Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN TAFSIR MASA MODERN

DI SAUDI ARABIA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah

Pemetaan Kajian Tafsir

Oleh:

Mahbub Ghozali
F530215033

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015
A. Pendahuluan
al-Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muh}ammad sebagai petunjuk.
Petunjuk tersebut tidak hanya dalam masalah keagamaan akan tetapi segala hal
yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Begitu juga, petunjuk yang di
isyaratkan al-Qur’an tidak hanya berlaku dalam satu konteks wilayah. Petunjuk
tersebut berlaku bagi seluruh manusia dimanapun berada.
Oleh sebab itu, dalam memahami al-Qur’an, beberapa mufassir
dipengaruhi oleh konteks sejarah maupun teologi yang melatar belakangi penafsir.
Hal ini terbukti, beberapa tafsir memiliki kecenderungan terhadap sudut pandang
yang digunakan oleh mufassir yang bisa jadi dipengaruhi oleh keilmuan ataupun
setting sosial disekitarnya.
Beberapa kitab tafsir lahir di wilayah-wilayah berbeda, dengan
karakteristik yang berbeda pula. Makalah ini dimaksudkan untuk membahas lebih
jauh tentang kitab tafsir yang dikarang oleh ulama yang dilahirkan di Arab Saudi.
Pembatasan ini dimaksudkan untuk mempersempit wilayah kajian karena
beberapa kitab tafsir dikarang di Arab Saudi oleh ulama yang lahir di luar Arab
Saudi. Begitu juga, makalah ini membatasi kitab tafsir pada zaman modern.
Pengistilahan modern yang dimaksud dalam makalah ini adalah batas waktu
dimana dinasti Saudi memunculkan pengaruhnya dalam perpolitikan turki Usmani
pada pertengahan Abad ke-18.1
Dari penelusuran penulis terdapat beberapa kitab tafsir yang dihasilkan
oleh ulama Arab Saudi. Diantaranya, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m
karya Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b (1703-1792), Taisi>r al-Kari>m al-
Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n karya Abd al-Rah}ma>n bin Na<sir
al-Sa’diy (1889-1956), Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya Muh}ammad bin
S}a>lih al-Uthaymin (1925-2001), al-Tafsi>r al-Muyassar karya A<id} al-
Qarniy, al-Tafsi>r al-Muyassar karya Mujjamma’ al-Malik.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas dua tafsir pada periode awal
masa modern yakni Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m karya
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b (1703-1792), Taisi>r al-Kari>m al-

1
Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci (Jakarta: Logos, 1999), 104.

1
Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n karya Abd al-Rah}ma>n bin Na<sir
al-Sa’diy (1889-1956). Pemilihan kedua tafsir ini berdasarkan periodeisasi yang
dilakukan para sejarawan terhadap sejarah Arab Saudi, yakni periode awal
berlangsung ketika terbentuknya keamiran di Dar’iyyah tahun 1725, periode
kedua berlangsung ketika penaklukan yang dilakuakan Muh}ammad Ali Pasha
tahun 1818. Kedua periode ini juga berpengaruh pada aliran teologinya. Pada
periode awal dipengaruhi oleh Muh{ammad bin Abd al-Wahha>b sedang yang
kedua dipengaruhi oleh kekuasaan Turki Usmani yang beraliran Sunni.2
Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dijelaskan
B. Tafsir masa Modern di Arab Saudi
1. Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m karya Muh}ammad bin Abd al-
Wahha>b
a. Biografi Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
Nama lengkapnya adalah Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b bin
Sulaima>n bin Ali> bin Muh}ammad bin Rashi>d bin Ba>ri> bin Musharif
bin Umar al-Tami>miy. Ia lahir di Uyainah, Najd pada tahun 1703 M. dan
wafat tahun 1787 M. Ayahnya, Abd al-Wahha>b adalah seorang al-Qa>d{i>
di Uyainah. Kakeknya, Sulaima>n bin Ali> adalah salah seorang tokoh dari
madhhab Hana>bilah.3
Sejak kecil, Muh{ammad bin Abd al-Wahha>b mempelajari Fikih
madhhab Ah}mad bin Hanbal dari ayahnya. Ia juga mempelajari kitab tafsir,
hadis dan akidah. Dari hal yang dipelajari, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
mulai mengingkari perbuatan yang dilakukan oleh penduduk Najd. Setelah
itu, ia pergi ke Mekkah untuk melaksanakan Ibadah Haji.4 Dari sinilah
perjalanan ilmiah Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b dimulai.
Setelah dari Mekkah, ia menuju ke Madinah untuk menuntut ilmu
kepada Abd Allah bin Ibra>hi>m bin Saif. Seperti halnya di Najd,

