AL-QUR’AN
(firman.alamin2901@gmail.com)
2Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
Mochamadmujawwid@gmail.com )
3Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(ummulquro1493@gmail.com )
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan membahas mengenai pengertian Lagu Al-Qur’an
(nagham), dan penggunaan tausyikh dalam pengajaran irama lagu Al-
Qur’an. Metode penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif melalui analisis teori serta studi kepustakaan. Hasil dari
penelitian ini menyimpulkan bahwa lagu Al-Qur’an adalah Lagu Al-
Qur’an adalah berbagai variasi nada dan irama yang diterapkan ketika
membaca ayat Al-Qur’an. Peranan Tausyih dan Ibtihalat bagi ilmu lagu-
lagu Al-Qur'an amatlah penting dan Tausyih itu dikatakan sebagai qolbun
Naghom. Di dalamnya mengandung lagu dan suara. Tanpa Tausyih,
naghom tidak dapat berkembang dengan leluasa.
ABSTRACT
This study aims to discuss the meaning of the Al-Qur'an Song (nagham), and the
use of tausyikh in teaching the rhythm of the Al-Qur'an song. This research method
is qualitative by using descriptive method through theoretical analysis and
literature study. The results of this study concluded that the songs of the Koran are
the songs of the Koran, which are various variations of tones and rhythms that are
applied when reading verses of the Koran. The role of Tausyih and Ibtihalat for the
knowledge of Al-Qur'an songs is very important and the Tausyih is said to be
qolbun Naghom. It contains songs and sounds. Without Tausyih, naghom cannot
develop freely.
Keywords: song, al-Qur'an, tausyikh, learning, nagham
1. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan kitab suci sebagai petunjuk bagi umat
manusia yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muḥammad Saw
melalui malaikat Jibril. Cahaya Al-Qur’an mampu menerangi jalan bagi
manusia untuk menempuh kebahagiaan. Kitab suci manapun tidak bisa
menandingi perhatian seperti yang dilakukan umat Islam terhadap Al-
Qur’an. Perhatian tersebut mulai dari tulisan, bacaan dan hafalan hingga
pemahaman.
Salah satu yang menjadi perhatian terhadap Al-Qur’an yakni
mengenai bacaannya baik dari segi tata cara mengeluarkan makhraj huruf
hingga melagukannya dengan indah. Membaca Al-Qur’an dengan baik
sesuai dengan tata cara baca akan menambahkan keimanan dan
ketenangan. Ketika Al-Qur’an dibacakan dengan baik ditambah dengan
suara yang indah dan merdu maka bacaan tersebut akan mampu
menggetarkan hati.
Ibnu Manzhur memaparkan asal mula lagu Al-Qur’an dalam kitab
Lisān al- ‘Arāb itu memiliki dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan
bahwa lagu Al-Quran itu berasal dari nyanyian budak-budak kafir yang
tertawan ketika perang melawan kaum muslimin. Pendapat kedua
mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian nenek
moyang bangsa Arab. Selanjutnya nyanyian bangsa Arab tersebut
digunakan untuk melagukan Al-Qur’an.1
Letak geografis jazirah Arab sangat potensial untuk maju. Jazirah
Arab menjadi jalur lalu lintas perdagangan dari dua kekuatan yang sama-
sama besar yaitu ke Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim
dingin. Kondisi ini diungkapkan pada QS. Al-Quraisy ayat 1 dan 2 sebagai
berikut.
ِۡفِقَُريۡش ِااِلي ٰل ا
َّ حۡلَِةَِالشِّتَِاۡ اِءِ َو
ِالص ا
ۡيف ِ اۡ ٰل اف اه ِمِۡ ار
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas.”
Secara umum kondisi alam padang pasir terutama yang berada di
pedalaman mendorong penduduknya hidup selalu berpindah-pindah.
Suatu kondisi kehidupan yang sangat melelahkan berjalan di bawah terik
matahari, menembus ganasnya gurun pasir dan diselimuti dinginnya angin
malam. Hiburan bagi mereka disaat beristirahat adalah mendengarkan
1
nyanyian, mungkin ada sebagian dari seorang perempuan yang bertugas
menghibur kaum lelaki. Para penyanyi sambil menari dan menuangkan
minuman keras kepada kaum lelaki.
