Anda di halaman 1dari 6

A.

FAKTOR SOSIAL

• Kepemilikan
Kepemilikan adalah hak dan memegang Kontrol terhadap apa yang dimilikinya,
jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia (tinja) yang lazim disebut kakus atau WC
sehinggga kotoran atau najis tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab penyakit. Menurut tipe kepemilikan jamban di bagi atas 2
macam yaitu jamban pribadi dan jamban umum. Jamban pribadi adalah jamban
yang dimiliki oleh keluaraga tersendiri yang ada di dalam pekarangan rumah,
sedangkan jamban umum adalah jamban yang dimiliki oleh semua masyarakat
(Handayani,2006).
Berkaitan dengan kepemilikan jamban, untuk pembuangan tinja manusia
sebagian keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Umumnya jamban / kakus
tersebut terletak menyatu dengan penggunaaan kamar mandi dan tempat cuci
penduduk satu rumah. Bahkan bagi penduduk dengan bentuk fisik rumah yang
mapan, bentuk dan kebersahn rumah ter jaga (Sukarni,2005).
•Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap masalah suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan peraba.
Pengetahuan masyarakat dalam pembuangan tinja juga memerlukan suatu proses
dalam melakukan perubahan. Perubahan ini dapat muncul disebabkan dengan
kemajuan tehnologi.
Dari pengalamanya dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang dasar oleh
masyarakat tidak bisa meninggalkan kebiasaaan buang air besar pada tempatnya,
padahal mereka lebih tahu tentang bahaya yang akan ditimbulkan akibat buang air
besar disembarangan tempat. Salah satu diantaranya terjadi transisi penyakit
melalui kontak langsung dengan tanah, factor ini juga didukung dengan kurang
pahamnya masyarakat tentang pentingnya hidup sehat. ( Notoadmodjo, 2007 )

•Tingkat Ekonomi

1
Ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan
semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang
makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi
masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Mata pencaharian kepala kepala keluarga sangat berhubungan dengan factor –
factor kesehatan, hal ini disebabkan oleh mata pencaharian ada habungannya
dengan pendidikan dan tingkat pendapatan. Oleh sebab itu sangat penting
mengetahui penyebaran mata pencaharian penduduk menurut jenis kelamin, daerah
seperti penyebaran penduduk menurut jenis kelamin, daerah seperti penyebaran
penduduk berdasarkan pekerja aktif, pengangguran dan bekerja yang tidak aktif
(Sukarni, 2000)
Keadaan Ekonomi atau penghasilan memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan status kesehatan lingkungan. Jenis pekerjaan orang tua erat
kaitannya dengan tingkat penghasilan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan
dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkatkan, dibandinkan dengan
penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemampaatan pelayaan
kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya
transpormasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoamodjo, 2007).
•Pendidikan
Pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku serta pembahan ilmu
pengatahuan. Pendidikan akan terjadi melalui proses pendidikan, pengalaman dan
wawasan bagi seseorang untuk perubahan tingkah laku dalam melaksanakan
aktivitas sehari-sehari. Tingkat pendidikan berkaiatan erat dengan pembuangan
tinja yang tidak memiliki jamban keluarga, bagi yang berpendidikan tingkat tinggi
mempunyai wawasan dan pengetahuan terhadap pembuanagan tinja baik, dan dapat
menghindari dari pencemaran lingkungan (Azwar,2007).
Pendidikan masyarakat tentang pembuangan tinja dengan menggunakan jamban
keluarga juga di peroleh melalui pendidikan, pengetahuan serta berbagai informasi
yang digunakan dan diterapkan oleh masayarakat terhadap kegiatan pengelolaan
dan penggunaan jamban keluarga. tampa adanya pendidikan masyarakat untuk
mengelola dan menggunakan jamban sesuai dengan syarat pendidikan kesehatan

2
tentang penggunaan jamban yang baik perlu dimiliki atau dididirikan oleh
seseorang sehingga dalam menjalankan jehidupan sehari-hari maupun
memanfaatkan jamban keluarga dengan baik (Handayani, 2006).
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pembuangan tinja yang tidak memiliki
jamban keluarga, bagi berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan
terhadap pembuangan tinja yang baik dan dapat menghindari terjadi pencemaran
lingkungan.
• Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan
pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
(Depdikbut, 2010). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan,status sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam
suatu kelompok populasi, pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status
determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan
tertentu serta merupakan predictor status kesehatandan kondisi tempat suatu
populasi bekerja (widyastuti,2006).
Faktor yang penting adalah pengeluaran yang tidak terduga untuk pemeliharaan
kesehatan serta penyediaan fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan kesehatan
seperti jamban keluarga, tempat sampah lainnya. Berhubungan dengan tingkat
pendapatan keluarga yang rendah akan dapat membawa dampak terhadap
pembuangan tinja dan penyediaan jamban keluarga sehat, sumber air bersih dan
sebagainya, sehingga akan dapat mempengaruhi terhadap derajad kesehatan
anggota keluarga (Sukarni, 2007).
•Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak memegang peranan
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan menurut bloom,factor
perilaku memberikan kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan
individu maupun masyarakat (Nur Nasri Noor, 2008).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan keshatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan. (Notoadmojo 2007).

3
Aspek kebiasaan pembuangan tinja kesungai membuanag tinja kekebun
kosong,membuanag tinja kekali atau selokan-selokan. Kalau membuag tinja ke
sungai, factor yang mempengaruhinya seperti merasa aman, merasa enak, dan tidak
mempunyai jamban. Kalau membuang tinja ke kali factor yang mempengaruhi
seperti sudah biasa,merasa enak,tidak mempunyai jamban dan lain-lainnya.