2
Ibid., 152.
3
Mahmu>d Shukri> al-Alu>siy, Ta>ri>kh Najd (tt: ttp, 2005), 111.
4
Ibid., 112.

2
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b menginkari perbuatan masyarakat
Madinah di makam Nabi Muh}ammad.5
Dia melanjutkan perjalanan menuju Najd kemudian ke Bas}rah. Di
Bas}rah, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b menetap beberapa lama dan
menuntut ilmu kepada Muh}ammad al-Majmu>’iy. Ia pun mengingkari apa
yang dilakukan masyarakat Bas}rah hingga mereka mengusirnya. Ketika ia
diusir dari Bas}rah, ditengah perjalanan, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
mulai kehausan. Kemudian ia bertemu dengan Abu> H}ami>da>n, yang
memberinya air dan kendaran menuju kota al-Zubayr.6
Setelah dari al-Zubayr, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b, ingin
melanjutkan perjalanan ke Sha>m akan tetapi niatnya tersebut tidak
terlaksana dikarenakan bekalnya habis. Sebagai gantinya, ia kemudian
melanjutkan perjalanannya ke kota Ah}sa’. Di sana, ia menuntut ilmu kepada
Abd Allah bin Muh}ammad bin Abd al-Lat}i>f al-Sha>fi’iy al-Ah}sa>iy.7
Dari Ah}sa’, ia menuju ke kota H}uraimalah di Najd. Di kota inilah
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b bertemu dengan ayahnya. Disinilah
kemudian dakwah Muh}ammad bin Abd al-Wahha>d dimulai. Ia memulai
dengan mengingkari akidah penduduk Najd sehingga menimbulkan
perdebatan dengan ayahnya sendiri.8
b. Karya Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b memiliki karya yang banyak dan
multidisipliner. Diantara karya-karyanya:
Dalam bidang akidah: al-‘Aqi>dah dan kita>b al-kaba>ir
Dalam bidang Fikih: Mukhtas}ar al-Ins}a>f wa al-Sharh} al-Kabi>r, Arba’
Qawa>id Tadawwa al-Ahka>m alaiha> wa yali>ha> Nabdhah fi> Itba>’
al-Nus}u>s} ma’a Ih}tira<m al-Ulama’, Mabh}ath al-Ijtiha>d wa al-
Khila>f, Kita>b al-T}aha>rah
Dalam bidang Sejarah: Mukhtas}ar Si>rah al-Rasu>l

5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Ibid., 113.

