Anda di halaman 1dari 101

BAB 23

K E S E HATAN
BAB 23

KESEHATAN

I. PENDAHULUAN

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan


Negara (GBHN), arah dan kebijaksanaan pembangunan di bidang
kesehatan yang ditempuh dalam periode Repelita IV akan dilan-
jutkan dan ditingkatkan agar makin dapat diwujudkan perbaikan
kualitas manusia dan kualitas kehidupan masyarakat.

Arah dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan


bidang kesehatan telah ditetapkan dalam GBHN sebagai berikut.

1. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi


derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam
rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta ke-
cerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Pemba-
ngunan kesehatan dilakukan dengan memberikan prioritas
pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dan keluarga
serta pencegahan penyakit, di samping upaya penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Sehubungan dengan itu
perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yang ter-
padu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat ter-
masuk swasta.

111
2. Pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Perhatian khusus perlu diberikan
kepada daerah terpencil, kelompok masyarakat terasing,
daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi, dan
daerah perbatasan. Sehubungan dengan itu, perlu terus
ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pe-
layanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang
lebih baik dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

3. Upaya perbaikan kesehatan rakyat ditingkatkan antara


lain melalui pemberantasan penyakit menular, perbaikan
gizi, penyediaan air bersih, kebersihan dan kesehatan
lingkungan, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak ter-
masuk keluarga berencana. Perhatian khusus perlu dibe-
rikan pada perlindungan rakyat terhadap polusi, limbah
industri, bahaya narkotika dan penyalahgunaan obat,
serta peningkatan pengawasan kesehatan lingkungan, obat,
makanan dan minuman. Perlu juga ditingkatkan pencegahan
penggunaan narkotika dan penyalahgunaan obat di kalangan
generasi muda. Selanjutnya penyuluhan kesehatan perlu
diperluas untuk menumbuhkan kesadaran dan membudayakan
perilaku hidup sehat sedini mungkin di seluruh lapisan
masyarakat. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui
pusat-pusat kesehatan masyarakat, pos-pos pelayanan
terpadu serta berbagai kegiatan masyarakat lainnya.

4. Dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kesehatan,


perlu terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah
sakit, lembaga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat
kesehatan masyarakat serta lembaga-lembaga kesehatan
lainnya. Selanjutnya perlu ditingkatkan pula penyediaan

112
dan pemerataan tenaga medis, paramedis dan tenaga ke-
sehatan lainnya, serta penyediaan obat yang makin merata
dan terjangkau oleh rakyat. Di samping itu perlu terus
ditingkatkan pengadaan dan pemanfaatan sarana dan pra-
sarana kesehatan lainnya.
5. Pelayanan kesehatan, baik oleh pemerintah maupun oleh
swasta, harus selalu memperhatikan aspek-aspek kemanu-
siaan dalam pelaksanaannya. Di samping itu perlu dikem-
bangkan cara pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sen-
diri berdasarkan prinsip asuransi.
6. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara
lebih luas dan merata sekaligus memelihara dan mengem-
bangkan warisan budaya bangsa, perlu terus dilakukan
penggalian, penelitian, pengujian dan pengembangan
obat-obatan serta cara pengobatan tradisional. Di sam-
ping itu perlu terus didorong langkah-langkah pengem-
bangan budi daya tanaman obat-obatan tradisional yang
secara medis dapat dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan


dalam GBHN tersebut, dalam Repelita V Sistem Kesehatan Nasio-
nal dan dampaknya terhadap peningkatan derajat kesehatan ma-
syarakat akan terus dikembangkan dan dimantapkan untuk menjadi
pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik yang
dilaksanakan oleh pemerintah' maupun yang dilaksanakan oleh
swasta. Diharapkan pada akhir Repelita V telah dapat diman-
tapkan kerangka landasan pembangunan di bidang kesehatan ter-
masuk gizi masyarakat, sehingga dapat mulai dicapai derajat
kesehatan yang memadai sebagai kondisi untuk memenuhi awal
tinggal landas dalam Repelita VI.

Untuk itu akan diupayakan agar Sistem Kesehatan Nasional


dapat berfungsi lebih efektif dan efisien, dengan menanggu-

113
langi berbagai masalah yang belum terpecahkan di dalam Repe-
lita IV.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Dalam Repelita IV derajat kesehatan rakyat telah makin


meningkat sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai kemajuan in-
dikator utama kesehatan dan kualitas manusia, yaitu angka me-
ngenai kematian, kelahiran, kesakitan, dan status gizi.

Kemajuan berbagai indikator tersebut dan perkembangan upaya


kesehatan yang ada serta masalah-masalah yang masih
harus dihadapi dalam Repelita V adalah sebagai berikut.

1. Derajat Kesehatan

a. Angka Kesakitan dan Kematian

Angka kematian kasar sebesar 9,9 per 1.000 penduduk


pada akhir Repelita III turun menjadi 7,9 per 1.000 penduduk
pada akhir Repelita IV. Seperti halnya pada awal Repelita IV,
lebih dari separuh dari kematian kasar tersebut masih terdiri
dari anak-anak di bawah lima tahun. Hal ini memberikan petun-
juk bahwa masalah-masalah kesehatan bayi dan anak balita akan
tetap memerlukan perhatian utama.

Angka kematian bayi bervariasi cukup besar antar pro-


pinsi dan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Di beberapa
propinsi tertentu angka kematian bayi pada tahun 1988 masih
jauh di atas rata-rata nasional, yaitu antara 70 - 98 per
1.000 kelahiran hidup. Daerah-daerah tersebut adalah: Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Timor Timur, Irian Jaya,

114
Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Maluku,
Riau, Jawa Barat, Jambi, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Tenggara. Sedang angka kematian bayi rata-rata nasional pada
tahun 1988 adalah 58 per 1.000 kelahiran hidup.

Angka kematian bayi berkaitan erat antara lain dengan


keadaan gizi ibu waktu mengandung. Makin rendah keadaan gizi
ibu pada umumnya, angka kematian bayi cenderung makin tinggi.
Keadaan gizi ibu di Indonesia pada umumnya masih rendah. Hal
itu terlihat pada angka kematian ibu waktu melahirkan yang
masih tergolong tinggi, yaitu 4,5 per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 1986.

Proses peningkatan kualitas hidup pada usia produktif


sangat dipengaruhi oleh kualitas hidup anak usia di bawah lima
tahun (balita). Karena itu angka kematian anak (umur 1 - 4
tahun) juga merupakan indikator penting mengenai derajat ke-
sehatan dan keadaan gizi masyarakat. Untuk Indonesia, angka
kematian anak juga telah menurun dari 17,8 per 1.000 anak
balita pada tahun 1983 menjadi 10,6 per 1.000 pada tahun 1986.

Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka kematian


bayi dan anak balita adalah masih tingginya berbagai penyakit
infeksi yang banyak menyerang bayi dan balita, di antaranya
yang terpenting adalah diare dan infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) yang umumnya dapat dicegah dengan imunisasi. Ke-
adaan gizi anak-anak balita yang belum memadai juga mendorong
mudah terjadinya infeksi dan kematian. Salah satu tanda dari
rendahnya keadaan gizi adalah rendahnya berat badan bayi
lahir. Angka bayi lahir hidup dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) pada tahun 1985 adalah sekitar 14%. Pada tahun 1987
angka tersebut telah menurun menjadi 8,2%. BBLR sering dise-
babkan oleh rendahnya keadaan gizi ibu, terutama oleh masih

115
tingginya prevalensi ibu yang menderita anemia. Keadaan ini,
dan juga masalah kesehatan lain, sering menyebabkan proses
melahirkan yang sulit dan dapat berakhir dengan kematian ibu.

Tingkat kematian bayi dan anak, dan kematian ibu mela-


hirkan, dilatarbelakangi oleh masih adanya masalah di bidang-
bidang ekonomi dan pendidikan keluarga, kebersihan lingkungan,
air bersih, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

Dalam Repelita IV keberhasilan upaya untuk menurunkan


angka kematian umum dan angka kematian bayi sangat membantu
upaya meningkatkan umur harapan hidup waktu lahir, yang telah
berhasil meningkat dari 56 tahun pada tahun 1983 menjadi 63
tahun pada tahun 1988.
Tingkat kelahiran di Indonesia masih perlu diturunkan
walaupun akhir-akhir ini menunjukkan telah adanya penurunan
yang berarti. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh ber-
hasilnya program Keluarga Berencana dan membaiknya tingkat
pendidikan masyarakat. Karena penurunan tingkat kematian masih
lebih besar dari penurunan tingkat kelahiran, maka pertumbuhan
penduduk masih tetap tinggi. Masih tingginya angka kelahiran
dan tingginya jumlah anak yang dilahirkan (paritas) oleh ibu-
ibu Indonesia juga merupakan sebab tingginya angka kematian
bayi dan angka kematian ibu.

Angka kesakitan dan kematian berbagai penyakit menular


telah menurun, terutama untuk penyakit-penyakit malaria, demam
berdarah, diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Di Jawa -Bali, API (Annual Parasite Incidence) penyakit mala-

ria telah menurun menjadi 0,46 per 1.000 menjelang akhir Re-
pelita IV. Di luar Jawa - Bali, "parasite rate" di daerah-
daerah prioritas telah menurun menjadi 42 per 1.000 pada akhir
Repelita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh demam ber-

116
darah dengue dapat ditekan menjadi 3,3% pada akhir Repe-
lita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh diare dapat di-
tekan menjadi 0,35% pada tahun 1987. ISPA masih merupakan
penyebab kesakitan umum terbesar dan salah satu penyebab
utama kematian balita.

Selain berbagai penyakit infeksi yang disebutkan di


atas, ada beberapa penyakit lain yang masih merupakan masalah
kesehatan, yaitu TBC, kusta dan rabies.

Dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, pada Repelita IV


tampak adanya perubahan urutan pola penyakit. Angka kesakitan
penyakit tidak menular, seperti kanker, penyakit-penyakit
kardiovaskuler, dan degeneratif menunjukkan kecenderungan
yang makin meningkat. Demikian pula dengan gangguan jiwa dan
penyakit yang disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau obat
yang bersifat adiktif. Penyakit jantung dan pembuluh darah
dalam tahun 1986 mulai merupakan penyakit yang banyak
terdapat di masyarakat. Dalam kurun waktu 10 tahun (1976-1986)
penyakit jantung dan pembuluh darah berkembang menjadi penye-
bab ketiga dari kematian umum dengan kenaikan prevalensi dari
1,1 per 1.000 penduduk pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1.000
penduduk pada tahun 1986.

b. Keadaan Gizi
Keadaan gizi masyarakat pada umumnya telah makin baik.
Gangguan gizi yang dapat menghambat pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak, yang dikenal dengan kurang ka-
lori protein (KKP), telah menurun prevalensinya. KKP anak
balita, yang diukur dengan pertambahan berat badan pada umur
tertentu, prevalensinya menurun dari 29,1% pada tahun 1983
menjadi 10,8% pada tahun 1987. Keadaan ini menunjukkan bahwa

117
pada umumnya pertumbuhan badan anak balita kita relatif makin
baik.
Beberapa gangguan gizi lainnya juga makin berkurang.
Misalnya gangguan gizi akibat kurang yodium (GAKI) di daerah-
daerah endemik, terutama di daerah pegunungan, prevalensinya
selama Repelita IV telah menurun. Untuk GAKI yang bersifat
klinis (dapat dilihat dengan nyata), dikenal dengan penyakit
gondok, prevalensinya menurun dari 9,2% pada tahun 1983 men-
jadi 5% pada tahun 1987. Sedang GAKI yang bersifat labora-
toris (tidak terlihat nyata) menurun dari 37,2% menjadi 32%
selama kurun waktu yang sama.

Selama kurun waktu Repelita IV bahaya kebutaan pada


anak balita akibat kekurangan vitamin A (KVA) berkurang dari
1,4% menjadi 0,7%. Sedang penyakit anemia akibat kurang zat
besi, yang banyak diderita oleh ibu hamil dan buruh berpeng-
hasilan rendah, berkurang dari 70% pada tahun 1983 menjadi
55% pada tahun 1987. Sekalipun demikian prevalensi sebesar
55% ini relatif masih tinggi.

Meskipun gangguan gizi telah menunjukkan perbaikan,


prevalensi yang relatif masih cukup tinggi pada akhir Repe-
lita IV merupakan masalah yang masih terus memerlukan penang-
gulangan. Gangguan gizi yang disebabkan oleh jumlah dan mutu
gizi makanan yang masih kurang memenuhi syarat juga berkaitan
erat dengan berbagai penyakit infeksi dan parasit. Penyakit
infeksi dan parasit merupakan masalah kesehatan yang menon-
jol, sehingga pencegahan dan pemberantasannya memerlukan per-
hatian yang sungguh-sungguh.

c. Upaya Pelayanan dan Penyediaan Sarana Kesehatan

Dari uraian di atas ini tampak bahwa selama kurun waktu


1983 - 1987 telah terjadi perubahan yang positif dalam derajat

118
kesehatan bangsa kita. Perubahan derajat kesehatan seperti
diuraikan di atas erat kaitannya dengan kemajuan upaya pela-
yanan dan penyediaan sarana kesehatan dalam Repelita IV.

Upaya pelayanan kesehatan terutama dilaksanakan melalui


Puskesmas, Rumah Sakit, dan kegiatan peran serta masyarakat
dalam bentuk Posyandu. Jumlah Puskesmas dalam Repelita IV
telah ditingkatkan dari 5.353 pada akhir Repelita III menjadi
5.642 buah. Puskesmas Pembantu (PP) yang pada akhir Repe-
lita III berjumlah 13.636, pada akhir Repelita IV telah me-
ningkat menjadi 14.562 buah termasuk 1.322 buah Balai Peng-
obatan dan BKIA Swasta, tidak termasuk lebih dari 1.100 buah
PP yang sudah ditingkatkan menjadi Puskesmas. Sementara itu
jumlah Puskesmas Keliling telah bertambah dari 2.479 pada
akhir Repelita III menjadi 3.251 buah pada akhir Repelita IV.
Dalam kurun waktu yang sama untuk daerah-daerah terpencil dan
perbatasan telah dibangun pula Puskesmas dengan Perawatan se-
hingga jumlahnya meningkat dari 989 buah menjadi 1.067 buah.

Sebagai hasil dari kegiatan pembangunan sarana kesehat-


an, dalam Repelita IV setiap kecamatan sedikitnya memiliki
satu Puskesmas dan 2 - 3 Puskesmas Pembantu. Untuk daerah
terpencil dan perbatasan pelayanan kesehatan sebagian besar
dilakukan oleh Puskesmas Keliling (darat dan sungai), Dokter
Terbang, dan Puskesmas Perawatan.

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan antara lain


diwujudkan melalui kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dari petugas Puskesmas. Kegiatan Posyandu mencakup pe-
layanan di bidang kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi,
keluarga berencana, dan penanggulangan diare. Selama Repe-
lita IV jumlah Posyandu telah meningkat dengan pesat dari

119
sekitar 90.000 buah, yang tersebar di 40.000 desa pada tahun
1984, menjadi lebih dari 200.000 buah pada akhir tahun 1988
dan tersebar di 52.000 desa di Indonesia.

Upaya pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit dilakukan


oleh Rumah Sakit Umum dan Khusus yang terdiri dari beberapa
kelas, yaitu kelas A, B, C dan D. Rumah Sakit kelas D memi-
liki 25 - 100 tempat tidur; kelas C memiliki 100 - 400 tempat
tidur dengan empat dokter keahlian dasar (ahli penyakit dalam,
ahli bedah, ahli kebidanan/kandungan, dan ahli kesehatan
anak); kelas B memiliki 400 - 1.000 tempat tidur dengan dokter
di semua bidang keahlian; dan kelas A yang memiliki lebih dari
1.000 tempat tidur dengan dokter subspesialis.

Jumlah Rumah Sakit yang dikelola pemerintah dan swasta


telah bertambah dari 1.273 buah pada akhir Repelita III men-
jadi 1.436 buah pada akhir Repelita IV. Sedangkan jumlah
tempat tidurnya bertambah dari 114.788 buah menjadi 122.998
buah.

Dengan makin meningkatnya upaya dan sarana kesehatan


dalam Repelita IV maka dapat ditingkatkan jangkauan dan ca-
kupan pelayanan kesehatan, terutama dalam pelayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Gizi, Imunisasi,
dan penanggulangan diare.

Selama kurun waktu 1984 - 1987, cakupan pelayanan KIA


untuk ibu hamil telah meningkat dari 49% menjadi 64,2% dari
jumlah ibu hamil dengan kontak sekitar 3,5 kali; cakupan Ke-
luarga Berencana aktif telah meningkat dari 58,79% menjadi
68,42% dari jumlah pasangan usia subur;` cakupan imunisasi
lengkap untuk bayi telah meningkat dari 6% menjadi 65% (65%
Polio III, 64% DPT III dan campak 58,6%), sedangkan cakupan
imunisasi TT-II untuk ibu hamil juga meningkat dari 17% men-

120
jadi 30%. Demikian pula dalam kurun waktu yang sama, cakupan
pelayanan gizi dengan kegiatan penimbangan balita meningkat
dari 29,6% menjadi 49,3%, dan cakupan penanggulangan diare
dengan oralit menjadi 39,6% dari seluruh kasus yang ada.

Sementara itu Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), yang


sebagian kegiatannya dipadukan dalam POSYANDU, sampai akhir
Repelita IV telah menjangkau 52.694 desa. Melalui UPGK, anak
balita yang terlindungi dari bahaya kebutaan akibat kekurang-
an vitamin A pada akhir Repelita IV berjumlah sekitar 2,4
juta anak. Sedang ibu hamil yang mendapat suplementasi pil
besi berjumlah hampir 1,4 juta orang. Di samping itu jumlah
penduduk yang mendapat preparat minyak beryodium untuk men-
cegah gondok endemik pada akhir Repelita IV mencapai lebih
dari 16,5 juta orang.

