Anda di halaman 1dari 12

Izumi, Volume 8 No 1, 2019

e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

MENYELAMI METODE PENDIDIKAN HUMANISTIK SOSAKU KOBAYASHI


DALAM NOVEL TOTTO CHAN: THE LITTLE GIRL AT THE WINDOW KARYA
TETSUKO KUROYANAGI

Apri Damai Sagita Krissandi*(1), Kelik Agung Cahya Setiawan (2)

(1) Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(2) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta

*apridamai@usd.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pendidikan humanistik yang


diterapkan oleh Sosaku Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen dalam novel Totto Chan: The
Litle Girl At The Window karya Tetsuko Kuroyanagi. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif. Berdasarkan analisis terhadap kajian mengenai novel Totto
Chan: The Litle Girl At The Window karya Tetsuko Kuroyanagi, maka dapat disimpulkan
bahwa metode pendidikan yang diterapkan oleh Sosaku Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen
merupakan metode pendidikan humanistik untuk menciptakan kepribadian yang autentik
seperti (1) memperkuat kepercayaan diri peserta didik dalam memberikan makna kehidupan,
(2) membuka jalan untuk mengembangkan kemampuan diri, berdasarkan kebebasan dan
tanggung jawab, (3) membimbing peserta didik untuk menemukan kehidupan dengan motivasi
diri dan keinginan untuk menjadi lebih, (4) mengembangkan cara pandang secara original
dan berekspresi sesuai dengan diri peserta didik. Keempat hal tersebut dapat dilihat melalui
kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan pembelajaran di luar kelas, peraturan
sekolah, serta peran pendidik dalam pembelajaran.

Kata kunci: Pendidikan, Totto Chan, Humanisme, Pendidikan Humanistik

Abstract

(Understanding The Education Method Of Sasoko Kobayashi In Novel Totto Chan: The
Little Girl At The Window By Tetsuko Kuroyanagi) This study was aimed to describe the
humastic educational method applied by Sosaku Kobayashi at Tomoe Gakuen school in Totto
Chan's novel: The Litle Girl At The Window by Tetsuko Kuroyanagi. The method used in this
research was descriptive. Based on the analysis of the study of Totto Chan's novel: The Litle
Girl At The Window by Tetsuko Kuroyanagi, it can be concluded that the educational method
applied by Sosaku Kobayashi at Tomoe Gakuen school was a method of humanistic education
including ways to create authentic personality such as (1) strengthen students' confidence in
giving meaning to life (2) paving the way for self-development, based on freedom and
responsibility, (3) guiding learners to find life with self-motivation and desire to become more,
(4) developing a worldview in a way original and expression in accordance with the students
themselves. The four things can be seen through the learning activities in the classroom,
learning activities outside the classroom, school rules, and the role of educators in learning.