3
Dalam bidang Tafsir: Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m dan Kita>b
Fad}a>il al-Qur’a>n.9
c. Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m
Kitab tafsir ini disusun oleh Muh}ammad Balta>jiy dengan
menggunakan dua manuskrip kitab tafsir yang telah ditulis oleh Muh}ammad
bin Abd al-Wahha>b, yakni istiba>t} al-Qur’a>n dan manuskrip yang telah
di tulis ulang oleh Ali bin Salma>n pada tahun 1276 H/ 1860 M.10 Manuskrip
yang kedua ini lebih dijadikan pelengkap dari manuskrip yang pertama.
Untuk lebih memahami Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m,
dipaparkan penjelasan yang lebih terperinci mengenai sistematika penulisan,
metode dan corak penafsiran.
1) Sistematika Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m
Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m termasuk dalam karya
tafsir dengan menggunakan tati>b mush}afi>. Tafsir ini dimulai dengan
penjelasan surat al-Fa>tih}ah hingga al-Na>s secara berurutan. Sebelum
menjelaskan al-Fa>tih}ah, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b terlebih
dahulu menjelaskan tentang tujuan shalat, yakni mengahadapkan hati
kepada Allah. Menurutnya, jika seseorang melakukan shalat tanpa
menghadapkan hatinya maka sama halnya dengan tubuh tanpa jiwa. Ia
kemudian mengutip surat al-Ma>’u>n ayat 4-5 dengan berpendapat bahwa
termasuk dari makna al-sahw adalah kelalaian hati.11 Sehingga yang
dimaksud celaka dalam ayat ini adalah seseorang yang shalat dengan tidak
menghadapkan hatinya kepada Allah dan menjadikan shalatnya tidak
diterima.
Kemudian Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b menjelaskan bahwa
salah satu bagian dari syarat diterimanya shalat adalah al-Fa>tih}ah.12

9
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b, Muallafa>t al-Shaikh al-Ima>m Muh}ammad bin Abd al-
Wahha>b (tt: Maktabah Ibn Taymiyah, 2010).
10
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m (tt: Maktabah
Ibn Taymiyah, 2010), 6.
11
Ibid., 7.
12
Ibid., 8.

4
Kemudian ia memulai penjelasan al-Fa>tih}ah dengan memulai dengan
penjelasan tentang ta’awwudh dan basamalah.
Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m, tidak menjelaskan
surat al-Qur’an yang jumlahnya 11413 surat secara keseluruhan, akan tetapi
hanya menjelaskan 23 surat. Begitu juga dalam menjelaskan surat-surat
tersebut, hanya 10 surat yang dijelaskan secara penuh sesuai dengan
jumlah ayatnya.
Dalam sistematika penjelasannya, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n
al-Kari>m dimulai dengan penjelasan seluruh ayat dalam surat al-
Fa>tih}ah. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan surat al-Baqarah
dimulai dari ayat 102, 109-110, 124-142; surat A<li Imra>n dimulai dari
ayat 78-82, 100-108; al-An’a>m dimulai dari ayat 40-45, 50-55, 70-90; al-
A’ra>f dimulai dari ayat 2-24, 26-33, 59-84, 175-177; surat Yunus ayat
104-106; surat Hu>d dari ayat 1-16, 49; surat Yu>suf ayat 1-17, 19-111;
surat al-H}ijr; surat al-Nah}l; surat al-Kahfi ayat 1-10, 13-16, 19-29, 49,
60-82; surat Ta>ha ayat 124-127; surat al-Mu’minu>n ayat 51-53; surat al-
Nu>r ayat 1-25; al-Qas}as} ayat 1-42; surat al-Zumar; surat al-H}ujura>t
ayat 2-10; surat al-Jin; surat al-Mudaththir ayat 1-7; surat al-‘Alaq; surat
al-Quraysh; al-Ikhla>s}; al-Falaq dan surat al-Na>s.
Selain itu, penyusunan penjelasan dalam Tafsi>r A<ya>t min al-
Qur’a>n al-Kari>m dilakukan dengan membagi kandungan ayat menjadi
beberapa pokok bahasan. Misalnya dalam penafsiran Muh}ammad bin
Abd al-Wahha>b surat al-Baqarah ayat 139.

‫وأما قوله (قل أتحاجوننا فى هللا وهو ربنا وربكم ولنا أعمالنا ولكم‬
:‫أعمالكم ونحن له مخلصون) عشرة ففيها مسائل‬
‫ فإذا كان هللا‬:‫ أمر هللا لنا أن نحاجهم بهذه الحجة القاطعة‬:‫األولى‬
‫ وايضا أنه باقراركم (أنه) عدل ال يظلم بل كل عامل فعمله‬،‫رب الجميع‬
14
.‫ وافترقنا فى كوننا قاصدينه مخلصين له الدين وانتم قصد ثم غيره‬،‫له‬
2) Metode dan Corak Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m

13
Lihat Muh}ammad bin Abd Allah al-Zarkashiy, al-Burha>n fi> Ulu>m al-Qur’a>n, Vol. I
(Kairo: Da>r al-Tura>th, tt), 164.
14
Abd al-Wahha>b, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n, 40-41.

