While
the value of the queue length had decreased and increased. The decrease in the value of the queue
length occurred in the north and south arms by 43.54% and 37.22% and an increased in the west arm
was 31.17%. However, the increase in value was not as big as modeling with unofficial officer
conditions, which was 78.90% of existing conditions.
Keyword: Unofficial officer, VISSIM, Selokan Mataram Intersection, One-way system management
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ikungan atau putaran jalan dengan maksud mendapatkan imbalan jasa. Kegiatan
pengaturan lalu lintas ini dilakukan oleh orang perorang atau sekelompok orang
yang terorganisir dengan maksud memperoleh imbalan uang. Masyarakat sudah
terbiasa dengan adanya petugas tidak resmi yang biasanya membantu mengatur
kemacetan lalu lintas dengan meminta imbalan berupa uang untuk mengambil alih
peran polisi dalam mengatur lalu lintas.
Segala sesuatu dimana pun dan kapan pun selalu berpasang pasangan, begitu
juga halnya dengan dampak terhadap keberadaan sesuatu. Selain memiliki sisi
positif juga terdapat sisi negatif, maka begitu juga halnya dengan keberadaan
petugas tidak resmi yang selain memiliki dampak positif juga dampak negatif. Sisi
positif keberadaan petugas tidak resmi yaitu dapat menggantikan peran polisi dalam
mengatasi simpang siurnya kendaraan dalam kemacetan. Sedangkan sisi negatif
dari keberadaan petugas tidak resmi yaitu maraknya petugas tidak resmi yang
membantu pengendara kendaraan bermotor untuk melanggar marka jalan.
Salah satu simpang tak bersinyal yang terdapat petugas tidak resmi di Jalan
Selokan Mataram (Gejayan-Seturan) adalah persimpangan tak bersinyal di
perempatan OB (Outlet Biru) Jalan Wahid Hasyim. Persimpangan di perempatan
OB Jalan Wahid Hasyim merupakan salah satu simpang 4 lengan tak bersinyal di
Jalan Selokan Mataram (Gejayan-Seturan) yang di lewati berbagai jenis kendaraan
seperti sepeda motor, mobil, bus dan truk. Persimpangan ini adalah persimpangan
yang tidak di atur dengan lampu pengatur lalu lintas, rambu atau tanda peringatan
yang baik, sehingga memiliki resiko dalam memunculkan berbagai konflik pada
titik – titik pertemuan jalan tersebut. Tidak jauh dari area persimpangan ini terdapat
kampus, wisata kuliner dan pertokoan. Volume lalu lintas tinggi tanpa adanya
pengaturan lalu lintas, menyebabkan terjadinya kemacetan pada saat jam sibuk di
hari kerja atau akhir pekan sehingga menyebabkan tingkat kinerja simpang
menurun karena adanya tundaan dan antrian.
Adapun kondisi dan denah simpang yang terdapat petugas tidak resmi dapat
dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 berikut.
3
Gambar 1.2 Sketsa Simpang Jalan Wahid Hasyim - Jalan Selokan Mataram
1. Bagaimana kinerja simpang empat tak bersinyal Jalan Wahid Hasyim - Jalan
Selokan Mataram tanpa adanya petugas tidak resmi?
2. Bagaimana kinerja simpang empat tak bersinyal Jalan Wahid Hasyim - Jalan
Selokan Mataram dengan adanya petugas tidak resmi?
3. Apakah alternatif solusi perbaikan kinerja simpang empat tak bersinyal Jalan
Wahid Hasyim - Jalan Selokan Mataram dengan sistem satu arah (SSA) dapat
menangani permasalahan yang terjadi pada simpang tersebut?
6
7
prioritas. Fenomena di lapangan terdapat 2 jenis Petugas yang mengatur lalu lintas
yaitu petugas resmi yang berasal dari Dinas Perhubungan atau Kepolisian
disamping itu ada juga petugas tidak resmi (PTR) yang berasal dari masyarakat
disekitar persimpangan. Atas dasar uraian diatas, dilakukan suatu penelitian yang
dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing – masing petugas pengatur
lalu lintas (PRE dan PTR) terhadap unjuk kerja lalu lintas di persimpangan prioritas.
Kinerja persimpangan dapat diketahui dengan menghitung panjang antrian dan
tundaan pada simpang berdasarkan survei di lapangan. Penelitian perilaku arus lalu
lintas dapat dilakukan dengan parameter makroskopik yaitu volume, kecepatan dan
kepadatan. Hasil dari parameter makroskopik tersebut dilakukan analisis fenomena
gelombang kejut. Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara volume total
persimpangan dengan tundaan, dan hubungan antara arus lalu lintas menyilang
dengan tundaan. Hasil analisis dari kinerja simpang terbaik adalah dengan kondisi
persimpangan diatur oleh petugas resmi yaitu dengan tundaan 25,8 det/kend, tanpa
pengatur tundaan 30,1 det/kend, dan dengan diatur petugas tidak resmi 27,03
det/kend. Analisis tundaan pada persimpangan menunjukkan petugas tesmi lebih
konsisten dalam mengatur lalu lintas di persimpangan, ditunjukkan dengan nilai R
square yaitu 0,78. Nilai R square untuk kinerja petugas tidak resmi lebih kecil
dibandingkan dengan petugas resmi yaitu 0,52 dan dengan kondisi tanpa pengatur
(NON) di peroleh nilai R square yaitu 0,21. Kecepatan gelombang kejut terbesar
terjadi pada saat diatur oleh petugas resmi. Penelitian ini juga menunjukkan hasil
bahwa petugas resmi lebih baik dalam meminimalisir faktor – faktor lain yang
mempengaruhi tundaan di persimpangan selain arus lalu lintas menyilang.
2.2 Analisis Simpang Tak Bersinyal Menggunakan MKJI 1997 dan Vissim
Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1997) biasanya simpang tak
bersinyal digunakan di daerah pemukiman perkotaan dan daerah pedalaman untuk
persimpangan antara jalan lokal dengan arus lalu lintas rendah dengan pengaturan
hak jalan (prioritas dari sebelah kiri). Untuk persimpangan dengan kelas dan fungsi
jalan berbeda, lalu lintas pada jalan mainor harus diatur dengan tanda yield atau
stop.
8
sebagai pedoman serta Microsoft Excel untuk pengolahan data lalu lintas. Hasil dari
survei pengamatan menunjukkan pada pukul 07.00-08.00 WIB adalah jam puncak
dari simpang bersinyal Pelemgurih yang menghasilkan volume sebesar 11.851
kendaraan, sehingga berdampak pada kinerja persimpangan. Kapasitas(C) untuk
lengan Utara, Selatan, Timur dan Barat menunjukkan angka 805, 1.659, 418, dan
594 dalam smp/jam. Derajat Kejenuhan (DS) untuk lengan Utara, Selatan, Timur,
dan Barat menunjukkan hasil sebesar 1,201; 1,003; 1,737 dan 0,821. Tundaan (D)
untuk lengan Utara, Selatan, Timur, dan Barat adalah sebesar 448,667; 101,056;
1423,818 dan 72,550 dalam detik/smp. Berdasarkan hasil analisis maka dapat
disimpulkan bahwa simpang bersinyal Pelemgurih, Yogyakarta tergolong memiliki
tingkat pelayanan yang sangat buruk sekali (F) sehingga perlu ditinjau kembali
untuk meningkatkan kinerja persimpangan dengan memberikan beberapa alternatif
solusi yaitu perancangan ulang satu jam rata-rata, volume jam puncak, pelebaran
jalan, jalan satu arah keluar ditambah pelebaran jalan dan interpolasi lampu hijau
kondisi eksisting dan LHR, jalan satu arah masuk ditambah pelebaran jalan dan
interpolasi lampu hijau kondisi eksisting dan LHR. Solusi yang direkomendasikan
untuk perbaikan kinerja simpang adalah alternatif perencanaan jalan satu arah
masuk untuk lengan Barat juga pelebaran jalan dan interpolasi lampu hijau untuk
kondisi satu jam rata-rata dikarenakan dapat meminimalkan nilai derajat kejenuhan,
mengurangi panjang antrian maupun memperkecil tundaan.
1 Al Qadri Mengetahui kinerja Analisa gelombang Simpang Kompas Hasil analisis dari kinerja simpang terbaik
(2016) dan perilaku arus kejut untuk Kabupaten Bekasi adalah dengan kondisi persimpangan diatur
lalu lintas mengetahui gerakan oleh petugas resmi yaitu dengan tundaan
persimpangan perubahan arus lalu 25,8 det/kend, tanpa pengatur tundaan 30,1
prioritas dengan lintas di det/kend, dan dengan diatur petugas tidak
resmi 27,03 det/kend. Penelitian ini juga
adanya petugas persimpangan menunjukkan hasil bahwa petugas resmi
resmi dan petugas prioritas yang lebih baik dalam meminimalisir faktor –
tidak resmi mendapat hambatan faktor lain yang mempengaruhi tundaan di
persimpangan selain arus lalu lintas
menyilang.
