K E S E HATAN
BAB 23
KESEHATAN
I. PENDAHULUAN
111
2. Pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada golongan
masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Perhatian khusus perlu diberikan
kepada daerah terpencil, kelompok masyarakat terasing,
daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi, dan
daerah perbatasan. Sehubungan dengan itu, perlu terus
ditingkatkan upaya untuk memperluas dan mendekatkan pe-
layanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang
lebih baik dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
112
dan pemerataan tenaga medis, paramedis dan tenaga ke-
sehatan lainnya, serta penyediaan obat yang makin merata
dan terjangkau oleh rakyat. Di samping itu perlu terus
ditingkatkan pengadaan dan pemanfaatan sarana dan pra-
sarana kesehatan lainnya.
5. Pelayanan kesehatan, baik oleh pemerintah maupun oleh
swasta, harus selalu memperhatikan aspek-aspek kemanu-
siaan dalam pelaksanaannya. Di samping itu perlu dikem-
bangkan cara pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sen-
diri berdasarkan prinsip asuransi.
6. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara
lebih luas dan merata sekaligus memelihara dan mengem-
bangkan warisan budaya bangsa, perlu terus dilakukan
penggalian, penelitian, pengujian dan pengembangan
obat-obatan serta cara pengobatan tradisional. Di sam-
ping itu perlu terus didorong langkah-langkah pengem-
bangan budi daya tanaman obat-obatan tradisional yang
secara medis dapat dipertanggungjawabkan.
113
langi berbagai masalah yang belum terpecahkan di dalam Repe-
lita IV.
1. Derajat Kesehatan
114
Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Maluku,
Riau, Jawa Barat, Jambi, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Tenggara. Sedang angka kematian bayi rata-rata nasional pada
tahun 1988 adalah 58 per 1.000 kelahiran hidup.
115
tingginya prevalensi ibu yang menderita anemia. Keadaan ini,
dan juga masalah kesehatan lain, sering menyebabkan proses
melahirkan yang sulit dan dapat berakhir dengan kematian ibu.
ria telah menurun menjadi 0,46 per 1.000 menjelang akhir Re-
pelita IV. Di luar Jawa - Bali, "parasite rate" di daerah-
daerah prioritas telah menurun menjadi 42 per 1.000 pada akhir
Repelita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh demam ber-
116
darah dengue dapat ditekan menjadi 3,3% pada akhir Repe-
lita IV. Angka kematian yang disebabkan oleh diare dapat di-
tekan menjadi 0,35% pada tahun 1987. ISPA masih merupakan
penyebab kesakitan umum terbesar dan salah satu penyebab
utama kematian balita.
b. Keadaan Gizi
Keadaan gizi masyarakat pada umumnya telah makin baik.
Gangguan gizi yang dapat menghambat pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak, yang dikenal dengan kurang ka-
lori protein (KKP), telah menurun prevalensinya. KKP anak
balita, yang diukur dengan pertambahan berat badan pada umur
tertentu, prevalensinya menurun dari 29,1% pada tahun 1983
menjadi 10,8% pada tahun 1987. Keadaan ini menunjukkan bahwa
117
pada umumnya pertumbuhan badan anak balita kita relatif makin
baik.
Beberapa gangguan gizi lainnya juga makin berkurang.
Misalnya gangguan gizi akibat kurang yodium (GAKI) di daerah-
daerah endemik, terutama di daerah pegunungan, prevalensinya
selama Repelita IV telah menurun. Untuk GAKI yang bersifat
klinis (dapat dilihat dengan nyata), dikenal dengan penyakit
gondok, prevalensinya menurun dari 9,2% pada tahun 1983 men-
jadi 5% pada tahun 1987. Sedang GAKI yang bersifat labora-
toris (tidak terlihat nyata) menurun dari 37,2% menjadi 32%
selama kurun waktu yang sama.