5
Menurut al-Farma>wiy, metode tafsir terbagi menjadi empat
bagian pokok. Pertama, metode tah}li>li>, menurutnya adalah suatu
metode yang menjelaskan makna-makna yang dikandung ayat al-Qur’an
yang urutannya disesuaikan dengan tertib ayat yang ada dalam mushaf al-
Qur’an dari berbagai aspek. Penjelasan makna-makna ayat tersebut bisa
makna kata atau penjelasan umumnya, susunan kalimatnya, asba>b al-
nuzu>l-nya, serta keterangan yang dikutip dari Nabi, sahabat maupun
ta>bi‘i>n. Kedua, metode ijma>li>, yaitu menafsirkan ayat al-Qur’an
dengan cara mengemukakan makna secara global. Sistematikanya
mengikuti urutan surat al-Qur’an, sehingga makna-maknanya saling
berhubungan. Penyajiannya menggunakan ungkapan yang diambil dari al-
Qur’an sendiri dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung,
sehingga memudahkan para pembaca dalam memahaminya. Ketiga,
metode maqa>ran, yaitu menafsirkan ayat dengan cara perbandingan.
Keempat, metode mawd}u>‘i>, yaitu, menafsirkan ayat al-Qur’an secara
tematis.15
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan al-Farma>wiy, Tafsi>r
A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m, masuk dalam kategori tafsir dengan
metode tah}li>liy. Hal ini didasarkan pada penjelasan Muh}ammad bin
Abd al-Wahha>b mengenai makna-makna yang terkandung dalam al-
Qur’an dengan urutan yang disesuaikan dengan tartib ayat dalam mushaf
dari berbagai aspek. Penjelasan makna yang dilakukan Muh}ammad bin
Abd al-Wahha>b, dimulai dengan sabab al-nuzu>l ayat jika ayat tersebut
memiliki sabab al-nuzu>l. Kemudian penjelasannya diikuti dengan
penjelasan makna lafad dan penafsirannya. Untuk lebih menggambarkan
secara jelas metode yang ditempuh Muh{ammad bin Abd al-Wahha>b,
dapat dilihat dari contoh penafsirannya,

‫(الحمد هلل رب العالمين) فاعلم أن الحمد هو الثناء بالسان على‬


‫ فأخرح بقوله الثناء بالفعل الذي يسمى لسان الحال‬،‫الجميل االختياري‬

15
‘Abd al-Hayyi> al-Farma>wi>, al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>, Dira>sah
Manhajiyyah Mawd}u>iyyah (Kairo: al-H}ad}ara>t al-Gharbiyyah, 1977) 17-49.