2 Wahyudin Mengetahui kinerja MKJI 1997 Pertigaan JL. Hasil analisis menunjukkan bahwa derajat
(2017) simpang tidak Pakuningratan, kejenuhan untuk hasil sabtu 6 Juni 2015
bersinyal tiga Yogyakarta pukul 13.00 – 14.00 WIB merupakkan jam
lengan pada kondisi puncak tertinggi. Volume kendaraan
tertinggi sebesar 3384 kend/jam. Derajat
eksisting serta
kejenuhan sebesar 1,13. Peluang antrian
mengetahui batas bawah adalah 45,39% dan batas atas
alternatif sebesar 145,6%.
pemecahan masalah
yang tepat
Sumber: Al Qadri (2016) dan Wahyudin (2017)
11
Lanjutan Tabel 2.1 Simpulan Penelitian Terdahulu
3 Windarto Menganalisis dan MKJI 1997 dan Simpang Bersinyal Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2016) memberikan PTV Vissim Pelemgurih kinerja simpang bersinyal dengan kondisi
alternatif solusi Yogyakarta eksisting tidak baik dengan nilai derajat
yang tepat untuk kejenuhan (DS) untuk lengan Utara, Timur,
Selatan dan Barat > 0,85. Alternatif solusi
memperbaiki
yang direkomendasikan untuk perbaikan
kinerja simpang kinerja simpang adalah alternatif
perencanaan jalan satu arah masuk untuk
lengan Barat ditambah pelebaran jalan dan
interpolasi lampu hijau untuk kondisi satu
jam rata – rata yang menghasilka nilai
derajat kejenuhan (DS) < 0,85.
4 Tajudin Melakukan simulasi Vissim Persimpangan Jalan Hasil analisis dengan kondisi eksisting
(2017) pemodelan Imogiri Barat didapatkan panjang antrian rata – rata
persimpangan dengan Jalan sebesar 17,76 meter, panjang antrian
dengan kondisi Tritunggal, Selatan maksimum 125,57 meter dengan tingkat
eksisting dan Pasar Telo, pelayanan D. Alternatif solusi yang
direkomendasikan untuk perbaikan kinerja
pemodelan dengan Wirosaban, simpang adalah alternatif skenario 3 yaitu
pemasangan APILL Yogyakarta pemodelan simpang bersinyal dengan
LTOR dan pelebaran jalan sebesar 2 meter
pada ruas jalan keluar yang menghasilkan
panjang antrian rata – rata sebesar 14,99
meter, panjang antrian maksimum 116,43
meter dengan tingkat pelayanan jalan C.
Sumber: Windarto (2016), dan Tahjudin (2017)
12
Lanjutan Tabel 2.1 Simpulan Penelitian Terdahulu
5 Haryadi Menganalisis MKJI 1997 Simpang Tak Hasil analisis kinerja simpang tak
(2017) kinerja, kapasitas, Bersinyal Selokan bersinyal Selokan Mataram pada kondisi
derajat kejenuhan, Mataram eksisting menunjukan hasil kurang baik
tundaan dan yang berpedoman pada Direktorat
peluang antrian Jenderal Bina Marga (MKJI 1997).
yang terjadi pada Kapasitas yang didapatkan adalah
simpang tak sebesar 3055,46 smp/jam, derajat
bersinyal Selokan kejenuhan sebesar 1,03; tundaan
Mataram simpang sebesar 20,34 det/smp; dan
berdasarkan peluang antrian sebesar 83,80% (batas
Direktorat Jenderal atas) dan 42,25% (batas bawah).
Bina Marga (MKJI,
1997)
Sumber: Haryadi (2017)
13
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Simpang
Simpang merupakan pertemuan dua atau lebih suatu jaringan jalan. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 Tentang
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan, persimpangan merupakan pertemuan atau
percabangan jalan, baik sebidang maupun yang tidak sebidang. Simpang
merupakan suatu daerah umum, dimana dua arus jalan atau lebih bergabung atau
berpotongan, termasuk fasilitas yang ada di sekitar jalan untuk pergerakan lalu
lintas dalam daerah tersebut (Oglesby dan Hicks, 1990).
Pemilihan jenis simpang pada suatu daerah, biasanya dipengaruhi oleh
pertimbangan ekonomi, lingkungan dan keselamatan lalu lintas. (MKJI,1997).
Berdasarkan cara pengaturannya, jenis simpang menurut Morlok (1988) adalah
sebagai berikut.
1. Simpang tanpa bersinyal merupakan pertemuan atau percabangan jalan yang
tidak diatur dengan lampu lalu lintas.
2. Simpang dengan sinyal merupakan pertemuan atau percabangan jalan yang
diatur dengan menggunakan lampu lalu lintas.
Berdasarkan bentuknya, jenis simpang menurut Hariyanto (2004) adalah
sebagai berikut.
1. Pertemuan jalan sebidang, yaitu pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara
sebidang (tidak saling bersusun). Macam-macam pertemuan jalan sebidang
adalah sebagai berikut.
a. Pertemuan atau persimpangan bercabang tiga
b. Pertemuan atau persimpangan bercabang empat
c. Pertemuan atau persimpangan bercabang banyak
2. BundaranPertemuan jalan tidak sebidang, yaitu pertemuan jalan dimana dua ruas
jalan atau lebih tidak saling bertemu dalam satu bidang tetapi salah satu ruas
berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.
14
15
Formulir USIG – I merupakan form untuk proses input data yang berisi tentang
data masukan sebagai berikut.
a. Geometri Simpang
Kondisi geometri dalam analisis simpang tak bersinyal digunakan untuk
memberi informasi tentang lebar jalan, batas sisi jalan, lebar bahu, lebar
median dan petunjuk arah dalam bentuk gambar sketsa. Contohnya, seperti
pemberian notasi pada lengan pendekat di jalan minor menggunakan notasi
A dan C, sedangkan di jalan mayor menggunakan notasi B dan D. Data
masukan geometri yang dibutuhkan dalam analisis kapasitas persimpangan
berupa data lebar rata – rata pendekat, tipe persimpangan, dan jumlah lajur.
b. Arus Lalu Lintas
Kondisi lalu lintas menggunakan data masukan yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu menggambarkan situasi lalu lintas, variabel – variabel masukan lalu
lintas dan sketsa arus lalu lintas. Sketsa situasi lalu lintas harus
menggambarkan gerakan arus lalu lintas (kend/jam) pada tiap approach
dalam arah gerakan belok kiri, belok kanan dan lurus. Jenis kendaraan yang
digunakan dalam perhitungan ini adalah adalah kendaraan ringan (LV),
kendaraan berat (HV), dan sepeda motor (MC). Semua jenis kendaraan
tersebut, masih menggunakan satuan mobil penumpang (smp), yaitu satuan
arus lalu lintas yang harus dikonversikan menjadi ekivalensi mobil
penumpang (emp). Ekivalensi mobil penumpang merupakan faktor konversi
berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau
kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya terhadap perilaku
lalu lintas. Nilai ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk tiap – tiap jenis
kendaraan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
17
2. Formulir USIG – II
Formulir USIG – II merupakan form untuk proses input data yang berisi tentang
sebagai berikut.
a. Lebar Pendekat
Lebar lengan pendekat diukur pada jarak ± 10 meter dari garis hubung
imajiner dan tepi permukaan jalan yang saling menyilang, yang dianggap
mewakili lebar pendekat efektif untuk masing – masing pendekat. Lebar rata
– rata pendekat dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
Dengan :
B, C, D = Lengan pendekat
18
Lebar rata – rata pendekat minor dan mayor dapat dihitung dengan rumus 3.2
dan 3.3 sebagai berikut.
𝑏 𝑑
( + )
2 2
𝑊𝐵𝐷 = (3.2)
2
𝐶
𝑊𝐶 = 2 (3.3)
b. Tipe simpang
Tipe persimpangan ditentukan dari jumlah lengan dan jumlah jalur pada jalan
minor dan jalan mayor (Ahmad Munawar, 2004). Macam – macam tipe
persimpangan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga (1997)
c. Kapasitas
Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap)
pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu dengan satuan kend/jam atau
smp/jam. Selain itu, kapasitas merupakan nilai perkalian antara kapasitas
dasar (C0) dalam kondisi ideal dan faktor – faktor koreksi (F) dengan
19
Faktor penyesuaian
Uraian Tipe M
median (FM)
ii. Tundaan pada jalan mayor (DTMA), merupakan tundaan lalu lintas
rata – rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang
dari jalan mayor. Tundaan pada jalan mayor (DTMA) ditentukan
dari kurva empiris antara DTMA dan DS pada Gambar 3.7 berikut.
iii. Tundaan pada jalan minor (DTMI), merupakan tundaan lalu lintas
rata – rata untuk semua kendaraan bermotor yang masuk simpang
dari jalan minor. Tundaan pada jalan minor (DTMI) ditentukan
26
Contohnya faktor yang tidak dapat dikuantifikasi seperti rute yang aman dan rute
yang panoramanya indah. Dalm hal ini, pengendara memperhatikan faktor lain
selain jarak, waktu tempuh, dan biaya yaitu misalnya rute yang telah dikenal atau
dianggap aman.