Derajat kesehatan masyarakat juga ditentukan oleh ter-


sedianya sarana kesehatan lingkungan. Sampai dengan tahun
1986 penduduk yang menikmati air bersih baru sekitar 65% di
perkotaan dan 30,5% di pedesaan. Di samping itu baru sekitar
31% penduduk perkotaan dan 37,5% penduduk pedesaan mengguna-
kan jamban keluarga.

d. Penyediaan Obat
Dalam rangka penyediaan obat yang Makin merata dan ter-
jangkau oleh rakyat, telah dilakukan upaya penyediaan dan
distribusi obat-obat esensial. Di samping itu mulai tahun 1986
telah diupayakan penyusunan Daftar Obat Program Bersama, yang
merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan, Ikatan
Dokter Indonesia, lkatan Sarjana Farmasi Indonesia, dan Ga-bungan
Pengusaha Farmasi.

Pemenuhan kebutuhan obat nasional oleh produksi dalam

121
negeri pada akhir Repelita IV telah mencapai lebih dari 98%
kebutuhan, sejalan dengan peningkatan jumlah industri farmasi
dari 286 menjadi 295 buah.

Peredaran obat-obatan di sektor swasta melalui apotek,


rumah sakit dan poliklinik juga semakin merata. Jumlah Peda-
gang Besar Farmasi (PBF) meningkat dari 912 pada tahun 1983/84
menjadi 928 pada tahun 1987/88, sedangkan jumlah apotek me-
ningkat dari 1.117 pada tahun 1983/84 menjadi 2.158 buah pada
tahun 1987/88.

e. Penyediaan Tenaga Kesehatan

Selanjutnya tersedianya jumlah tenaga kesehatan secara


memadai dan merata ikut pula menentukan derajat kesehatan ma-
syarakat.
Jumlah dokter yang bertugas di Puskesmas meningkat dari
4.048 orang pada tahun 1983/84 menjadi 6.125 orang pada tahun
1987. Peningkatan itu telah memperbaiki rasio dokter terhadap
Puskesmas dari 7 menjadi 9 orang dokter per sepuluh Puskes-
mas. Demikian pula keadaan dokter gigi yang bertugas di
Puskesmas telah meningkat jumlahnya dari 1.093 orang pada
1983/84 menjadi 1.595 orang pada tahun 1987 sehingga rasio
dokter gigi terhadap Puskesmas meningkat dari 2 menjadi 3
orang dokter gigi per sepuluh Puskesmas.

Tenaga paramedik perawatan yang bekerja di Puskesmas


juga meningkat dari 12.388 orang pada tahun 1984/85 menjadi
20.388 orang pada tahun 1987, sehingga rasionya per Puskesmas
menunjukkan perbaikan dari 3,0 menjadi 4,6.

Selama kurun waktu yang sama kategori tenaga lain yang


bekerja di Puskesmas, yaitu tenaga paramedik, non perawat, pe-

122
karya dan pembantu paramedis dan tenaga non medik, juga telah
meningkat dari masing-masing 3.900 orang, 2.825 orang dan
11.563 orang menjadi 4.900 orang, 10.315 orang dan 12.472
orang.

Jumlah tenaga medik yang bertugas di Rumah Sakit Peme-


rintah meningkat dari 5.726 orang pada tahun 1984 menjadi
9.864 orang pada tahun 1987. Tenaga paramedik perawatan di
Rumah Sakit pemerintah juga meningkat jumlahnya dari 23.842
orang pada tahun 1983 menjadi 41.654 orang pada tahun 1987.
Sementara itu, jumlah sarjana farmasi pada akhir Repelita IV
adalah 1.777.

2. Masalah Sosial, Ekonomi dan Lingkungan


Masalah-masalah utama yang berpengaruh terhadap pemba-
ngunan bidang kesehatan yang diperkirakan masih akan dihadapi
dalam Repelita IV berkaitan dengan bidang-bidang kependuduk-
an, lingkungan pemukiman, pendidikan, budaya masyarakat, dan
tingkat pendapatan keluarga. Di samping itu akan dihadapi
pula berbagai masalah sarana dan pelaksanaan upaya kesehatan.

a. Masalah Kependudukan dan Lingkungan Pemukiman


Laju pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, struktur
penduduk dan urbanisasi merupakan beberapa faktor yang akan
menentukan baik cara-cara pendekatan yang harus ditempuh mau-
pun keberhasilan yang dapat dicapai dalam pembangunan kese-
hatan selama kurun waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk
yang relatif masih tinggi dalam Repelita IV, yaitu rata-rata
2,1% per tahun, dan laju urbanisasi yang juga tinggi, merupa-
kan masalah yang di satu pihak ikut menentukan perkembangan

123
pola penyakit dan penyebarannya dan di lain pihak akan menen-
tukan juga pola pelayanan kesehatan yang harus diikuti. Di
samping itu struktur penduduk yang sebagian besar masih ter-
diri dari golongan usia muda (di bawah umur 15 tahun) menye-
babkan masalah kesehatan masih terpusatkan pada kelompok usia
muda, terutama kelompok balita.

Masih tingginya angka pertambahan penduduk dan urbani-


sasi berpengaruh pula pada kualitas lingkungan hidup dan cen-
derung menyebabkan tingginya bahaya pencemaran, langkanya air
bersih, dan bertambah banyaknya tempat-tempat pembuangan
limbah dan kotoran manusia. Dari beberapa penelitian ditemu-
kan bahwa 8,4% air PAM kota, 62% air sumur pedesaan dan 37,5%
mata air pedesaan telah tercemar oleh berbagai kuman. Di
daerah perkotaan, masalah kesehatan lingkungan menjadi ber-
tambah menonjol lagi dengan adanya pencemaran lingkungan oleh
limbah industri dengan bahan-bahan berbahaya. Selain itu,
penggunaan berbagai pestisida pembasmi serangga juga membawa
dampak negatif, antara lain berupa meningkatnya resistensi
nyamuk pembawa penyakit malaria terhadap pestisida tertentu,
misalnya DDT. Hal-hal tersebut menimbulkan masalah bagi pen-
cegahan serta pemberantasan penyakit dan menyebabkan mening-
katnya kebutuhan akan upaya dan sarana untuk pelayanan kese-
hatan.

b. Masalah Pendidikan, Budaya, dan Pendapatan Keluarga


Tingkat pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah,
khususnya di kalangan wanita, merupakan salah satu masalah
pokok yang berpengaruh terhadap masalah-masalah kesehatan.
Sebagai akibat pendidikan rata-rata yang masih rendah, di ka-
langan masyarakat masih banyak sikap hidup dan perilaku yang

124
mendorong timbulnya penyakit-penyakit infeksi dan kurang gizi.
Pentingnya arti kebersihan diri dan lingkungan, air bersih,
makanan yang seimbang dan bergizi serta manfaat air susu ibu
dan imunisasi bagi bayi, misalnya, masih belum sepenuhnya di-
sadari.

Masalah lain yang juga dapat merupakan sebab dari masih


tingginya angka kesakitan, kematian, dan rendahnya keadaan
gizi penduduk adalah tingkat pendapatan keluarga. Berbagai
peningkatan derajat kesehatan penduduk yang dicapai dalam
Repelita IV seperti yang diuraikan di muka, secara tidak
langsung disebabkan oleh adanya peningkatan dalam pendapatan
keluarga selama kurun waktu tersebut. Namun disadari bahwa
masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang tingkat pendapat-
annya masih rendah dan masih harus hidup dan bertempat ting-
gal di lingkungan pemukiman yang rawan terhadap berbagai
gangguan kesehatan sehingga derajat kesehatannya, demikian
juga derajat gizinya, lebih rendah dari kelompok lain.

3. Masalah Sarana Kesehatan

a. Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit

Upaya pelayanan kesehatan terutama dilaksanakan melalui


Puskesmas, Rumah Sakit, dan kegiatan peran serta masyarakat
melalui Posyandu. Berbagai Rumah. Sakit kelas C dewasa ini
masih menghadapi masalah kekurangan peralatan untuk dokter
ahli, sedang berbagai Puskesmas, khususnya di daerah terpencil
dan perbatasan, memerlukan tambahan peralatan medis sederhana,
termasuk peralatan dokter gigi, peralatan komunikasi dan se-
bagainya. Sebaliknya dewasa ini masih ada beberapa Rumah Sakit
yang memiliki peralatan yang belum dimanfaatkan dengan efek-
tif oleh karena berbagai sebab.

125
Selama ini jumlah penduduk makin bertambah dan permin-
taan mereka akan pelayanan kesehatan yang bermutu. juga makin
meningkat. Karena meningkatnya jumlah penduduk, di beberapa
daerah diperlukan penambahan Puskesmas. Sedangkan meningkat-
nya permintaan pelayanan kesehatan yang makin bermutu menye-
babkan sejumlah Puskesmas memerlukan perbaikan dan peningkat-
an fungsi. Selanjutnya RS kelas D di berbagai daerah memerlu-
kan peningkatan fungsi menjadi kelas C, dan sebagian memerlu-
kan perbaikan-perbaikan.

b. Masalah Obat
Penyediaan obat juga merupakan masalah yang memerlukan
perhatian lebih besar dalam Repelita V. Harga berbagai jenis
obat yang diperlukan oleh masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah dirasakan masih belum terjangkau, kecuali obat-obat
esensial dan generik yang diberikan di Puskesmas dan Rumah
Sakit. Masalah tersebut timbul terutama karena adanya masalah
bahan baku obat impor, jumlah jenis obat yang diproduksi di
dalam negeri, sistem distribusi dan pemasaran yang ada, serta
adanya sikap yang cenderung kurang memanfaatkan obat generik
pada beberapa pihak. Selain itu, masyarakat juga kurang mem-
peroleh informasi yang diperlukan mengenai obat generik.

Di samping masalah-masalah di atas, dalam hal obat-obat-


an ada lagi yang memerlukan perhatian. Makin meningkatnya pe-
nyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkotika, minuman keras,
kosmetika, dan bahan-bahan berbahaya lainnya, merupakan masa-
lah kesehatan yang juga masih perlu ditingkatkan penanggu-
langannya. Sedangkan makin meluasnya penggunaan jamu dan obat-
obat tradisional serta pengobatan secara tradisional di masya-
rakat memerlukan peningkatan penelitian ilmiah lebih lanjut.

126
c. Masalah Tenaga Kesehatan
Selama Repelita IV terjadi ketidakseimbangan antara
lulusan hasil pendidikan tenaga kesehatan dan rendahnya la-
pangan kerja yang tersedia untuk berbagai jenis tenaga kese-
hatan. Di samping itu, ada masalah ketidakmerataan dalam per-
sebaran tenaga kesehatan. Khususnya mengenai dokter ahli dan
tenaga paramedis perawatan, berbagai daerah dan lembaga masih
menghadapi kekurangan, sedangkan di tempat-tempat tertentu
relatif mengalami kelebihan. Selanjutnya masalah mutu tenaga
kesehatan di negara kita juga memerlukan perhatian lebih
besar.

d. Masalah Manajemen dan Hukum


Banyak kegiatan di bidang kesehatan masih dikelola se-
cara kurang efisien dan hal ini berkaitan dengan kemampuan
para petugas kesehatan dalam manajemen. Permasalahan juga
timbul karena belum kuatnya sistem informasi kesehatan, pe-
rencanaan dan penilaian, pengawasan dan pengendalian. Semen-
tara itu penelitian dan pengembangan kesehatan belum dapat
sepenuhnya dilaksanakan atas dasar kebutuhan Pemerintah se-
dangkan hasil penelitian belum dimanfaatkan secara optimal.

Potensi dan kemampuan masyarakat dalam ikut membiayai


pelayanan kesehatan, khususnya untuk pelayanan medis di Rumah-
rumah Sakit Pemerintah, masih dapat lebih ditingkatkan dan
dimanfaatkan.

Di bidang hukum masih banyak peraturan dan perundang-


undangan yang harus disesuaikan dengan perkembangan upaya ke-
sehatan dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu
diperlukan pula pengaturan perlindungan bagi masyarakat yang

127
menerima pelayanan maupun yang memberi pelayanan mengingat
bahwa tuntutan hukum kepada para petugas kesehatan cenderung
meningkat pada masa-masa mendatang.

I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Pembangunan kesehatan dalam Repelita V terutama diarah-


kan untuk mencapai tujuan-tujuan pokok sebagai berikut.

1. Peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan,


antara lain dengan meningkatkan kemampuan teknis dan
administratif serta menambah jumlah tenaga kesehatan
sesuai dengan kebutuhan, khususnya di daerah-daerah
terpencil dan perbatasan; peningkatan kemampuan manaje-
men para penanggung jawab upaya kesehatan di setiap
tingkat; dan peningkatan peran serta masyarakat dan
swasta.

2. Peningkatan efisiensi pemanfaatan dana, tenaga dan sa-


rana, antara lain dengan deregulasi dan debirokratisasi
manajemen program-program kesehatan termasuk pengelola-
an sumber dananya. Dalam hubungan ini pengelolaan dana-
dana yang diperoleh dari unit-unit pelayanan kesehatan
akan lebih disederhanakan agar lebih efektif dan efisien
untuk menunjang keperluan operasional dan pemeliharaan
pelayanan kesehatan.

3. Peningkatan berbagai upaya kesehatan dengan perhatian


khusus untuk menekan angka kematian bayi, anak dan ibu
diusahakan dengan menurunkan angka kesakitan dan per-
baikan status gizi. Upaya tersebut pertama-tama diusa-
hakan melalui keluarga dan masyarakat di Posyandu yang

128
dilaksanakan atas prakarsa dan peran serta masyarakat
dan didukung terutama oleh kegiatan Puskesmas dan upaya
kesehatan lainnya. Dengan demikian diharapkan dapat di-
tingkatkan pula kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
hidup sehat dan untuk mengatasi masalah-masalah kese-
hatan dasar dengan pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan derajat kesehatan (promotif).

4. Peningkatan kesehatan lingkungan untuk memasyarakatkan


sikap dan perilaku hidup bersih untuk pribadi, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya melalui upaya-upaya penyu-
luhan kesehatan dengan lebih meningkatkan komunikasi,
informasi dan edukasi. Dalam hal ini terutama menyangkut
upaya pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana
air bersih serta pembuangan limbah keluarga. Sejalan
dengan itu akan ditingkatkan pula cara-cara pengenalan
dini terhadap adanya bahaya pencemaran air, udara, dan
lingkungan oleh limbah industri dan kendaraan bermotor
serta upaya pencegahan terhadap bahaya pencemaran ter-
sebut.

5. Peningkatan status gizi masyarakat yang didasarkan atas


upaya keluarga dan masyarakat untuk dapat mencukupi ke-
butuhan gizinya melalui pemanfaatan aneka ragam bahan
pangan sesuai dengan kemampuan dan keadaan lingkungan
setempat. Hal tersebut didukung pula oleh upaya-upaya
di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit akibat
gangguan gizi tertentu.

6. Peningkatan penyediaan obat dan alat kesehatan yang se-


suai dengan kebutuhan, rasional, dan terjangkau oleh
masyarakat luas. Untuk itu antara lain akan dilaksana-
kan deregulasi di bidang pengadaan dan distribusi obat,

129
digalakkan penggunaan obat generik oleh kalangan tenaga
dokter dan penyuluhan tentang manfaat obat generik agar
makin dikenal oleh masyarakat. Di samping itu akan terus
ditingkatkan upaya pencegahan bahaya obat, narkotika,
psikotropika, minuman keras, dan bahan berbahaya lain-
nya. Demikian pula akan digali potensi ekonomi industri
obat, makanan, obat tradisional, kosmetika, dan alat
kesehatan untuk menunjang ekspor non migas. Khusus untuk
obat-obatan dan cara pengobatan tradisional, akan dibe-
rikan perhatian lebih besar untuk pembudidayaannya dan
penelitian ilmiah aspek medis dan aspek-aspek lainnya.

7. Penurunan tingkat kesuburan (fertilitas) penduduk mela-


lui peningkatan pelembagaan norma keluarga kecil bahagia
dan sejahtera (NKKBS) dengan keterpaduan pelayanan ke-
luarga berencana dan KIA, yang terutama dijalankan pada
Posyandu dan Puskesmas yang didukung oleh sistem rujuk-
annya.

8. Peningkatan pengadaan dan pengelolaan tenaga medis,


paramedis, tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga kese-
hatan lainnya yang bermutu agar dapat menunjang pening-
katan upaya kesehatan. Penyebaran tenaga kesehatan di-
sesuaikan dengan kebutuhan nyata guna mengembangkan
program-program kesehatan.

9. Peningkatan kesegaran jasmani terutama pada kelompok


usia kerja sehingga memungkinkan mereka hidup sehat
serta meningkat produktivitasnya.
Sebagai kelanjutan dari Repelita IV, maka untuk dapat
mencapai tujuan-tujuan pokok Repelita V tersebut di atas,
pembangunan kesehatan akan diselenggarakan melalui Pancakarya
Husada dengan pola kebijaksanaan pelaksanaan sebagai berikut.