6
‫ على الجميل االختياري أي الذي يفعله‬:‫ وقوله‬،‫فذلك من نوع الشكر‬
‫ وأما الجميل الذي الصنع له مثل الجمال ونحوه فالثناء به‬،‫اإلنسان بإرادته‬
‫ أن الحمد يتصمن المدح‬:‫ والفرق بين الحمد والشكر‬،‫يسمى مدحا ال حمدا‬
‫والثناء على المحمود بذكر محاسنه سواء كان إحسانا إلى الحامد او لم يكن‬
‫ فإن هللا يحمد على ما له من‬،‫ ألنه يكون على المحاسن واإلحسان‬،‫والشكر‬
‫ (الحمد هلل الذى‬:‫ ولهذا قال‬،‫ وما خلقه فى اآلخرة واألولى‬.‫األسماء الحسنى‬
‫ (الحمد هلل الذي خلق السموات واالرض) إلى‬:‫لم يتخذ ولدا) اآلية وقال‬
.‫غير ذلك من اآليات‬
‫ (الحمد) لالستغراق أي جميع أنواع الحمد‬:‫واأللف والالم فى قوله‬
‫ وخلق السمع‬،‫ فأما الذي ال صنع للخلق فيه مثل خلق اإلنسان‬،‫هلل ال لغيره‬
‫ وأما ما يحمد‬،‫والبصر والسماء واألرض واألرزاق وغير ذلك فواضح‬
‫ وعلى‬،‫عليه المخلوق مثل ما يثنى به على الصالحين واألنبياء والمرسلين‬
‫ فهذا كله هلل ايضا بمعنى أنه‬،‫من فعل معروفا خصوصا إن أسداه إليك‬
‫خلق ذلك من أفضال هللا الذي لو يختل بعضها لم يحمد ذلك المحمود‬
16
.‫فصار الحمد هلل كله بهذا االعتبار‬
Selain klasifikasi al-Farma>wiy, al-Zarqa>niy membagi tafsi>r
menjadi tiga, al-tafsi>r bi al-ma’thu>r, al-tafsi>r bi al-ra’y dan al-tafsi>r
al-isha>riy. al-Tafsir bi al-ma’thu>r adalah penjelasan ayat-ayat al-
Qur’an dengan ayat lain, dengan sunnah ataupun dengan perkataan
sahabat.17 Sedangkan tafsri bi al-ra’y adalah menafsirkan al-Qur’an
berdasarkan ijtihad mufasir.18 Sedangkan al-tafsi>r al-isha>riy adalah
pemalingan makna dari makna yang tampak berdasarkan petunjuk yang
tersirat dari etika (al-sulu>k) dan tasawuf.19
Dengan pengertian ini, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-
Kari>m masuk dalam al-tafsi>r bi al-ra’y meskipun dalam memahami
sebuah ayat, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b menjelaskan dengan
mengkorelasikan ayat dengan ayat lain di lain surat. Hal ini didasarkan
pada pendapat al-Zarqa>niy bahwa dalam al-tafsi>r bi al-ra’y diharuskan

16
Abd al-Wahha>b, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n, 10-11.
17
Muh}ammad Abd al-‘Adi>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> Ulu>m al-Qur’a>n, Vol.
II (Beirut: Da>r al-Kita>b al-Arabi>, 1995), 12.
18
Ibid., 42.
19
Ibid., 66.

7
menyandarkan pendapatnya dengan dalil al-Qur’an maupun hadis.20
Sehingga pencantuman ayat lain ketika menjelaskan sebuah ayat
merupakan bagian dari penguatan pendapat Muh}ammad bin Abd al-
Wahha>b dalam memahami al-Qur’an.
Selain itu, pengkategorian Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-
Kari>m ke dalam al-tafsi>r bi al-ra’y, didasarkan pada penggunaan
ijtihad dari Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b dalam menjelaskan
kandungan dan makna al-Qur’an. Salah satu bentuk ijtihad Muh}ammad
bin Abd al-Wahha>b adalah penekanan penafsirannya terhadap Tauhid.
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b memberikan porsi yang besar
dalam pembahasan mengenai ketuhanan. Ia berpendapat bahwa tauhid
adalah pokok dari ibadah.21 Ia menganggap bahwa syirik adalah dosa besar
yang tidak terampuni.22 Salah satu bagian dari syirik menurut
Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b adalah taat kepada seseorang yang
memberi petunjuk secara nyata meskipun didalam hatinya memiliki
keimanan.23
Salah satu bagian dari syirik adalah memuja seseorang yang telah
mati atau menjadikannya sebagai perantara.24 Menurutnya, salah satu
penyebab seserang kafir adalah memuja orang yang salih,

:‫ (واتل عليهم نبأ الذي آتيناه آياتنا فانسلخ منها) فيه مسائل‬:‫وقوله عز وجل‬
‫ ويعرف ذلك‬،‫ كما فى قصة أدم وإبليس‬،‫ معر فة أن ال إله إال هللا‬:‫األولى‬
25
.‫ وهو الغلو فى الصالحين و الجهل بعظمة هللا‬،‫من عرف اسباب الشرك‬

Dalam ber-tawas}ul, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b


mengecualikan tawasul dengan menggunakan sifat-sifat Allah. Hal ini

20
Ibid., 43.
21
Abd al-Wahha>b, Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n, 45.
22
Ibid., 347.
23
Ibid., 344.
24
Ibid., 64, 42.
25
Ibid., 111.