3. Stochastic Traffic Assignment
Metode ini dipakai berdasarkan pada asumsi bahwa para pelaku perjalanan
yang akan menggunakan rute alternatif, tidak dipengaruhi oleh kondisi kemacetan
pada ruas jalan. Sehingga pengemudi mempunyai presepsi masing-masing terhadap
rute terbaik yang akan digunakan.
Lalu Lintas Dalam Keadaan Tertentu dan Penggunaan Jalan Selain Untuk Kegiatan
Lalu Lintas (Pasal 1 ayat (10)), dimana pengaturan lalu lintas dalam keadaan
tertentu adalah tindakan petugas dalam hal mengatur lalu lintas di jalan dengan
menggunakan gerakan tangan, isyarat bunyi, isyarat cahaya dan alat bantu lainnya
dalam keadaan tertentu.
Petugas tidak resmi (PTR) merupakan masyarakat yang membantu
mengatur lalu lintas tanpa adanya wewenang dan ilmu pengetahuan tentang
pengaturan lalu lintas. Keberadaan PTR di sejumlah persimpangan tak bersinyal
dengan arus lalu lintas yang padat merupakan hal yang biasa terjadi, terutama di
Daerah Sleman. Menurut sebagian orang, dengan adanya PTR cukup membantu
pengguna jalan dalam mengurai kemacetan yang terjadi, tetapi tidak sedikit juga
yang tidak setuju dengan adanya .PTR di persimpngan. Hal tersebut disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan PTR terhadap pengaturan lalu lintas, sehingga bisa
menyebabkan kecelakaan pada pengguna jalan. Adanya perlakuan khusus PTR
yaitu dengan memprioritaskan pengguna jalan yang memberikan uang sebagai
imbalan juga memperparah kemacetan yang terjadi. Petugas tidak resmi (PTR)
biasanya menggunakan peluit dan bendera kecil sebagai alat pemberi aba – aba pada
pengguna jalan.
animasi dalam bentuk 3D secara mendetail. Animasi dalam klip video tersebut
dapat direkam dalam program dan untuk elemen visual seperti pohon, rambu lalu
lintas, fasilitas transit dan bangunan bisa dimasukkan ke dalam animasi 3D.
f. Signal Control, digunakan untuk memodelkan siklus sinyal lampu lalu lintas
di lapangan.
3. Evaluation
a. Queue Counter, digunakan untuk mengetahui panjang antrian dari titik
dimana kendaraan mulai berhenti.
b. Data Collection Point, digunakan untuk mengetahui volume lalu lintas
kendaraan pada lajur jalan.
c. Vehicle Travel Time, digunakan untuk mengetahui waktu tempuh kendaraan.
isyarat lalu lintas mempunyai kekuatan hukum setelah 30 hari sejak tanggal
pemasangan sebagai waktu untuk sosialisasi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
36
37
primer ini tidak hanya dilakukan di Simpang Empat Tak Bersinyal pada Jalan
Wahid Hasyim - Jalan Selokan Mataram saja, namun juga melakukan pengambil
data di persimpangan terdekat seperti Simpang Jalan Tantular – Jalan Selokan
Mataram dan Simpang Jalan Perumnas – Jalan Selokan Mataram. Pengambilan
data primer di persimpangan terdekat ini dimaksudkan untuk membantu peneliti
dalam menentukan solusi perbaikan kinerja simpang. Pengambilan data
sekunder berupa data jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah kendaraan
Kabupaten Sleman di Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Tahap analisis data, tahap ini dilakukan setelah data yang dikumpulkan sudah
lengkap. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program PTV Vissim.
No Peralatan Kegunaan
1 Formulir Pengamatan Menuliskan data hasil pengamatan
2 Alat Tulis Sarana pencatatan data
3 Jam/Stopwatch Menghitung waktu pada saat pengamatan
4 Solasi Sarana alat bantu dalam pengamatan
5 Alat Ukur (meteran) Mengukur panjang antrian
6 Komputer/Laptop Analisis data pengamatan
terhadap besaran atas variabel yang di wakilinya. Penelitian ini menggunakan dua
jenis data berikut.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang
sedang diteliti. Data primer diperoleh dengan cara observasi, survei atau
pengamatan dilapangan. Data primer dalam penelitian ini berupa volume
kendaraan, kecepatan kendaraan, panjang antrian dan driving behaviour.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti,
tetapi melalui orang lain, dokumen atau instansi terkait. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa data jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah kendaraan
Kabupaten Sleman, yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik Daerah
Istimewa Yogyakarta.
persimpangan. Sketsa survei volume kendaraan dapat dilihat pada Gambar 4.1
berikut.
Keterangan:
Simpang Jalan Selokan Mataram - Jalan Wahid Hasyim:
1. Surveyor Arah Selatan Lurus (MC, LV, HV)
2. Surveyor Arah Selatan Belok Kanan (MC, LV, HV)
3. Surveyor Arah Selatan Belok Kiri (MC, LV, HV)
4. Surveyor Arah Timur Lurus (MC, LV, HV)
5. Surveyor Arah Timur Belok Kanan (MC, LV, HV)
6. Surveyor Arah Timur Belok Kiri (MC, LV, HV)
7. Surveyor Arah Barat Lurus (MC, LV, HV)
8. Surveyor Arah Barat Belok Kanan (MC, LV, HV)
9. Surveyor Arah Barat Belok Kiri (MC, LV, HV)
10. Surveyor Arah Utara Lurus (MC, LV, HV)
11. Surveyor Arah Utara Belok Kanan (MC, LV, HV)
12. Surveyor Arah Utara Belok Kiri (MC, LV, HV)
41
Keterangan:
Survei kecepatan kendaraan yang dilakukan yaitu kecepatan kendaraan konstan
(tetap). Pengambilan data kecepatan konstan dilakukan pada jarak 200meter dari
persimpang, serta dapat dilakukan dengan melihat kendaraan saat akan melintasi
42
garis start dan finish yang mana panjang garis start dan finish tersebut berjarak 20
meter. Tugas surveyor adalah menghidupkan stopwatch ketika kendaraan melewati
garis start dan menghentikan stopwatch ketika kendaraan melewati garis finish.
Keterangan:
Surveyor diletakkan di tempat yang jaraknya 200meter dari persimpangan sebanyak
2 orang. Kedua surveyor tersebut bertugas mengukur jarak depan belakang dan
samping kendaraan yang sedang melintas di salah satu lengan persimpangan, Untuk
mengukur jarak samping kendaraan sedang melintas digunakan garis bantu
melintang di badan jalan yang telah digaris setiap 50 cm sehingga surveyor hanya
membaca ukuran yang sudah tertera pada garis bantu tersebut ketika kendraan
sedang melintas. Sedangkan untuk jarak depan-belakang diukur dengan perkiraan
pendekatan penglihatan surveyor. Pada survei ini dicari sampel sebanyak 35 sampel
per jenis kendaraan. Jenis kendaraan tersebut meliputi kendaraan ringan, kendaraan
sedang, dan kendaraan berat.
43
Keterangan:
Pada survei panjang antrian ini surveyor berada di pinggir jalan untuk menghitung
panjang antrian kendaraan dari kendaraan yang berada paling depan sampai
kendaraan paling belakang. Survei ini dilakukan di setiap lengan yang ada di
persimpangan dengan jumlah sampel sebanyak 35 sampel untuk setiap lengannya.
simpang tak bersinyal Jalan Wahid Hasyim – Jalan Selokan Mataram. Selain itu
akan didapatkan pula volume jam puncak ketika ada petugas tidak resmi dan
tidak adanya petugas tidak resmi dengan menggunakan software Microsoft
Excel 2016.
2. Membuat permodelan simpang pada software PTV Vissim dengan kondisi
sebagai berikut :
a. Kondisi ketika tidak ada petugas tidak resmi
b. Kondisi ketika ada petugas tidak resmi
c. Kondisi lalu lintas satu arah
3. Melakukan analisis tundaan (delay), dan probabilitas antrian (queueing
probability) selama jam puncak dengan menggunakan software PTV Vissim.