118
kesehatan bangsa kita. Perubahan derajat kesehatan seperti
diuraikan di atas erat kaitannya dengan kemajuan upaya pela-
yanan dan penyediaan sarana kesehatan dalam Repelita IV.
119
sekitar 90.000 buah, yang tersebar di 40.000 desa pada tahun
1984, menjadi lebih dari 200.000 buah pada akhir tahun 1988
dan tersebar di 52.000 desa di Indonesia.
120
jadi 30%. Demikian pula dalam kurun waktu yang sama, cakupan
pelayanan gizi dengan kegiatan penimbangan balita meningkat
dari 29,6% menjadi 49,3%, dan cakupan penanggulangan diare
dengan oralit menjadi 39,6% dari seluruh kasus yang ada.
d. Penyediaan Obat
Dalam rangka penyediaan obat yang Makin merata dan ter-
jangkau oleh rakyat, telah dilakukan upaya penyediaan dan
distribusi obat-obat esensial. Di samping itu mulai tahun 1986
telah diupayakan penyusunan Daftar Obat Program Bersama, yang
merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan, Ikatan
Dokter Indonesia, lkatan Sarjana Farmasi Indonesia, dan Ga-bungan
Pengusaha Farmasi.
121
negeri pada akhir Repelita IV telah mencapai lebih dari 98%
kebutuhan, sejalan dengan peningkatan jumlah industri farmasi
dari 286 menjadi 295 buah.
122
karya dan pembantu paramedis dan tenaga non medik, juga telah
meningkat dari masing-masing 3.900 orang, 2.825 orang dan
11.563 orang menjadi 4.900 orang, 10.315 orang dan 12.472
orang.
123
pola penyakit dan penyebarannya dan di lain pihak akan menen-
tukan juga pola pelayanan kesehatan yang harus diikuti. Di
samping itu struktur penduduk yang sebagian besar masih ter-
diri dari golongan usia muda (di bawah umur 15 tahun) menye-
babkan masalah kesehatan masih terpusatkan pada kelompok usia
muda, terutama kelompok balita.
124
mendorong timbulnya penyakit-penyakit infeksi dan kurang gizi.
Pentingnya arti kebersihan diri dan lingkungan, air bersih,
makanan yang seimbang dan bergizi serta manfaat air susu ibu
dan imunisasi bagi bayi, misalnya, masih belum sepenuhnya di-
sadari.
125
Selama ini jumlah penduduk makin bertambah dan permin-
taan mereka akan pelayanan kesehatan yang bermutu. juga makin
meningkat. Karena meningkatnya jumlah penduduk, di beberapa
daerah diperlukan penambahan Puskesmas. Sedangkan meningkat-
nya permintaan pelayanan kesehatan yang makin bermutu menye-
babkan sejumlah Puskesmas memerlukan perbaikan dan peningkat-
an fungsi. Selanjutnya RS kelas D di berbagai daerah memerlu-
kan peningkatan fungsi menjadi kelas C, dan sebagian memerlu-
kan perbaikan-perbaikan.
b. Masalah Obat
Penyediaan obat juga merupakan masalah yang memerlukan
perhatian lebih besar dalam Repelita V. Harga berbagai jenis
obat yang diperlukan oleh masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah dirasakan masih belum terjangkau, kecuali obat-obat
esensial dan generik yang diberikan di Puskesmas dan Rumah
Sakit. Masalah tersebut timbul terutama karena adanya masalah
bahan baku obat impor, jumlah jenis obat yang diproduksi di
dalam negeri, sistem distribusi dan pemasaran yang ada, serta
adanya sikap yang cenderung kurang memanfaatkan obat generik
pada beberapa pihak. Selain itu, masyarakat juga kurang mem-
peroleh informasi yang diperlukan mengenai obat generik.