130
1. Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasar-


kan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan masyarakat, peran
serta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan dengan penekanan
pada hal-hal yang berkaitan dengan:

a. Peningkatan mutu dan efisiensi upaya kesehatan dilaku-


kan melalui optimasi pemanfaatan tenaga, sarana dan
standardisasi pelayanan kesehatan yang dilaksanakan se-
cara menyeluruh dan terpadu sesuai kebutuhan masyarakat
dengan kerja sama lintas sektor serta memanfaatkan tek-
nologi tepat guna dan hasil penelitian dan pengembangan
kesehatan.

b. Peningkatan peran serta masyarakat, termasuk swasta,


organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat di-
laksanakan melalui peningkatan kegiatan penyuluhan ke-
sehatan dengan lebih menggalakkan komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) dengan kerja sama lintas sektor.
Dengan demikian, diharapkan dukungan masyarakat secara
aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masya-
rakat. Di samping itu diharapkan pula terjadi pening-
katan perilaku hidup sehat dan kemampuan untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan dasar oleh masyarakat
pada umumnya, diikuti dengan peningkatan keikutsertaan
sektor swasta, organisasi profesi, dan lembaga swadaya
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

c. Peningkatan pemerataan upaya kesehatan dilakukan mela-


lui jaringan pelayanan kesehatan paripurna, mulai dari
keluarga, masyarakat, Posyandu, Puskesmas dan rujukan-
nya. Untuk ini dilaksanakan penambahan dan peningkatan

131
fungsi Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas
Keliling dengan sarana dan tenaganya. Demikian pula
untuk Posyandu yang pengembangannya banyak tergantung
pada peran serta aktif masyarakat. Fungsi rumah sakit
ditingkatkan agar mampu melakukan dan membina upaya ru-
jukan. Jaringan sistem rujukan ditingkatkan dengan me-
nentukan standar pelayanan untuk setiap jenjang pela-
yanan kesehatan. Dalam hal ini kemampuan masyarakat
termasuk swasta perlu dikembangkan, agar dapat lebih
berperan serta dalam upaya kesehatan. Di samping itu
dilakukan pembinaan upaya pengobatan tradisional yang
terbukti efektif dan yang perkembangannya dapat serasi
dengan perkembangan pengobatan modern.

d. Upaya kesehatan kerja akan diperluas kegiatan perintis-


annya untuk menunjang kegiatan perlindungan dan kese-
lamatan kerja, khususnya untuk kelompok tenaga kerja
tertentu di daerah-daerah terpencil dan daerah yang
rawan akan bahaya pencemaran limbah industri.

2. Pengembangan Tenaga Kesehatan

Pengembangan tenaga kesehatan ditekankan terutama untuk


meningkatkan mutu dan jumlah, dengan:

a. Pengembangan tenaga kesehatan yang mencakup perencanaan,


pengadaan serta pengelolaan tenaga pada berbagai tingkat
administrasi dimantapkan secara terarah dan terpadu,
agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

b. Peningkatan pendidikan tenaga kesehatan dilakukan dengan


mengikutsertakan masyarakat, termasuk swasta. Pendidik-
an ditujukan untuk menghasilkan tenaga dokter, dokter

132
gigi, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, te-
naga perawat kesehatan, bidan, dan tenaga kesehatan
lainnya. Penyebarluasan pendidikan tenaga kesehatan di-
arahkan agar setiap daerah mampu memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan dalam rangka pemerataan upaya kesehatan.
Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan ditujukan pula
untuk mengembangkan kepemimpinan serta kemampuannya
untuk membina dan mengayomi peran serta masyarakat.
Untuk itu perlu ditingkatkan mutu dan jumlah tenaga
pengajar serta kelengkapan institusinya.

c. Peningkatan latihan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk


menunjang pengembangan karir pegawai dan keberhasilan
program kesehatan.

d. Pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karir dan


prestasi kerja lebih dimantapkan dengan mengikutserta-
kan ikatan profesi kesehatan. Tenaga kesehatan masyara-
kat akan lebih mendapat perhatian dalam pembinaan ka-
rirnya. Untuk itu diusahakan penetapan jabatan fungsio-
nal bagi tenaga kesehatan sebagai jalur peningkatan
karir serta mengusahakan agar tenaga kesehatan makin
bersikap etis, profesional dan nasional dalam tugasnya.
Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan diperhatikan per-
imbangan kebutuhan pemerintah dan masyarakat termasuk
swasta yang disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi
daerah. Sistem pemberian imbalan khusus untuk beberapa
daerah penempatan tertentu, dipandang perlu guna peme-
rataan tenaga kesehatan.
3. Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Beberapa hal yang akan mendapat perhatian dalam rangka

133
pelaksanaan karya ketiga dari Pancakarya Husada ini adalah:

a. Untuk mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan dila-


kukan pembinaan dan pengendalian yang tepat agar jumlah,
jenis dan mutunya sesuai dengan kebutuhan nyata masya-
rakat. Distribusi obat, terutama obat esensial, diting-
katkan dayagunanya, sehingga terjangkau oleh rakyat
banyak. Begitu pula ditingkatkan kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi kepada tenaga kesehatan dan ma-
syarakat tentang obat esensial, makanan dan minuman,
serta bahan berbahaya. Produksi bahan baku obat esensial
ditingkatkan dalam skala yang lebih besar dengan
mendorong proses produksi ke arah hulu.

b. Pengendalian dan pengawasan obat, makanan, kosmetika,


alat kesehatan dan bahan berbahaya bagi kesehatan di-
tingkatkan secara menyeluruh dan sistematis, termasuk
usaha menggalakkan penggunaan obat generik, dengan me-
ningkatkan peran aktif masyarakat. Obat tradisional yang
terbukti efektif dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
mendukung pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat.
Tanaman obat yang dapat dipertanggungjawabkan secara
medik keamanan dan khasiatnya ditingkatkan pembudidaya-
annya. Produksi, distribusi dan penggunaan narkotika,
psikotropika, minuman keras dan zat adiktif lainnya di-
awasi secara lebih ketat dan tepat demi kesehatan, ke-
selamatan, dan keamanan rakyat.

c. Industri obat, obat tradisional, makanan, dan kosmetika


dikembangkan tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri tetapi juga untuk keperluan ekspor. Khusus untuk
industri dan tata niaga obat, didorong untuk lebih efi-
sien dan produktif guna menekan produksi obat biaya

134
tinggi. Dengan demikian diharapkan harga obat lebih
terjangkau oleh masyarakat dan dapat bersaing di pasaran
luar negeri.

4. Perbaikan Gizi dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan

Derajat kesehatan berkaitan erat dengan keadaan gizi dan


frekuensi terjadinya infeksi yang pada gilirannya sangat di-
pengaruhi oleh keadaan kesehatan lingkungan. Oleh karena itu
dalam melaksanakan karya keempat dari Pancakarya Husada ini
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Perbaikan gizi ditujukan untuk mewujudkan derajat


kesehatan optimal dalam rangka peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang dilaksanakan dengan mene-
rapkan syarat minimum kebutuhan gizi dan menanggu-
langi secara khusus masalah gangguan gizi. Di sam-
ping itu, perbaikan gizi dilaksanakan pula dengan
memanfaatkan aneka sumber pangan berdasarkan kebia-
saan dan kemampuan masyarakat dan melalui kerja sama
lintas sektor dan peran serta aktif masyarakat.
Upaya tersebut didukung oleh sistem kewaspadaan
pangan dan gizi untuk memantau status gizi penduduk
dan mencegah dampak negatif dari keadaan rawan
pangan.

b. Peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan dengan


memperluas upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu
lingkungan terutama pencegahan dan pengendalian
pencemaran lingkungan, serta meningkatkan peran
serta masyarakat dalam penyehatan lingkungan. Pe-
ningkatan kesehatan lingkungan diutamakan di daerah
yang rawan penyakit, daerah pengembangan industri,

135
daerah pariwisata, dan daerah kumuh perkotaan dan
pemukiman baru.

5. Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum


Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum meliputi:
a. Peningkatan manajemen kesehatan dilakukan melalui
penataan kembali bidang organisasi dan tata laksana
agar tata dan hubungan kerja antara pusat dan daerah
dalam bidang kesehatan dapat terpadu, dengan menja-
min adanya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
yang efektif dalam pembangunan kesehatan. Kemampuan
perencanaan lebih dimantapkan, terutama mengarah
kepada keterpaduan antara perencanaan kesehatan
dari bawah dan dari atas. Atas dasar prinsip Otonomi
Yang Nyata dan Bertanggung Jawab, secara bertahap
desentralisasi upaya kesehatan dikembangkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di samping itu setiap daerah didorong untuk berkem-
bang sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimili-
kinya. Pengawasan fungsional dan pengawasan melekat
ditingkatkan dengan penyempurnaan sistem dan sarana
menerapkan pengawasan, serta pemantapan pelaksanaan
disertai supervisi secara rutin dan sistematis.

b. Sistem informasi kesehatan yang terpadu, yang meli-


puti informasi manajemen kesehatan, informasi upaya
teknis kesehatan, informasi kesehatan untuk masya-
rakat, serta informasi ilmu pengetahuan dan tekno-
logi bidang kesehatan, akan dikembangkan dan ditata
secara sistematis dan terarah.

136
c. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan program
pembangunan termasuk manajemen dan hukum di bidang
kesehatan, yaitu dengan memanfaatkan dan meningkat-
kan kemampuan penelitian dan pengembangan di pusat
dan di daerah. Kebijaksanaan penelitian dan pengem-
bangan kesehatan akan dimantapkan dan pelaksanaan-
nya lebih dipercepat dan dilakukan secara lintas
sektoral dan multi disiplin. Sejalan dengan itu,
pengendalian serta penilaian upaya penelitian dan
pengembangan kesehatan penting pula ditingkatkan.
Penelitian dan pengembangan diutamakan pada hal-hal
yang mendukung pelayanan kesehatan, pengembangan
tenaga kesehatan, dan terjangkaunya obat oleh ma-
syarakat. Perlu ditingkatkan tenaga peneliti yang
profesional dan pengertian mengenai pentingnya pe-
nelitian oleh pelaksana dan pembina program. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) kesehatan di-
tingkatkan sebagai bagian integral dari pengembangan
Iptek Nasional.

d. Pengaturan hukum di bidang kesehatan dilaksanakan


untuk menciptakan kepastian hukum. Pemahaman kesa-
daran dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-un-
dangan kesehatan ditingkatkan sehingga yang berke-
pentingan akan memperoleh kejelasan dan kepastian
tentang peran, hak, wewenang, kewajiban dan tanggung
jawab berbagai pihak, termasuk masyarakat dan swasta
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Pengembangan
hukum di bidang kesehatan disesuaikan dengan kon-
disi dan situasi serta kemajuan Iptek bidang kese-
hatan.

137
e. Pembiayaan kesehatan secara bertahap akan diupaya-
kan untuk lebih terpadu, serasi, efisien dan efek-
tif. Untuk itu akan diupayakan perencanaan program
dan sumber dana dengan lebih seksama di tingkat
pusat dan daerah. Dalam hal ini akan lebih diperha-
tikan potensi sumber dana masyarakat untuk makin
ikut berperan dalam pembiayaan pembangunan kesehat-
an. Sejalan dengan itu akan ditingkatkan pula ke-
mampuan manajemen penggunaan sumber dana yang ada.
Pembiayaan kesehatan oleh masyarakat diarahkan me-
lalui prinsip asuransi. Demikian pula efisiensi
penggunaan fasilitas kesehatan ditingkatkan antara
lain melalui penyesuaian tarip pelayanan di Rumah
Sakit dan Puskesmas dan perbaikan manajemen. Secara
bertahap subsidi pemerintah lebih diarahkan untuk
upaya-upaya pencegahan penyakit. Sedang subsidi un-
tuk pelayanan pengobatan akan makin disesuaikan
dengan potensi kemampuan masyarakat.

6. Sasaran Pembangunan Kesehatan

Sasaran-sasaran utama pembangunan kesehatan dalam Repe-


lita V, yang pada dasarnya merupakan penahapan dari sasaran
pembangunan kesehatan jangka panjang, adalah sebagai berikut.

a. Angka kematian kasar yang pada akhir Repelita IV


adalah 7,9 per 1.000 penduduk, diharapkan turun
menjadi 7,5 per 1.000 penduduk pada akhir Repe-
lita V. Sedangkan angka kematian bayi (0 - 12
bulan) diharapkan dapat menurun dari 58 per 1.000
kelahiran hidup pada akhir Repelita IV menjadi 49,8
per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita V.

138
Angka kematian anak (1 - 4 tahun) juga diharapkan
dapat menurun dari 10,6 pada Repelita IV menjadi
6,5 per 1.000 pada akhir Repelita V.
b. Umur harapan hidup waktu lahir yang pada akhir Re-
pelita IV diperkirakan 63 tahun, diharapkan akan
meningkat lagi menjadi 65 tahun (Tabel 23-1).

c. Angka kesakitan diare diharapkan dapat diturunkan


menjadi sekitar 30%. Angka kesakitan malaria di Jawa
Bali dapat dipertahankan sama seperti keadaan pada
Repelita IV yakni di bawah 1 per seribu. Demikian
pula halnya di luar Jawa - Bali, di daerah priori-
tas angka kesakitan malaria dapat dipertahankan
pada tingkat sekitar 4%. Penyebaran penyakit demam
berdarah di wilayah yang terjangkit serta kecende-
rungan meningkatnya penderita penyakit tersebut di-
harapkan akan dapat ditekan. Penyakit frambusia
atau patek dan penyakit demam keong atau schistoso-
miasis tidak menjadi masalah kesehatan lagi.

d. Penderita kurang kalori protein (KKP) pada balita


berkurang dari 10,8% menjadi 9,5%, kekurangan vita-
min A pada anak balita turun dari 0,7% menjadi
0,5%, anemia gizi pada ibu hamil turun dari 55%
menjadi 40%, dan gangguan akibat kurang yodium
(GAKI) di daerah endemik berkurang dari 5% menjadi
4% pada akhir Repelita V.

e. Angka pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


kesehatan terlatih yang pada akhir Repelita IV ber-
jumlah sekitar 45% dari seluruh jumlah persalinan
dalam kurun waktu tersebut, ditingkatkan menjadi
sekurang-kurangnya 65% yang didahului oleh pemerik-

139
T A B E L 23 - 1

ANGKA KEMATIAN DAN HARAPAN


HIDUP

Akhir Akhir Akhir


Repelita III Repelita IV Repelita V
(1983) (1988) (1993)

1. Angka Kematian Kasar 1)


9,9 7,9 7,5

2. Angka Kematian Bayi ) 2 90,3 58,0 49,8

3. Angka Kematian Anak 3) 17,8 10,6 6,5

4. Harapan Hidup Rata-rata 4) 56,0 63,0 65,0

1) Angka Kematian Kasar = Jumlah kematian per 1.000 penduduk

2) Angka Kematian Bayi = Jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per


1.000 kelahiran hidup

3) Angka Kematian Anak = Jumlah kematian anak (1-4 tahun)


per 1.000 anak

4) Harapan Hidup Rata-rata = Rata-rata umur penduduk (dalam tahun)

140
GRAFIK 23 -1
ANGKA KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP
PADA AKHIR REPELITA III, IV DAN V
A A Ang
n n ka
g Ang
k ka
Ke
a
mat
ian
K Har
e apa
m n
a Hid
t up
i A
a n
n a
k
K R
a at
s a-
a ra
r ta 141
saan kehamilan sedini mungkin dengan cakupan 70%.
Dengan upaya ini diharapkan angka kematian ibu dapat
menurun dari 4,5 per 1.000 menjadi 3,4 per 1.000
kelahiran hidup.

f. Angka pencakupan imunisasi untuk anak-anak di bawah


umur 12 bulan dan ibu hamil ditingkatkan menjadi
sekurang-kurangnya 80% pada akhir Repelita V (Tabel
23-Z). Dengan angka pencakupan ini kematian bayi
karena kejang tetanus diharapkan dapat turun di
bawah 3 per 1.000 kelahiran hidup. Penyakit-penya-
kit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat dite-
kan serendah mungkin dan penyakit poliomyelitis di
Jawa - Bali sudah dapat dikendalikan, sehingga tidak
merupakan masalah kesehatan lagi.

g Puskesmas secara bertahap dapat melaksanakan 13 ke-


giatan pokok atau lebih sesuai dengan kebutuhan se-
tempat dan dengan mutu yang telah meningkat.

h. RSU kelas C selain menyelenggarakan pelayanan 4


spesialistik dasar, telah mampu menyelenggarakan
pelayanan spesialistik lainnya yang dibutuhkan ma-
syarakat. RSU kelas C dan D telah mampu menyeleng-
garakan pelayanan KB, Imunisasi, Perinatologi dan
gawat darurat medik dengan baik.

i. Laboratorium kesehatan ditingkatkan untuk menunjang


pelaksanaan upaya kesehatan Rujukan. Sesuai dengan
kebutuhan di beberapa tempat tertentu dikembangkan
RS Jiwa yang juga mampu menyelenggarakan pelayanan
penanggulangan korban penyalahgunaan ataupun keter-
gantungan pada obat.

142
TABEL 23 - 2
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
DALAM REPELITA IV DAN V

Jenis Kegiatan Satuan Repelita IV Repelita V

A. PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN PENYAKIT

1. Pemberantasan Penyakit Diare :


a. Jumlah penderita diare jt orang/thn 7,8 5,7
b. Jumlah penderita tersangka ribu orang/thn 30 24
kolera pada SIB

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut :


1)
a. Pencarian/pengobatan penderita juta orang 3,5
b. Pengembangan di Puskesmas ribu buah 5
3. Imunisasi :
a. Cakupan kontak pertama bayi % 75 90
b. Cakupan 1engkap bayi % 65 80
c. Cakupan TT2 ibu band % 30 80
4. Pemberantasan Penyakit Malaria :
a. Penyemprotan rumah jt rumah/thn 4,6 3,0
h, Pengobatan penderita jt orang/thn 10,0 8,7
5. Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah :
a. Pengasapan rumah jt rumah
2,9 15,8
b. Abatisasi selektif (rumah) jt rumah
9,0 36

B. PERBAIKAN GIZI
1. Penu sekol
runa ah :
n -
KKP gondo
: k
- tampa
Prev k
alen - gondok
si total
KKP 4. Penanggul
mela angan
lui Anemia
UPGK Gizi :
2. Penanggu -
langan Prevalens
Kekurang i anemia
an Vit. gizi ibu
A : - hamil
Prevalen 143
si
Kurang 1) Sasaran baru
Vit. A

3. Pena
nggu
lang
an
Gond
0,7
ok
Ende
mik:
Prev
alen 5
si 32
gang
guan 55
keku
rang
an
yodi
um
terh
adap
anak
j. Penggunaan obat esensial dan generik makin meluas
di setiap unit pelayanan kesehatan dengan distri-
busi yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan tersebut ditunjang dengan me-
ningkatnya kapasitas produksi obat dengan sistem
distribusi yang efektif dan efisien.

k. Obat tradisional yang telah terbukti keamanan dan


khasiatnya telah dimanfaatkan dalam pelayanan kese-
hatan. Sejumlah obat tradisional berhasil diteliti
dan dikembangkan menjadi obat yang bermanfaat.