4. Melakukan perbandingan antara ketiga kondisi model template simpang dengan
software PTV Vissim.
5. Mengatur conflict area, yang berfungsi untuk mengatur agar tidak terjadi
tabrakan antar kendaraan serta untuk memprioritaskan kendaraan mana yang
jalan terlebih dahulu.
6. Mengisi vehicle classes, berfungsi untuk menentukan serta menambah jenis
kendaraan sesuai keinginan dan kelas kendaraan disesuaikan dengan tipe
kendaraan.
7. Mengisi vehicle compositions, yang berfungsi untuk menentukan komposisi
kendaraan berdasarkan lengan dimana kendaraan akan keluar.
8. Mengisi vehicle input, yang berfungsi untuk memasukkan data volume lalu
lintas kendaraan masing – masing lengan yang disesuaikan dengan komposisi
kendaraan dari tiap lengan.
9. Mengatur driving behaviour, yaitu perilaku pengemudi dalam berkendara
10. Mengatur signal kontrol tiap lengan pada persimpangan dengan kondisi
eksisting
11. Memasang menu queue counters yang berfungsi untuk mengetahui panjang
antrian, data collection point yang berfungsi untuk mengetahui volume
kendaraan, dan vehicle travel time yang berfungsi untuk menghitung waktu
tempuh kendaraan. Pemasangan menu tersebut dilakukan untuk tiap - tiap
lengan yang ada pada persimpangan.
12. Melakukan kalibrasi, validasi dan running program PTV Vissim. Kalibrasi
dilakukan untuk menyesuaikan model kendaraan agar mendekati hasil yang
tepat. Validasi digunakan sebagai tolak ukur keefektifan kondisi kendaraan
dilapangan dengan hasil simulasi yang dilakukan oleh software PTV Vissim.
Nilai dari kalibrasi yang dilakukan harus dibawah 15%, karena hasil kalibrasi
yang melebihi angka tersebut dianggap tidak memenuhi persyaratan.
46
Mulai
Studi Pustaka
- Kinerja Simpang
- Permodelan sofware PTV Vissim
Metode Penelitian
Permodelan Vissim
sudah sesuai dengan
eksisting Tidak
dilapangan?
Ya
Selesai
48
49
lengan yang telah disurvei diakumulasikan volume per jam dari empat volume 15
menit yang berurutan, kemudian dicari volume yang paling tinggi dari data tersebut.
Volume lalu lintas pada survei pendahuluan dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut.
Tabel 5.1 Data Survei Pendahuluan Volume Lalu Lintas Simpang Jalan
Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB) dan Simpang Jalan
Wahid Hasyim – Jalan Manggis (Simpang MG)
Total (Kendaraan/Jam)
Waktu
Simpang OB Simpang MG
07.00-08.00 3796 2212
07.15-08.15 3982 2110
07.30-08.30 4007 1972
07.45-08.45 3866 1940
PAGI
08.00-09.00 3942 1873
08.15-09.15 2914 1405
08.30-09.30 2018 982
08.45-09.45 1063 486
Jumlah 25588 12980
11.00-12.00 4399 2292
11.15-12.15 4558 2332
11.30-12.30 4590 2392
11.45-12.45 4668 2396
SIANG
12.00-13.00 4687 2430
12.15-13.15 3511 1801
12.30-13.30 2377 1166
12.45-13.45 1226 611
Jumlah 30016 15420
15.00-16.00 5272 2364
15.15-16.15 5311 2562
15.30-16.30 5473 3079
SORE 15.45-16.45 5418 3427
16.00-17.00 5575 3769
16.15-17.15 4198 2989
16.30-17.30 2724 1932
51
Lanjutan Tabel 5.1 Data Survei Pendahuluan Volume Lalu Lintas Simpang
Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB) dan Simpang
Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis (Simpang MG)
Total (Kendaraan/Jam)
Waktu
Simpang OB Simpang MG
SORE 16.45-17.45 1444 1010
Jumlah 35415 21132
18.30-19.30 6460 3027
18.45-19.45 6574 2914
19.00-20.00 6644 2759
19.15-20.15 6708 2561
MALAM
19.30-20.30 6601 2341
19.45-20.45 4938 1686
20.00-21.00 3192 1059
20.15-21.15 1555 509
Jumlah 42672 16856
Dari hasil survei pendahuluam di atas, maka di dapat waktu jam sibuk di
masing – masing sesi (pagi, siang, sore dan malam). Sesi sore dan malam
merupakan sesi dengan jumlah volume lalu lintas terbanyak. Maka dari itu pada
survei utama yang dilakukan seminggu setelah survey pendahuluan, dilaksanakan
pada 2 sesi dengan volume lalu lintas terbanyak yaitu sesi sore dan malam. Volume
lalu lintas survei utama dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut.
Tabel 5.2 Data Survei Utama Volume Lalu Lintas Simpang Jalan Selokan
Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB) dan Simpang Jalan Wahid
Hasyim – Jalan Manggis (Simpang MG)
Total (Kendaraan/Jam)
Waktu
Simpang OB Simpang MG
15.00-16.00 4146 2404
15.15-16.15 4776 2699
15.30-16.30 4974 2890
SORE 15.45-16.45 4988 3068
16.00-17.00 4839 3141
16.15-17.15 3556 2369
16.30-17.30 2330 1566
52
Lanjutan Tabel 5.2 Data Survei Utama Volume Lalu Lintas Simpang Jalan
Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB) dan Simpang Jalan
Wahid Hasyim – Jalan Manggis (Simpang MG)
Total (Kendaraan/Jam)
Waktu
Simpang OB Simpang MG
SORE 16.45-17.45 1130 761
18.30-19.30 4264 2476
18.45-19.45 4405 2378
19.00-20.00 4302 2472
19.15-20.15 4320 2491
MALAM
19.30-20.30 4340 2405
19.45-20.45 3191 1853
20.00-21.00 2133 1192
20.15-21.15 1045 559
Dari data volume lalu lintas diatas diperoleh jam puncak pada Simpang Jalan
Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB) terjadi pada pukul 15.45 -
16.45 dengan volume lalu lintas sebesar 4988 kendaraan/jam, sedangkan pada
periode waktu yang sama, volume lalu lintas pada Simpang Jalan Wahid Hasyim –
Jalan Manggis (Simpang MG) sebesar 3068 kendaraan/jam. Diagram volume lalu
lintas pada kedua simpang dapat dilihat pada gambar 5.2, 5.9, dan 5.10.
53
5000
4500
Total Kend (Kend/Jam)
4000
3500
3000
2500
2000 Simpang OB
Simpang MG
1500
1000
500
4000
Total Kend (Kend/Jam)
3500
3000
2500
2000 Simpang OB
1500 Simpang MG
1000
500
Gambar 5.3 Volume Lalu Lintas Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim (Simpang OB) dan Simpang Jalan Wahid Hasyim – Jalan
Manggis (Simpang MG) pada Malam Hari
54
Lanjutan Tabel 5.11 Data Driving Behavior Bergerak Simpang Jalan Selokan
Mataram – Jalan Wahid Hasyim
Utara Selatan Timur Barat
No Depan Kanan Depan Kanan Depan Kanan Depan Kanan
Belakang Kiri Belakang kiri Belakang Kiri Belakang Kiri
(meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
3 0,5 0,5 0,9 0,75 1,5 0,5 1 1
4 1 0,75 1,3 1 0,75 1 1,5 0,5
5 1,25 1 1,2 1 1,45 1 0,8 1
6 1,5 0,5 1,2 0,5 0,95 0,75 0,8 0,5
7 0,75 1 1,7 1 0,25 0,5 0,5 1
8 1 0,5 0,8 1 1 1 0,7 0,5
9 0,5 1 1 1 1,25 1 0,5 1
10 1,5 0,5 0,7 0,5 1,2 1 0,8 1
11 1,5 1 1,2 1 1 1 1 0,75
12 1 1,5 0,8 0,75 1,75 1 1 1
13 1,5 0,75 0,8 1 0,75 0,75 0,8 1
14 1,5 1 0,8 0,5 1,1 0,75 0,8 1
15 0,5 0,5 0,5 0,5 1 1 1 0,5
16 1,5 1 1,2 1 0,45 1 0,6 1
17 1,5 0,5 0,7 1 0,5 0,25 0,8 0,75
18 2 1,5 1,7 1 1 0,5 0,8 1
19 1,5 1,5 0,8 0,5 0,75 0,5 0,8 0,75
20 2 1,25 1,2 0,75 1 2 0,9 1
21 0,5 1 3 0,75 2,4 1 1,2 0,75
22 2 0,5 2 1 0,8 1 1,5 1
23 1,5 0,5 1,25 0,75 1,3 0,75 1 1
24 1,5 0,25 3,15 1 0,8 1 1 0,5
25 2 1 0,5 1 0,8 0,5 1 0,5
Lanjutan Tabel 5.12 Data Driving Behavior Berhenti Simpang Jalan Wahid
Hasyim – Jalan Manggis
Utara Selatan Barat
No Depan Kanan Depan Kanan Depan Kanan
Belakang Kiri Belakang Kiri Belakang Kiri
(meter) (meter) (meter) (meter) (meter) (meter)
4 1 1 1,2 0,8 1 1
5 1 1 0,8 0,9 1 1
6 0,5 1,5 1 1,3 1 1
7 1 0,5 1,7 0,3 2 1
8 1,25 0,8 1 0,6 1 0,8
9 1 1 1 0,5 1 0,8
10 1 1 1,8 1,2 1,25 0,7
11 0,8 1 2 0,5 1 1
12 1 0,5 1 1 0,8 1
13 1,5 0,5 2 0,7 0,5 0,5
14 0,5 1 2 0,8 0,8 0,5
15 0,5 0,8 1,3 1,1 0,8 0,8
16 1 0,8 1 1 0,8 0,5
17 1 0,8 1 0,5 0,8 0,5
18 1,5 1 1,5 0,7 0,8 0,5
19 2 0,5 2 1 0,5 0,5
20 1,5 1 1,5 0,9 0,8 0,8
21 1 0,6 1,5 1,2 1 1
22 1 0,8 2 0,8 1 0,75
23 1 0,8 1,5 1,1 0,5 1
24 0,8 1 2 0,7 1 1
25 0,8 1 1 1,1 1,2 0,8
5.1.5 Data Sinyal Lalu Lintas dan Fase Simpang dengan Mengamati Petugas
Tidak Resmi
Data sinyal lalu lintas dan fase simpang didapatkan dengan cara pengamatan
langsung pada petugas tidak resmi dalam mengatur lalu lintas di persimpangan
Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim untuk mengetahui waktu hijau,
kuning, merah. Data ini nantinya juga akan digunakan dalam permodelan software
VISSIM guna membuat permodelan kondisi simpang ketika ada petugas tidak resmi
agar menyerupai dengan kondisi yang ada di lapangan. Data ini diambil pada hari
yang sama saat survei utama dilaksanakan (4 minggu setelah survei utama). Data
65
sinyal lalu lintas pada Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim
dapat dilihat pada Tabel 5.14 sebagai berikut.