126
c. Masalah Tenaga Kesehatan
Selama Repelita IV terjadi ketidakseimbangan antara
lulusan hasil pendidikan tenaga kesehatan dan rendahnya la-
pangan kerja yang tersedia untuk berbagai jenis tenaga kese-
hatan. Di samping itu, ada masalah ketidakmerataan dalam per-
sebaran tenaga kesehatan. Khususnya mengenai dokter ahli dan
tenaga paramedis perawatan, berbagai daerah dan lembaga masih
menghadapi kekurangan, sedangkan di tempat-tempat tertentu
relatif mengalami kelebihan. Selanjutnya masalah mutu tenaga
kesehatan di negara kita juga memerlukan perhatian lebih
besar.
127
menerima pelayanan maupun yang memberi pelayanan mengingat
bahwa tuntutan hukum kepada para petugas kesehatan cenderung
meningkat pada masa-masa mendatang.
128
dilaksanakan atas prakarsa dan peran serta masyarakat
dan didukung terutama oleh kegiatan Puskesmas dan upaya
kesehatan lainnya. Dengan demikian diharapkan dapat di-
tingkatkan pula kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
hidup sehat dan untuk mengatasi masalah-masalah kese-
hatan dasar dengan pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan derajat kesehatan (promotif).
129
digalakkan penggunaan obat generik oleh kalangan tenaga
dokter dan penyuluhan tentang manfaat obat generik agar
makin dikenal oleh masyarakat. Di samping itu akan terus
ditingkatkan upaya pencegahan bahaya obat, narkotika,
psikotropika, minuman keras, dan bahan berbahaya lain-
nya. Demikian pula akan digali potensi ekonomi industri
obat, makanan, obat tradisional, kosmetika, dan alat
kesehatan untuk menunjang ekspor non migas. Khusus untuk
obat-obatan dan cara pengobatan tradisional, akan dibe-
rikan perhatian lebih besar untuk pembudidayaannya dan
penelitian ilmiah aspek medis dan aspek-aspek lainnya.
130
1. Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan
131
fungsi Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas
Keliling dengan sarana dan tenaganya. Demikian pula
untuk Posyandu yang pengembangannya banyak tergantung
pada peran serta aktif masyarakat. Fungsi rumah sakit
ditingkatkan agar mampu melakukan dan membina upaya ru-
jukan. Jaringan sistem rujukan ditingkatkan dengan me-
nentukan standar pelayanan untuk setiap jenjang pela-
yanan kesehatan. Dalam hal ini kemampuan masyarakat
termasuk swasta perlu dikembangkan, agar dapat lebih
berperan serta dalam upaya kesehatan. Di samping itu
dilakukan pembinaan upaya pengobatan tradisional yang
terbukti efektif dan yang perkembangannya dapat serasi
dengan perkembangan pengobatan modern.
132
gigi, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, te-
naga perawat kesehatan, bidan, dan tenaga kesehatan
lainnya. Penyebarluasan pendidikan tenaga kesehatan di-
arahkan agar setiap daerah mampu memenuhi kebutuhan tenaga
kesehatan dalam rangka pemerataan upaya kesehatan.
Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan ditujukan pula
untuk mengembangkan kepemimpinan serta kemampuannya
untuk membina dan mengayomi peran serta masyarakat.
Untuk itu perlu ditingkatkan mutu dan jumlah tenaga
pengajar serta kelengkapan institusinya.
133
pelaksanaan karya ketiga dari Pancakarya Husada ini adalah:
134
tinggi. Dengan demikian diharapkan harga obat lebih
terjangkau oleh masyarakat dan dapat bersaing di pasaran
luar negeri.
135
daerah pariwisata, dan daerah kumuh perkotaan dan
pemukiman baru.
136
c. Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan program
pembangunan termasuk manajemen dan hukum di bidang
kesehatan, yaitu dengan memanfaatkan dan meningkat-
kan kemampuan penelitian dan pengembangan di pusat
dan di daerah. Kebijaksanaan penelitian dan pengem-
bangan kesehatan akan dimantapkan dan pelaksanaan-
nya lebih dipercepat dan dilakukan secara lintas
sektoral dan multi disiplin. Sejalan dengan itu,
pengendalian serta penilaian upaya penelitian dan
pengembangan kesehatan penting pula ditingkatkan.