1. Angka pencakupan air bersih, yang pada akhir Repe-


lita IV sekitar 65% penduduk perkotaan dan 30,5%
penduduk pedesaan, meningkat masing-masing menjadi
80% dan 60% pada akhir Repelita V; penduduk pedesa-
an yang menggunakan jamban meningkat dari 37,5%
menjadi 60%; dan 51% rumah tangga di pedesaan telah
menggunakan sarana pembuangan air limbah.

m. Tenaga kesehatan ditingkatkan mutu dan jumlahnya


guna memenuhi kebutuhan semua unit pelayanan kese-
hatan berdasarkan beban kerja dan kapasitasnya.
Terbinanya peran serta aktif masyarakat, termasuk
swasta, dalam pengembangan tenaga kesehatan yang
diperlukan.

n. Informasi kesehatan makin tersedia dengan memadai


untuk keperluan perencanaan, pengelolaan dan peni-
laian program-program kesehatan. Penelitian dan pe-
ngembangan kesehatan dilaksanakan dan dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.

144
o. Makin terciptanya kepastian hukum sehingga memberi-
kan kejelasan dan kepastian tentang peran, hak, we-
wenang, kewajiban, dan tanggung jawab berbagai pihak
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.

p. Pembiayaan kesehatan melalui prinsip asuransi mulai


dirintis untuk mengkaji potensi peran serta masya-
rakat dalam pembiayaan Rumah Sakit dan Puskesmas.

IV. PROGRAM-PROGAM
Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan kesehatan
tersebut di atas dilaksanakan secara serasi, terarah dan ter-
padu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya, dan dengan
peran serta aktif masyarakat termasuk swasta melalui program-
program berikut.

1. Program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Program Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat bertujuan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga
tercapai tingkat kesehatan yang optimal. Upaya Pelayanan Ke-
sehatan Masyarakat ditujukan untuk seluruh masyarakat, khu-
susnya ibu, bayi, dan anak. Di samping itu pelayanan kesehat-
an masyarakat akan terus diperluas sehingga makin dapat men-
cakup mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, pemukim-
an baru, daerah transmigrasi, PIR dan daerah perbatasan, serta
kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Sasaran upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam Repe-


lita V adalah:

a. Mendukung tercapainya penurunan angka kematian bayi


(AKB) dari 58 menjadi 49,8 per 1.000 kelahiran

145
hidup, penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 4,5
menjadi 3,4 per 1.000 kelahiran, penurunan angka
kesakitan, dan peningkatan status gizi masyarakat.

b. Meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam menggerakkan


peran serta masyarakat.

c. Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas


dengan tempat Perawatan, dan Puskesmas Keliling akan
ditingkatkan, sehingga rasio Puskesmas terhadap
penduduk menjadi lebih baik dari pada rasio yang
telah dicapai pada akhir Repelita IV. Agar Puskes-
mas dapat berfungsi dengan lebih baik, maka tenaga,
sarana, dana operasional dan pemeliharaannya, serta
efisiensi pengelolaannya akan ditingkatkan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, pro-


gram Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat meliputi empat ke-
giatan pokok, yaitu:

a. Peningkatan institusi upaya kesehatan

Peningkatan institusi upaya kesehatan bertujuan untuk


mendekatkan, memeratakan, dan meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan masyarakat, dengan pengembangan dan pemantapan ja-
ringan upaya kesehatan sampai ke tingkat keluarga. Upaya pe-
ningkatan itu meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

(1) Meningkatkan jumlah Puskesmas dari 5.642 menjadi


6.196, sehingga rasio terhadap jumlah penduduk dapat
menjadi lebih baik dari pada keadaan pada akhir Re-
pelita IV. Puskesmas dengan Perawatan ditingkatkan
jumlahnya dari 1.067 pada akhir Pelita IV menjadi
1.350 pada akhir Repelita V. Selain itu Puskesmas

146
Pembantu ditingkatkan jumlahnya, dari 14.562 pada
akhir Repelita IV menjadi 20.062 pada akhir Repe-
lita V. Dengan demikian tiap Puskesmas didukung
oleh 3-5 Puskesmas Pembantu. Sedang Puskesmas Keli-
ling ditingkatkan jumlahnya dari 3.251 menjadi
6.227 (Tabel 23-3).

(2) Merehabilitasi fisik Puskesmas, Puskesmas Pembantu,


Puskesmas dengan Perawatan, Puskesmas Keliling,
serta rumah dokter dan paramedis.

(3) Menambah dan mengganti peralatan Puskesmas, Puskes-


mas Pembantu, Puskesmas dengan Perawatan, dan Pus-
kesmas Keliling dilakukan secara bertahap, sehingga
semuanya mempunyai peralatan yang memadai untuk me-
laksanakan fungsinya secara optimal.

(4) Mencukupi kebutuhan tenaga di Puskesmas Pembantu


dan Puskesmas dengan Perawatan dilakukan secara
bertahap sesuai kebutuhan. Dengan demikian diharap-
kan pada akhir Repelita V selain tenaga dokter,
dokter gigi dan paramedis perawatan, Puskesmas akan
dilengkapi dengan tenaga-tenaga kesehatan dan non
kesehatan lainnya, antara lain tenaga laboratorium,
pengelola obat, sanitasi, gizi, dan tenaga adminis-
trasi.

(5) Mengupayakan agar dapat dilakukan penempatan 18.000


bidan beserta peralatannya pada tingkat desa, ter-
utama di desa-desa yang jauh dari Puskesmas dan
belum terlayani oleh Puskesmas Pembantu. Tenaga ini
bertugas dan tinggal di masing-masing desa sebagai
pembaharu sikap hidup masyarakat terhadap kesehat-
an, pemberi pelayanan kesehatan, terutama kesehatan

147
TABEL 23 - 3
JUMLAH SARANA DAN TENAGA KESEHATAN,
1988/89 - 1993/94

Satuan 1988/89
1993/94 Perubahan (%)
A. JUMLAH SARANA UPAYA KESEHATAN

1. Puskesmas buah 5.642 6.196 9,8


2. Puskesmas Pembantu buah 14.562 20.062 37,8
3. Puskesmas Keliling buah 3.251 6.227 91,5
4. Puskesmas dengan Tempat Perawatan buah 1.067 1.350 26,5
5. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta buah 1.436 1.472 2,5
6. Jumlah Tempat Tidur RS dan Puskesmas buah 122.998 132.158 7,4
Perawatan

B. JUMLAH TENAGA KESEHATAN

1. Dokter Ahli orang 1.825 1) 3.575 95,9


2. Dokter Umum orang 23.084 35.584 54,2
3. Dokter Gigi orang 3.821 5.321 39,3
4. Apoteker orang 1.777 3.027 70,3
5. Sarjana Kesehatan Masyarakat dan orang 860 3.500 307,0
Sarjana Kesehatan Lain
6. Paramedis Perawatan orang 64.087 125.675 96,1
7. Paramedis Non-Perawatan orang 22.858 40.358 76,6
8. Pekarya Kesehatan orang 56.186 59.186 5,3
9. Sarjana Non Kesehatan dan Non orang 108.959 116.459 6,9
Medis Lain

I. Total Depkes dan Pemda orang 283.457 392.685 38,5


II. Non-Depkes dan Swasta orang 191.349 262.913 37,4

Jumlah Seluruhnya orang 474.806 655.598 38,1

Catatan :

1) Tidak termasuk dokter-dokter ahli swasta dan yang bekerja


di luar departemen kesehatan

148
GRAFIK 23 - 2
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
(1988/89 - 1993/94)

(Ribu Orang)

1988/89

1993/94
Dok ter Dokter Dokter Apoteker Sarjana
Ahli Umum Gigi Kesehatan
Masyarakat

149
ibu dan anak, dan pembina tenaga kesehatan tradi-
sional serta kader kesehatan yang ada.

(6) Meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen tenaga


Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan pokok dengan
mutu yang lebih memadai sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan daerah setempat. Pelayanan kesehatan untuk
daerah yang sulit dijangkau dan sukar komunikasinya
dilaksanakan dengan pelayanan dokter terbang dan
terapung yang dilengkapi dengan sarana komunikasi
radio.

(7) Meningkatkan dukungan peran serta masyarakat untuk


penambahan jumlah Posyandu sehingga dapat dicapai
rasio satu Posyandu untuk maksimum 100 balita.
Dengan demikian jangkauan dan cakupan pelayanan ke-
sehatan dasar bagi para ibu dan balita dapat makin
meningkat dan merata. Untuk itu berbagai upaya antar
program dan antar sektor akan digalakkan agar ma-
syarakat lebih terdorong untuk menyelenggarakan
Posyandu. Sejalan dengan itu, sarana dan tenaga
Puskesmas akan disiapkan untuk mendukung kegiatan
di Posyandu yang akan terus bertambah.

b. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Dasar

(1) Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak

Mengupayakan pemeliharaan kesehatan yang mencakup 70% ibu


hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih, dan peme-
liharaan pasca persalinan bagi 70% ibu menyusui. Dengan cakup-
an tersebut antara lain diharapkan dapat dicapai penurunan
angka bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 10%

150
dari keadaan pada akhir Repelita IV. Demikian pula diharapkan
dapat ditingkatkan cakupan pemeliharaan kesehatan bayi dan
balita untuk tumbuh-kembangnya.

(2) Keluarga Berencana

Mengarahkan upaya penurunan tingkat kesuburan (fertili-


tas) pada pengembangan dan pemantapan pelayanan kontrasepsi
metode efektif terpilih beserta pelayanan medisnya. Untuk itu
akan ditingkatkan pelayanan kontrasepsi metode efektif terpi-
lih menjadi 66% pasangan usia subur (PUS), deteksi dini efek
samping untuk mengatasi akibat komplikasi kontrasepsi dan pe-
nanggulangan sederhana kemandulan di Puskesmas.

(3) Perbaikan Gizi

Perbaikan gizi masyarakat melalui Puskesmas meliputi pe-


mantapan dan perluasan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK) baik yang dilaksanakan melalui Posyandu maupun di luar
Posyandu. Sasarannya terutama adalah bayi, balita dan ibu
hamil dan menyusui. Kegiatan UPGK yang berupa pelayanan gizi
di Posyandu adalah pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS,
pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin A untuk ba-
lita, suplementasi pil besi untuk ibu hamil, pemberian oralit
dan penyuluhan gizi. Kegiatan-kegiatan tersebut dipadukan
dengan pelayan kesehatan dasar anak dan ibu yaitu imunisasi,
penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak, penyuluhan ke-
sehatan dan KB.

Kegiatan UPGK di luar Posyandu merupakan kegiatan penyu-


luhan gizi masyarakat terpadu antara lain untuk mendukung
program diversifikasi pangan dan gizi termasuk pemanfaatan

151
tanaman pekarangan. Di samping itu dilakukan pula kegiatan
penanggulangan gondok endemik dengan penyuntikan preparat
yodium dan penyuluhan. Selanjutnya dilakukan pula kegiatan-
kegiatan pemantauan pola konsumsi pangan penduduk pedesaan
berpenghasilan rendah dan keadaan gizinya sebagai bagian dari
sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan prevalensi
KKP, Kurang Vitamin A, Kurang Yodium dan Kurang Zat Besi akan
dapat diturunkan dengan lebih cepat guna mendukung upaya pe-
nurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu.

(4) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Kegiatan ini dilakukan melalui jalur institusi upaya ke-


sehatan masyarakat yang meliputi pengamatan kejadian penyakit,
imunisasi dan penanggulangan terhadap penyakit diare, infeksi
saluran pernafasan akut, malaria, demam berdarah, kusta,
frambusia, tuberkulosa paru, dan penyakit yang menimbulkan
wabah atau kejadian luar biasa.

(5) Kesehatan Lingkungan

Kegiatan kesehatan lingkungan dilakukan melalui upaya


pengawasan kualitas lingkungan, dengan membina keikutsertaan
masyarakat dan meningkatkan kerja sama lintas program dan
lintas sektoral.

Dalam Repelita V diupayakan peningkatan kualitas ling-


kungan melalui pembinaan dan pengembangan desa percontohan,
untuk pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pelestarian
air bersih dan pembuangan air limbah, serta penyehatan peru-
mahan.

152
Di samping hal-hal di atas dilakukan pula pengawasan
terhadap: (a) tempat pengelolaan makanan, tempat-tempat umum
terutama di daerah wisata; (b) perusahaan pemberantas hama dan
pengelola pestisida; dan (c) pusat-pusat industri.

(6) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dilaksanakan


melalui wawanmuka dengan semua pengunjung Puskesmas, kun-
jungan rumah dan melalui jalur lembaga pendidikan formal dan
non formal, serta lembaga masyarakat, termasuk kelompok kese-
nian daerah di wilayah kerja Puskesmas. Peningkatan kegiatan
penyuluhan dilaksanakan melalui kerja sama dengan tenaga-te-
naga penyuluh sektor lain dan pembinaan kader.

(7) Pemeliharaan Kesehatan Usia Sekolah

Pembudayaan pola hidup sehat di lingkungan sekolah ter-


utama dilakukan dengan pendidikan kesehatan baik sebagai mata
ajaran tersendiri maupun diintegrasikan ke dalam mata ajaran
lain. Di samping itu dilakukan pula peningkatan mutu pelayan-
an kesehatan bagi kelompok usia sekolah dan perluasan pembi-
naan dan pengawasan fasilitas sanitasi dasar di sekolah, ter-
masuk sekolah luar biasa (SLB).

(8) Pengembangan Upaya Kesehatan Usia Lanjut

Pengembangan upaya kesehatan usia lanjut dilaksanakan


melalui berbagai cara, antara lain dengan peningkatan cakupan
pelayanan kesehatan bagi pengunjung Puskesmas yang berusia 45
tahun atau lebih, dan dengan pelayanan terhadap Panti-panti
Werda oleh Puskesmas.

153
(9) Peningkatan Upaya Pengobatan

Cakupan upaya pengobatan akan lebih ditingkatkan dengan


mutu yang lebih baik. Dalam kaitan itu akan lebih dikembang-
kan kerja sama lintas sektor serta berbagai upaya agar ter-
cipta pemberian obat yang rasional dan pengelolaan obat yang
lebih baik di Puskesmas, termasuk pemanfaatan obat tradisional
yang terbukti efektif.

(10) Peningkatan Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

Perawatan kesehatan masyarakat. meliputi berbagai upaya


baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas. Khususnya bagi
keluarga-keluarga, upaya ini dilakukan terutama melalui ja-
ringan Posyandu. Upaya ini meliputi kegiatan-kegiatan tindak
lanjut hasil pengobatan di Puskesmas dan sarana pelayanan ke-
sehatan lain, dan pembinaan kemampuan keluarga untuk hidup
sehat secara mandiri.

(11) Upaya Peningkatan Kesegaran Jasmani

Peningkatan kesegaran jasmani merupakan upaya lintas


sektor yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan kesehatan
dan produktivitas kerja serta prestasi olahraga yang tinggi.
Upaya ini dilaksanakan melalui bimbingan dan penyuluhan ten-
tang kesehatan olahraga, pengembangan teknologi kesegaran
jasmani, serta pemantauan dan pendidikan di bidang kesegaran
jasmani dalam koordinasi dengan sektor terkait. Di samping
itu akan dilakukan juga upaya-upaya agar masyarakat bersedia
meningkatkan dan mengembangkan pusat-pusat kesegaran jasmani.

154
(12) Peningkatan Upaya Kesehatan Mata

Upaya kesehatan mata diarahkan untuk menurunkan angka


kesakitan mata dan gangguan fungsi penglihatan serta kebutaan
melalui jaringan upaya pelayanan di Puskesmas dan Puskesmas
dengan Perawatan.
(13) Laboratorium Sederhana

Sejalan dengan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehat-


an masyarakat, laboratorium sederhana di Puskesmas akan lebih
ditingkatkan peranannya. Secara bertahap diharapkan setiap
Puskesmas dapat melakukan berbagai jenis pemeriksaan standar.
(14) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan penguatan dan pencegahan terutama ditujukan


pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, anak pra sekolah, dan
murid sekolah dasar. Pengobatan dan perbaikan fungsi kunyah
dilaksanakan di Puskesmas dan jenjang rujukannya.
(15) Pelayanan Kesehatan Jiwa

Dalam pelayanan kesehatan jiwa, diusahakan agar dapat


dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan tahap pertama
pada kasus-kasus gangguan jiwa di masyarakat. Di samping itu,
secara terpadu dengan sektor-sektor lain diusahakan untuk
terus membantu upaya penjaringan kasus-kasus pasung di pede-
saan dan gelandangan psikotik terutama di daerah perkotaan.

c. Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan ke-


sehatan bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat secara

155
aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat
dan mendorong ke arah kemandirian segenap lapisan masyarakat
dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh tanggung
jawab.

Beberapa upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan du-


kungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah:
berbagai pelayanan dasar Puskesmas, khususnya dalam hal kese-
hatan ibu dan anak, perbaikan gizi, KB, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyuluhan ke-
sehatan, dan upaya perawatan kesehatan masyarakat. Beberapa
masalah lain yang memerlukan peran serta masyarakat adalah
upaya-upaya dalam pembentukan, pemanfaatan, dan pelestarian
Posyandu; pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pelesta-
rian sarana air bersih pedesaan; pemeliharaan kebersihan
lingkungan; pencegahan dan pemantauan pencemaran air dan
lingkungan oleh limbah industri, dan sebagainya.

Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan berdasarkan


kebijaksanaan pendekatan penyuluhan kesehatan, khususnya
dengan menghimpun dan menggerakkan sumber daya masyarakat
untuk pembangunan kesehatan.

Kegiatan pokok yang akan dijalankan dalam Repelita V


adalah:

(1) Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan, khususnya


pada Puskesmas, melalui pembekalan pengetahuan dan
keterampilan di bidang penyuluhan kesehatan, khu-
susnya mengenai komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) dalam pembinaan peran serta masyarakat.