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif.2 Penelitian
kualitatif dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu
menghasilkan data berupa deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari
objek atau perilaku manusia yang dapat diamati.3 Penelitian ini juga
menggunakan analisis teori dan studi kepustakaan. Analisis teori adalah
salsah satu teknik dalam penelitian yangg menjadiikan teori sebagai acuan
dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang diteliti. Analisis teori
digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian
dikonstruksikan menjadi deskripsi yang argumentatif.4 Studi kepustakaan
dipakai untuk memperkaya literatur penelitian, agar kemudia dapat ditarik
sebuah kesimpulan.
4 Hamad, “Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana,” Jurnal Komunikasi, 2007, 325–44.
5
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
BahasaIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Tt.), cet. Ke-7.
2
berlaku. Melalui sentuhan lagu ketika membaca Al-Qur’an dapat membuat
pembaca dan pendengar semakin menikmati keindahan seni. Lagu Al-
Qur’an harus disesuaikan dengan hukum dan aturan yang terdapat pada
ilmu Tajwīd. Membaca Al-Qur’an dengan tanpa disertai hukum tajwid
sangat tidak diperkenankan.
Istilah seni membaca Al-Qur’an di Indonesia dikenal dengan ilmu Nagham
Al-Qur’an. Kata Nagham نغمberasal dari bahasa Arab yang berarti irama
atau lagu. Adapun istilah lain yang semakna dengan Nagham yakni
sebagai berikut:
a. Tarannum
Menurut Aḥmad bin Faris dalam Mu'jam Maqāyis al-Lugah,
pengertian Tarannum ialah melagukan suara. “Huruf (Ra’-Nun-Mim)
merupakan akar kata yang asli dari kalimat Tarannum, hal ini digunakan
untuk menunjukkan makna melagukan suara dan melenggokkan suara."6
Tarannum ialah melagukan Qasidah dengan menggunakan alat
musik. Sehingga Tarannum banyak terkait dengan not balok. Berbeda
dengan penyebutan Tarannum di Malaysia yang dikaitkan dengan
tilawah Al-Quran. Istilah Tarannum Al-Qur’an sama dengan
penyebutan Nagham Al-Quran di Indonesia yakni melagukan Al-
Qur’an.7
b. At-Taganni
Kata At-Tagannῑ diambil dari “al-Gina", yaitu lagu yang bisa
membuat hati riang gembira atau menyenangkan hati. Menurut Abū
Al-‘Abbas sebagaimana yang dikutip oleh Lubaib Sa’ῑd dalam kitabnya
“at-Taganni bi Al-Qur’an” mengatakan bahwa lagu (gina’) dinamakan
demikian, karena pelakunya memang kaya dan tidak bertujuan
mencapai popularitas.8
Ketika melagukan sesuatu, seorang harus mengetahui situasi
dan kondisinya. Lagu yang menggelorakan semangat juang dapat
diterapkan saat situasi perang, begitu juga dengan lagu yang sendu
dapat diterapkan pada saat ada berita duka, atau teringat kepada
kampung halaman. Adapun jika situasinya riang gembira, lagu yang
cocok adalah yang lagu yang mempunyai nada riang, dan seterusnya.
6
Aḥmad bin Faris bin Zakariya Abū Al-Ḥusain, Mu'jam Maqāyis al-Lughah, (Bairut: Darl
Fikr, Tt.), jilid 2, h. 445.
7
Khadijah Ṣolihah, Peranan Suara dan Nada dalam Melantunkan Lagu-lagu Al-Quran,
dalam buku, Bunga Rampai Mutiara Al-Quran Pembinaan Qari` Qari`ah dan Hafiẓ Hafiẓah, op. cit.
h. 66.
8
Labῑb As-Sa’ῑd, At-Taganni Bi Al-Quran, Maktabah Syāmilah, h. 5.
3
c. Talhin
Kata Talḥin atau al-Laḥn berasal dari kata لحنyakni
suara yang diperdengarkan. Jamaknya ialah الحانdan الحونyaitu
melagukan bacaan dengan mendengungkan atau meninggikan di
dalam bacaannya.9 Sebagaimana pendapat Sajaqli Zadah yang dikutip
oleh Labib Sa’id dalam kitab At-Tagannῑ Bi Al-Qur`ān, kata al-Laḥn
memiliki dua arti yakni;10
1) Al-Khaṭa` fῑ Al-Qur`ān yakni kesalahan dalam membaca Al-Qur’an.
Istilah ini banyak digunakan dalam MTQ di Indonesia seperti Laḥn
Jālῑ yakni kesalahan besar yang disebabkan dapat merubah makna,
Laḥn Khāfῑ yakni kesalahan ringan yang terdapat pada hukum-
hukum huruf.
2) At-Taganni Bi Al-Qur’an yakni suara yang bagus, merdu yang
menyenangkan, menghibur dan mampu menggetarkan hati.
Pemaknaan Talḥin terkadang terkait dengan not balok sehingga
sering juga digunakan untuk selain Al-Qur’an, seperti Nasyid dan
Qashidah.
d. Tathrib
Kata ini diambil dari "aṭ-Ṭarb", yaitu senang, kegembiraan,
bersenandung, mendendangkan dan melagukan Al-Qur’an sehingga
membaca mad bukan pada tempatnya atau menambahnya.11 Ibnu
Manẓur mengartikan تطريبyakni berasal dari kata طربialah
mengembangkan, memanjangkan, dan memperindah suara.12
9
Ibnu Manẓur, Lisan Al-‘Arab, (Tk: Darl Ma’arif, Tt.) h. 2650.
10
Labῑb As-Sa’ῑd, At-Taganni Bi Al-Quran, Maktabah Syāmilah, h. 5
11
Aḥmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: PustakaProgressif, 1997), cet. Ke-4, h. 843
12
Ibnu Madzur, Lisan Al-‘Arab, (Tk: Darl Ma’arif, Tt.) h. 4013.
13
Khadijah Ṣolihah, Peranan Suara dan Nada dalam Melantunkan Lagu-lagu Al-Quran,
dalam buku, Bunga Rampai Mutiara Al-Quran Pembinaan Qari’ Qari’ah dan Hafiẓ Hafiẓah, op. cit.
h. 61.
4
periode terdahulu para Qori Indonesia sering melantunkan lagu
Makkawy saat membaca Al-Qur’an. Adapun nama-nama lagu
Makkawi tersebut yakni Hijaz, Mayya, Raqby, Banjaka dan lain-lain.
b. Lagu Miṣri yakni lagu-lagu Arab model Mesir yang tumbuh dan
berkembang pesat di lembah sungai Nil. Lagu model Mesir tersebut
syahdu didengar dan terasa begitu lembut. Perkembangan lagu model
Mesir ini sangat pesat di seluruh dunia Islam, termasuk Indonesia. Hal
ini terbukti pada tahun 2006 hampir 99% masyarakat di Indonesia
melantunkan lagu model Mesir saat membaca Al-Qur’an.
Para Qari dan Qariah Indonesia melantunkan ayat Al-Qur’an
dengan menggunakan maqam al-Arabiah yakni Bayati, Hijāz, Ṣabā, Rast,
Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.14
1. Lagu Bayati
Menurut Muhsin Salim yang dikutip oleh Misbahul Munir
menyatakan bahwa lagu Bayati berasal dari bahasa Arab yakni dari kata
“Bait” ( )بيتyang berarti rumah.15Sebagian orang berasumsi bahwa
setiap orang mengawali aktifitas dengan keluar rumah dan pada
akhirnya kembali kerumah. Oleh sebab itu, maqam ini biasa dibawakan
untuk memulai dan mengakhiri bacaan Al-Qur’an. Lagu ini juga
identik dengan makna keindahan, kesenangan dan kebahagiaan.
Maqam ini sangat terkenal di Mesir. Biasanya masyarakat Mesir
melantunkan lagu ini untuk upacara penyerahan mempelai dan juga
biasa digunakan pada paduan suara misa suci di gereja.16 Adapun
contoh syair dari lagu Bayati yakni.
a. Qarar (Dasar)
b. Nawa (Menengah)
c. Jawab (Tinggi)
d. Jawabul Jawab (Tertinggi)
Selain variasi diatas, terdapat variasi khusus pada Bayyati, yaitu
Husaini dan Syuri.
5
ِجْي ُشهُِ ُمتَ َق ْه اقَرا صبَ َح َ َو َش اريْ َعةُِاْ اِل ْسالَام َِر َ
اق ُِرَواعُ َهاِ ِ•ِ َواْل ُك ْف ُرِاَ ْ
اع َق َدِاْلغَُواةَ اِم َنِاْلعَُر ِ
ى ا ا ا اا
ِم َ ىِخْي ُرِاِْلَنَامِبديْن ِهِ•ِ َواْ ََنَ َّل َ
لَ َّماِاَتَ َ
ِمنَ َّكَرِا ا اَِجي عاِبا َّ ا ا ا ا
ِص َار ُالَّن َِوديْن ِهِ•ِ َواْل ُك ْف ُرِبَ ْع َدِاْلعُْرف َ َه ُام ْو َ ْ ً ِّ
ِم َهلِّ ًال َِّوُم َكبِّ َرا
اح ُ ىِوبانُ ْواراِهِ•ِ َواْل ُك ُّل َ
ِص َِ صطََف َ استَْب َش ُرْواِبااْملُ ْ
َو ْ
6
2. Lagu Hijaz
Lagu ini lahir di kawasan Saudi Arabia yakni kampung Hijaz
(dekat danau Luṭ). Lagu ini identik dengan makna kebrutalan dan
kekerasan. Gerakan pada lagu ini memberikan kesan ketegasan dan
memberi dorongan semangat. Sebagian orang mengatakan bahwa lagu
ini sering dikumandangkan oleh penggembala unta di Padang Pasir.
Lagu ini terkesan sangat indah yang mampu memberi kepuasan bagi
para pembaca dan pendengar.17 Berikut merupakan contoh syair lagu
Hijaz.
a) Hijaz Ashli
b) Hijaz kar
c) Hijaz kur
d) Hijaz kar kur
ضرِع ا ا ا اض ا
اطًرا َ ْ ِخ َ ِمطلَِّةًِ•ِتُْزار ْيِباَو ْجهِ َذات ُ ِالريَ ا ِّ ط َ ََ َاوْرَد ًة َِو ْس
ِم ْنِلَ ُدنْهُِ َع امْي ًما ْ َُِمَ َّم ًداِتَ ْع اظْي ًماِ•ِ َوَهبَاهُِف
ِّ ض ًال ُ اَهللُ َِز َاد
ِاِعلَْي اه َِو َسلِّ ُم ْواِتَ ْسلاْي ًما
َ صلُّ ْو
ا صلُّو ا
َ ِ•ِاِعلَْيه َِو َسلِّ ُم ْواِتَ ْسلْي ًما
َ َْ
َِ اِوَكلَّ َم َِربَّهُ َِوتَ َشَّر
ف َ َالِ•ِِ َوَدن َِ ُاق اِم َنِالْع
َ َاِالسْب َعِالطِّب
َّ ََِس َ اِم ْنَ َي
ا اا ا اا أَِنْ ا ا
ِم ْو َسىِ ُكلِّ َفا ُ تِالَّذ ْي َِوط َئِالْبا َسا َطِبنَ ْعل ِهِ•ِ َوِبَْلعه اِِفِالطُّْوار َ
7
3. Lagu Ṣabā
Lagu Ṣabā memiliki karakter halus dan lembut. Lagu ini mampu
menggugah perasaan emosi jiwa serta bernuansa penuh kesedihan.
Alunan lembut yang mendayu mampu meresap jiwa dan
menimbulkan perasaan betapa agungnya mukjizat Al-Qur’an.18 Berikut
ini contoh syair lagu Ṣabā.
a) Shaba Ashli
b) Jawab shaba
c) Jawab shaba ajami
d) Jawab shaba bastanjar
4. Lagu Rast
Lagu rast berasal dari Iran kemudian digunakan oleh qari Hijaz.
Karakter lagu Rast dinamis dan penuh semangat. Gerakan yang lincah
dan alunan nadanya lembut. Maqam Rast identik dengan makna
perintah atau larangan.19 Adapun contoh syair lagu Rast sebagai
berikut.
5. Lagu Jiharkah
Maqam ini menggunakan irama raml atau minor, terkesan
sangat manis didengar, iramanya menimbulkan perasaan yang dalam.
Lagu ini sering dialunkan pada saat takbiran hari raya Idul Fitri
maupun Idul Adha.20 Berikut adalah contoh syair lagu Jiharkah.
a) Jiharkah Ashli
b) Jawab jiharkah
8
6. Lagu Sikah
Menurut Muhsin Salim dalam buku khadijah Shalihah
menyatakan bahwa Sikah berasal dari bahasa Persi yang artinya
gerincing gitar.21 Karakteristik pada maqam Sikah yakni budaya
ketimuran, merakyat, mudah dikenali dan familiar. Lagu Sikah sangat
popular dikalangan rakyat Mesir. Dia memiliki keistimewaan dengan
alunan yang cemerlang. Lagu ini cocok untuk ayat Al-Qur’an dengan
nuansa harapan dan doa.22 Adapun contoh lagu Sikah sebagai berikut.
a) Sikah Ashli
b) Sikah turki
c) Sikah mishri
9
a) Nahawand Ashli
b) Jawab Ashli
ا
ِِّ َّس
ان َ ص َنِالت َ اّنِ•ِإا َّماِيَكْفْي
ْ ُكِيَاِغ َ اَلِ اوذَاِالت
ِِّ َّج ِّ َّج
َ إ ََلِ َك ْمِذَاِالت
Demikian tadi tujuh macam lagu Al-Qur’an yang terkenal di Indonesia. Lagu-
lagu tersebut banyak digunakan saat event Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an baik
tingkat Nasional maupun Internasional. Dari ke-7 maqam tersebut, berkembang lagi
nama-nama maqam yang terpopuler, seperti Bayati Syuri, Bayati KḤusaini, Ajam, Ajam
Usyairan, Bustanikar, Hijaz Kard, Hijaz Kard Kurd, Nikriz, Usyaq, Mahur, Zanjaran, Sabr,
Salalim, Sikah Turki, Sikah Iraqi, Sikah Raml, Huzam.25
Sebenarnya, macam-macam lagu itu lebih dari 130 macam, akan tetapi 7
macam lagu tersebut yang sangat popular di Indonesia. diantara macam lagu yang
belum dikena di Indonesia yaitu Rāḥatu Al-Arwāḥ, Nau `aṡar, Maṣmūdῑ, ‘Ajam Fals,
Kirdān, Syāhināz, Ṭaraz Jadῑd, Sūznāk, Rās Fals, dan Aperkūrd.26 Tingkatan-tingkatan
nada dalam Tausyikh disesuaikan dengan susunan tangga nada dalam tilawah Al-
Quran yaitu terdiri dari tangga nada yaitu nada Qarar, nada Nawā, nada Jawab, nada
Jawābul Jawāb. 27
Jenis lagu menurut Qari Indonesia yang bernama Daman Huri memiliki 19
macam di antaranya yakni Bayati, Misri, Hijaz I dan II, Lasta Alam Nawa, Sika,
Banjaka, Rakbi, Shaba, Mayah, Nahawand, Rast, Jiharkah, Suli, Ajami, Usysyak, Raml,
Nukrasy, Syirki, Magrur.28
Perkembangan seni membaca Al-Qur’an di Indonesia lebih maju
dibandingkan dengan Mesir. Meskipun seni membaca Al-Qur’an di Indonesia masih
berpegang pada rumus-rumus lagu Mesir. Hal ini terbukti dengan banyaknya
Qari`/Qari`ah Indonesia yang berhasil menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur’an di
berbagai perlombaan seni membaca Al-Qur’an. Qari`/Qari`ah Indonesia hingga saat
ini masih mengagumi lagu-lagu Mesir terutama lagu Umi Kulsum. Menurut
Khadijah, lagu lagu yang dinyanyikan Umi Kulsum menggunakan rumus lagu Al-
Quran seperti Bayyati, Ṣabā, Hijaz dan lain sebagainya. Meskipun demikian, Umi
Kulsum kurang ahli dalam bidang seni membaca Al-Qur’an.29
25M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran Dilengkapi Tajwid dan Qasidah,
(Surabaya: Apollo, 1997), h. 32
26 Khadijah Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al-Quran dan Qiraat Tujuh di Indonesia, (Jakarta:
10
Membaca Al-Qur’an akan sangat indah jika bisa menyesuaikan antara makna
ayat dengan rumus lagu. Seorang Qari`/Qari`ah yang mampu memahami makna ayat
Al- Quran akan timbul dengan sendirinya melagukan Al-Qur’an sesuai dengan lagu
yang cocok. Pada ayat yang menjelaskan tentang kesedihan, maka dengan
spontanitas melagukan Ṣabā dan sikah. Begitu juga pada ayat-ayat yang berkenaan
dengan ancaman akan dilagukan dengan lagu Rast. Namun hal itu sangat sulit karena
perlu memiliki ilmu yang dalam mengenai ilmu-ilmu Al-Qur’an sekaligus dengan
seni bacaannya.