Tabel 5.14 Data Sinyal Lalu Lintas dan Fase Simpang dengan Menggunakan
Petugas Tidak Resmi
Waktu Jalan (Detik)
Pendekat Waktu Siklus (Detik)
Hijau Kuning Merah All Red
Barat 27 1 88 3 119
Utara 22 1 93 3 119
Timur 27 1 88 3 119
Selatan 31 1 84 3 119
Gambar 5.5 Pengaturan Vehicle Behavior All Metric Kondisi tanpa PTR
lalu pilih menu Add New Background Image. Cara input Background Image
pada software VISSIM dapat dilihat pada Gambar 5.6 sebagai berikut.
Gambar 5.7 Pengaturan Set Scale Background Image Kondisi tanpa PTR
5. Conflict Area
Area konflik yang terjadi saat pertemuan antar lengan meliputi arah
lurus, kanan dan kiri yang dapat dimodelkan pada software VISSIM. Langkah
untuk menggunakan Conflict Area dengan klik menu Conflict Area pada
toolbar Network Object. Tampilan pengaturan Conflict Area dapat dilihat
pada Gambar 5.14 sebagai berikut.
Minimal Maksimal
Lengan Jenis Kendaraan
(km/jam) (km/jam)
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang OB Kendaraan
5,6 9,2
Barat Ringan
Sepeda Motor 4,8 8,9
Kendaraan Berat 4,8 4,8
Simpang OB Kendaraan
3,1 12,0
Utara Ringan
Sepeda Motor 6,0 18,0
76
Lanjutan Tabel 5.16 Input Reduce Speed Kendaraan pada Software VISSIM
Minimal Maksimal
Lengan Jenis Kendaraan
(km/jam) (km/jam)
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang OB Kendaraan
10,2 15,8
Timur Ringan
Sepeda Motor 11,2 24,2
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang OB Kendaraan
5,0 22,8
Selatan Ringan
Sepeda Motor 5,9 26,6
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang MG Kendaraan
4,9 10,7
Barat Ringan
Sepeda Motor 9,5 15,8
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang Kendaraan
6,9 17,5
MG Utara Ringan
Sepeda Motor 8,2 18,3
Kendaraan Berat 0,0 0,0
Simpang MG Kendaraan
10,3 18,0
Selatan Ringan
Sepeda Motor 14,4 24,0
7. Driving Behaviour
Perilaku pengemudi merupakan parameter yang berpengaruh terhadap
kondisi antar kendaraan dari simulasi software VISSIM. Driving Behaviour harus
disesuaikan menyerupai kondisi tanpa petugas tidak resmi (PTR) di lapangan hasil
dari software VISSIM dapat mewakili kondisi asli dilapangan. Pengaturan tersebut
merupakan proses kalibrasi pada software VISSIM.
Komponen yang tercantum di software VISSIM di atur secara default oleh
software VISSIM memang digunakan untuk kondisi perilaku kendaraan di Jerman
yang jarak antara kendaraannya mencapai 1,5 - 2 meter dan kurangnya agresivitas
pengendara dalam mengendarai kendaraan. Hal tersebut jauh berbeda dengan
kondisi perilaku mengemudi di Indonesia yang cenderung memiliki jarak
kendaraan yang lebih rapat dan agresivitas pengendara yang sangat tinggi.
Pengaturan Driving Behaviour dilakukan dengan cara klik Menu Base Data
lalu Driving Behaviour, kemudian edit pada bagian Urban (Motorized) dengan cara
klik kanan di kolom Urban (motorized). Parameter yang harus diatur dalam proses
kalibrasi adalah sebagai berikut.
a. Desired position at free flow, yaitu posisi kendaraan pada tiap lajur.
b. Overtake on same lane, yaitu perilaku kendaraan dalam menyiap kendaraan.
c. Distance standing, yaitu jarak antar kendaraan secara bersampingan saat
keadaan berhenti.
d. Distance driving, yaitu jarak anatar kendaraan secara bersampingan saat
kendaraan berjalan.
e. Average standstill distance, yaitu jarak rata-rata kendaraan pada saat kendaraan
berhenti.
f. Additive part of safety distance, yaitu jarak aman pembututan antar kendaraan.
g. Multipliactive part of safety distance, yaitu jarak aman pembuntutan banyak
kendaraan.
Menurut hasil survei dilapangan didapatkan hasil perilaku pengendara saat
mengemudi dalam menyiap kendaraan yang lainnya yaitu kendaraan menyiap dari
arah kanan dan arah kiri. Selain itu didaptkan hasil jarak rata-rata antar kendaraan
dengan mengambil sampel kendaraan yang hasilnya adalah sebagai berikut.
78
8. Evaluation
Parameter evaluasi merupakan analisis akhir dari permodelan pada
simulasi software VISSIM. Pada tahap ini menu yang digunakan meliputi
vehicle travel time dan queue counters pada bagian setiap lengan
dipersimpangan untuk mengetahui nilai tundaan dan panjang antrean yang
terjadi di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim dan
Simpang Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis. Selain itu dipasangkan pula
Data Collection Point untuk mengolah data kinerja suatu ruas jalan. Tampilan
pengaturan hasil evaluation dapat dilihat pada Gambar 5.16 dan penempatan
queue counters dan vehicles travel time dapat dilihat pada Gambar 5.18 dan
Gambar 5.19 berikut.
80
Gambar 5.20 Penempatan Vehicle Travel Time Delay Kondisi tanpa PTR
9. Validasi
Validasi dilakukan untuk menguji benar atau tidak kalibrasi yang telah
dilakukan berdasarkan volume kendaraan yang keluar pada simulasi software
VISSIM dengan volume kendaraan yang diinput ke dalam software VISSIM.
Menu yang digunakan yaitu Data Collection Point yang dapat membaca
volume kendaraan yang keluar pada simulasi software VISSIM sebagai model
perhitungan validasi. Penempatan letak Data Collection Point dapat dilihat
pada Gambar 5.21 dan 5.22 serta hasil validasi dapat dilihat pada Tabel 5.18
sebagai berikut.
82
Keterangan:
Selisih : Perbedaaan jumlah volume yang diinput ke software
VISSIM dengan volume yang keluar pada running
simulasi software VISSIM.
Uji GEH : Uji statistik yang digunakaan untuk validasi volume
pada software VISSIM yang merupakan rumus dasar
pada menu evaluation software VISSIM.