(2) Meningkatkan kepemimpinan kesehatan dalam pelbagai


strata masyarakat, antara lain dengan mengisi ke-

156
giatan pelatihan kader Posyandu dan pembinaan ke-
lompok keluarga dasawisma. Kegiatan ini dilaksana-
kan secara terpadu oleh para petugas Puskesmas ber-
sama dengan para petugas dalam program-program serta
sektor-sektor lain yang mendukung Posyandu. Pela-
tihan serupa diberikan pula kepada generasi muda
("dokter kecil", Saka Bhakti Husada, Palang Merah
Remaja, dll.) dan kelompok wanita. Dalam pelatihan
ini antara lain akan diberikan penyuluhan tentang
upaya kesehatan masyarakat termasuk pengobatan tra-
disional dan tanaman obat keluarga.

(3) Meningkatkan upaya menggerakkan dan melembagakan


kegiatan kesehatan melalui organisasi masyarakat,
termasuk swasta, seperti LKMD, PKK, OSIS, Pramuka,
PMR, Karang Taruna, KNPI, Organisasi-organisasi
profesi, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya.

(4) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengem-


bangan jaringan pelayanan kesehatan dan pertolongan
persalinan, posyandu, serta sarana kesehatan lain-
nya.

d. Upaya Kesehatan Kerja

Upaya Kesehatan Kerja bertujuan untuk menunjang kegiatan


perlindungan dan keselamatan kerja, khususnya di daerah-daerah
terpenci1, bagi kepentingan kelompok tertentu, seperti kelom-
pok penyelam mutiara, buruh Perkebunan Inti Rakyat (PIR), ke-
lompok-kelompok petani, nelayan, dan pekerja industri kecil/
rumah yang rawan akan bahaya pencemaran limbah industri.

Upaya tersebut akan dilaksanakan dengan mengadakan usaha


untuk menemukenali masalah gangguan kesehatan yang ada mela-

157
lui penelitian, dan dengan mengadakan percobaan serta pengem-
bangan cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan dari program-program lain.

2. Program Upaya Kesehatan Rujukan

Upaya kesehatan rujukan pada dasarnya meliputi dua pokok


kegiatan, yaitu kegiatan rujukan medik dan rujukan kesehatan.
Rujukan medik adalah rujukan yang menyangkut pengobatan dan
pemulihan, terutama di Rumah Sakit; sedangkan rujukan kese-
hatan adalah rujukan untuk peningkatan kesehatan (promotif)
dan pencegahan penyakit (preventif).
Tujuan program upaya kesehatan rujukan ialah:

a. Peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan


rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu.
Perhatian khusus ditujukan untuk menunjang upaya
penurunan angka kematian bayi, angka kematian anak,
dan angka kematian ibu; juga penanggulangan korban
kecelakaan dan kejadian luar biasa, penyakit-penya-
kit dan kecacatan yang banyak diderita masyarakat,
dan penyakit lainnya yang cenderung meningkat
jumlahnya.

b. Peningkatan dan pemantapan manajemen rumah sakit


yang meliputi kegiatan-kegiatan perencanaan, peng-
gerakan-pelaksanaan dan pengawasan-pengendalian.
Peningkatan dan pemantapan manajemen ini dimaksud-
kan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan
dan pengembangan pola pendanaan yang mengarah kepada
kemandirian dengan tetap memperhatikan fungsi dan
tanggung jawab sosial rumah sakit berdasarkan per-
aturan perundang-undangan yang berlaku.

158
Sasaran Program Upaya Kesehatan Rujukan dalam Repelita V
adalah:

a. Secara bertahap sebagian dari rumah sakit umum kelas


D akan ditingkatkan menjadi kelas C sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Sedang sebagian Rumah
Sakit kelas C yang memungkinkan, akan ditingkatkan
pelayanan medik spesialistik yang lebih luas sesuai
dengan kebutuhan.

b. Rumah sakit pemerintah kelas C dan D dan rumah sakit


swasta makin mampu menyelenggarakan pelayanan gawat
darurat dan pelayanan terintegrasi dalam bidang
imunisasi, KB, gizi, jiwa dan penyuluhan kesehatan.

c. Secara bertahap rumah sakit kelas B dan RSU Pendi-


dikan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat membe-
rikan pelayanan yang lebih bermutu sesuai dengan
perkembangan Iptek di bidang kedokteran dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat banyak.
d. Semua RSU kelas C dan D makin mampu membina Puskes-
mas, sedangkan RSU kelas A dan B makin mampu mem-
bina RSU kelas C dan D sesuai dengan upaya lebih
mengefektifkan pelayanan rujukan kesehatan. Untuk
itu Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan, sebagai bagian dari pelayanan
rujukan juga ditingkatkan mutu dan kemampuan pela-
yanannya.

e. Beberapa rumah sakit khusus terutama RS jiwa dan


Kusta akan ditingkatkan mutu pelayanan dan kemam-
puannya.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-


tetapkan kebijaksanaan seperti di bawah ini.

159
a. Upaya kesehatan rujukan diarahkan agar semua rumah
sakit mampu memberikan dukungan kepada pelayanan
Puskesmas dan mengutamakan kegiatan yang mempunyai
cakupan luas, dengan memperhatikan kepentingan
golongan masyarakat yang tidak mampu.

b. Upaya kesehatan pengobatan dan pemulihan harus se-


lalu disertai dengan upaya peningkatan kemampuan
pencegahan dalam rangka mencapai keadaan hidup sehat
bagi setiap penduduk.

c. Upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan dana, sara-


na dan tenaga untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dengan optimal di Rumah Sakit dan rujukan-
nya. Sehubungan dengan itu pengelolaan dana yang
diperoleh dari penggunaan jasa Rumah Sakit dan
rujukannya akan lebih disederhanakan. Secara ber-
tahap akan diadakan penyesuaian tarip dan pola pem-
biayaan jasa pelayanan di Rumah Sakit dan rujukannya
yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan ma-
syarakat setempat, antara lain untuk menunjang pem-
biayaan operasional dan pemeliharaan yang lebih me-
madai.

d. Dalam rangka lebih menggalakkan peran serta lembaga


swadaya masyarakat dan pengusaha swasta untuk me-
ningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
dan rujukannya, akan diadakan penyederhanaan peng-
aturan yang akan lebih memudahkan peran serta ter-
sebut.

Dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang tersebut di


atas dalam Repelita V akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan se-
bagai berikut.

160
a.Rujukan Medik
Kegiatan pokok rujukan medik terutama ditujukan untuk
memperluas cakupan, meningkatkan mutu, dan meningkatkan efi-
siensi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Untuk itu akan di-
laksanakan kegiatan-kegiatan berikut.

(1) Meningkatkan jumlah dan mutu tenaga serta mening-


katkan pemanfaatan dan pengadaan sarana, prasarana
dan peralatan di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta.
(2) Meningkatkan kegiatan pelatihan, upaya alih penge-
tahuan dan teknologi, serta kegiatan bimbingan pe-
layanan, pemantauan dan evaluasi terhadap kemampuan
pelayanan oleh lembaga pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi tingkatnya.

b.Rujukan Kesehatan

Kegiatan pokok rujukan kesehatan terutama bertujuan untuk


meningkatkan fungsi dan kemampuan sarana-sarana penunjang
Rumah Sakit dan Puskesmas, seperti Laboratorium Kesehatan,
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan lain-lain. Untuk itu
akan ditingkatkan kegiatan pelatihan tenaga, mengadakan, me-
lengkapi dan memfungsikan sarana, prasarana dan peralatan
Balai Laboratorium Kesehatan, Balai Teknik Kesehatan Ling-
kungan, Balai Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, dan lain se-
bagainya.

3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit bertujuan


untuk mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka ke-

161
matian dan sedapat mungkin menghilangkan kesakitan, dan akibat
buruk dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit terutama


ditujukan pada pengurangan kematian dan kesakitan pada bayi,
anak dan ibu, yang terutama disebabkan oleh penyakit menular.
Di samping itu ditujukan pula pada pengurangan kesakitan yang
diderita oleh kelompok usia kerja.

a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Sasaran upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit me-


nular adalah sebagai berikut.

(1) Meningkatnya kemampuan sarana pelayanan kesehatan


untuk menanggulangi, mencegah, dan memberantas
penyakit menular melalui kerja sama antar sektor
dan antar program yang lebih terpadu serta mening-
katnya kesadaran dan peran serta masyarakat untuk
lebih memperhatikan penyehatan lingkungannya.

(2) Menurunnya angka kesakitan diare pada semua golongan


umur dari 350 menjadi 300 per 1.000 penduduk, serta
frekuensi diare pada balita dari 2,1 menjadi 1,6
kali setahun. Angka kematian diare bayi turun dari
12 menjadi 9 per 1.000 kelahiran hidup, pada balita
dari 5 menjadi 3 per 1.000 balita; dan kematian pada
kasus diare yang dirawat dari 0,34 menjadi 0,20 per
1.000.

(3) Tertekannya angka kematian akibat infeksi saluran


pernafasan akut (ISPA) dengan jalan mencegah kasus
ringan dan sedang agar tidak menjadi berat, melalui
kegiatan pengamatan dini dan pengobatan segera

162
dengan obat-obatan sederhana yang tersedia di ting-
kat desa dan di lapangan serta meningkatkan rujukan
dan intensifikasi penyuluhan dan imunisasi.

(4) Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian seba-


gai akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi melalui peningkatan kegiatan pen-
cegahan TBC dengan imunisasi BCG, pencegahan dip-
theri, pertusis dan tetanus dengan DPT, serta polio
dan campak pada bayi dengan vaksinasi polio dan
campak. Di samping itu, akan ditingkatkan imunisasi
tetanus toxoid (TT) pada wanita usia subur, khusus-
nya ibu hamil dan calon pengantin, dan imunisasi
diptheri, tetanus (DT) dan TT pada anak sekolah.
Apabila cakupan imunisasi semua jenis antigen dapat
mencapai minimal 80% dan hasil yang demikian dapat
dipertahankan secara terus menerus, maka akan di-
peroleh dampak sebagai berikut.

(a) Angka kesakitan dan kematian polio akan turun


masing-masing sebesar 90%, sehingga daerah Su-
matera, Jawa dan Bali akan bebas polio.

(b) Angka kesakitan dan kematian tetanus neonatorum


akan turun masing-masing sebesar 75%, sehingga
Jawa dan Bali juga akan bebas tetanus neona-
torum.

(c) Angka kesakitan difteria akan turun dengan 40%


dan angka kematiannya juga turun sebesar 40%.

(d) Angka kesakitan pertusis akan turun sebesar 50%


dan angka kematiannya turun sebesar 35%.
(e) Angka kesakitan dan kematian campak akan turun
masing-masing sebesar 50%.

163
(5) Dapat dipertahankannya dan lebih menurunnya angka
parasit atau API (Annual Parasite Incidence) malaria
di Jawa dan Bali sehingga menjadi kurang dari 1 per
1.000 penduduk dan angka kesakitan (prevalensi) di
daerah-daerah prioritas (daerah transmigrasi, daerah
perbatasan dan daerah malaria endemis tinggi) di
luar Jawa dan Bali menjadi kurang dari 40 per 1.000
penduduk.
(6) Mengurangnya kecenderungan perluasan wilayah ter-
jangkit demam berdarah terutama di wilayah perkota-
an, daerah pembangunan dan daerah pariwisata sebagai
hasil peran serta aktif dari masyarakat, sehingga
angka kesakitan turun menjadi 50 per 100.000 pen-
duduk.

(7) Dapat ditekannya penyakit yang prevalensinya sudah


sangat rendah agar tidak lagi merupakan gangguan
kesehatan bagi masyarakat, dengan cara:

(a) Menekan angka kesakitan penyakit framboesia


menjadi kurang dari 1 per 100.000 penduduk di
semua propinsi.
(b) Menurunkan angka kesakitan penyakit demam keong
di sekitar danau Lindu menjadi kurang dari 1%,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daerah yang
produktif untuk pemukiman baru atau transmi-
grasi.

(c) Mempertahankan angka kesakitan pes pada manusia


agar tetap nol.

(d) Menurunkan angka kesakitan penyakit kusta dari


0,75 menjadi 0,3 per 1000 penduduk.

164
(e) Menurunkan angka kesakitan TBC paru dari 2,9
menjadi 2,4 per 1.000 penduduk.

(8) Menurunnya secara bermakna angka kesakitan penya-


kit-penyakit lain seperti gila anjing, kaki gajah,
fasiolopsis buschi, penyakit kelamin (termasuk
AIDS), anthrax, hepatitis B dan lain-lainnya akan
diturunkan secara lebih bermakna. Untuk itu diper-
lukan peningkatan sistem pengamatan penyakit, peng-
kajian cara penanggulangan secara lebih terpadu,
dan penyelidikan serangga penular penyakit.
b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular

Sasaran program pencegahan dan pemberantasan penyakit


tidak menular adalah sebagai berikut.

(1) Meningkatnya peran serta masyarakat dan swasta dalam


upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit-penya-
kit tidak menular, terutama penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker, dan penyakit-pe-
nyakit degeneratif, kecelakaan dan sebagainya.

(2) Meningkatnya pengetahuan kesadaran masyarakat ten-


tang masalah dan bahaya penyakit-penyakit tersebut
dengan intensifikasi komunikasi, informasi, dan
edukasi (KIE) dalam penyuluhan kesehatan. Dengan
demikian diharapkan masyarakat mampu menggerakkan
upaya pencegahan primer seperti mengurangi kebiasa-
an merokok, membiasakan makanan yang seimbang dan
bermutu gizi, serta membiasakan berolahraga secara
teratur.

Untuk mencapai sasaran upaya pencegahan dan pemberantas-


an penyakit menular dan tidak menular, ditetapkan program

165
pencegahan dan pemberantasan penyakit di bawah ini.

a. Penentuan prioritas penyakit dalam pencegahan dan


pemberantasan ditentukan berdasarkan berbagai per-
timbangan sebagai berikut.

(1) Tingginya angka kesakitan, angka kematian, dan


kecacatan dari penyakit yang bersangkutan.

(2) Penyakit yang menyerang bayi, anak balita dan


usia produktif terutama di daerah pembangunan
sosial ekonomi, daerah terpencil dan daerah
pemukiman baru.
(3) Adanya metodologi dan teknologi yang efektif.

(4) Adanya kemampuan manajemen, terutama tenaga,


sarana dan dana, serta kerja sama lintas sektor
dan dengan lembaga-lembaga internasional.

b. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit sejauh


mungkin didesentralisasikan dengan meningkatkan ke-
mampuan teknologi, kemampuan pengelolaan, dan ke-
mampuan pendanaan oleh daerah dan masyarakat setem-
pat. Dengan demikian fungsi pusat lebih diarahkan
kepada pengendalian, pembimbingan, dan pemberian
bantuan yang diperlukan.

c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit secara ter-


padu dilaksanakan melalui upaya kesehatan masyara-
kat, upaya kesehatan rujukan, dan upaya lain ter-
masuk upaya dari masyarakat dan swasta yang perlu
dipersiapkan kemampuannya secara mantap. Dalam pe-
laksanaan kegiatan tersebut komponen komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) merupakan bagian inte-
gral yang tak terpisahkan.

166
d. Peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu diting-
katkan. Peranan dan tanggung jawab tersebut dapat
meliputi:

(1) Pelaksanaan upaya sederhana dalam rangka pen-


cegahan dan pemberantasan penyakit, misalnya
menggalakkan kebiasaan hidup sehat.
(2) Peningkatan pelaporan mengenai kejadian luar
biasa (KLB) di masyarakat secara cepat.

(3) Peningkatan partisipasi masyarakat untuk me-


matuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan
penanggulangan wabah.

e. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang


ditunjang dengan berbagai kegiatan pokok secara
terkait, antara lain:

(1) Berbagai intervensi terhadap lingkungan hidup


manusia.
(2) Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

(3) Koordinasi serta keterpaduan kegiatan dengan


sektor-sektor yang bersangkutan.

f. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit tak me-


nular perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui:

(1) Peningkatan dan pengembangan penelitian penya-


kit untuk mengetahui besarnya masalah, epide-
miologi, metodologi dan cara pencegahan serta
pemberantasannya.

(2) Peningkatan kemampuan sarana pelayanan kese-


hatan.

167
(3) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya
penyakit serta menggerakkannya untuk melaksa-
nakan upaya pencegahan primer.

Pokok-pokok kegiatan program Pencegahan dan Pemberantas-


an Penyakit adalah sebagai berikut.

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditun-


jang oleh kegiatan pengamatan seperti:
(1) Pengamatan penyakit menular, terutama di pela-
buhan laut dan udara, terlebih-lebih pelabuhan
internasional.
(2) Pengamatan penyakit tidak menular.

(3) Pengamatan terpadu untuk pemantauan program


maupun dampak program, terutama yang menyang-
kut kecenderungan penyakit.
(4) Pengamatan vektor penyakit.

b. Pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kualitas


dan jumlah tenaga di bidang epidemiologi, entomo-
logi, ekologi, dan kesehatan lingkungan serta te-
naga pengelola dan tenaga pelaksana di lapangan.

c. Deteksi penderita secara dini dan pengobatan, baik


untuk penderita maupun kontaknya, melalui kegiatan
penatalaksanaan penderita yang efektif dan efisien
serta imunisasi golongan rentan.
d. Pengkajian epidemiologi dan penanggulangan wabah di
lapangan, penelitian mengenai penatalaksanaan pen-
derita penyakit menular di "Rumah Sakit Karantina",
dan-pengkajian lainnya yang dapat dipergunakan untuk
menilai efektivitas pelaksanaan program.