8
disinggung dalam beberapa ayat, misalnya dalam surat al-Baqarah ayat
127-12826, dan ayat 12927.
Dalam permasalahan bid’ah, Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
mengangap bahwa pelaku bid’ah adalah sesat dan penyebab perpecahan.
Ia berpedoman pada hadis yang diriwayatkan A<ishah bahwa nabi
bersabda, barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami
ini (urusan syari’at) yang bukan termasuk darinya, maka perkara baru itu
ditolak.28
Sedangkan corak Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m
adalah corak al-i’tiqa>diy. Menurut al-Dhahabiy, seorang mufassir dalam
menjelaskan makna al-Qur’an memiliki kecenderungan. Hal ini
disebabkan pemahamannya terhadap al-Qur’an dibatasi oleh
pemikirannya.29 Begitu pula dengan Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b
yang menginginkan pemurnian tauhid bagi umat Islam.30 Pemikiran ini
banyak mewarnai pemahaman Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b dalam
menafsirkan al-Qur’an seperti contoh yang dijelaskan diatas.
2. Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n karya Abd
al-Rah}ma>n bin Na>s}ir al-Sa‘di>
a. Biografi Abd al-Rah}ma>n bin Na>s}ir al-Sa‘di>
Dia adalah Abd al-Rah}ma>n bin Na<s}ir bin Abd Allah al-Sa’di>
al-Na>s}iriy al-Tami>miy, salah seorang ulama madhdhab Hanbali>. Ia
dilahirkan di kota ‘Unaizah pada tahun 1889 M. dan wafat tahun 1956 M.
Ibundanya meninggal pada saat beliau masih berumur 4 tahun. Kemudian
ketika beliau berumur 12 tahun, ayahanya meninggal. Setelah kedua
orang tuanya meninggal, ia diasuh oleh ibu tirinya.31

26
Ibid., 32.
27
Ibid., 33.
28
Ibid., 98.
29
Muh}ammad H}usain al-Dhahabiy, al-Tafsi>r al-Mufassiru>n, Vol. I (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000), 113.
30
Abd al-H}ali>m al-Jundiy, al-Ima>m Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b aw Intis}a>r al-
Manhaj al-Salafiy (Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, tth), 92.
31
Muh}ammad Ali> Aya>zi>, al-Mufassirun; H}aya>tuhum wa manhajuhum (Teheran:
Wiza>rah al-Thaqa>fah wa al-Irsha>d al-Isla>miy, 1312 H.), 396.