Penelitian dan pengembangan diutamakan pada hal-hal
yang mendukung pelayanan kesehatan, pengembangan
tenaga kesehatan, dan terjangkaunya obat oleh ma-
syarakat. Perlu ditingkatkan tenaga peneliti yang
profesional dan pengertian mengenai pentingnya pe-
nelitian oleh pelaksana dan pembina program. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) kesehatan di-
tingkatkan sebagai bagian integral dari pengembangan
Iptek Nasional.
137
e. Pembiayaan kesehatan secara bertahap akan diupaya-
kan untuk lebih terpadu, serasi, efisien dan efek-
tif. Untuk itu akan diupayakan perencanaan program
dan sumber dana dengan lebih seksama di tingkat
pusat dan daerah. Dalam hal ini akan lebih diperha-
tikan potensi sumber dana masyarakat untuk makin
ikut berperan dalam pembiayaan pembangunan kesehat-
an. Sejalan dengan itu akan ditingkatkan pula ke-
mampuan manajemen penggunaan sumber dana yang ada.
Pembiayaan kesehatan oleh masyarakat diarahkan me-
lalui prinsip asuransi. Demikian pula efisiensi
penggunaan fasilitas kesehatan ditingkatkan antara
lain melalui penyesuaian tarip pelayanan di Rumah
Sakit dan Puskesmas dan perbaikan manajemen. Secara
bertahap subsidi pemerintah lebih diarahkan untuk
upaya-upaya pencegahan penyakit. Sedang subsidi un-
tuk pelayanan pengobatan akan makin disesuaikan
dengan potensi kemampuan masyarakat.
138
Angka kematian anak (1 - 4 tahun) juga diharapkan
dapat menurun dari 10,6 pada Repelita IV menjadi
6,5 per 1.000 pada akhir Repelita V.
b. Umur harapan hidup waktu lahir yang pada akhir Re-
pelita IV diperkirakan 63 tahun, diharapkan akan
meningkat lagi menjadi 65 tahun (Tabel 23-1).
139
T A B E L 23 - 1
140
GRAFIK 23 -1
ANGKA KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP
PADA AKHIR REPELITA III, IV DAN V
A A Ang
n n ka
g Ang
k ka
Ke
a
mat
ian
K Har
e apa
m n
a Hid
t up
i A
a n
n a
k
K R
a at
s a-
a ra
r ta 141
saan kehamilan sedini mungkin dengan cakupan 70%.
Dengan upaya ini diharapkan angka kematian ibu dapat
menurun dari 4,5 per 1.000 menjadi 3,4 per 1.000
kelahiran hidup.
142
TABEL 23 - 2
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
DALAM REPELITA IV DAN V
B. PERBAIKAN GIZI
1. Penu sekol
runa ah :
n -
KKP gondo
: k
- tampa
Prev k
alen - gondok
si total
KKP 4. Penanggul
mela angan
lui Anemia
UPGK Gizi :
2. Penanggu -
langan Prevalens
Kekurang i anemia
an Vit. gizi ibu
A : - hamil
Prevalen 143
si
Kurang 1) Sasaran baru
Vit. A
3. Pena
nggu
lang
an
Gond
0,7
ok
Ende
mik:
Prev
alen 5
si 32
gang
guan 55
keku
rang
an
yodi
um
terh
adap
anak
j. Penggunaan obat esensial dan generik makin meluas
di setiap unit pelayanan kesehatan dengan distri-
busi yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Pemenuhan kebutuhan tersebut ditunjang dengan me-
ningkatnya kapasitas produksi obat dengan sistem
distribusi yang efektif dan efisien.