168
e. Peningkatan penyehatan lingkungan melalui perbaikan
lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, peng-
awasan pembuangan kotoran dan air limbah serta pem-
berantasan vektor penular penyakit.

f. Penyediaan sarana yang memadai seperti peralatan,


termasuk peralatan lapangan, vaksin, oralit, insek-
tisida dan sebagainya.

g. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong


dirinya sendiri dalam hal pencegahan dan pemberan-
tasan penyakit dengan pengembangan teknologi tepat
guna. I)alam hal ini kegiatan penyuluhan kesehatan
akan lebih digalakkan sebagai kegiatan pendukung
yang penting.

h. Peningkatan koordinasi lintas sektoral dan mengge-


rakkan pecan serta aktif masyarakat, termasuk swas-
ta, dalam berbagai upaya pencegahan dan pemberan-
tasan penyakit.

i. Pemantapan upaya pengamatan kesehatan penduduk ber-


pindah, pengamanan kesehatan di pelabuhan dan dae-
rah perbatasan, pengamanan kesehatan jemaah haji,
dan penanggulangan infeksi nosokomial.

4. Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Program ini bertujuan untuk mengubah perilaku perorangan,


keluarga dan masyarakat agar semuanya dalam rangka membina
dan melestarikan perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat,
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.

Kelompok sasaran dari upaya penyuluhan kesehatan masya-


rakat adalah semua golongan masyarakat di pedesaan dan di

169
perkotaan. Termasuk di dalam kelompok tersebut adalah: para
pemuka masyarakat (formal dan non formal), anggota lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha swasta, anggota kelompok kese-
nian daerah, perkumpulan-perkumpulan remaja dan pemuda di se-
kolah atau di luar sekolah, dan sebagainya. Kepada kelompok-
kelompok yang disebutkan tadi diharapkan tidak hanya menjadi
penerima informasi kesehatan, tetapi juga menjadi penerus atau
penyebar informasi kesehatan.

Upaya penyuluhan kesehatan akan mengutamakan informasi


kesehatan yang mendukung prioritas sasaran program pembangun-
an kesehatan yaitu terutama menurunkan angka kematian bayi,
balita dan kematian ibu.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan-ke-


giatan penyuluhan kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan
kebijaksanaan sebagai berikut.

a. Penyuluhan kesehatan merupakan bagian integral dari


setiap program kesehatan dan berfungsi sebagai ka-
talisator program-program tersebut.

b. Peningkatan perilaku penduduk dalam membina hidup


sehat juga diarahkan untuk meningkatkan peran ser-
tanya mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam mem-
bina derajat kesehatannya yang dimulai dari keluar-
ga.

c. Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilaksa-


nakan baik oleh pemerintah secara lintas program
dan lintas sektoral maupun oleh masyarakat, termasuk
perusahaan swasta.

d. Puskesmas dimanfaatkan sebagai pusat pengembangan


dan pembinaan kesadaran dan peran serta masyarakat
di bidang kesehatan di wilayahnya.

170
e. Sikap mental petugas kesehatan, terutama petugas
kesehatan masyarakat akan dikembangkan dan dibina
ke arah sikap mental yang partisipatif dan lebih
berorientasi pada aspek pencegahan dan peningkatan.

f. Peningkatan penyuluhan kesehatan pada lembaga-lem-


baga pendidikan dasar, pemerintah dan swasta, agar
kesadaran dan perilaku hidup sehat dapat ditumbuh-
kan dan dibudayakan sedini mungkin.

Dalam Repelita V, pelaksanaan program Penyuluhan Kese-


hatan dilakukan melalui tiga kegiatan pokok, yakni:

a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan

Penyebaran informasi kesehatan bertujuan untuk mening-


katkan pemahaman, kesadaran, dan minat individu, kelompok dan
masyarakat mengenai pelaksanaan hidup sehat dan peran serta-
nya dalam bidang pembangunan di bidang kesehatan.

Dalam rangka penyebaran informasi kesehatan, dilakukan


kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

(1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, kemampuan dan mo-


tivasi petugas kesehatan, baik swasta maupun peme-
rintah, terutama di Puskesmas dan rujukannya serta
kader Posyandu, di bidang penyuluhan kesehatan me-
lalui pendidikan, latihan dan cara-cara lainnya.

(2) Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan


bahan-bahan dan melengkapi sarana penyuluhan kese-
hatan secara terpadu dengan program-program kesehat-
an lainnya.

(3) Meningkatkan kerja sama lintas sektor, termasuk


sektor swasta dan pengelola media massa, agar pesan-

17
1
pesan kesehatan menjadi bagian integral dari pesan-
pesan pembangunan di sektor-sektor yang lainnya.

(4) Meningkatkan kegiatan operasional penyuluhan kese-


hatan dengan lebih intensif melalui media massa Pe-
merintah dan Swasta, kelompok dan perorangan dengan
memanfaatkan berbagai metode penyuluhan yang lebih
dinamis dan efektif. Dalam hal ini juga akan lebih
ditingkatkan peran serta perusahaan swasta.
(5) Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam ke-
adaan-keadaan darurat, pada waktu berjangkit seperti
wabah, bencana alam dan lain-lain.

b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang


Kesehatan

Pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kese-


hatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, untuk
mengenal dan dalam batas kemampuannya memecahkan masalah-ma-
salah kesehatannya sendiri dan masyarakat lingkungannya. Untuk
itu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(1) Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas


kesehatan, terutama Puskesmas, Pengurus LKMD, Pe-
ngurus kelompok-kelompok kesenian rakyat, dan lem-
baga swadaya masyarakat lainnya dalam pengembangan
potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.

(2) Memberikan dorongan dan melaksanakan pembinaan ke-


mampuan dan motivasi secara sistematis dan berkesi-
nambungan terhadap kelompok masyarakat, melaksana-
kan pengembangan potensi swadaya masyarakat di
bidang kesehatan, antara lain melalui pertukaran
pengalaman antar wilayah.

172
(3) Mengembangkan, memproduksi, dan menyebarluaskan pe-
doman penyuluhan kesehatan untuk para penyelenggara
penyuluhan, baik pemerintah maupun masyarakat mela-
lui kerja sama lintas program dan lintas sektor.

c. Pengembangan penyelenggara penyuluhan

Pengembangan penyelenggara penyuluhan bertujuan untuk


meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi
penyelenggara penyuluhan agar dapat menyelenggarakan penyu-
luhan secara lebih efisien, efektif dan berdampak positif yang
luas terhadap upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan kegiatan-


kegiatan sebagai berikut.
(1) Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan di
lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan.

(2) Menyusun modul-modul latihan khusus untuk tenaga


penyuluhan kesehatan di berbagai tingkat.

(3) Menyelenggarakan pelatihan kepada tenaga-tenaga ke-


sehatan dan non kesehatan tentang materi dan metode
penyuluhan kesehatan.

5. Program Pendidikan, Latihan dan Pendayagunaan Te-


naga Kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia yang pen-


ting untuk menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan bersama-
sama masyarakat. Tuntutan kualitas upaya kesehatan perlu di-
dukung oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya cukup dan bermutu.
Di samping itu pendayagunaan tenaga kesehatan akan dilakukan
secara lebih merata dan efisien.

173
a. Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan
Dalam Repelita V tujuan Pendidikan dan Latihan Tenaga
Kesehatan ialah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu,
terampil, dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
upaya kesehatan yang beraneka ragam macam dan sifatnya dan
tenaga yang mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan,
pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan bagi
seluruh masyarakat.

Sasaran pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarah-


kan kepada tenaga medis (seperti dokter, dokter gigi, apoteker),
tenaga paramedis perawatan (perawat kesehatan, bidan),
tenaga paramedis non perawatan (sanitasi, gizi, kefarmasian,
perawat gigi, fisioterapi dan lain-lain) serta tenaga kesehat-
an masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan secara keseluruhan
akan meningkat dari 474.806 orang pada akhir Repelita IV men-
jadi 655.598 orang pada akhir Repelita V, termasuk di dalam-
nya 3.575.dokter ahli, 35.584 dokter umum, 5.321 dokter gigi
dan lebih dari 125 ribu tenaga paramedis perawatan dan non
perawatan (Tabel 23-3). Selain peningkatan jumlah akan di-
tingkatkan mutu tenaga-tenaga tersebut, baik melalui lembaga
pendidikan yang ada maupun bantuan tugas belajar.

Peningkatan dan pengembangan latihan tenaga kesehatan


meliputi latihan penjenjangan, teknis fungsional, manajemen
kesehatan, dan tenaga fungsional.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut ditetapkan
kebijaksanaan:

(1) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan didasarkan


pada konsep yang mendukung Pembangunan Kesehatan
untuk mempertinggi derajat kesehatan dan gizi dalam

174
rangka peningkatan kualitas, taraf hidup,. kecerdas-
an, dan kesejahteraan rakyat.

(2) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarahkan


untuk meningkatkan mutu tenaga dengan menjamin per-
kembangan perilaku, kemampuan teknik dan manajerial
yang didasari peri disiplin nasional berdasarkan
nilai-nilai yang menunjang pembangunan kesehatan,
dan dapat mengembangkan kemandirian, kepemimpinan,
dan kewiraswastaan tenaga kesehatan dalam mendukung
upaya kesehatan.

(3) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilakukan


secara berjenjang dan berlanjut, serta memungkinkan
setiap tenaga kesehatan meningkatkan kariernya ber-
dasarkan kemampuan perorangan sesuai kebutuhan pro-
gram pembangunan kesehatan.

(4) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilaksana-


kan secara lintas program dan lintas sektoral, serta
secara aktif mengikutsertakan masyarakat terutama
organisasi profesi dan lembaga swasta yang bergerak
dalam bidang kependidikan.

(5) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilaksana-


kan secara efektif dan efisien yang didukung oleh
sumber daya yang cukup dan bermutu.

(6) Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan dikembangkan


dan ditingkatkan dengan memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu dan tek-
nologi, mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Institusi pendidikan dan latihan berfungsi pula
sebagai salah satu sumber informasi dan inovasi
pembangunan kesehatan.

175
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan berdasar-
kan kebijaksanaan di atas adalah:

(1) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas tenaga pen-


didik dan widyaiswara sesuai dengan kebutuhan dan
memberi kesempatan untuk mengembangkan kariernya.

(2) Menilai dan bila perlu mengembangkan kurikulum pen-


didikan dan latihan berdasarkan kompetensi yang
menjamin lulusan yang mampu berperan sesuai dengan
tugas yang diembannya.

(3) Meningkatkan manajemen pendidikan dan latihan, ter-


masuk penyempurnaan organisasi, guna mendukung ke-
giatan proses belajar mengajar sesuai dengan per-
kembangan upaya kesehatan, pendidikan dan latihan.
Untuk itu dilaksanakan pemantauan dan penilaian
terhadap pencapaian sasaran.

(4) Meningkatkan pendayagunaan sumber daya secara efek-


tif dan efisien dan penyediaannya guna mendukung
program pendidikan dan latihan.

(S) Meningkatkan dan mengembangkan lembaga pendidikan


dan latihan tenaga kesehatan berdasarkan pertim-
bangan pemerataan, kebutuhan tenaga dan kemampuan
menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.

(6) Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat terutama


organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat,
dalam kegiatan peningkatan penyelenggaraan dan pe-
ngembangan pendidikan dan latihan.

(7) Menilai dan bila perlu memantapkan dan mengembangkan


konsep pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
yang lebih bermutu, serasi, terarah dan secara ber-

176
tahap disesuaikan dengan pola kebijaksanaan pendi-
dikan nasional.

b. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

Tujuan pendayagunaan tenaga kesehatan ialah meningkatkan


pemanfaatan tenaga kesehatan secara efektif dan efisien di
berbagai tingkat upaya kesehatan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.

Sasaran dari program ini ialah tersedianya formasi dan


lapangan kerja yang dapat menampung tenaga kesehatan baik yang
bekerja pada pemerintah maupun swasta di dalam dan di luar
negeri secara merata dan sesuai dengan kebutuhan setempat.

Kebijaksanaan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan


sasaran di atas adalah sebagai berikut.

(1) Pendayagunaan tenaga kesehatan didasarkan pada kon-


sep pengelolaan tenaga yang terarah dan menyeluruh,
meliputi sektor pemerintah dan swasta, serta kebu-
tuhan dalam dan luar negeri.

(2) Penerimaan, pengangkatan, penyebaran dan penempatan


tenaga memperhatikan segi perimbangan kebutuhan pe-
merintah dan masyarakat yang disesuaikan dengan si-
tuasi dan kondisi daerah. Penempatan tenaga kesehat-
an diutamakan untuk daerah terpencil dan perba-
tasan.

(3) Peningkatan pengelolaan tenaga kesehatan yang didu-


kung oleh sistem informasi tenaga kesehatan, kerja
sama lintas sektoral dan lintas program serta orga-
nisasi profesi kesehatan.

177
(4) Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan pengem-
bangan karier melalui jalur jabatan fungsional, di
samping jalur jabatan struktural, serta melalui
pendidikan dan latihan.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran serta kebijaksanaan


tersebut, dilaksanakan kegiatan-kegiatan pokok sebagai ber-
ikut.
(1) Memantapkan konsep pendayagunaan tenaga kesehatan
yang lebih terarah, merata dan berdaya guna.

(2) Meningkatkan efisiensi administrasi dan pengelolaan


penerimaan, pengangkatan, penyebaran dan penempatan
tenaga kesehatan dengan meningkatkan peran serta

sektor lain dan masyarakat termasuk organisasi pro-


fesi dan swasta.

(3) Memantapkan sistem informasi ketenagaan untuk me-


ningkatkan administrasi dan pengelolaan tenaga ke-
sehatan.

(4) Meningkatkan pengembangan karier tenaga kesehatan


melalui jalur fungsional, struktural, pendidikan dan
latihan.

6. Program Pengadaan, Pengendalian dan Pengawasan Obat,


Makanan dan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
Tujuan program ini adalah:

a. Tersedianya obat yang cukup dalam jumlah dan jenis-


nya, sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat,
dengan penggunaan yang rasional. Dalam pengertian
ini tercakup terlaksanakannya persediaan yang merata

178
dan layak terjangkau oleh rakyat banyak. Selanjut-
nya dalam tujuan juga tercakup tersedianya alat ke-
sehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara me-
madai.

b. Terjaminnya kebenaran mutu, keamanan, khasiat, serta


kemanfaatan dan keabsahan obat, alat kesehatan, ma-
kanan, minuman, dan kosmetika yang beredar di ma-
syarakat.

c. Terlindungnya masyarakat, terutama generasi muda,


terhadap penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat,
narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya, serta
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kerugian ke-
sehatan akibat penggunaan minuman keras.

d. Meningkatnya penggunaan obat tradisional yang ter-


bukti bermanfaat untuk pelayanan kesehatan.

e. Meningkatnya kemandirian di bidang obat, serta pe-


manfaatan potensi di bidang obat, obat tradisional,
alat kesehatan, makanan, minuman dan kosmetika untuk
menunjang pembangunan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, dalam Repelita V


ditetapkan sasaran sebagai berikut.

a. Peningkatan produksi obat esensial, penerapan daftar


obat esensial nasional (DOEN) dan pengadaan serta
penggalakkan penggunaan obat generik melalui pro-
gram obat terpadu dan daftar obat program bersama.

b. Peningkatan efisiensi pengelolaan obat produksi


BUMN, pengadaan dan pendayagunaan gudang farmasi di
daerah-daerah dan sarana penyimpanan obat di Pus-
kesmas. Sejalan dengan ini secara bertahap akan di-

179
adakan pos obat desa, yang dibina dan dikembangkan
berdasarkan swadaya masyarakat.

c. Peningkatan kegiatan pengadaan, pengawasan dan peng-


amanan produksi, distribusi dan mutu obat dan obat
tradisional, makanan, kosmetika, alat kesehatan,
narkotika, psikotropika, dan bahan berbahaya. Untuk
itu kegiatan pendaftaran, penilaian dan pengujian
akan makin ditingkatkan. Dalam hal ini termasuk
pengawasan produk-produk makanan bayi dan bahan
tambahan makanan, dan pengawasan terhadap pengadaan
dan peredaran minuman keras golongan B dan C.

d. Peningkatan pemeriksaan atas sarana produksi dan


distribusi yang mencakup industri farmasi, apotek,
pedagang besar farmasi, makanan, minuman, kosmetika,
alat kesehatan, dan bahan berbahaya.

e. Peningkatan cara-cara produksi yang baik dan pem-


bakuan mutu untuk obat, obat tradisional, alat ke-
sehatan, makanan, minuman, dan kosmetika.

f. Pengembangan jumlah dan kemampuan tenaga, pening-


katan pengadaan dan pemanfaatan peralatan, pengujian
laboratorium dan pengawasan obat, makanan dan seba-
gainya di pusat dan daerah.

g. Pengkajian terhadap sejumlah obat tradisional yang


bermanfaat secara medis untuk dimanfaatkan pada pe-
layanan kesehatan.

h. Pengembangan industri obat (termasuk vaksin dan


sera), obat tradisional, makanan dan kosmetika, baik
untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun untuk
ekspor.