Keywords: Education, Totto Chan, Humanism, Humanistic Education

26 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

PENDAHULUAN tidak langsung Sosaku Kobayashi


Novel Totto Chan: The Litle Girl At The mengarahkan pada peserta didik sesuai
Window karya Tetsuko Kuroyanagi, dengan perkembangan dan tanpa paksaan.
merupakan novel autobiografi. Novel Totto
Chan: The Litle Girl At The Window karya Novel Totto Chan: The Litle Girl At The
Tetsuko Kuroyanagi, merupakan novel Window telah banyak menjadi bahan
yang terbit pertama ditahun 1981 di kajian penelitian karena lekatnya unsur
negara Jepang. Novel ini diterbitkan di pendidikan di dalamnya. Seperti penelitian
Indonesia pada tahun 2008 oleh PT yang dilakukan oleh Gofur yang menggali
Gramedia Pustaka Utama. Novel Totto nilai-nilai pendidikan dalam novel Totto
Chan: The Litle Girl At The Window karya Chan: The Litle Girl At The Window.
Tetsuko Kuroyanagi bercerita mengenai Penelitian ini menemukan 52 nilai
kehidupan seorang anak perempuan yang pendidikan yang terkandung dalam novel,
tidak lain adalah Tetsuko yang diwujudkan dan 28 nilai pendidikan berdasarkan
dengan tokoh Totto-Chan. Totto-Chan perspektif Paulo Freire. Nilai-nilai itu
merupakan anak yang memiliki dibagi menjadi 6 poin: pendidikan yang
permasalahan mengenai keingintahuannya membebaskan, pedagogi yang tertindas,
yang besar yang kadang menimbulkan pendidikan dialogis, konsep
kegaduhan dalam kelas. Totto-Chan coenscientization, pendidikan kontekstual
dianggap sebagai anak yang nakal oleh dan pendidikan kritis (Ghofur, 2017).
guru kelasnya hingga dikeluarkan pada Penelitian ini sangat baik dalam menggali
hari pertama Totto-Chan bersekolah. nilai-nilai di dalam novel tersebut, tetapi
Namun setelah Totto-Chan masuk di tidak mendalam pada nilai-nilai yang
sekolah yang bernama Tomoe Gakuen dimaksud. Penelitian ini fokus pada
yang dipimpin oleh kepala sekolah generalisasi nilai-nilai yang muncul tanpa
bernama Sosaku Kobayashi, Totto-Chan membahas secara mendalam nilai-nilai
mengalami perubahan yang besar dalam tersebut.
hidupnya. Tome Gakuen merupakan Penelitian yang bernuansa pendidikan juga
sekolah yang dipimpin dan dibangun oleh juga pernah dilakukan oleh Hastuti yang
Sosaku Kobayashi dengan metode mengkaji bagaimana Kobayashi dalam
pembelajaran yang berbeda dengan membimbing mental murid-muridnya.
sekolah lain yaitu metode pembelajaran Kobayashi berusaha menumbuhkan rasa
yang mengutamakan kebebasan dan percaya diri, ketegaran, dan rasa
kemandirian. menghargai orang lain, seperti apapun
Sosaku Kobayashi digambarkan sebagai keadaan orang itu (Hastuti, 2019).
sosok seorang pendidik yang hangat serta Penelitian ini sangat baik menjelaskan
sangat menghargai peserta didik. Sosaku guru Kobayashi dalam mendampingi
Kobayashi mempunyai pendapat jika murid-muridnya, penulis tertarik untuk
dalam mendidik anak haruslah melengkapi penelitian ini dengan melihat
mengutamakan kepercayaan serta selalu metode pembelajaran tersebut dalam teori
memberi nasihat dan pujian kepada peserta pendidikan.
didik untuk menumbuhkan rasa percaya Penulis akan melihat lebih dalam metode
diri, tanggung jawab, simpati terhadap pendidikan yang dilakukan oleh Kobayashi
orang lain. Selain itu Sosaku Kobayashi dalam sudut pandang pendidikan
memberikan metode pembelajaran dengan humanistik. Humanisme merupakan
menumbuhkan karakter anak untuk gerakan kultural yang muncul dan mampu
mendekatkan peserta didik kepada alam memberikan pandangan berbeda mengenai
karena alam merupakan sumber dari konsep pendidikan. Pada umumnya, yang
berbagai ilmu dan pengetahuan. Secara

