Anda di halaman 1dari 1

PARADIGMA PENDIDIKAN PESANTREN

Post-Tradisionalisme Ki Hajar Dewantara dalam Konstruksi Pendidikan Anti-Kolonial

Oleh:
Bahauddin
STAI Taswirul Afkar Surabaya
bahauddin@taswirulafkar..ac.id

Penelitian ini menjelaskan tentang konstruksi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang berbasis
anti-kolonial. Kolonialisme yang dialami Indonesia, tidak hanya mempengaruhi konteks
sosial dan budaya, akan tetapi juga memberikan dampak yang signifikant terhadap konstruksi
pendidikan. Konstruks yang hendak dibangun oleh bangsa kolonial, memancing respon dari
Ki Hajar Dewantara untuk memberikan perlawanan dengan mencoba memformulasikan
sistem pendidikan dengan berbasis pesantren.
Dengan perspektif post-tradisionalisme, penelitian ini menyimpulkan bahwa dekonstruksi
pendidikan yang dilakukan Ki Hajar Dewantara atas responnya terhadap konstruk pendidikan
kolonial didasarkan sistem pendidikan pesantren yang dipandangnya sebagai sistem
pendidikan nasional yang dapat bertahan lama dimulai semenjak zaman Hindu-Budha hingga
sekarang. Pendidikan bagi Ki Hajar, terbangun di tiga tempat yang menjadi pusat pendidikan
(tri centra), alam keluarga, alam perguruan, dan alam gerakan pemuda. Ketiga pusat
pendidikan yang dimaksud berkumpul dalam institusi pesantren. Pergaulan sesama santri
yang jauh dari keluarga menjadikan diantara mereka terjalin kekerabatan baru selayaknya
keluarga, sentralistik sekolah dan aktivitas-aktivitas santri yang menunjang tidak hanya pada
pembentukan intelektual tetapi juga moral. Dengan mengambil konsep pendidikan pesantren
tidak menjadikan Ki Hajar untuk beromanstisisme dengan masa lalu, akan tetapi ia justru
membangun konsep kemajuan dalam pendidikan melalui tradisi itu sendiri. Ia membuka
ruang untuk melestarikan, mengkritisi, dan mendasarkan pada nilai etis ke-Indonesian dengan
konsep trikon, kontinbuitas, konvergensi, dan konsentris.

Kata kunci: Post-tradisionalisme, Tripusat-Trikon, Pendidikan Anti-Kolonial

Anda mungkin juga menyukai