180
i. Pembudidayaan tanaman obat dan pemanfaatan obat
tradisional, antara lain dengan mendorong dan me-
ngembangkan kebun pusat pembibitan tanaman obat oleh
masyarakat.

j. Peningkatan penyebarluasan informasi yang tepat


kepada tenaga kesehatan dan masyarakat mengenai
berbagai perkembangan kebijaksanaan, Iptek dan lain-
lain mengenai obat, makanan, kosmetika dan lain-
lain.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di-


tetapkan kebijaksanaan sebagai berikut.

a. Pemerintah bertanggung jawab atas pengendalian,


pengawasan dan pengaturan terhadap obat, alat kese-
hatan, obat tradisional, makanan, kosmetika untuk
melindungi kesehatan, keselamatan dan keamanan ma-
syarakat. Pengawasan dan pengamanan bahan berbahaya
diutamakan pada jenis bahan yang tingkat bahayanya
tinggi dan digunakan secara luas. Dalam rangka
pengawasan dan pengamanan produk obat, alat kese-
hatan, obat tradisional, makanan, kosmetika, peran
serta aktif masyarakat terus ditingkatkan.

b. Segala bentuk peraturan usaha produksi, distribusi


dan pengadaan obat, alat kesehatan, obat tradisio-
nal, makanan serta kosmetika back oleh pemerintah
maupun swasta akan disederhanakan agar dapat dikem-
bangkan iklim pengelolaan yang lebih produktif dan
efisien sebagai prasyarat tersedianya obat dan lain-
lain tersebut di atas dengan harga yang terjangkau
oleh masyarakat. Untuk itu antara lain akan diadakan
deregulasi di bidang industri obat, untuk memung-

181
kinkan tersedianya obat yang terjangkau oleh masya-
rakat. Dalam upaya deregulasi tersebut akan diadakan
kegiatan sedemikian rupa agar obat esensial dan ge-
nerik digunakan dengan lebih luas di kalangan dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.

c. Penggunaan obat tradisional yang terbukti bermanfa-


at secara medis dalam pelayanan kesehatan akan makin
ditingkatkan dengan dukungan penelitian pengembang-
an yang lebih memadai.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-


tetapkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

a. Pengawasan, pemeriksaan setempat, pengamanan, peng-


ambilan contoh dan pengujian laboratorium terhadap
unit produksi, distribusi, lalu lintas peredaran,
serta penggunaan obat, alat kesehatan, makanan,
kosmetika, narkotika, psikotropika, zat adiktif
lainnya dan minuman keras.

b. Pengembangan laboratorium pengujian di pusat dan di


daerah.

c. Usaha peningkatan jumlah dan mutu tenaga penguji dan


pengawasan.
d. Pemantauan terhadap efek sampingan, penindakan ter-
hadap penjual produk-produk substandar dan atau
rusak dan penanggulangan atas kasus-kasus keracunan
dan pemalsuan.
e. Mengendalikan jumlah dan jenis produk serta jumlah
sarana produksi dan distribusi minuman keras go-
longan B dan C. Melakukan pengujian dan penilaian
khusus terhadap produk makanan bayi dan bahan tam-
bahan makanan.

182
f. Menyusun dan menyebarluaskan standar mutu obat,
obat tradisional, alat kesehatan, makanan, dan kos-
metika.
g. Melakukan pengkajian mengenai obat tradisional yang
terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan dan mengenai pemanfaatan tanaman obat
serta mengembangkan pengadaan taman obat keluarga
percontohan dalam rangka kegiatan Posyandu.

h. Menyempurnakan dan memantapkan pengelolaan obat yang


dijalankan oleh BUMN dan pengusaha swasta termasuk
perencanaan pengadaan dan penyempurnaan DOEN.

i. Melanjutkan pembangunan pabrik obat esensial dan


gudang farmasi di Dati II dan sarana penyimpanan
obat di Puskesmas dan membina dan mengawasi peng-
adaan pos obat desa yang diadakan atas swadaya ma-
syarakat dan perusahaan swasta.

j. Meningkatkan usaha dan kegiatan komunikasi, infor-


masi, dan edukasi (KIE) untuk tenaga kesehatan dan
bagi masyarakat tentang penggunaan obat secara ra-
sional, tentang obat tradisional, bahan berbahaya,
minuman keras, penyalahgunaan obat, narkotika, psi-
kotropika, zat adiktif, dan sebagainya.

k. Mengelola dan mengembangkan kebun-kebun pembibitan


tanaman obat melalui kerja sama dengan sektor per-
tanian dan sektor lain yang terkait.

7. Program Perbaikan Gizi

Program ini bertujuan terutama untuk melanjutkan upaya


menurunkan angka penyakit kurang gizi yang umumnya banyak di-

183
derita oleh masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan mau-
pun di perkotaan terutama pada anak balita dan wanita. Tujuan
tersebut mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, bali-
ta dan kematian ibu serta mendorong makin terwujudnya norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program ini juga men-
dukung upaya memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada umumnya
melalui perbaikan pola konsumsi pangan yang makin beraneka
ragam, seimbang dan bermutu gizi. Perbaikan pola konsumsi
yang demikian diperlukan juga bagi kelompok-kelompok masyara-
kat yang mempunyai resiko tinggi terhadap beberapa penyakit
jantung dan pembuluh darah yang jumlahnya cenderung meningkat.

a. Sasaran yang Akan Dicapai


Dalam Repelita V sasaran yang akan dicapai adalah:

(1) Penurunan prevalensi KKP pada balita rata-rata na-


sional sebesar 12%, yaitu dart 10,81 menjadi 9,5%.
Di wilayah resiko tinggi penurunan prevalensi Ku-
rang Kalori Protein (KKP) yang hendak dicapai ada-
lah sebesar 20% dan untuk wilayah lainnya sebesar
10%.

(2) Penurunan prevalensi kurang Vitamin A di daerah ra-


wan sebanyak 29%, yaitu dart 0,7% menjadi 0,5%.

(3) Penurunan prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yo-


dium (GAKI) berdasar prevalensi anak sekolah rata-
rata nasional sebesar 20%.

(4) Penurunan prevalensi Anemia Gizi pada ibu hamil se-


banyak 27%, yaitu dart 55% menjadi 40%.
(5) Adanya perubahan pola konsumsi pangan keluarga yang
makin beragam, seimbang dan bermutu gizi.

184
b. Kebijaksanaan yang Ditempuh
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-
rencanakan langkah kebijaksanaan sebagai berikut.

(1) Upaya perbaikan gizi diarahkan terutama untuk me-


lanjutkan dan meningkatkan penanggulangan 4 masalah
gizi utama, yaitu kurang kalori protein (KKP), Ku-
rang Vitamin A, gangguan akibat kurang iodium
(GAKI), dan Anemia Gizi.

(2) Upaya penanggulangan keempat masalah gizi utama


tersebut dilaksanakan dalam bentuk pelayanan lang-
sung terhadap kelompok sasaran dan pelayanan tidak
langsung di masyarakat. Pelayanan langsung kepada
kelompok sasaran dilaksanakan dalam bentuk pela-
yanan gizi di Puskesmas dan di Posyandu. Pelayanan
gizi di Posyandu dengan sasaran khusus ibu dan anak
dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan dasar
dan KB. Sedang pelayanan tidak langsung di masyara-
kat dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan gizi masya-
rakat, fortifikasi bahan makanan dengan vitamin A
atau zat yodium, dan pemanfaatan tanaman pekarang-
an.

(3) Kegiatan upaya langsung dan tidak langsung untuk


penanggulangan KKP, kekurangan vitamin A dan anemia
gizi dilaksanakan dengan memantapkan usaha perbaik-
an gizi keluarga (UPGK) dalam bentuk pelayanan gizi
untuk ibu dan anak di Posyandu dan dalam bentuk ke-
giatan lainnya di masyarakat di luar Posyandu.

(4) Kegiatan UPGK yang pada dasarnya adalah kegiatan


lintas sektor antara kesehatan, pertanian, KB,

185
agama, penerangan, pendidikan, industri, koperasi,
dan pemerintah daerah, dalam Repelita V akan diman-
tapkan dan dipadukan dengan Program Diversifikasi
Pangan dan Gizi. Program ini terutama bertujuan
untuk peningkatan penganekaragaman pola konsumsi
pangan dan perbaikan gizi masyarakat pada umumnya.

(5) Upaya langsung penanggulangan kekurangan yodium se-


lain dilaksanakan dengan melanjutkan pemberian sun-
tikan preparat yodium, juga akan dikaji kemungkinan
penggunaan preparat yodium dalam kapsul atau lain-
nya. Sedang upaya tidak langsung di masyarakat se-
lain dengan lebih mengefektifkan pemanfaatan garam
yodium juga akan dikaji cara-cara lain seperti pem-
berian preparat yodium dalam air minum dan lain-
lain yang menggunakan teknologi sederhana.

(6) Upaya langsung penanggulangan vitamin A akan melan-


jutkan dan memperluas penggunaan kapsul vitamin A
dosis tinggi kepada anak balita terutama melalui
pelayanan gizi di Posyandu. Sedang upaya tidak
langsung dilaksanakan dengan lebih mengintensifkan
penyuluhan gizi, pemanfaatan tanaman pekarangan dan
fortifikasi vitamin A pada bumbu penyedap makanan.

(7) Dalam rangka perbaikan keadaan gizi masyarakat pada


umumnya akan lebih dibina peran serta masyarakat
dan perusahaan swasta dalam kegiatan usaha per-
baikan gizi institusi misalnya di rumah sakit, pa-
brik, perusahaan, lembaga pemasyarakatan, dan lain-
lain. Di samping itu akan lebih digalakkan penyu-
luhan gizi masyarakat, dan dimantapkan pendidikan
pelajaran ilmu gizi dan upaya perbaikan gizi seko-

186
lah terutama di sekolah-sekolah tingkat dasar dan
menengah.

(8) Dalam rangka pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan


gizi (SKPG), sistem isyarat dins dan intervensi
(SIDI) dikembangkan dan ditingkatkan penerapannya
di daerah rawan konsumsi pangan. Sedang pemantauan
status gizi (PSG) penduduk dilaksanakan secara ber-
kala di sejumlah propinsi, sebagai bagian dari ke-
giatan sistem informasi gizi.

c. Kegiatan-kegiatan Pokok
Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi dalam Repelita V men-
cakup kegiatan pokok sebagai berikut.

(1) Meningkatkan dap memantapkan kegiatan Usaha Per-


baikan Gizi Keluarga (UPGK) yang meliputi penyu-
luhan gizi masyarakat termasuk di sekolah tingkat
dasar dan menengah, pelayanan gizi di Posyandu, dan
pemanfaatan tanaman pekarangan sebagai bagian dari
Program Diversifikasi Pangan dan Gizi yang dipadu-
kan juga dengan UPGK.

(2) Usaha penanggulangan KKP pada anak balita, kegiatan


utama dipusatkan melalui pelayanan gizi di Pos-
yandu. Kegiatannya adalah pemantauan pertumbuhan
anak dengan Kartu Menuju Sehat (KMS), pemberian ma-
kanan tambahan (PMT), pemeriksaan kesehatan anak
dan penyuluhan gizi. Dalam penyuluhan gizi antara
lain ditekankan pentingnya penggunaan ASI dan ma-
kanan pendamping bagi bayi dan balita. Sedang untuk
PMT terutama didasarkan atas swadaya masyarakat,

187
Kegiatan pelayanan gizi di Posyandu tersebut di
atas dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan
dasar ibu dan anak dan KB.

(3) Meningkatkan upaya penanggulangan kekurangan vita-


min A dan anemia gizi melalui pelayanan gizi di
Posyandu, Puskesmas, dan di tempat-tempat pelayanan
kesehatan lainnya. Untuk penanggulangan kekurangan
vitamin A, akan lebih diintensifkan suplementasi
kapsul vitamin A dosis tinggi kepada balita sehat
dan balita penderita infeksi campak, diare dan de-
mam, dan kepada ibu dalam masa nifas. Untuk penang-
gulangan anemia gizi, akan dilanjutkan dan diinten-
sifkan suplementasi pil besi kepada ibu mengandung.
Sementara itu akan dirintis penggunaan Kartu Menuju
Sehat (KMS) ibu mengandung sebagai alat pemantauan
keadaan gizi ibu dan sarana penyuluhan gizi. Seper-
ti halnya untuk KKP berbagai kegiatan penanggulang-
an kekurangan vitamin A pada balita dan anemia gizi
pada ibu mengandung dalam bentuk pelayanan gizi di
Posyandu juga dipadukan dengan pelayanan kesehatan
dasar ibu dan anak dan KB.

(4) Di samping pelayanan melalui Posyandu, untuk pe-


nanggulangan kekurangan vitamin A juga dilaksanakan
melalui fortifikasi vitamin A ke dalam bumbu penye-
dap makanan. Untuk anemia gizi selain suplementasi
pil besi kepada ibu mengandung, juga kepada anak
sekolah dan pekerja-pekerja berpenghasilan rendah.

(5) Untuk menanggulangi gangguan akibat kekurangan yo-


dium (GAKI), akan dilanjutkan dan lebih diintensif-
kan pemberian preparat yodium melalui suntikan atau

188
cara lainnya. Sementara itu yodisasi garam akan le-
bih diintensifkan pengawasan produksi dan pemasar-
annya untuk menjaga mutu dan harga yang terjangkau
oleh masyarakat yang membutuhkan.

(6) Untuk lebih memantapkan berbagai kegiatan tersebut di


atas, upaya penyuluhan gizi masyarakat akan ma-
kin diintensifkan dengan berbagai cara dan pende-
katan yang lebih menarik, efektif dan efisien, baik
secara tersendiri maupun terpadu dengan kegiatan
penyuluhan kesehatan dan penyuluhan lainnya.

(7) Meningkatkan dan memantapkan pengembangan Sistem


Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) untuk tujuan
sistem isyarat dini dan intervensi dan informasi
gizi. Untuk pengembangan Sistem Isyarat Dini Dan
Intervensi (SIDI) akan dilanjutkan pelatihan tena-
ga, pengembangan indikator dan cara-cara pengum-
pulan dan pemanfaatan data yang lebih efektif untuk
tujuan penanggulangan dini terhadap kemungkinan
terjadinya penurunan keadaan gizi penduduk. Pengem-
bangan SIDI tetap diutamakan di daerah-daerah rawan
kekeringan dan rawan gizi. Untuk sistem informasi
gizi, akan dilanjutkan pemantauan keadaan gizi ba-
lita melalui Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSE-
NAS) dan cara-cara khusus lainnya. Dengan sistem
informasi ini akan dapat diikuti perkembangan ke-
adaan gizi penduduk dan program-program gizi dari
waktu ke waktu.

(8) Melaksanakan usaha perbaikan gizi institusi di per-


usahaan, pabrik, Rumah Sakit, Puskesmas Perawatan,
Lembaga Pemasyarakatan, Panti Asuhan dan sebagai-

189
nya, dengan memberikan bimbingan, penyuluhan dan
latihan mengenai penyusunan hidangan yang memenuhi
syarat gizi bagi warga institusi atau lembaga-lem-
baga tersebut.

8. Program Penyediaan Air Bersih

Tujuan program Penyediaan Air Bersih adalah membantu pe-


nyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan dan peng-
awasan kualitas air bagi seluruh masyarakat, baik yang ting-
gal di perkotaan maupun yang di pedesaan, serta meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk penyediaan dan pemanfaatan air
bersih bagi para anggotanya.

Sasaran program ini adalah agar pada akhir Repelita V


sekitar 60% penduduk pedesaan dan 80% penduduk perkotaan te-
lah menggunakan air bersih dan sehat, baik melalui perpipaan
maupun non perpipaan.

a. Kebijaksanaan yang Ditempuh


Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas dite-
tapkan kebijaksanaan sebagai berikut.

(1) Pengadaan sarana fisik air bersih dan pembuangan


air limbah di pedesaan pada dasarnya dilaksanakan
oleh masyarakat. Khusus untuk daerah pedesaan ter-
pencil, daerah transmigrasi/PIR, daerah perbatasan
dan daerah lainnya yang padat penduduk yang ber-
penghasilan rendah serta rawan air, terutama yang
endemis diare, akan diberikan bantuan pengadaan sa-
rana air bersih dan pembuangan limbah.

(2) Setiap bantuan pengadaan sarana air bersih, teruta-


ma di pedesaan, akan diikutsertakan swadaya masya-

190
rakat untuk membangun, memanfaatkan, memelihara dan
melestarikan sarana-sarana tersebut. Untuk itu se-
tiap bantuan pengadaan sarana air bersih dan pembu-
angan limbah, akan didukung oleh kegiatan penyu-
luhan kesehatan yang mampu menggerakkan peran serta
masyarakat.

(3) Pelaksanaan pemberian bantuan sarana air bersih


adalah oleh Pemerintah Daerah dengan bantuan teknis
Pemerintah Pusat. Untuk itu akan diadakan perbaikan
organisasi dan tata kerja koordinasi pengelolaan
air bersih, perkotaan dan pedesaan secara terpadu
terutama pada tingkat kecamatan. Di tingkat desa
pengelolaan sarana air bersih dan air limbah akan
diserahkan pada LKMD dengan PKKnya, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Koperasi Desa.

(4) Bantuan sarana air bersih dan pembuangan air limbah


juga dapat berbentuk percontohan. Pembangunan dan
pengembangan lebih lanjut sarana percontohan akan
dilakukan oleh swadaya masyarakat.

(5) Peningkatan upaya pengawasan kualitas air, termasuk


air limbah yang berkaitan dengan penyehatan ling-
kungan, diusahakan melalui sistem rujukan kesehatan
dengan memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada se-
cara terpadu dengan program dan sektor lain yang
terkait baik Pemerintah maupun Swasta.

b. Kegiatan-kegiatan Pokok
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam Repe-
lita V adalah sebagai berikut.

191
(1) Penyuluhan kesehatan lingkungan. Tujuan kegiatan
ini adalah terutama untuk meningkatkan kesadaran
penduduk akan pentingnya air bersih dan kebersihan
lingkungannya. Di samping itu penyuluhan kesehatan
juga dimaksudkan untuk menggerakkan peran serta
masyarakat di dalam pengelolaan air bersih dan air
limbah. Penyuluhan ini dapat dilaksanakan tersen-
diri atau terpadu dengan kegiatan penyuluhan kese-
hatan atau penyuluhan lainnya.

(2) Pengembangan desa percontohan sarana air bersih dan


air limbah. Untuk itu antara lain akan dibentuk ke-
lompok-kelompok pengelola air bersih dan air lim-
bah. Tujuan pembentukan kelompok-kelompok tersebut
adalah untuk mendorong terwujudnya peran serta
aktif masyarakat di dalam membangun, memanfaatkan,
memelihara dan melestarikan sarana air bersih dan
air limbah dengan swadaya.

(3) Pengawasan kualitas air yang terdiri dari kegi-


atan-kegiatan:

(a) Pengembangan sistem pengawasan di Daerah Ting-


kat II.

(b) Peningkatan kemampuan dan pendayagunaan Ba-


lai-Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL),
Balai Laboratorium Kesehatan di propinsi dan
kabupaten.