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 27


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

menjadi dasar untuk dijadikan acuan para manusia dalam menaruh perhatian, empati,
pemikir pendidikan humanistik adalah eksistensi diri (Alauddin, 2015).
potensi manusia yang harus digali
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya Inti dari pendidikan adalah untuk
tanpa dibatasi dengan berbagai dogma menciptakan kepribadian autentik dalam
yang mengekang rasionalitas manusia. perjuangan untuk menghidupkan kembali
Seperti yang dikatakan oleh (Aloni, 2013). dan merekonstruksi perasaan ke “aku”an
dari pembelajaran. Adapun cara untuk
“Humanistic education is menciptakankepribadian autentik dapat
characterized by general and multi- dilakukan dengan (1) memperkuat
faceted cultivation of the personality kepercayaan diri peserta didik dalam
of those being educated, in a climate memberikan makna kehidupan, (2)
of intellectual freedom and respect membuka jalan untuk mengembangkan
for human dignity, towards the best kemampuan diri, berdasarkan kebebasan
and highest life of which they are dan tanggung jawab, (3) membimbing
capable in there fundamental peserta didik untuk menemukan kehidupan
domains of life: as individual who dengan motivasi diri dan keinginan untuk
harmoniously and authentically menjadi lebih, (4) mengembangkan cara
realize their potential, as involved pandang secara original dan berekspresi
and responsible citizens in a sesuai dengan diri peserta didik (Aloni,
democracy, and as human beings 2013).
who enrich and perfect themselves
through active engagement with the Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
collective achivement of human untuk mengkaji novel Totto Chan: The
culture.” Litle Girl At The Window karya Tetsuko
Kuroyanagi karena dalam novel ini
Pengertian yang diungkapkan di atas terdapat banyak metode pendidikan yang
memberikan gambaran bahwa pendidikan dapat dijadikan acuan dalam proses
humanistik merupakan usaha dalam pembelajaran dan memfokuskan makalah
membentuk manusia yang memiliki aspek ini mengenai metode pendidikan
dimensional dengan kondisi belajar dengan humanistik yang diterapkan oleh Sosaku
penuh kebebasan dan penghargaan atas Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen
martabat manusia. Pendidikan humanistik untuk membentuk kualitas karakter peserta
adalah pendidikan yang memfokuskan didik khususnya pada tokoh Totto-chan.
pada peran peserta didik, yaitu pola Penulis menjadikan novel Totto Chan: The
pendidikan yang menghargai keragaman Litle Girl At The Window karya Tetsuko
karakteristik peserta didik dan upaya untuk Kuroyanagi sebagai bahan kajian dengan
mengembangkan setiap potensi peserta judul “Menyelami Metode Pendidikan
didik secara optimal sehingga peserta didik Tokoh Kobayashi dalam Novel Totto
dapat memiliki kecakapan dalam hidup Chan: The Little Girl At The Window
selaras dengan kondisi pribadi dan Karya Tetsuko Kuroyanagi”
lingkungan (Alauddin, 2015).
Salah satu tujuan dari pendidikan yang METODE
humanistik adalah menciptakan manusia Penelitian ini merupakan penelitian
yang autentik. Kepribadian yang autentik deskriptif yang bertujuan untuk
merujuk pada kemampuan manusia dalam mendeskripsikan metode pendidikan yang
berpikir bukan hanya pada dirinya dilakukan oleh Sasoko Kobayashi (tokoh
melainkan juga berpikir bagaimana guru) dalam novel Totto Chan. Teknik
menjadi dirinya secara utuh. Kepribadian pengumpulan data yang digunakan dalam
yang autentik ini akan membimbing penelitian ini adalah studi dokumentasi.

28 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Untuk menetapkan keabsahan data danTotto-chan dijadikan sebagai objek


diperlukan kriteria pemeriksaan data utama kajian. Selain karena kedua tokoh
berupa kriteria derajat kepercayaan. Hal ini ini begitu dominan juga karena melalui
dilakukan untuk menjaga kredibilitas hasil tokoh ini,proses pendidikan serta dampak
penelitian yang dilakukan. Validasi yang dalam proses pendidikan yang dilakukan
digunakan untuk menjaga kredibilitas ini begitu terlihat. Sedangkan Takashi-kun,
adalah trianggulasi. Triangulasi merupakan mama, oe-kun merupakan tokoh
teknik pemeriksaan keabsahan data yang pendukung dalam novel tersebut.
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau a) Sosaku Kobayashi
sebagai pembanding terhadap data itu. Sosaku Kobayashi merupakan pendiri,
Terdapat empat (4) macam triangulasi pemilik, serta kepala sekolah Tomoe
sebagai teknik pemeriksaan yang Gakuen. Hal ini terdapat dalam kutipan
memanfaatkan penggunaan, sumber,
metode, penyidik, dan teori (Moleong, “Sekolah seperti apa yang akan kita
2014). Dalam hal ini peneliti menggunakan bangun kembali?” (Kuroyanagi, 2008).
teknik triangulasi dengan metode, yang
berarti membandingkan dan mengecek Sasoko Kobayashi merupakan seorang
suatu informasi yang diperoleh melalui laki-lakiyang memiliki rambut tipis dengan
metode yang berbeda. Analisis yang beberapa gigi dengan wajah yang segar.
dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari Sasoko Kobayashi memiliki badan yang
tiga jalur kegiatan yang berjalan secara tegap namun tidak terlalu tinggi. Hal ini
simultan. Ketiga jalur tersebut meliputi: (1) dapat dilihat dalam kutipan berikut ini.
reduksi data, yakni proses pemilihan,
pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, “Pria yang ada di kantor itu bangkit
pengabstrakan, dan transformasi data kasar berdri dari kursinya. Rambutnya tipis,
yang muncul dari catatan-catatan beberapa giginya sudah tanggal, tapi
dokumentasi; (2) penyajian data, yakni “wajahnya terlihat segar. Meskipun
penyajian informasi yang telah tersusun perawakanya tidak terlalu tinggi, bahu
yang kemungkinan memberikan penarikan dan lenganya tampak tegap”
kesimpulan; dan (3) penarikan (Kuroyanagi, 2008).
kesimpulan/verifikasi, dalam kegiatan ini
peneliti mencari arti temuan, kode-kode, Kepala Sekolah Sasoko Kobayashi juga
mencatat urutan, dan pola-pola dari merupakan seorang pendidik yang
permulaan pengumpulan data. memiliki pribadi yang hangat, ramah, serta
sangat menghargai peserta didik. Indikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut
Hasil ini.
a. Tokoh Penokohan
Tokoh dalam novel Totto Chan: The Litle “Belum pernah ada orang yang mau
Girl At The Window karya Tetsuko mendengarkan dia sampai berjam-jam
Kuroyanagi mempunyai tokoh penting seperti kepala sekolah. Lebih dari itu,
yang menentukan alur dalam novel kepala sekolah sama sekali tidak
tersebut, misalnya Sosaku Kobayashi, menguap ataupun tampak bosan. Dia
Totto-Chan,Takashi-kun, mama Totto- selalu tampak tertarik pada apa yang
Chan, Oe-kun. Berkaitan dengan kajian diceritakan Toto-Chan” (Kuroyanagi,
mengenai proses pendidikan yang 2008).
diterapkan oleh Sosaku Kobayashi dalam
novel, maka Tokoh Sosaku Kobayashidan

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 29


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

“Bayangkan Toto-Chan dan mama Pada novel Totto Chan: The Litle Girl At
sampai di sekolah jam delapan tapi The Window, Tokoh Totto-Chan memiliki
ketika dia selesai bercerita, dan watak yang dinamis. Hal ini diperlihatkan
menyatakan dia murid sekolah itu, pria melalui alur cerita yang ada dalam novel
itu melihat jam sakunya dan berkata, tersebut. Totto-chan yang awalnya
“ah, sudah waktunya makan siang.” Jadi dianggap seorang anak yang nakal karena
kepala sekolah sudah mendengarkan rasa keingintahuannya yang besar
cerita Toto-Chan lebih dari empat jam kemudian berubah kepribadiannya menjadi
penuh!” (Kuroyanagi, 2008). pribadi yang lebih baik melalui proses
pendidikan yang diterapkan oleh Sosako
Kutipan di atas menjelaskan mengenai Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen.
sosok Sasoko Kobayashi sangat Berikut kutipan yang diambil dari
menghargai peserta didik. Ini dibuktikan percakapan guru kelas Totto-chan dengan
dengan dia mendengarkan cerita yang mama yang menunjukkan tingkah laku
diutarakan oleh Totto-Chan hampir empat Toto-chan yang dianggap nakal oleh
jam tanpa sedikitpun merasa ngantuk gurunya.
ataupun bosan dalam mendengarkan cerita
yang diutarakan oleh Totto-Chan. “Sekarang anda pasti bisa
membayangkan betapa kelakuannya
Watak tokoh dalam karya sastra dibedakan membuat kelas menjadi kacau, kan?
menjadi tokoh antagonis serta protagonis. “ kata guru itu emosi (Kuroyanagi,
Tokoh protagonis adalah tokoh yang 2008).
wataknya disukai pembaca. Tokoh ini
memiliki pribadi yang baik dan positif. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat
Sedangkan tokoh antagonis merupakan bahwa Totto-chan dianggap sebagai anak
tokoh yang wataknya tidak disukai yang nakal karena memiliki kelakukan
pembaca (Siswanto, 2008). Tokoh Sasoku yang berbeda dengan anak lain di sekolah.
Kobayashi tergolong pada tokoh Hampir setiap waktu, di sekolahnya yang
protagonis yang memiliki karakter yang lama Totto-chan selalu membuat keributan
baik dan selalu menghargai kepada peserta dikelas dengan tingkah lakunya.
didik. Sebenarnya, Totto-chan merupakan anak
yang baik. Berikut kutipan yang
b) Totto-chan menunjukan bahwa Totto-chan adalah
Tetsuko Kuroyanagi merupakan nama anak yang baik.
panjang dari Totto-chan. Totto-chan
merupakan anak pertama dalam keluarga. Dia baik hati kepada siapa saja
Ayah Totto-chan adalah seorang pemain khususnya kepada kawan-kawanya
biola profesional dan ibunya adalah ibu yang punya cacat tubuh. Ia selalu
rumah tangga yang bekerja untuk membela mereka. Jika anak dari sekolah
mengelola keluarga. Totto-Chan memiliki lain mengatai kawan-kawanya yang
peliharaan seekor anjing yang diberinama cacat, ia berani berkelahi dengan yang
Rocky. Perkembangan kepribadian tokoh jahat, walaupun akhirnya ia menangis
dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh (Kuroyanagi, 2008: 187).
statis dan tokoh dinamis. Tokoh Statis
merupakan tokoh yang memiliki Totto-chan juga memiliki watak yang
kepribadian yang tetap, sedangkan tokoh periang dan penuh semangat apalagi ketika
dinamis merupakan tokoh yang memiliki dia mengetahui ada hal baru yang belum
kepribadian yang berkembang (Aminudin, dia tahu. Berikut kutipan yang
2012). menunjukkan bahwa Totto-chan adalah
anak yang penuh semangat dan periang.