30 Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah al-Qur’an & Ilmu Tajwid. (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,
2010), h. 8
31 Saiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an, STAIN Kudus, Kudus, 2011, cet. Ke-1,
h. 9.
32 Ibnu Manzur, Lisanul ‘Arab, Dār ṣādir, Beirut, Juz 19, t.th, h. 376.
11
dan suara. Tanpa Tausyih, naghom tidak dapat berkembang dengan leluasa. Kalimat-
kalimat didalam lirik Tausyih bervariasi, ada yang berisi syair tentang keagungan
Allah, sanjungan kepada Rasulullah, dan cerita tentang surga dan kiamat, dan lain-
lain. Sehingga bagus untuk direnungkan dan cepat dihafal.33
Di dalam beberapa literatur sejarah dijelaskan bahwa seni suara atau yang
disebut dengan handasah al-ṣaut sudah muncul sejak awal peradaban tanah Arab.
Keberadaan seni suara itu menjadi lebih kuat sejak masuknya Islam dan diutusnya
para Nabi dan rasul yang diantaranya mempunyai keistimewaan seni suara,
sebagaimana diketahui dari sejarah Nabi Daud as. Sejak abad ke-9 sampai abad ke-18
bermunculan para tokoh dan penulis literatur Arab tentang seni suara (handasah al-
ṣaut) yang berakar dari kebudayaan Arab pra-Islam sampai masuknya pengaruh seni
bernuansa Islam.34 Membaca Al-Qur’an dengan lagu atau memperbagus suara saat
membaca Al-Qur’an adalah salah satu etika membaca Al-Qur’an yang telah
disepakati oleh para ulama. Karena Al-Qur’an itu indah maka dengan suara yang
indah akan menambah keindahannya bahkan sampai menggerakkan dan
menggoncangkan kalbu.
Keberadaan Tausyih dan Ibtihalat sangat urgen, karena kalimatnya yang
bernuansa syair-syair mudah dihafal. Tausyih dan Ibtihalat perlu dikembangkan,
dimana menurut pandangan para qari Mesir seperti Syekh Abdul karim bahwa
Tausyih bila dipelajari membuat mudah mengingat warna lagunya. Senada dengan
pendapat diatas, Syekh Helbawy seorang Mubtahil di daerah Dakrut Mesir dan ahli
seni mengatakan untuk mencari norma-norma lagu ada di Tausyih dan Ibtihalat.
Untuk melatih suara tidak terikat panjang pendeknya dan tepat bagi para pemula.
Kemudahan lainnya adalah bebas disenandungkan dimana saja dan kapan saja.35
`Tausyih dalam pembelajaran tilawah hanyalah sebatas acuan acoustics
(pengetahuan penyuaraan) dari lagu-lagu arabi, bukan batasan-batasan nada variasi
maupun improvisasi yang mengikat. Nada-nada yang ada dalam tausyih atau bait-
bait syair dalam gerakan-gerakannya seperti gerakan holpen suara.
Yakni gerakan dalam frekuensi sekali atau dua kali, maupun triller suara yakni
gerakan suara dalam frekuensi tiga atau empat kali gerakan tetap toleransi terhadap
potensi gerakan suara pembaca.