B. FAKTOR TEKNIS
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam metode pembuangan tinja
antara lain faktor teknis dan non teknis. (Ricki, 2005)
a. Faktor teknis meliputi:
1) Faktor dekomposisi ekskreta manusia
Fenomena terjadinya dekomposisi ekskreta manusia memegang peranan
yang amat penting dalam perencanaan sistem sarana pembuangan tinja.Banyak
sarana pembuangan tinja direncanakan kapasitas serta prinsip kerjanya dengan
mendasarkan pada fenomena ini. Dekomposisi ekskreta yang merupakan proses
dan berlansung secara alamiah ini melaksanakan 3 aktivitas utama :
a) Pemecahan senyawa-senyawa organik kompleks seperti protein dan urea
kedalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan stabil.
b) Pengukuran volume dan massa (kadang-kadang sampai mencapai 80%)
bahkan yang mengalami dekomposisi dengan menghasilkan gas-gas seperti
methan, carbon dioxide, ammonia, dan nitrogen yang dibebaskan ke atmosfir dan
dengan menghasilkan bahan-bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu
meresap masuk dalam tanah.
c) Penghancuran organisme pathogenyang dalam beberapa hal tidak bertahan
hidup dalam proses-proses dekomposisi atau terhadap serangan kehidupan biologik
yang sangat banyak terdapat dalam massa yang mengalami dekomposisi.
Bakteri memainkan peranan utama dalam dekomposisi dan aktivitas bakteri baik
aerobik maupun anaerobik melansungkan proses dekomposisi ini.
2) Faktor kuantitas tinja manusia
Kuantitas kotoran manusia yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi
setempat, bukan hanya faktor physiologis, tetapi juga faktor-faktor budaya dan
agama. Apabila di suatu daerah tidak tersedia data hasil penelitian setempat maka
keperluan perencanaan dapat digunakan angka total produksi ekskreta 1 kg (berat
bersih) per orang/hari.
3) Faktor pencemaran tanah dan air tanah

4
Pada penemaran tanah dan air tanah oleh ekskreta merupakan informasi
penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja,
khususnya dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum
yang ada.Jarak perpindahan bakteri dalam tanah dipengaruhi berbagai faktor, salah
satu faktor penting adalah faktor parositas tanah. Perpindahan bakteri air tanah
biasanya mencapai jarak kurang dari 90 cm, dan secara vertikal kebawah kurang
dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap hujan lebat dan tidak lebih dari 60 cm
biasanya pada tanah yang poreus.
4) Faktor penempatan sarana air tinja
Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara
jamban dan air minum, sebab hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kemiringan dan ketinggian air tanah serta permeabilitas tanah.
5) Faktor perkembangbiakan lalat pada ekskreta
Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembang biakan lalat pada
tinja dalam lubang jamban.Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup
sebenarnya sudah dapat mencegah perkembang biakan lalat ini, baik karena
kerapatannya maupun karena sifat lalat yang phototropisme positif (tertarik pada
sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).
6) Faktor tutup lubang jamban
Harus diupayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong
pemakai jamban untuk memfungsikan sebagaiman mestinya.Dalam konstruksi
yang sederhana mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk
menggunakannya.
7) Faktor tekhnis engineering
Dalam perencanaan dan pembangunan sarana pembuangan tinja agar diupayakan:
a) Penerapan pengetahuan tekhnik engineering, misalnya dalam melakukan
pemilihan tipe instalasi sesuai dengan kondisi lapisan tanah yang ada.
b) Pengguanaan bahan bangunan yang ada setempat untuk dapat melakukan
penghematan biaya secara berarti, misalnya pengguanaan bambu untuk penahan
runtuhnya dinding lubang, untuk tulang penguat slab dan sebagainya.
c) Pemilihan dan penentuan desain bangunan instalasi yang dapat ditangani oleh
pekerja setempat, juga tenaga terampil yang ada perlu dimanfaatkan semaksimal
mungin.

b. Faktor non teknis:


1) Faktor manusia

5
Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama pentingnya dengan
faktor tekhnis. orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak
disukainya atau yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang
tidak dapat dipelihara kebersihannya. Tahap pertama dalam perencanaan system
pembuangan tinja disuatu daerah adalah perbaikan system yang sudah
ada.Pengembangan system tersebut selanjutnya harus senantiasa mengupayakan
pemberian/penciptaan privacy yang secukupnya bagi calon pemakai.Aplikasi dari
pada prinsip ini adalah perlunya dilakukan pemisahan yang jelas antara ruang
jamban untuk jenis kelamin yang berbeda, perlunya disediakan jumlah ruang
jamban yang cukup sesuai dengan jumlah pemakai.Satu lubang jamban cukup
untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 atau 6 orang. Jamban umum yang digunakan
untuk perkemahan, pasar atau tempat-tempat yang sejenisnya harus disediakan
minimal 1 lubang untuk 15 orang dan untuk sekolah 1 lubang jamban untuk 15
orang wanita dan satu lubang + 1 urinoir untuk 25 orang pria.
2) Faktor biaya
Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat dan keluarga harus
sederhana, dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta
penggantiannya. Faktor biaya ini bersifat relatif, sebab system paling mahal
pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan jangka panjang,
mengingat masa penggunaannya yang lebih panjang karena kekuatannya serta
paling mudah dan ekonomis dari segi pemeliharaannya. Dalam perencanaan dan
pemilihan tipe jamban, biaya tidak boleh dijadikan faktor dominant.Perlu dicarikan
jalan tengah berdasarkan pertimbangan yang seksama atas semua unsure yang
terkait, yang dapat menciptakan lingkungan yang saniter serta dapat diterima oleh
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai