PENYELESAIAN MASALAH
yaitu :
1. Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkankontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan pelatihan
pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi
yang berkembang. Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki
kepribadian yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam
hal ini karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat
memperkecil resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
2. Prosedur Otoritas Yang Wajar
a. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk
apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen pentingmilik
nasabah.
3. Dokumen dan catatan yang cukup
a. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan buktisetoran/
penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap identifikasiteller yang
memproses.
b. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas,
c. Cash Register (daftar persediaan uang tunai berdasarkan kopurs/masing-masing
pecahan)
4. Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
a. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh
teller.
b. Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller yang
bersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.
c. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan
pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
d. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus
dibuatkanberita acara selisih kas.
e. Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas atau
pejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
f. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke
counterarea.
5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen
a. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang
berasaldari unit kas.
b. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
c. Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.
b. Kasus Audit Investasi
Polda Minta BPKP Audit Kasus Investasi PT KAI
Untuk mengetahui berapa nilai kerugian negara dalam kasus proyek investasi PT Kereta Api
Indonesia (PT KAI) dengan PT Optima Karya Capital Manajemen (OKCM), penyidik Satuan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Jabar berkoordinasi dengan BPKP. Permohonan untuk
mengaudit proyek tersebut, sudah diajukan penyidik beberapa waktu lalu. ‘’Kami sudah
berkoordinasi dengan BPKP untuk melakukan audit,’’kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes
Pol Drs Dade Achmad, Jumat (30/10).
Dikatakan Dade, dengan adanya audit maka akan diketahui berapa kerugian negara akibat
kasus tersebut. Biasanya, imbuh dia, hasil audit tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Ia
berharap BPKP bisa melakukan audit secara cepat sehingga kasus ini semakin jelas. ‘’Kita
belum tahu kapan BPKP akan menyampaikan hasil auditnya. Mudah-mudahan tidak
lama,’’kata dia. Sebagaimana diberitakan Republika, dana investasi yang ditanamkan PT KAI
ke PT OKCM jumlahnya Rp 100 miliar. Menurut Kasat Tipikor Polda Jabar, AKBP Drs Sony
Sonjaya, dana investasi tersebut sampai saat ini belum dikembalikan oleh pihak PT OKCM.
‘’Kalau dikembalikan tentunya tak ada kerugian negara, sampai saat ini belum ada dana yang
dikembalikan,’’ujar dia.Kasus Perdata
Sementara itu, kuasa hukum tersangka Ahmad Kuncoro (Direktur Keuangan PT KAI),
Triweka Rinanti, SH, MH, menilai kasus proyek investasi merupakan persoalan perdata. Kata
dia, antara PT KAI dengan PT OKCM tentang pengembalian dana Rp 100 juta sudah
dituangkan dalam kesepakatan bersama. ‘’Jadi sangat tidak tepat kalau penyidik
mempersoalkan masalah ini sebagai kasus pidana. Ini jelas perdata,’’kata dia.
Dokumen perjanjian pembayaran utang-piutang itu, lanjut Triweka, bisa menjadi bukti
kuat bahwa persoalan tersebut merupakan kasus perdata. Selain masalah tersebut, ia juga
mempertanyakan penahanan kliennya. Sedangkan tersangka dari PT OKCM sampai saat ini
tidak ditahan. ‘’Sangat tidak adil cara seperti ini. Uang itu berada di PT OKCM, kok malah
tidak ditahan,’’ujar dia.
Kesimpulan:
1. PT KAI menderita kerugian sebesar Rp 100 miliar terhadap investasi pada PT OKCM
karena dana investasi tersebut tidak dikembalikan.
2. Proses audit yang memakan waktu cukup lama.
3. Kasus ini dijadikan kasus pidana, padahal seharusnya masuk ke ranah perdata.