Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok 8 :

1. Lutfina Putri Indaswari (175030400111010)


2. Abidatul Afifah (175030401111012)
3. Adhi Dumadi (175030401111021)
Tahap-tahap Audit (3) : Pelaksanaan Pengujian Audit.
1. Pengujian Subtantif Kas dan Investasi
a. Tujuan Pengujian Substantif Kas dan Investasi
- Tujuan Pengujian Sunstantif Kas
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan kas.
2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas
yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.
- Tujuan Pengujian Investasi
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan investasi.
2. Membuktikan bahwa saldo investasi mencerminkan kepentingan klien yang ada
pada tanggal neraca dan mencerminkan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan investasi selama tahun yang di audit.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun yang diaudit dan
kelengkapan saldo investasi yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan bahwa saldo investasi yang dicantumkan di neraca merupakan
milik klien.
5. Membuktikan kewajaran penilaian investasi yang dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan investasi di neraca.
b. Program Pengujian Substantif Kas dan Investasi
- Program Pengujian Substantif Kas
1. Prosedur Audit Awal
- Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun kas yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang bersangkutan
dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber-posting
dalam akun kas.
d. Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pendebitan akun kas ke dalam jurnal yang bersangkutan
2. Prosedur Analitik
a. Hitung rasio :
Rasio kas dengan aktiva lancar.
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada
data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.
c. Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas akhir
tahun yang lalu
3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
a. Buatlah pengujian pisah batas transaksi kas :
- Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo
kas menurut catatan klien
- Usut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke
dalam cutoff bank statement.
- Periksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal
neraca.
- Periksa adanya cek kosong yang tercantum di dalam cutoff bank statement.
- Periksa semua cek di dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan
hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal
neraca.
b. Buatlah daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca
untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.
c. Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank empat kolom.
d. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan
dan pengeluaran kas.
4. Pengujian terhadap Akun Rinci
a. Hitung kas yang ada di tangan klien.
b. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening koran bank yang bersangkutan.
c. Lakukan konfirmasi saldo di kas bank.
d. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening koran bank
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
a. Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan
terhadap pemakaian rekening tertent klien di bank.
b. Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas
klien
- Program Pengujian Invetasi
1. Prosedur Audit Awal
a. Usut saldo investasi yang tercantum di neraca ke saldo akun investasi yang
bersangkutan dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun investasi di dalam buku besar.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber-posting
dalam akun investasi.
d. Usut saldo awal akun investasi ke kertas kerja tahun yang lalu.
e. Usut posting pengkreditan dan pendebitan akun investasi ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol investasi dalam buku besar ke buku
pembantu investasi.
2. Prosedur Analitik
Menghitung rasio:
a. Rasio investasi sementara dengan aktiva lancar.
b. Rasio investasi jangka panjang dengan aktiva lancar.
c. Rate of returns tiap-tiap golongan investasi.
Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.
3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan penjualan
investasi.
b. Hitung kembali pendapatan bunga dan dividen tahun yang diaudit.
c. Hitung kembali laba dan rugi yang timbul dari transaksi penjualan surat
berharga.
d. Hitung kembali laba dan rugi yang timbul dari transaksi penjualan investasi.
e. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian surat berharga dalam
periode sekitar tanggal neraca.
f. Periksa dokumen yang mendukung transaksi penjualan surat berharga dalam
periode sekitar tanggal neraca.
g. Periksa dokumen yangmendukung pemerolehan investasi yang dimiliki oleh
klien pada tanggal neraca.
4. Pengujian terhadap Akun Rinci
a. Pelajari notulen rapat pemegang saham dan direksi.
b. Minta daftar surat berharga yang ada di tangan klien dan lakukan penghitungan
dan inspeksi terhadap sertifikat surat berharga tersebut.
c. Kirimkan konfirmasi terhadap surat berharga milik klien yang berada di tangan
pihak lain.
d. Lakukan rekonsiliasi antara surat berharga yang dihitung dengan hasil
konfirmasi dan jumlah yang dihasilkan di neraca.
e. Lakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap polis asuransi surat berharga.
f. Minta informasi mengenai surat berharga yang dijadikan jaminan penarikan
utang.
g. Bandingkan metode penilaian investasi yang digunakan oleh klien dengan
prinsip akuntansi berterimas umum di Indonesia.
h. Bandingkan nilai investasi dengan harga pasar surat berharga.
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
a. Periksa klasifikasi surat berharga sebagai investasi sementara dan investasi
jangka panjang.
b. Periksa investasi jangka panjang mengenai kemungkinan sebagai alat
pengendalian perusahaan lain.
2. Kasus Audit Kas dan Investasi
a. Kasus Audit Kas
Laporan Fiktif Kas di Bank BRI Unit TapungRaya
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi. Ia
terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan
keuangan. Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari
BRI Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan
pemeriksaan di BRI Unit Tapung. Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil
pemeriksaan antara jumlah saldo neraca dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan cermat, diketahu iadanya transaksi gantung yaitu adanya
pembukuan setoran kas Rp 1,6 miliar yang berasal BRIUnit Pasir Pengaraian II ke BRI
Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011 yang dilakukanMasril, namun tidak disertai
dengan pengiriman fisik uangnya.Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang
dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan
ditahan di sel Mapolres Kampar karenamentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa
laporan pembukuan.Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang
Bangkinang dan Rustian.
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. “Masril telah melakukan tindak pidana
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank
(TP Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU
No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan
ancaman hukuman 10 tahun,” kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6
orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.