(4) Peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga sani-


tasi, pengelola sarana air bersih dan pengawas kua-
litas air dan tenaga-tenaga lain yang terkait, me-
lalui pendidikan dan pelatihan.

192
9. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Program ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan pemu-
kiman yang sehat menuju derajat kesehatan masyarakat dan ke-
luarga yang lebih baik.

a. Sasaran Program

(1) Masyarakat makin memahami pentingnya menjaga keber-


sihan lingkungan, menghindari pencemaran kotoran
manusia dan pencemaran air limbah dan bahan berba-
haya lainnya, untuk memelihara dan meningkatkan ke-
sehatan keluarga dan masyarakat atas dasar swadaya.
(2) Penduduk pedesaan,
, khususnya yang berpenghasilan
rendah, secara gotong royong dan swadaya makin mam-
pu menyehatkan rumah dan lingkungannya termasuk pe-
manfaatan jamban sehat, melalui kegiatan pemugaran
perumahan pedesaan.

(3) Pemerintah Daerah telah dapat berperan dalam peng-


awasan pengelolaan pestisida terutama terhadap per-
usahaan pemberantasan hama, dan terhadap perusahaan
serta masyarakat yang menggunakan banyak pestisida.

(4) Pemerintah Daerah terus meningkatkan pengawasan


atas tempat-tempat umum dan tempat-tempat pengelo-
laan makanan terutama di perkotaan dan di daerah
wisata. Demikian pula untuk daerah-daerah yang ter-
kena bencana alam, dilakukan pengawasan kesehatan
lingkungan dengan lebih seksama pada saat dan sege-
ra sesudah terjadi bencana.

(5) Sebagian besar limbah industri di pusat-pusat in-

193
dustri kecil, rumah tangga dan di kawasan industri
besar telah dapat dikendalikan.

(6) Pencemaran udara dan suara di kota-kota besar dan


kawasan industri telah berhasil dipantau.

(7) Dampak pembuangan sampah di semua kotamadya dan


ibukota kabupaten serta di daerah endemis demam
berdarah dengue telah dapat dikendalikan.

(8) Penyemprotan hama dan penderita keracunan pestisida


kronis dapat diawasi dan daerah rawan cemaran pes-
tisida dapat dikendalikan.

(9) Mulai dikembangkannya sistem informasi kesehatan


lingkungan untuk mendukung kegiatan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran dan keracunan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-


tempuh kebijaksanaan sebagai berikut.
(1) Peningkatan kesehatan lingkungan dilakukan melalui:

(a) Perluasan upaya sanitasi dasar yang meliputi


penyehatan perumahan, penyehatan pembuangan
kotoran, penyehatan makanan, dan pengendalian
vektor.

(b) Pengawasan mutu lingkungan tempat-tempat umum,


tempat pengelolaan makanan, dan tempat-tempat
pemukiman pada umumnya.
(c) Pengendalian pencemaran lingkungan yang ditim-
bulkan oleh pestisida, limbah industri, pence-
maran udara dan pembuangan sampah.

(d) Peningkatan peran serta aktif masyarakat, khu-


susnya wanita melalui Posyandu dan kelompok

194
keluarga dalam kegiatan penyehatan lingkungan
pemukiman.

(e) Peningkatan keterpaduan dengan upaya pengelo-


laan lingkungan secara nasional, dan pening-
katan peran serta tanggung jawab pemerintah
daerah dalam penyehatan lingkungan pemukiman.
(2) Penajaman sasaran program diarahkan pada:

(a) Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko


tinggi terhadap penyakit dan gangguan kesehat-
an akibat lingkungan yang tidak sehat.

(b) Daerah-daerah rawan penyakit akibat lingkungan


yang tidak sehat.

(c) Daerah pengembangan industri, baik industri


rumah tangga, industri kecil maupun industri
besar.

(d) Daerah pariwisata, daerah kumuh perkotaan dan


daerah pemukiman baru serta pemukiman khusus.

(3) Pengembangan sistem pengawasan kesehatan lingkungan


dan kemampuan analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).

(4) Pemantapan sarana penunjang yang meliputi peraturan


perundang-undangan, pengembangan dan peningkatan
fungsi laboratorium teknis dan koordinasi lintas
sektoral.

b. Kegiatan Pokok

Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan dalam Re-


pelita V adalah sebagai berikut.

195
(1) Pembinaan penyehatan lingkungan pemukiman meliputi:

(a) Pembinaan pemugaran rumah serta pengembangan


unit-unit percontohan sarana pembuangan sampah
di sejumlah lokasi pemukiman baru dan di dae-
rah padat penduduk berpenghasilan rendah di
perkotaan.

(b) Pengembangan desa percontohan untuk sarana


pembuangan kotoran di sejumlah kecamatan dan
pengembangan model sarana sanitasi tempat-tem-
pat umum di daerah-daerah tujuan wisata.

(c) Pembinaan pencegahan dan penanggulangan bahaya


keracunan, terutama di daerah rawan keracunan
makanan.

(d) Pembinaan pengendalian vektor, terutama di dae-


rah rawan demam berdarah dengue dan malaria,
dengan peran serta aktif masyarakat yang di-
laksanakan secara terpadu dengan kegiatan pem-
berantasan penyakit lainnya.

(e) Pengembangan percontohan sarana pembuangan


limbah industri rumah tangga di pusat-pusat
industri rumah tangga.

(f) Pembinaan terhadap seluruh perusahaan pembe-


rantasan hama dan pengelola pestisida ter-
batas.

(2) Pengawasan Kualitas Lingkungan meliputi:


(a) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
contoh makanan terhadap kebersihan dan keaman-
an makanan di kota besar, kota sedang dan kota
kecil serta di daerah-daerah tujuan wisata.

196
(b) Melakukan pemeriksaan kadar residu pestisida
baik di lingkungan air, udara maupun tanah,
dan pada bahan pangan dilakukan di daerah ra-
wan pestisida, pengendalian tingkat pemaparan
pestisida terhadap para petani dan penyemprot
hama dan penanggulangan keracunan pestisida
akut.

(c) Pemeriksaan sanitasi industri dan pemantauan


limbah di pusat-pusat industri kecil, industri
rumah tangga, dan di kawasan industri besar
dan sedang.

(d) Pemantauan pencemaran di kota-kota besar, dan


kawasan industri.

(e) Pengawasan sampah dan pengendalian vektor di


kota-kota besar, dan kecil serta di daerah
endemis demam berdarah dengue.
(3) Pengembangan Sarana Penunjang mencakup:

(a) Pemantapan sistem informasi kesehatan ling-


kungan.
(b) Pembinaan dan pengembangan sumber daya dengan
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan ling-
kungan dengan mengadakan latihan dan pendi-
dikan tambahan.

(c) Pemenuhan peralatan teknis di Dati II dan Pus-


kesmas, serta pengembangan laboratorium yang
dapat mendukung pengawasan kesehatan lingkung-
an sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

(d) Pemanfaatan ilmu dan teknologi tepat guna.

197
(e) Pemantapan kerja sama lintas program dan lin-
tas sektoral serta peran serta aktif masya-
rakat.

10. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Program penelitian dan pengembangan kesehatan ditujukan

untuk memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta


pengetahuan lain yang diperlukan untuk menunjang pembangunan
kesehatan. -Program ini dilaksanakan dengan memanfaatkan dan
meningkatkan kemampuan nasional di bidang penelitian dan pe-
ngembangan kesehatan. Program ini juga bertujuan untuk meman-
tapkan dan mengembangkan sistem informasi yang mampu memberi-
kan informasi yang akurat, tepat waktu, dan dalam bentuk yang
sesuai dengan kebutuhan pengambilan keputusan oleh seluruh
aparatur kesehatan di pusat dan daerah. Informasi yang diperoleh
juga diperlukan oleh masyarakat dalam rangka keiikutser-
taannya secara aktif dalam upaya kesehatan.

Sasaran program ini dalam Repelita V adalah tersedianya


ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan upa-
ya kesehatan, terwujudnya suatu sistem informasi kesehatan
yang dapat memenuhi kebutuhan untuk penyusunan kebijaksanaan,
perencanaan, dan manajemen upaya kesehatan dan tersedianya
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan meningkatkan
kemampuan dalam bidang penelitian dan pengembangan kesehatan
di berbagai tingkat administrasi serta tersedianya tenaga,
perangkat lunak dan perangkat keras yang memadai untuk pe-
ngembangan sistem informasi kesehatan yang diperlukan.

Tujuan dan sasaran program ini akan dicapai dengan meng-


utamakan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan pada

198
penelitian tentang pelayanan kesehatan, yang antara lain me-
liputi penelitian dan pengembangan kebijaksanaan kesehatan,
pelaksanaan pelayanan kesehatan, ekonomi dan hukum kesehatan,
serta peran serta aktif masyarakat dalam kesehatan, peneliti-
an tentang pengembangan tenaga kesehatan dan penelitian ten-
tang obat yang meliputi penyediaan, distribusi dan pengawasan
obat agar makin merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Di samping itu akan dikembangkan pengembangan sistem in-


formasi kesehatan yang mencakup informasi manajemen kesehat-
an, informasi upaya teknis kesehatan, informasi kesehatan
untuk masyarakat, dan informasi ilmu pengetahuan serta tekno-
logi di bidang kesehatan. Tambahan pula akan ditingkatkan
sumber daya yang meliputi tenaga, ilmu pengetahuan dan teknologi,
pembiayaan dan fasilitas untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan, dan pengembangan informasi, baik yang bersumber
dari pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut dilaksanakan


melalui berbagai kegiatan pokok sebagai berikut: (1) Peneli-
tian dan pengembangan pelayanan kesehatan; (2) Penelitian
ekologi kesehatan; (3) Penelitian penyakit menular; (4) Pene-
litian penyakit tidak menular; (5) Penelitian dan pengembang-
an gizi; (6) Penelitian dan pengembangan farmasi; (7) Pengem-
bangan sistem informasi kesehatan.

11. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan dan


Pengawasan

Program ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan ke-


mampuan manajemen aparatur kesehatan sehingga dicapai secara
optimal hasil guna dan daya guna pembangunan kesehatan, de-
ngan didukung peraturan perundang-undangan yang diperlukan.

Sasaran program ini dalam Repelita V adalah pendayaguna-

199
an fungsi perencanaan, pengendalian pelaksanaan, pengawasan,
penilaian, organisasi, dan tata laksana aparatur kesehatan,
pendayagunaan pendidikan di kalangan aparatur kesehatan seba-
gai bagian integral dari upaya untuk menciptakan aparatur ke-
sehatan yang lebih berhasil guna, berdaya guna, bersih dan
berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas pemerintah-
an dan pembangunan di bidang kesehatan dan penyempurnaan
berbagai produk hukum di bidang kesehatan dan penyusunan
berbagai peraturan perundang-undangan yang diperlukan.

Guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-


tempuh kebijaksanaan mendayagunakan sarana manajemen secara
berkesinambungan dan terpadu untuk mencapai hasil guna dan
daya guna yang optimal, mengatur, mengarahkan, dan mengoreksi
penampilan kerja dengan berorientasi pada pencapaian tujuan
program secara berdaya guna dan berhasil guna, mengkaji
produk hukum di bidang kesehatan dan mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perlindungan hukum kepada tenaga kesehatan
dan masyarakat.

Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah: pendaya-


gunaan fungsi perencanaan, penggerakan pelaksanaan dan peni-
laian, pendayagunaan organisasi dan ketatalaksanaan dan pen-
dayagunaan administrasi keuangan, pendayagunaan fungsi peng-
awasan dan pengendalian, pendayagunaan pembinaan dan pengem-
bangan hukum di bidang kesehatan.

12. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan


Program ini bertujuan untuk menyediakan dan membakukan
prasarana dan sarana kesehatan, meningkatkan prasarana dan
sarana fisik fasilitas kerja yang diperlukan dalam menunjang

200
program-program pembangunan kesehatan. Hal tersebut dimaksud-
kan untuk meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja tena-
ga kesehatan serta dalam rangka mencapai hasil guna dan daya
guna pembangunan kesehatan yang optimal.

Dalam Repelita V sasaran program penyimpan sarana fisik


kesehatan adalah pendayagunaan prasarana dan sarana fisik fa-
silitas kerja kesehatan yang baku untuk pelaksanaan pemba-
ngunan kesehatan, dan pendayagunaan fasilitas penunjang bagi
tenaga kesehatan dalam rangka pembinaan serta peningkatan
prestasi kerja.

Pokok-pokok kegiatan dari program ini adalah peningkatan


pengamanan kekayaan milik negara dengan pengukuhan status
hukumnya dan peningkatan inventarisasi kekayaan milik negara,
peningkatan prasarana dan sarana fisik untuk pelayanan kese-
hatan dan peningkatan sarana dan fasilitas penunjang dalam
rangka pembinaan dan peningkatan prestasi kerja tenaga kese-
hatan.

13. Program Generasi Muda Dalam Pembangunan Kesehatan


Program generasi muda dalam pembangunan kesehatan bertu-
juan meningkatkan kemampuan hidup sehat generasi muda guna
membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka mening-
katkan ketahanan diri, prestasi, dan peran aktifnya dalam
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dalam bidang ke-
sehatan.

Sasaran upaya ini adalah agar pada akhir Repelita V di


kecamatan telah terbina kemampuan kelompok-kelompok generasi
muda dalam melakukan pembinaan kesehatan diri dan lingkungan-
nya. Prioritasnya adalah kelompok praremaja (6 - 12 tahun),
remaja (12 - 18 tahun) dan dewasa muda (18 - 21 tahun).

201
Guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-
tempuh kebijaksanaan pengembangan pembinaan generasi muda di-
arahkan untuk meningkatkan status kesehatan dan peran serta-
nya secara aktif dalam pembangunan kesehatan melalui pende-
katan pembangunan kesehatan masyarakat desa dengan dukungan
kerja sama lintas program dan lintas sektor, peningkatan
status kesehatan generasi muda dilaksanakan melalui jaring-
an pelayanan upaya kesehatan yang telah ada dan peningkatan
penanggulangan permasalahan kesehatan psikososial dengan
memperbanyak forum konsultasi kesehatan melalui berbagai
jalur pembinaan generasi muda.

Kegiatan pokok yang akan dijalankan dalam Repelita V


adalah meningkatkan kemampuan setiap Puskesmas dalam pembina-
an keterampilan kesehatan praremaja, remaja, dan dewasa muda
dengan menggunakan pelbagai jalur, baik keluarga, sekolah,
maupun masyarakat serta organisasi kaum muda seperti OSIS,
Karang Taruna, Pramuka, Palang Merah Remaja, KNPI, dan seba-
gainya, menyelenggarakan pertolongan dan perlindungan bagi
generasi muda terhadap beberapa gangguan kesehatan spesifik
antara lain gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan re-
produksi, gangguan kesehatan mental, dan penyalahgunaan nar-
kotika, meningkatkan peran serta aktif generasi muda untuk
memecahkan masalah kesehatan diri dan lingkungannya, dengan
membina kaderisasi kesehatan, pengorganisasian kesehatan, dan
pendanaan kesehatan di kalangan kaum muda dan meningkatkan
kerja sama lintas program dan lintas sektor untuk pembinaan
generasi muda dalam pembangunan kesehatan dengan mendayaguna-
kan forum komunikasi di tingkat pusat, Dati I, dan Dati II.

14. Program Peningkatan Peranan Wanita Dalam Pembangunan


Kesehatan

202
Program Peningkatan Peranan Wanita Dalam Upaya Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kete-
rampilan wanita dalam pemeliharaan kesehatan diri dan keluar-
ga, dan meningkatkan peran serta aktifnya dalam pembangunan
kesehatan untuk memasyarakatkan norma hidup sehat. Kelompok
sasaran program ini adalah para wanita terutama pada golongan
masyarakat berpenghasilan rendah.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, ditetapkan


langkah kebijaksanaan Program Peningkatan Peranan Wanita da-
lam upaya kesehatan merupakan kerja sama lintas sektoral, ko-
ordinasi dilaksanakan sejak tahap perencanaan sampai tahap
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian agar dapat memberikan
dampak yang lebih berhasil guna dan berdaya guna, penyebar-
luasan informasi kesehatan dilaksanakan melalui media massa
baik modern maupun tradisional, dan melalui pendekatan ke-
lompok maupun perorangan dan memantapkan kerja sama dengan
Tim Penggerak PKK di semua tingkatan administrasi untuk
meningkatkan peranan wanita dalam upaya kesehatan, yang
ditingkat operasional dibina oleh Puskesmas.

Dalam Repelita V, melalui program ini akan dilakukan ke-


giatan-kegiatan pokok meningkatkan komunikasi dan koordinasi
lintas program dan lintas sektoral, menyusun dan menyebarkan
pedoman/petunjuk teknis serta bahan-bahan penyuluhan untuk
kelompok sasaran, menyelenggarakan pelatihan bagi pengelola
program tingkat propinsi, kabupaten dan Puskesmas serta pe-
ngelola program di kalangan organisasi kemasyarakatan wanita,
kelompok tenaga kerja wanita dan kader wanita dan meningkat-
kan kelembagaan norma hidup sehat di kalangan wanita melalui
pelatihan kepemimpinan kesehatan, lomba kegiatan terpadu, pe-
milihan keteladanan, dan lain-lain.

203
TABEL 23 - 4
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 1993/94
(dalam milyar rupiah)

K ES EHATAN

1989/90 1989/90-1993/94
No. Node SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembangunan) Pembangunan)

10 SEKTOR KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL, PERANAN


WANITA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA 434, 1 4.088,3

10.1 Sub S e k t o r Kesehatan 249,8 2.672,5


---------------------------- -------- -----------
10.1.01 Program Penyuluhan Kesehatan 4,6 59,8

10.1.02 Program Pelayanan Kesehatan 195,1 2.035,2

10.1.03 Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 30,7 353,0

10.1.05 Program Pengawasan Obat dan Makanan 2,9 26,5

204

Anda mungkin juga menyukai