9
Abd al-Rah}ma>n bin Na>s}ir memulai pendidikannya pada usia
14 tahun di sekolah tah}fi>z} al-Qur’a>n. Iapun mempelajari ilmu
tauhid, tafsir hadis, fikih, ushul fikih, nahwu dan menghafal hadis.32
b. Karya Abd al-Rah}ma>n bin Na>s}ir al-Sa‘di>
Karya-karya beliau diantaranya, Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n
fi> Tafsi>r Kala<m al-Manna>n, Taisi>r al-Lat}i>f al-Manna>n fi>
Khula>s}ah Tafsi>r al-Qur’a>n, al-Qawa>id al-H}asa>n li Tafsi>r al-
Qur’a>n, al-Dala>il al-Qur’aniyah fi> an al-‘Ulu>m wa al-‘A’ma>l al-
Na>fi’ah al-‘As}riyah Da>khilah fi> al-Di>n, al-Fata>wa al-Sa’diyah
dan al-Mawa>hib al-Raba>niyah min al-Aya>t al-Qur’a>niyah.33
c. Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Manna>n
Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-
Manna>n ditulis oleh al-Sa’diy sejak tahun 1924 dan selesai tahun
1926.34 Untuk lebih memahami, Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi>
Tafsi>r Kala>m al-Manna>n dipaparkan penjelasan yang lebih terperinci
mengenai sistematika penulisan, metode dan corak penafsiran.
1) Sistematika Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-
Mana>n
Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-
Mana>n adalah tafsir yang ringkas. Al-Sa’diy menjelaskan perihal
lafad dengan ringkas, kemudian penjelasan makna yang dimaksud.
Penjabaran semacam ini dilakukan oleh al-Sa’biy karena ia
beranggapan bahwa mayoritas mufassir menafsirkan ayat secara
panjang yang tidak memeiliki kaitan dengan pembahasan yang dituju.
Sehingga, al-Sa’diy meringkas penjelasan lafad dengan meminimalisir
pendekatan untuk menghasilkan makna yang dituju. Sehingga makna
yang dihasilkan adalah makna yang dituju yang memiliki korelasi
dengan lafad. Dalam menentukan makna, al-Sa’diy memperhatikan

32
Ibid., 396.
33
Ibid.
34
Abd al-Rah}ma>n bin Na>s{ir al-Sa’diy, Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m
al-Manna>n (Riya>d}: Da>r al-Sala>m, 2002), 10.

10
konteks yang dimaksud ayat dengan membandingkan maknanya pada
ayat lain.35
Dalam sistematika tafsirnya, al-Sa’diy menggunakan tarti>b al-
nuzu>l, yakni mengurutkan ayat sesuai susunan mushaf. Ia memulai
dengan mencantumkan surat disertai keterangan makkiyah dan
madaniyah-nya. Dalam penjelasannya, ia memulai dengan menjelaskan
makna basmalah dengan menjadikannya sebagai salah satu ayat dari al-
Fa>tih}ah. Kemudian dilanjutkan dengan al-Baqarah hingga al-Na>s
dengan memotong lafad kemudian menjelaskan makna yang
terkandung secara jelas.
2) Metode dan Corak Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r
Kala>m al-Manna>n
Merujuk pada pemetaan al-Farma>wiy yang telah dijelaskan
diatas, Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-
Manna>n masuk dalam kategori tafsir dengan metode ijma>li>. Hal ini
didasarkan pada penjelasan al-Sa’diy dalam setiap ayat dengan
penjelasan yang terkandung tanpa menjelaskan keterkaitan ayat dengan
ayat yang lain ataupun surat dengan surat sebelumnya. Begitu juga
penjelasan hanya terbatas pada makna global tanpa penjelasan
kebahasaan, qira’ah maupun hal lain yang berhubungan dengan ayat.
Misalnya penjelasan al-Sa’diy,

‫ وبأفعاله الدائرة بين‬،‫(الحمد هلل) [هو] الثناء على هللا بصفات الكمال‬
:‫ (رب العلمين) الرب‬.‫ فله الحمد الكامل بجميع الوجوه‬،‫الفضل والعدل‬
‫ واعداده‬،‫هو المربي جميع العالمين—وهم من سوى هللا—بخلقه لهم‬
‫ التي لو فقدوها لم يمكن لهم‬،‫ وإنعامه عليهم بالنعم العظيمة‬،‫لهم اآلاالت‬
36
.‫ فما بهم من نعمة فمنه تعالى‬،‫البقاء‬
Jika ditinjau dari sumber penafsirannya, sebagaimana klasifikasi
al-Zarqa>niy, Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-
Mana>n masuk dalam kategori al-tafsi>r bi al-ra’y. Hal ini didasarkan
pada penjelasan yang dilakukan al-Sa’diy dengan menggunakan