PENYELESAIAN MASALAH
yaitu :
1. Skills Kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan bidang kerja yang ia
lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut untuk
meningkatkankontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan pelatihan
pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuaidengan perkembangan teknologi
yang berkembang. Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki
kepribadian yangberbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam
hal ini karyawandiharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat
memperkecil resikoterjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
2. Prosedur Otoritas Yang Wajar
a. Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller.
b. Penyimpanan uang dalam khasanah harus menggunakan pengawasan ganda.
c. Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk
apapundari nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut.
d. Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen pentingmilik
nasabah.
3. Dokumen dan catatan yang cukup
a. Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan buktisetoran/
penarikan. Setiap bukti setoran/ penarikan harus diberi cap identifikasiteller yang
memproses.
b. Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan
buktipendukung seperti Daftar Mutasi Kas,
c. Cash Register (daftar persediaan uang tunai berdasarkan kopurs/masing-masing
pecahan)
4. Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan
a. Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkanoleh
teller.
b. Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller yang
bersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan.
c. Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan
pemimpincabang, diinvestigasi dan dikoreksi.
d. Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus
dibuatkanberita acara selisih kas.
e. Area teller/ counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas atau
pejabat yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk.
f. Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke
counterarea.
5. Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen
a. Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang
berasaldari unit kas.
b. Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh SKAI.
c. Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.
b. Kasus Audit Investasi
Polda Minta BPKP Audit Kasus Investasi PT KAI
Untuk mengetahui berapa nilai kerugian negara dalam kasus proyek investasi PT Kereta Api
Indonesia (PT KAI) dengan PT Optima Karya Capital Manajemen (OKCM), penyidik Satuan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Jabar berkoordinasi dengan BPKP. Permohonan untuk
mengaudit proyek tersebut, sudah diajukan penyidik beberapa waktu lalu. ‘’Kami sudah
berkoordinasi dengan BPKP untuk melakukan audit,’’kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes
Pol Drs Dade Achmad, Jumat (30/10).
Dikatakan Dade, dengan adanya audit maka akan diketahui berapa kerugian negara akibat
kasus tersebut. Biasanya, imbuh dia, hasil audit tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Ia
berharap BPKP bisa melakukan audit secara cepat sehingga kasus ini semakin jelas. ‘’Kita
belum tahu kapan BPKP akan menyampaikan hasil auditnya. Mudah-mudahan tidak
lama,’’kata dia. Sebagaimana diberitakan Republika, dana investasi yang ditanamkan PT KAI
ke PT OKCM jumlahnya Rp 100 miliar. Menurut Kasat Tipikor Polda Jabar, AKBP Drs Sony
Sonjaya, dana investasi tersebut sampai saat ini belum dikembalikan oleh pihak PT OKCM.
‘’Kalau dikembalikan tentunya tak ada kerugian negara, sampai saat ini belum ada dana yang
dikembalikan,’’ujar dia.Kasus Perdata
Sementara itu, kuasa hukum tersangka Ahmad Kuncoro (Direktur Keuangan PT KAI),
Triweka Rinanti, SH, MH, menilai kasus proyek investasi merupakan persoalan perdata. Kata
dia, antara PT KAI dengan PT OKCM tentang pengembalian dana Rp 100 juta sudah
dituangkan dalam kesepakatan bersama. ‘’Jadi sangat tidak tepat kalau penyidik
mempersoalkan masalah ini sebagai kasus pidana. Ini jelas perdata,’’kata dia.
Dokumen perjanjian pembayaran utang-piutang itu, lanjut Triweka, bisa menjadi bukti
kuat bahwa persoalan tersebut merupakan kasus perdata. Selain masalah tersebut, ia juga
mempertanyakan penahanan kliennya. Sedangkan tersangka dari PT OKCM sampai saat ini
tidak ditahan. ‘’Sangat tidak adil cara seperti ini. Uang itu berada di PT OKCM, kok malah
tidak ditahan,’’ujar dia.
Kesimpulan:
1. PT KAI menderita kerugian sebesar Rp 100 miliar terhadap investasi pada PT OKCM
karena dana investasi tersebut tidak dikembalikan.
2. Proses audit yang memakan waktu cukup lama.
3. Kasus ini dijadikan kasus pidana, padahal seharusnya masuk ke ranah perdata.

Anda mungkin juga menyukai