Demikian pula nada-nada tinggi, sedang dan rendah yang relative panjang
dalam kalimat-kalimat pada bait-bait syair juga tetap toleransi pada saat diterapkan
pada ayat-ayat al-Quran sesuai kebutuhan yang dituntut oleh pembaca terutama
dalam konteks lirik-lirik lagu untuk suatu ayat.
33 Khadijatus Sholihah, Peranan Tausyih Dan Ibtihalat Dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur'an
Di Indonesia Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ),
(Jakarta: IIQ Reporsitory, 2015), h. 11.
34 M. Husni Thamrin, Nagham Al-Qur’an (Telaah atas kemunculan dan perkembangan nagham di
Indonesia), Tesis, Prodi Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Al-Qur‟an dan Hadits UIN Sunan
Kalijaga, 2008, h. 43
35 Moersjied Qorie Indra, Seputar Naghom (Seni Baca Al-Qur’an), (Jakarta, Direktur Jenderal
12
Setiap maqam, mulai dari awal maqam variasi-variasinya sampai nada
jawabul jawab dikemas melalui bait-bait syair/tausyih yang ada pada tausyih yang
dijadikan sebagai patokan dasar dan rambu-rambu yang memberikan gambaran
tentang apa, bagaimana dan betapa variasi maqom yang di lantunkan. Lagu-lagu
tersebut dikemas dalam sejumlah Tausyih untuk mempermudah dalam
mempelajarinya, macam-macam lagu tersebut terbagi menjadi 7 macam lagu yaitu:
Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika, dan Jiharka.
Dengan memahami prinsip-prinsip dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
maupun garis-garis besar dalam pembelajaran Al-quran maka akan lebih mudah
dalam menggunakan seni lagu dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Pembelajaran seni membaca Al-Qur’an pada dasarnya tetap mengutamakan
pembelajaran tajwid, fasohah tentang kefasihan membaca, memaknai isi ayat Al-
quran dan menghayati ayat yang dibaca (maqro’), serta berkaitan dengan lagu dan
rumus tilawah. Adapun Rumus lagu atau Tausyih yang diajarkan adalah bayyati,
shoba, nahawand, hijaz, rost, sika dan jiharka. Pengenalan lagu-lagu tersebut
diajarkan secara bertahap dan perlahan-lahan sampai semua santri dapat menguasai
semua rumus tersebut.
Pada tahap pelaksanaan dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran seni
membaca Al-Qur’an, hal yang selalu ditekankan guru adalah mengutamakan
pembelajaran tajwid, fasohah tentang kefasihan membaca, memaknai isi ayat Al-
Qur’an dan menghayati ayat yang dibaca (maqro’), serta berkaitan dengan lagu dan
rumus tilawah. Adapun Rumus lagu atau Tausyih yang diajarkan adalah bayyati,
shoba, nahawand, hijaz, rost, sika dan jiharka. Pengenalan lagu-lagu tersebut
diajarkan secara bertahap dan perlahan-lahan sampai semua santri dapat menguasai
semua rumus tersebut.
Dalam implementasi metode seni membaca Al-Qur’an semua rumus tersebut
diajarkan untuk melantunkan satu atau dua ayat Al-Qur’an yang diajarkan. Hal ini
agar semua santri dapat menguasai semua rumus lagu dengan benar dan lancar.
Pembawaan suara yang indah dan bagus dalam penerapan tausyih sangat
memerlukan adanya pemeliharaan terutama pengaturan pernapasan. Seseorang yang
berniat untuk mempelajari seni baca Al-quran harus memulai dengan pemeliharaan
diri terutama bagian tubuh yang berkaitan dengan organ pernapasan karena tilawah
Al-Quran lebih banyak membutuhkan nafas dan suara. Organ pernapasan yang harus
diperhatikan adalah berpusat pada bagian perut, dada, leher, dan bagian kepala.