Berdasarkan data hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan jumlah volume kendaraan yang keluar dan diinput di software
VISSIM namun tidak terlalu signifikan dan untuk pengujian GEH, jika nilai
GEH kurang dari 5,0 maka validasi diterima. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa permodelan software VISSIM dapat mewakili kondisi asli
di lapangan dan dapat digunakan untuk analisis kinerja.
Dalam beberapa kasus, proses validasi akan mengalami kegagalan
setelah proses running pertama. Ada 2 cara untuk memvalidkan permodelan
yang telah kita running.
a. Memperpanjang Link Vehicle Input
Cara ini dilakukan ketika hasil data output kendaraan yang keluar setelah
proses running berbeda jauh (lebih kecil) dengan input yang kita masukan
pada vehicle input sehingga pada saat setelah proses running akan muncul
peringatan bahwa terdapat beberapa kendaraan yang tidak bisa keluar.
84
mengatur signal controller sesuai dengan data lapangan yang didapat. Pengaturan
signal controller dan data inputnya dapat dilihat pada Gambar 5.25 dan Tabel 5.19
sebagai berikut.
Dari Tabel 5.19 di atas dapat diartikan bahwa data waktu jalan mewakili data
input signal controller untuk waktu hijau + kuning (waktu kuning diestimasikan
selama 1 detik), sedangkan waktu perpindahan mewakili data input signal
controller untuk waktu all red. Input signal controller lebih detail dapat dilihat pada
Tabel 5.20 dan Gambar 5.26
27 13 88
31 22 13 62
57 27 13 31
84 31 13
Tabel 5.23 Output Rata-rata Panjang Antrean dan Tundan Kondisi tanpa
PTR
Location Queue Length (m) Veh. Delay (dt) LOS
Simpang OB Barat 45,63 34,16 D
Simpang OB Utara 18,87 22,34 C
Simpang OB Timur 13,80 14,77 C
Simpang OB Selatan 23,29 21,17 C
Simpang MG Barat 17,24 24,80 C
Simpang MG Utara 37,56 16,73 B
Simpang MG Selatan 11,7 12,24 B
Tabel 5.24 Output Panjang Antrean Kondisi dengan Petugas Tidak Resmi
Queue Length (m)
Location
R45 R50 R45 R60 R45
Simpang OB Barat 54,31 96,45 80,83 83,91 53,16
Simpang OB Utara 34,35 33,58 29,33 32,81 33,99
Simpang OB Timur 50,11 52,76 32,96 47,72 43,52
Simpang OB Selatan 157,54 96,54 134,04 74,64 121,67
Simpang MG Barat 19,18 19,07 19,02 17,07 21,24
Simpang MG Utara 45,08 42,71 31,40 27,99 39,10
Simpang MG Selatan 12,43 12,80 11,91 11,34 12,29
.
Tabel 5.25 Output Tundaan Kondisi dengan Petugas Tidak Resmi
Veh.Delay (dt)
Location
R45 R50 R55 R60 R65
Simpang OB Barat 47,61 50,34 52,08 51,72 48,08
Simpang OB Utara 50,54 53,71 48,19 49,80 49,03
Simpang OB Timur 43,54 41,87 43,63 43,06 42,00
Simpang OB Selatan 45,54 40,55 40,48 39,46 41,97
Simpang MG Barat 26,56 27,38 24,03 22,08 26,03
Simpang MG Utara 18,68 17,25 16,32 16,84 17,41
Simpang MG Selatan 12,37 12,48 12,34 12,28 12,06
Tabel 5.26 Output Rata-rata Panjang Antrean dan Tundan Kondisi dengan
Petugas Tidak Resmi
Location Queue Length (m) Veh. Delay (dt) LOS
Simpang OB Barat 73,73 49,97 E
Simpang OB Utara 32,81 50,25 E
Simpang OB Timur 45,41 42,82 E
Simpang OB Selatan 116,49 41,60 E
Simpang MG Barat 19,11 25,21 D
Simpang MG Utara 37,25 17,30 C
Simpang MG Selatan 12,15 12,31 B
91
SIMPANG OB
Gambar 5.27 Arah Rute Arus Lalu Lintas Sebelum Diberlakukan Sistem
Satu Arah
Tabel 5.29 Perubahan Rute Sebelum dan Sesudah Sistem Satu Arah
Kiri Kanan
Kanan Kiri
Gambar 5.28 Fase Sebelum dan Sesudah Sistem Satu Arah Pada Simpang
Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim
SIMPANG OB
SIMPANG MG
Gambar 5.29 Arah Rute Arus Lalu Lintas Setelah Diberlakukan Sistem Satu
Arah
97
Gambar 5.30 Pengaturan Vehicle Behavior All Metric Kondisi Satu Arah
Gambar 5.32 Pengaturan Set Scale Background Image Kondisi Satu Arah
100
Pada sistem satu arah ini ada beberapa perubahan peralihan input
volume kendaraan yang akan didistribusikan. Pendistribusian ini dilakukan
agar jumlah volume kendaraan pada permodelan VISSIM dengan kondisi satu
arah yang melintas di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim
tetap sama dengan kondisi tanpa petugas tidak resmi. Berikut pendistribusian
input volume kendaraan.
a. Vehicle Input Simpang OB Timur belok kiri akan diditribusikan ke
Simpang OB Barat belok kanan
b. Vehicle Input Simpang OB Timur lurus akan diditribusikan ke Simpang
OB Barat lurus
c. Vehicle Input Simpang OB Timur belok kanan akan diditribusikan ke
Simpang OB Barat belok kiri
d. Vehicle Input Simpang OB Selatan belok kiri akan diditribusikan ke
Simpang MG Selatan belok kiri
e. Vehicle Input Simpang OB Selatan lurus akan diditribusikan ke Simpang
OB Selatan belok kanan
f. Vehicle Input Simpang OB Utara lurus akan diditribusikan ke Simpang OB
Utara belok kiri
103
Pendistribusian ini didasari pada arah tujuan awal kendaraan dan rute
tercepat. Sebagai contoh, Vehicle Input Simpang OB Timur belok kiri
didistribusikan ke Simpang OB Barat belok kanan. Tujuan awal kendaran
yang melaju dari arah Simpah OB Timur belok kiri adalah ke arah selatan
persimpangan. Dengan meninjau atas dasar tujuan awal dan pemilihan rute
tercepat maka kendaraan yang berasal dari Simpang OB Timur belok kiri
didistribusikan ke Simpang OB Barat belok kanan.
Selain data volume kendaraan, dibutuhkan juga komposisi dan
kecepatan seluruh jenis kendaraan pada jam puncak yang nantinya akan
dimasukkan pada pengaturan menu Vehicle Composition. Komposisi jenis
kendaraan diperoleh dari perhitungan perbandingan antar jumlah kendaraan
dan data kecepatan kendaraan diperoleh dari survei pengamatan dilapangan.
105
5. Conflict Area
Area konflik yang terjadi saat pertemuan antar lengan meliputi arah
lurus, kanan dan kiri yang dapat dimodelkan pada software VISSIM. Langkah
untuk menggunakan Conflict Area dengan klik menu Conflict Area pada
toolbar Network Object. Tampilan pengaturan Conflict Area dapat dilihat
pada Gambar 5.41 sebagai berikut.
108
Reduce Speed Areas dapat dilihat pada Tabel 5.32 dan Gambar 5.42 sebagai
berikut.
7. Driving Behaviour
Perilaku pengemudi merupakan parameter yang berpengaruh terhadap
kondisi antar kendaraan dari simulasi software VISSIM. Driving Behaviour
harus disesuaikan menyerupai kondisi tanpa petugas tidak resmi di lapangan
hasil dari software VISSIM dapat mewakili kondisi asli dilapangan.
Pengaturan tersebut merupakan proses kalibrasi pada software VISSIM.
Komponen yang tercantum di software VISSIM di atur secara default
oleh software VISSIM memang digunakan untuk kondisi perilaku kendaraan
di Jerman yang jarak antara kendaraannya mencapai 1,5 - 2 meter dan
kurangnya agresivitas pengendara dalam mengendarai kendaraan. Hal
tersebut jauh berbeda dengan kondisi perilaku mengemudi di Indonesia yang
cenderung memiliki jarak kendaraan yang lebih rapat dan agresivitas
pengendara yang sangat tinggi.
Pengaturan Driving Behaviour dilakukan dengan cara klik Menu Base
Data lalu Driving Behaviour, kemudian edit pada bagian Urban (Motorized)
dengan cara klik kanan di kolom Urban (motorized). Parameter yang harus
diatur dalam proses kalibrasi adalah sebagai berikut.
a. Desired position at free flow, yaitu posisi kendaraan pada tiap lajur.