35
Aya>zi>, al-Mufassirun; H}aya>tuhum wa manhajuhum, 397.
36
Ibid., 27.

11
ijtihadnya dalam menjelaskan kandungan al-Qur’an. Seperti halnya
ijtihadnya mengenai kemungkinan untuk melihat Allah di akhirat.37
Adapun corak tafsir ini sangat sulit untuk ditemukan karena cara
yang ditempuh oleh al-Sa’diy dengan menggunakan penjelasan secara
singkat. Akan tetapi dibeberapa ayat yang menjelaskan tentang
keimanan, al-Sa’diy menguraikan dengan panjang. Misalnya
penjelasannya mengenai makna al-muttaqi>n dalam surat al-Baqarah.
Sehingga penulis berkesimpulan bahwa corak yang digunakan adalah
al-i’tiqa>diy.
C. Kesimpulan
Tafsir di Arab Saudi pada masa modern banyak dipengaruhi oleh
beberapa aliran yang berkembang sesuai dengan masa kekuasaannya. Hal ini
kemudian menjadikan tafsir pada masa modern di Arab Saudi memiliki
karakter khusus dibandingkan kitab tafsir di wilayah lain.

Tafsir pertama yang memiliki pengaruh kuat terhadap pemurnian


tauhid adalah Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’an al-Kari>m karya Muh}ammad
bin Abd al-Wahha>b. Tafsir yang memiliki metode tah}li>li> ini bercoarak
i’tiqa>diy. Yaitu aliran yang dibawa oleh pengarangnya untuk memurnikan
keyakinan umat Islam kepada Tauhid yang sebenarnya.

Berbeda dengan tafsir pada masa setelahnya, yakni Taisi>r al-Kari>m


al-Rah}ma>n fi> Tafsi>r Kala>m al-Mana>n karya Abd al-Rah}ma>n bin
Na<sir al-Sa’diy. Tafsir karya al-Sa’diy lebih mengarah pada aliran yang
dianut kekuasaan Turki Usmani. Meskipun secara jelas tidak tergambar
dalam beberapa penjelasannya, karena metode yang digunakan adalah
ijma>li>.

37
Ibid., 299.

12
Daftar Rujukan

Abd al-Wahha>b, Muh}ammad bin. Muallafa>t al-Shaikh al-Ima>m


Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b. tt: Maktabah Ibn Taymiyah, 2010.
Abd al-Wahha>b, Muh}ammad bin. Tafsi>r A<ya>t min al-Qur’a>n al-Kari>m.
tt: Maktabah Ibn Taymiyah, 2010.
al-Farma>wi>, ‘Abd al-Hayyi>. al-Bida>yah fi> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>,
Dira>sah Manhajiyyah Mawd}u>iyyah. Kairo: al-H}ad}ara>t al-
Gharbiyyah, 1977.
Alu>siy (al), Mahmu>d Shukri>. Ta>ri>kh Najd. tt: ttp, 2005.
Aya>zi>, Muh}ammad Ali>. al-Mufassirun; H}aya>tuhum wa manhajuhum.
Teheran: Wiza>rah al-Thaqa>fah wa al-Irsha>d al-Isla>miy, 1312 H.
Dhahabiy (al), Muh}ammad H}usain. al-Tafsi>r al-Mufassiru>n. Kairo:
Maktabah Wahbah, 2000.
Jundiy (al), Abd al-H}ali>m. al-Ima>m Muh}ammad bin Abd al-Wahha>b aw
Intis}a>r al-Manhaj al-Salafiy. Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, tth.
Sa’diy (al), Abd al-Rah}ma>n bin Na>s{ir. Taisi>r al-Kari>m al-Rah}ma>n fi>
Tafsi>r Kala>m al-Manna>n. Riya>d}: Da>r al-Sala>m, 2002.
Yatim, Badri. Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci. Jakarta: Logos, 1999.
Zarkashiy (al), Muh}ammad bin Abd Allah. al-Burha>n fi> Ulu>m al-Qur’a>n.
Kairo: Da>r al-Tura>th, tt.
Zarqa>ni> (al), Muh}ammad Abd al-‘Adi>m. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> Ulu>m al-
Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Kita>b al-Arabi>, 1995.

13

Anda mungkin juga menyukai