Untuk memiliki pernapasan yang baik ada beberapa hal yang harus diperbuat
antara lain berolahraga, melakukan pergerakan pada tubuh sampai terasa panas dan
berkeringat. Suara yang bagus dalam melagukan Al-Qur’an adalah suara bening,
suara merdu, suara asli dan mampu menggunakan tinggi dan rendahnya nada. Tidak
sedikit yang mempunyai suara baik tetapi menjadi hilang dengan sia-sia karena tidak
ada pelatihan yang dilakukan secara rutin, sebaliknya ada orang yang mempunyai
13
suara sederhana tetapi berkat latihan yang bersungguh-sungguh akhirnya menjadi
bagus atau setidaknya ia mengetahui cara-cara melagukan Al-Qur’an dengan baik.36
Diantara salah satu aspek yang menjadikan seni baca Al-Qur’an unik adalah
adanya aturan tajwid yang membedakannya dengan pelafalan bahasa Arab pada
umumnya. Tajwid dapat dianggap sebagai pengetahuan teknis untuk dapat membaca
Al-Qur’an dengan baik dan benar. Aturan-aturan yang terdapat dalam Ilmu Tajwid
diantaranya adalah makharijul huruf (artikulasi), ṣifatul huruf, idgham, ghunnah,
iqlab, qalqalah, ibtida’, waqf, saktah, tafḣim dan masih banyak lagi aturan teknis
lainnya.37
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Seni membaca Al-Qur’an
merupakan memperindah bacaan Al-Quran dengan sentuhan irama lagu sesuai dengan
hukum Tajwīd yang berlaku. Melalui sentuhan lagu ketika membaca Al-Qur’an dapat
membuat pembaca dan pendengar semakin menikmati keindahan seni. Mengajarkan seni
membaca Al-quran pada dasarnya tidak hanya mengajarkan keindahan dalam melantunkan
ayat Al-quran akan tetapi juga mengutamakan tajwid serta pemahaman tentang arti dari ayat-
ayat yang dilantunkan. Melalui peranan tausyih, dan Ibtihalat bagi ilmu lagu-lagu Al-Qur'an
amatlah penting dan Tausyih itu dikatakan sebagai qolbun Naghom. Di dalamnya
mengandung lagu dan suara. Tanpa Tausyih, naghom tidak dapat berkembang dengan
leluasa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah al-Qur’an & Ilmu Tajwid. (Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar, 2010).
Aḥmad bin Faris bin Zakariya Abū Al-Ḥusain, Mu'jam Maqāyis al-Lughah, (Bairut: Darl
Fikr, Tt.), jilid 2.
Aḥmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-4.
Al-Qaththan, Manna. Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’An. Riyad: Mansyurat al-Ashr al-
Hadits, 1973.
———. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Darmalaksana, Wahyudin. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi
Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020, 1–6.
http://digilib.uinsgd.ac.id/32855/1/Metode Penelitian Kualitatif.pdf.
Ibnu Manẓur, Lisan Al-‘Arab, (Tk: Darl Ma’arif, Tt.).
Khadijah Ṣolihah, Peranan Suara dan Nada dalam Melantunkan Lagu-lagu Al-Quran,
36
Moersjied Qorie Indra, Seputar Naghom (Seni Baca Al-Qur’an), (Jakarta, Direktur Jenderal Bimas
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019), h. 5
37
Eva F Amrullah, Transendensi Al-Qur’an dan Musik: Lokalitas Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia, dalam
Jurnal Studia Al-Qur‟an, Vol I no. 3, 2006, h. 596.
14
dalam buku, Bunga Rampai Mutiara Al-Quran Pembinaan Qari` Qari`ah dan Hafiẓ
Hafiẓah.
Labῑb As-Sa’ῑd, At-Taganni Bi Al-Quran, loc. cit.
M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran Dilengkapi Tajwid dan
Qasidah, (Surabaya: Apollo, 1997).
M. Husni Thamrin, Nagham Al-Qur’an (Telaah atas kemunculan dan perkembangan
nagham di Indonesia), Tesis, Prodi Studi Agama dan Filsafat Konsentrasi Studi Al-
Qur‟an dan Hadits UIN Sunan Kalijaga, 2008.
Moersjied Qorie Indra, Seputar Naghom (Seni Baca Al-Qur’an), (Jakarta, Direktur
Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2019).
Moleong, L. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Saiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an, STAIN Kudus, Kudus, 2011,
cet. Ke-1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Tt.), cet. Ke-7.
15