111
8. Evaluation
Parameter evaluasi merupakan analisis akhir dari permodelan pada
simulasi software VISSIM. Pada tahap ini menu yang digunakan meliputi
vehicle travel time dan queue counters pada bagian setiap lengan
dipersimpangan untuk mengetahui nilai tundaan dan panjang antrean yang
terjadi di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim dan
Simpang Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis. Selain itu dipasangkan pula
Data Collection Point untuk mengolah data kinerja suatu ruas jalan. Tampilan
pengaturan hasil evaluation dapat dilihat pada Gambar 5.45 dan penempatan
queue counters dan vehicles travel time dapat dilihat pada Gambar 5.46 dan
Gambar 5.47 berikut.
114
Gambar 5.47 Penempatan Vehicle Travel Time Delay Kondisi Satu Arah
9. Validasi
Validasi dilakukan untuk menguji benar atau tidak kalibrasi yang telah
dilakukan berdasarkan volume kendaraan yang keluar pada simulasi software
VISSIM dengan volume kendaraan yang diinput ke dalam software VISSIM.
Pada permodelan ini tidak dilakukan validasi dikarenakan kita belum dapat
mengetahui volume yang akan datang.
Tabel 5.36 Output Rata-rata Panjang Antrean dan Tundan Kondisi Satu
Arah
Location Queue Length (m) Veh. Delay (dt) LOS
Simpang OB Barat 46,73 11,63 B
Simpang OB Utara 5,01 1,08 A
Simpang OB Selatan 8,34 4,22 A
Simpang MG Barat 23,57 0,75 A
Simpang MG Utara 10,14 8,46 B
Simpang MG Selatan 269,65 24,73 C
5.5 Pembahasan
Dalam alternatif solusi perbaikan kinerja simpang menggunakan software
VISSIM terdapat solusi dengan merubah rute arus lalu lintas menjadi sistem satu
arah di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang OB).
Parameter hasil analisis alternatif meliputi panjang antrean dan tundaan kendaraan.
117
Hasil analisis dari parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.37, Tabel 5.38
Gambar 5.48 dan Gambar 5.49 sebagai berikut.
55,00
50,00
45,00
Kondisi
40,00 Tanpa PTR
Waktu Tundaan (Detik)
35,00
30,00
25,00 Kondisi
Dengan PTR
20,00
15,00
10,00 Kondisi
Sistem Satu
5,00
Arah
0,00
Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang
OB Barat OB Utara OB Timur OB MG Barat MG Utara MG
Selatan Selatan
Lokasi Lengan Simpang
Gambar 5.48 Rekapitulasi Analisis Tundaan Kondisi dengan PTR dan
Kondisi Satu Arah
Keterangan:
Ket (%) : Persentase penurunan tundaan kendaraan hasil alternatif solusi dari
kondisi tanpa petugas tidak resmi.
118
180,00
160,00
Kondisi
140,00 Dengan
120,00 PTR
100,00
80,00
60,00 Kondisi
Sistem
40,00
Satu
20,00 Arah
0,00
Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang Simpang
OB Barat OB Utara OB Timur OB Selatan MG Barat MG Utara MG
Selatan
Lokasi Lengan Simpang
Tabel 5.33 Rekapitulasi Analisis Panjang Antrean Kondisi dengan PTR dan
Kondisi Satu Arah
Panjang Antrean (m)
Kondisi
tanpa Kondisi
Lokasi Petugas dengan Kondisi
Tidak Petugas Ket (%) Satu Ket (%)
Resmi (m) Tidak Arah
Resmi
Simpang OB
45,63 73,73 -61,60 46,73 -2,42
Barat
Simpang OB
18,87 32,81 -73,93 5,01 73,47
Utara
Simpang OB
13,80 45,41 -229,17 - -
Timur
Simpang OB
23,29 116,49 -400,23 8,34 64,18
Selatan
Simpang MG
17,24 19,12 -10,89 23,57 -36,74
Barat
Simpang MG
37,56 37,26 0,82 10,14 73,00
Utara
Simpang MG
11,70 12,15 -3,88 269,65 -2204,71
Selatan
Rerata 24,01 48,14 -100,49 60,57 -152,27
Keterangan:
Ket (%) : Persentese penurunan panjang antrean kendaraan hasil alternatif
solusi dari kondisi tanpa petugas tidak resmi.
+ : Terjadi penurunan nilai panjang antrean (meter) hasil alternatif
solusi dari kondisi tanpa petugas tidak resmi.
- : Terjadi peningkatan nilai panjang antrean (meter) hasil alternatif
solusi dari kondisi tanpa petugas tidak resmi.
Dari hasil rekapitulasi pada Tabel 5.33 didapatkan hasil analisis analisis
perbandingan panjang antrean antara kondisi tanpa petugas tidak resmi, kondisi
dengan petugas tidak resmi dan kondisi satu arah. Didapatkan persentase rata-rata
terbesar pada kondisi petugas tidak resmi dengan nilai persentase rata-rata sebesar
-100,49%. Namun jika melihat pada Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim (Simpang OB) saja, persentase rata – rata terbesar terjadi pada
kondisi satu arah. Hal ini di karenakan pada lengan barat dan lengan selatan
Simpang Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis (Simpang MG) terjadi peningkatan
120
panjang antrean yang sangat drastis akibat pendistribusian volume kendaraan yang
di terapkan di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim (Simpang
OB).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan hasil survei pengamatan dilapangan pada
penelitian ini tentang pengaruh petugas tidak resmi terhadapa kinerja Simpang
Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode simulasi software VISSIM, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Pada kondisi Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim dengan
tanpa adanya petugas tidak resmi (eksisting) memiliki nilai tingkat pelayanan
yaitu untuk lengan Barat dengan kriteria level of service D, lengan Utara
kriteria level of service C, lengan Timur dengan kriteria level of service C, dan
lengan Selatan dengan kriteria level of service C.
2. Pada kondisi Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim dengan
adanya petugas tidak resmi hasil kinerja Simpang Jalan Selokan Mataram –
Jalan Wahid Hasyim berdasarkan parameter tundaan kendaraan memburuk
dari kondisi simpang eksisting dengan nilai kriteria level of service lengan
Barat menjadi E, lengan Utara menjadi E, lengan Timur menjadi E dan lengan
Selatan menjadi E. Pada kondisi ini terjadi peningkatan nilai tundaan sebesar
63,78% dan peningkatan nilai panjang antrean sebesar 100,49 % dari hasil
analisis kondisi simpang eksisting.
3. Pada kondisi setelah dilakukan upaya manajemen lalu lintas berupa peralihan
rute sistem satu arah hasil kinerja Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim berdasarkan parameter tundaan kendaraan membaik dari kedua
kondisi yang sebelumnya. Namun ada salah satu lengan yang mengalami
penurunan kinerja simpang dalam parameter nilai tundaan. Pada kondisi ini
kriteria level of service untuk lengan Barat berubah menjadi B, lengan Utara
menjadi A dan lengan Selatan menjadi A. Pada kondisi ini terjadi penurunan
nilai tundaan sebesar 75,58% dan pernurunan nilai panjang antrean di lengan
121
122
Utara dan lengan Selatan sebesar 43,54% dan 37,22% serta terjadi peningkatan
di lengan Barat sebesar 31,17%.
6.2 Saran
Setelah melakukan penelitian di Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan
Wahid Hasyim dengan mengunakan mikrosimulasi software VISSIM. Berikut
adalah beberapa saran untuk penelitian selanjutnya.
1. Menggunakan parameter tingkat pelayanan yang lain serta menggunakan
software simulasi lalu lintas yang lain agar terlihat perbandingan antara kedua
software yang dipakai.
2. Memperluas pengamatan ke beberapa simpang yang berdekatan dengan
simpang yang akan di mikrosimulasikan (Simpang Jalan Selokan Mataram –
Jalan Wahid Hasyim / Simpang OB) menjadi satu arah di software VISSIM,
sehingga tidak hanya diketahui pengaruh terhadap satu simpang saja (Simpang
Jalan Wahid Hasyim – Jalan Manggis / Simpang MG).
3. Mengganti pengaturan signal controller pada permodelan petugas tidak resmi
ke pengaturan lain yang mungkin lebih identik dengan behaviour petugas tidak
resmi.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qadri, M. 2006. Pengaruh Petugas Resmi dan Petugas Tidak Resmi Terhadap
Lalu Lintas di Persimpangan Priotas : Studi Kasus Simpang Kompas
Kabupaten Bekasi. Tesis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Darmawan, A. dkk. 2017. Manajemen Lalu Lintas Satu Arah Kawasan Timur
Semarang. Jurnal Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro.
Semarang.
Google Maps. 2018. Simpang Jalan Selokan Mataram – Jalan Wahid Hasyim,
Sleman, DIY. https://www.google.com/maps/search/prempatan+OB/@-
7.7693759,110.4001477,17z/data=!3m1!4b1. Diakses tanggal 02
September 2018.
Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penerbit Gajah Mada
University Press. Yogyakarta
123
124
Wahyudin. 2017. Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal 3 Lengan (Studi Kasus:
Pertigaan JL. Pakuningratan, Yogyakarta). Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
W
JALA Tujua
A
N n Volum
H
SELO Kend e
K
ID H
AN M Kiri araan Total
ATAR OB Volum
Lenga Arah AM 161 e
AS Y
n Utara Lur
Tujua
n Volum us
Kend e 358
IM
OB Kiri araan Total Kana
Volum n 787
Barat L 275 e Lenga 268
urus n Arah
929 Tujua Volum JURUSAN TEKNIK SIPIL
n
Kanan Kend e JALA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
1481 Kiri araan Total N SE UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
277 OB Volum LOKA
Selata Lu 151 e N MA
TARA
n rus M
612 Lenga
n Arah
TUGAS AKHIR
Kanan 1223 Tujua Volum
460 n
Kend e
Kiri araan Total
OB Volum DOSEN PEMBIMBING
Timu Lu 305 e
JAL
r rus
1011
AN
Kanan 1497
WAH
181
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
ID
Lenga
n Arah
HA
Tujua Volum
U
SYIM
n
Kend e Total DIGAMBAR OLEH :
Kiri araan
MG Volum
Barat Lur 354 e
us
Kanan - MOH. ZUHDI RIDWAN HAKIKI
746
392
14511145
JALA
N MA
NGG
IS
Lenga
n Arah JUDUL
Tujua Volum
n
Lenga Kend e Total
n Arah Kiri araan
Tujua
MG Volum DISTRIBUSI VOLUME
n Volum - e
Kend e Utara Lu
Kiri araan Total rus
JAL
Selata Lur n
n us 214
858 NO. LBR
Kanan
AHI
2978
-
ASY DH
01
IM
J AL
AN
Lenga
n Arah
W
JALA Tujua Volum
A
n
N Kend e
H
SELO araan Total
K Kiri
ID H
AN M
ATAR OB Volum
AM
Utara Lur 161 e
AS Y
us
358
IM
Kanan 519
-
Lenga
n Arah
Tujua Volum JURUSAN TEKNIK SIPIL
n
Kend e Total
JALA
N SE
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Kiri araan LOKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
OB Volum N MA
Barat Lur 456 e TARA
M
us Lenga TUGAS AKHIR
1940 n Arah
Kanan 2978 Tujua Volum
n
582 Kend e Total
Kiri araan
OB Volum DOSEN PEMBIMBING
Selata Lu - e
JAL
n rus
612
AN
Kanan 1072
WAH
460
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
ID
Lenga
n Arah
HA
Tujua Volum
U
SYIM
n
Kend e Total DIGAMBAR OLEH :
Kiri araan
MG Volum
Barat Lu 354 e
rus
Kanan - MOH. ZUHDI RIDWAN HAKIKI
746
392
14511145
JALA
N MA
NGG
IS
Lenga
n Arah JUDUL
Tujua Volum
n
Lenga Kend e Total
n Arah Kiri araan
Tujua Volum MG Volum DISTRIBUSI VOLUME
n
Kend e Utara Lur - e
Kiri araan Total us
JAL
n rus n
858 214
NO. LBR
Kanan
AHI
1431
-
ASY DH
02
IM
JAL
WAH AN
ID HAS
YIM
JALA
N SE
LOKA
N MA
TARA JURUSAN TEKNIK SIPIL
M FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JALA
N SE
LOKA
N MA
TARA
M
TUGAS AKHIR
DOSEN PEMBIMBING
JAL
AN W
AHI
DH
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
ASY
JALA
N MA IM
NGG DIGAMBAR OLEH :
IS
14511145
JAL
NW A
ID H AH JUDUL
KONDISI EKSISTING
YIM
NO. LBR
03
JAL
WAH AN
ID HAS
YIM
JALA
N SE
LOKA
N MA
TARA JURUSAN TEKNIK SIPIL
M FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JALA
N SE
LOKA
N MA
TARA
M
TUGAS AKHIR
DOSEN PEMBIMBING
JAL
AN W
AHI
DH
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
ASY
JALA
N MA IM
NGG DIGAMBAR OLEH :
IS
14511145
JAL
NW A
ID H AH JUDUL
NO. LBR
04
Utara
Leng
OB
an
22,34
(Deti n
Tund
k)
aa
Panja
18,87
(Mete ntrean
ng A
r)
JALA Lenga
n Tund
N SE aa
(Detik n Panja
LOKA OB
Barat
) ng An
(Mete trean
N MA 34,16 r)
TARA 45,63
M
Lenga
n Tund
aa JURUSAN TEKNIK SIPIL
(Detik n Panja
ng An
OB )
Timu (Mete trean FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
r 14,77 r)
13,80 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Selata
Leng
OB
n
TUGAS AKHIR
an
21,18
(Deti n
Tund
k)
aa
Panja
23,29
(Mete ntrean
ng A
DOSEN PEMBIMBING
JAL
r)
WAH AN
I D
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
H ASY
JALA
N MAN
IM
U DIGAMBAR OLEH :
Utara
GGIS MOH. ZUHDI RIDWAN HAKIKI
Leng
MG
an
16,73
(Deti an
Tund
14511145
k)
a
Panja
37,56
(Mete ntrean
ng A
r)
Lenga
n Tund
aa
MG
(Detik n
)
Panja
ng An
(Mete trean
JUDUL
Barat r)
24,80
17,24
REKAPITULASI TUNDAAN
DAN PANJANG ANTREAN
KONDISI EKSISTING
JAL
Selata
Leng
MG
AN
n
an
12,24
NO. LBR
WA
(Deti n
Tund
k)
aa
HI
Panja
D
11,70
(Mete ntrean
ng A
H
r)
05
ASY
IM
Utara
Leng
OB
an
50,25
(Deti n
Tund
k)
aa
Panja
32,81
(Mete ntrean
ng A
r)
JALA Lenga
n Tund
N SE aa
(Detik n Panja
LOKA OB
Barat
) ng An
(Mete trean
N MA 49,97 r)
TARA 73,73
M
Lenga
n Tund
aa JURUSAN TEKNIK SIPIL
(Detik n Panja
ng An
OB )
Timu (Mete trean FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
r 42,82 r)
45,41
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Selata
Leng
OB
n
TUGAS AKHIR
n a
41,60
(Deti n
Tund
k)
aa
Pa
116,4
njang
(Mete ntrean
DOSEN PEMBIMBING
9
JAL
A
r)
WAH AN
I D
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
H ASY
JALA
N MAN
IM
U DIGAMBAR OLEH :
Utara
GGIS MOH. ZUHDI RIDWAN HAKIKI
Leng
MG
an
17,30
(Deti an
Tund
14511145
k)
a
Panja
37,26
(Mete ntrean
ng A
r)
Lenga
n Tund
aa
MG
(Detik n
)
Panja
ng An
(Mete trean
JUDUL
Barat r)
25,21
19,12
REKAPITULASI TUNDAAN
DAN PANJANG ANTREAN
KONDISI PETUGAS
JAL
TIDAK RESMI
Selata
Leng
MG
AN
n
an
12,31
NO. LBR
WA
(Deti n
Tund
k)
aa
HI
Panja
D
12,15
(Mete ntrean
ng A
H
r)
06
ASY
IM
Utara
Leng
OB
an
1,08
(Deti n
Tund
k)
aa
njang Pa
(Mete ntrean
5,01
A
r)
JALA Lenga
n Tund
N SE aa
(Detik n Panja
LOKA OB
Barat
) ng An
(Mete trean
N MA 11,63 r)
TARA 46,73
M
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Selata
Leng
OB
n
TUGAS AKHIR
an
4,22
(Deti n
Tund
k)
aa
Panja
8,34
(Mete ntrean
ng A
DOSEN PEMBIMBING
JAL
r)
AN W
AHI
D HA
PRIMA JUANITA R., S.T., M.SC.
SYIM
JALA
N MAN U DIGAMBAR OLEH :
Utara
GGIS MOH. ZUHDI RIDWAN HAKIKI
Leng
MG
an
8,46
(Deti an
Tund
14511145
k)
a
Panja
10,14
(Mete ntrean
ng A
r)
Lenga
n Tund
aa
MG
(Detik n
)
Panja
ng An
(Mete trean
JUDUL
Barat r)
0,75
23,57
REKAPITULASI TUNDAAN
DAN PANJANG ANTREAN
KONDISI SATU ARAH
JAL
Selata
Leng
MG
AN
n
an
24,73
NO. LBR
WA
(Deti n
Tund
k)
aa
HI
njang Pa
269,6
D
(Mete ntrean
5
H
A
r)
07
ASY
IM
Gambar L-2.1 Permodelan VISSIM Kondisi Eksisting