144
o. Makin terciptanya kepastian hukum sehingga memberi-
kan kejelasan dan kepastian tentang peran, hak, we-
wenang, kewajiban, dan tanggung jawab berbagai pihak
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
IV. PROGRAM-PROGAM
Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan kesehatan
tersebut di atas dilaksanakan secara serasi, terarah dan ter-
padu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya, dan dengan
peran serta aktif masyarakat termasuk swasta melalui program-
program berikut.
145
hidup, penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 4,5
menjadi 3,4 per 1.000 kelahiran, penurunan angka
kesakitan, dan peningkatan status gizi masyarakat.
146
Pembantu ditingkatkan jumlahnya, dari 14.562 pada
akhir Repelita IV menjadi 20.062 pada akhir Repe-
lita V. Dengan demikian tiap Puskesmas didukung
oleh 3-5 Puskesmas Pembantu. Sedang Puskesmas Keli-
ling ditingkatkan jumlahnya dari 3.251 menjadi
6.227 (Tabel 23-3).
147
TABEL 23 - 3
JUMLAH SARANA DAN TENAGA KESEHATAN,
1988/89 - 1993/94
Satuan 1988/89
1993/94 Perubahan (%)
A. JUMLAH SARANA UPAYA KESEHATAN
Catatan :
148
GRAFIK 23 - 2
JUMLAH TENAGA KESEHATAN
(1988/89 - 1993/94)
(Ribu Orang)
1988/89
1993/94
Dok ter Dokter Dokter Apoteker Sarjana
Ahli Umum Gigi Kesehatan
Masyarakat
149
ibu dan anak, dan pembina tenaga kesehatan tradi-
sional serta kader kesehatan yang ada.
150
dari keadaan pada akhir Repelita IV. Demikian pula diharapkan
dapat ditingkatkan cakupan pemeliharaan kesehatan bayi dan
balita untuk tumbuh-kembangnya.
151
tanaman pekarangan. Di samping itu dilakukan pula kegiatan
penanggulangan gondok endemik dengan penyuntikan preparat
yodium dan penyuluhan. Selanjutnya dilakukan pula kegiatan-
kegiatan pemantauan pola konsumsi pangan penduduk pedesaan
berpenghasilan rendah dan keadaan gizinya sebagai bagian dari
sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan prevalensi
KKP, Kurang Vitamin A, Kurang Yodium dan Kurang Zat Besi akan
dapat diturunkan dengan lebih cepat guna mendukung upaya pe-
nurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu.
152
Di samping hal-hal di atas dilakukan pula pengawasan
terhadap: (a) tempat pengelolaan makanan, tempat-tempat umum
terutama di daerah wisata; (b) perusahaan pemberantas hama dan
pengelola pestisida; dan (c) pusat-pusat industri.
153
(9) Peningkatan Upaya Pengobatan
154
(12) Peningkatan Upaya Kesehatan Mata
155
aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat
dan mendorong ke arah kemandirian segenap lapisan masyarakat
dalam memecahkan masalah kesehatan dengan penuh tanggung
jawab.
156
giatan pelatihan kader Posyandu dan pembinaan ke-
lompok keluarga dasawisma. Kegiatan ini dilaksana-
kan secara terpadu oleh para petugas Puskesmas ber-
sama dengan para petugas dalam program-program serta
sektor-sektor lain yang mendukung Posyandu. Pela-
tihan serupa diberikan pula kepada generasi muda
("dokter kecil", Saka Bhakti Husada, Palang Merah
Remaja, dll.) dan kelompok wanita. Dalam pelatihan
ini antara lain akan diberikan penyuluhan tentang
upaya kesehatan masyarakat termasuk pengobatan tra-
disional dan tanaman obat keluarga.
157
lui penelitian, dan dengan mengadakan percobaan serta pengem-
bangan cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan dari program-program lain.
158
Sasaran Program Upaya Kesehatan Rujukan dalam Repelita V
adalah:
159
a. Upaya kesehatan rujukan diarahkan agar semua rumah
sakit mampu memberikan dukungan kepada pelayanan
Puskesmas dan mengutamakan kegiatan yang mempunyai
cakupan luas, dengan memperhatikan kepentingan
golongan masyarakat yang tidak mampu.
160
a.Rujukan Medik
Kegiatan pokok rujukan medik terutama ditujukan untuk
memperluas cakupan, meningkatkan mutu, dan meningkatkan efi-
siensi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Untuk itu akan di-
laksanakan kegiatan-kegiatan berikut.
b.Rujukan Kesehatan
161
matian dan sedapat mungkin menghilangkan kesakitan, dan akibat
buruk dari penyakit menular dan penyakit tidak menular.
162
dengan obat-obatan sederhana yang tersedia di ting-
kat desa dan di lapangan serta meningkatkan rujukan
dan intensifikasi penyuluhan dan imunisasi.
163
(5) Dapat dipertahankannya dan lebih menurunnya angka
parasit atau API (Annual Parasite Incidence) malaria
di Jawa dan Bali sehingga menjadi kurang dari 1 per
1.000 penduduk dan angka kesakitan (prevalensi) di
daerah-daerah prioritas (daerah transmigrasi, daerah
perbatasan dan daerah malaria endemis tinggi) di
luar Jawa dan Bali menjadi kurang dari 40 per 1.000
penduduk.
(6) Mengurangnya kecenderungan perluasan wilayah ter-
jangkit demam berdarah terutama di wilayah perkota-
an, daerah pembangunan dan daerah pariwisata sebagai
hasil peran serta aktif dari masyarakat, sehingga
angka kesakitan turun menjadi 50 per 100.000 pen-
duduk.
164
(e) Menurunkan angka kesakitan TBC paru dari 2,9
menjadi 2,4 per 1.000 penduduk.
165
pencegahan dan pemberantasan penyakit di bawah ini.
166
d. Peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit perlu diting-
katkan. Peranan dan tanggung jawab tersebut dapat
meliputi:
167
(3) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya
penyakit serta menggerakkannya untuk melaksa-
nakan upaya pencegahan primer.
168
e. Peningkatan penyehatan lingkungan melalui perbaikan
lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, peng-
awasan pembuangan kotoran dan air limbah serta pem-
berantasan vektor penular penyakit.
169
perkotaan. Termasuk di dalam kelompok tersebut adalah: para
pemuka masyarakat (formal dan non formal), anggota lembaga
swadaya masyarakat, pengusaha swasta, anggota kelompok kese-
nian daerah, perkumpulan-perkumpulan remaja dan pemuda di se-
kolah atau di luar sekolah, dan sebagainya. Kepada kelompok-
kelompok yang disebutkan tadi diharapkan tidak hanya menjadi
penerima informasi kesehatan, tetapi juga menjadi penerus atau
penyebar informasi kesehatan.
170
e. Sikap mental petugas kesehatan, terutama petugas
kesehatan masyarakat akan dikembangkan dan dibina
ke arah sikap mental yang partisipatif dan lebih
berorientasi pada aspek pencegahan dan peningkatan.
17
1
pesan kesehatan menjadi bagian integral dari pesan-
pesan pembangunan di sektor-sektor yang lainnya.
172
(3) Mengembangkan, memproduksi, dan menyebarluaskan pe-
doman penyuluhan kesehatan untuk para penyelenggara
penyuluhan, baik pemerintah maupun masyarakat mela-
lui kerja sama lintas program dan lintas sektor.
173
a. Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan
Dalam Repelita V tujuan Pendidikan dan Latihan Tenaga
Kesehatan ialah tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu,
terampil, dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
upaya kesehatan yang beraneka ragam macam dan sifatnya dan
tenaga yang mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan,
pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan bagi
seluruh masyarakat.
174
rangka peningkatan kualitas, taraf hidup,. kecerdas-
an, dan kesejahteraan rakyat.
175
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan berdasar-
kan kebijaksanaan di atas adalah:
176
tahap disesuaikan dengan pola kebijaksanaan pendi-
dikan nasional.
177
(4) Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan pengem-
bangan karier melalui jalur jabatan fungsional, di
samping jalur jabatan struktural, serta melalui
pendidikan dan latihan.
178
dan layak terjangkau oleh rakyat banyak. Selanjut-
nya dalam tujuan juga tercakup tersedianya alat ke-
sehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat secara me-
madai.
179
adakan pos obat desa, yang dibina dan dikembangkan
berdasarkan swadaya masyarakat.
180
i. Pembudidayaan tanaman obat dan pemanfaatan obat
tradisional, antara lain dengan mendorong dan me-
ngembangkan kebun pusat pembibitan tanaman obat oleh
masyarakat.
181
kinkan tersedianya obat yang terjangkau oleh masya-
rakat. Dalam upaya deregulasi tersebut akan diadakan
kegiatan sedemikian rupa agar obat esensial dan ge-
nerik digunakan dengan lebih luas di kalangan dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
182
f. Menyusun dan menyebarluaskan standar mutu obat,
obat tradisional, alat kesehatan, makanan, dan kos-
metika.
g. Melakukan pengkajian mengenai obat tradisional yang
terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan dan mengenai pemanfaatan tanaman obat
serta mengembangkan pengadaan taman obat keluarga
percontohan dalam rangka kegiatan Posyandu.
183
derita oleh masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan mau-
pun di perkotaan terutama pada anak balita dan wanita. Tujuan
tersebut mendukung upaya penurunan angka kematian bayi, bali-
ta dan kematian ibu serta mendorong makin terwujudnya norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program ini juga men-
dukung upaya memperbaiki keadaan gizi masyarakat pada umumnya
melalui perbaikan pola konsumsi pangan yang makin beraneka
ragam, seimbang dan bermutu gizi. Perbaikan pola konsumsi
yang demikian diperlukan juga bagi kelompok-kelompok masyara-
kat yang mempunyai resiko tinggi terhadap beberapa penyakit
jantung dan pembuluh darah yang jumlahnya cenderung meningkat.
184
b. Kebijaksanaan yang Ditempuh
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-
rencanakan langkah kebijaksanaan sebagai berikut.
185
agama, penerangan, pendidikan, industri, koperasi,
dan pemerintah daerah, dalam Repelita V akan diman-
tapkan dan dipadukan dengan Program Diversifikasi
Pangan dan Gizi. Program ini terutama bertujuan
untuk peningkatan penganekaragaman pola konsumsi
pangan dan perbaikan gizi masyarakat pada umumnya.
186
lah terutama di sekolah-sekolah tingkat dasar dan
menengah.
c. Kegiatan-kegiatan Pokok
Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi dalam Repelita V men-
cakup kegiatan pokok sebagai berikut.
187
Kegiatan pelayanan gizi di Posyandu tersebut di
atas dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan
dasar ibu dan anak dan KB.
188
cara lainnya. Sementara itu yodisasi garam akan le-
bih diintensifkan pengawasan produksi dan pemasar-
annya untuk menjaga mutu dan harga yang terjangkau
oleh masyarakat yang membutuhkan.
189
nya, dengan memberikan bimbingan, penyuluhan dan
latihan mengenai penyusunan hidangan yang memenuhi
syarat gizi bagi warga institusi atau lembaga-lem-
baga tersebut.
190
rakat untuk membangun, memanfaatkan, memelihara dan
melestarikan sarana-sarana tersebut. Untuk itu se-
tiap bantuan pengadaan sarana air bersih dan pembu-
angan limbah, akan didukung oleh kegiatan penyu-
luhan kesehatan yang mampu menggerakkan peran serta
masyarakat.
b. Kegiatan-kegiatan Pokok
Kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam Repe-
lita V adalah sebagai berikut.
191
(1) Penyuluhan kesehatan lingkungan. Tujuan kegiatan
ini adalah terutama untuk meningkatkan kesadaran
penduduk akan pentingnya air bersih dan kebersihan
lingkungannya. Di samping itu penyuluhan kesehatan
juga dimaksudkan untuk menggerakkan peran serta
masyarakat di dalam pengelolaan air bersih dan air
limbah. Penyuluhan ini dapat dilaksanakan tersen-
diri atau terpadu dengan kegiatan penyuluhan kese-
hatan atau penyuluhan lainnya.
192
9. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman
Program ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan pemu-
kiman yang sehat menuju derajat kesehatan masyarakat dan ke-
luarga yang lebih baik.
a. Sasaran Program
193
dustri kecil, rumah tangga dan di kawasan industri
besar telah dapat dikendalikan.
194
keluarga dalam kegiatan penyehatan lingkungan
pemukiman.
b. Kegiatan Pokok
195
(1) Pembinaan penyehatan lingkungan pemukiman meliputi:
196
(b) Melakukan pemeriksaan kadar residu pestisida
baik di lingkungan air, udara maupun tanah,
dan pada bahan pangan dilakukan di daerah ra-
wan pestisida, pengendalian tingkat pemaparan
pestisida terhadap para petani dan penyemprot
hama dan penanggulangan keracunan pestisida
akut.
197
(e) Pemantapan kerja sama lintas program dan lin-
tas sektoral serta peran serta aktif masya-
rakat.
198
penelitian tentang pelayanan kesehatan, yang antara lain me-
liputi penelitian dan pengembangan kebijaksanaan kesehatan,
pelaksanaan pelayanan kesehatan, ekonomi dan hukum kesehatan,
serta peran serta aktif masyarakat dalam kesehatan, peneliti-
an tentang pengembangan tenaga kesehatan dan penelitian ten-
tang obat yang meliputi penyediaan, distribusi dan pengawasan
obat agar makin merata dan terjangkau oleh masyarakat.
199
an fungsi perencanaan, pengendalian pelaksanaan, pengawasan,
penilaian, organisasi, dan tata laksana aparatur kesehatan,
pendayagunaan pendidikan di kalangan aparatur kesehatan seba-
gai bagian integral dari upaya untuk menciptakan aparatur ke-
sehatan yang lebih berhasil guna, berdaya guna, bersih dan
berwibawa serta mampu melaksanakan seluruh tugas pemerintah-
an dan pembangunan di bidang kesehatan dan penyempurnaan
berbagai produk hukum di bidang kesehatan dan penyusunan
berbagai peraturan perundang-undangan yang diperlukan.
200
program-program pembangunan kesehatan. Hal tersebut dimaksud-
kan untuk meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja tena-
ga kesehatan serta dalam rangka mencapai hasil guna dan daya
guna pembangunan kesehatan yang optimal.
201
Guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, di-
tempuh kebijaksanaan pengembangan pembinaan generasi muda di-
arahkan untuk meningkatkan status kesehatan dan peran serta-
nya secara aktif dalam pembangunan kesehatan melalui pende-
katan pembangunan kesehatan masyarakat desa dengan dukungan
kerja sama lintas program dan lintas sektor, peningkatan
status kesehatan generasi muda dilaksanakan melalui jaring-
an pelayanan upaya kesehatan yang telah ada dan peningkatan
penanggulangan permasalahan kesehatan psikososial dengan
memperbanyak forum konsultasi kesehatan melalui berbagai
jalur pembinaan generasi muda.
202
Program Peningkatan Peranan Wanita Dalam Upaya Kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kete-
rampilan wanita dalam pemeliharaan kesehatan diri dan keluar-
ga, dan meningkatkan peran serta aktifnya dalam pembangunan
kesehatan untuk memasyarakatkan norma hidup sehat. Kelompok
sasaran program ini adalah para wanita terutama pada golongan
masyarakat berpenghasilan rendah.
203
TABEL 23 - 4
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 1993/94
(dalam milyar rupiah)
K ES EHATAN
1989/90 1989/90-1993/94
No. Node SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembangunan) Pembangunan)
204