30 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

anak lain untuk duduk. Totto-chan


Sesaat Kemudian, Totto-chan menjerit memutar badan dan bertanya,
kegirangan lalu berlari cepat ke arah “mengapa kau jalan seperti itu?”
sekolah kereta. Dia menoleh ke Anak itu menjawab lirih, dengan suara
belakang lalu berteriak kepada mama, lembut yang terdengar cerdas, “aku
“Ayo, ma, cepat! Cepat! Ayo kita naik kena polio.” (Kuroyanagi, 2008: 39)
kereta tidak bergerak itu!”
(Kuroyanagi, 2008: 21). e) Takashi-kun
Takashi-kun merupakan murid pindahan
c) Mama dari Osaka yang pindah di sekolah Tomoe
Mama merupakan seorang ibu yang sabar, Gakuen. Takashi-kun merupakan siswa
bijaksana dan suka bercanda. Berikut yang memiliki kekurangan pada
kutipan yang memperlihatkan bahwa pertumbuhannya yang tidak sempurna
mama adalah tokoh yang sabar, bijaksana sehingga menimbulkan rasa ketidak
dan suka bercanda. percayaan diri. Hal tersebut dapat dilihat
“Mama memiliki sifat yang sangat sabar dari kedua kutipan di bawah ini.
dan suka bercanda.” (Kuroyanagi, 2008:
22). Tapi Takashi, meskipun laki-laki,
tubuhnya jauh lebih kecil dari mereka.
Mama tidak bilang kepada Totto-chan Lengan dan tungkai kakinya sangat
bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. Dia pendek. Tangannya yang memegangi
tahu, Totto-chan akan mengerti topiya juga pendek. Tapi bahunya kekar.
mengapa dia dianggap telah berbuat Anak itu berdiri dengan wajah muram
salah dan mama tidak ingin putrinya (Kuroyanagi, 2008:115).
menderita tekanan batin, jadi
diputuskannya untuk tidak memberitahu f) Oe-kun
Totto-chan sampai dia dewasa. Oe-kun merupakan anak laki-laki yang
(Kuroyanagi, 2008:18). mempunyai tubuh gemuk, dan mempunyai
watak yang dinamis. Hal ini diperlihatkan
d) Yasuaki Yamamoto dalam beberapa kutipan cerita yang ada
Yasuaki Yamamoto merupakan siswa yang dalam novel tersebut. Oe-kun awalnya
pintar dan ramah namun memiliki merupakan anak yang nakal dan tidak
keterbatasan fisik karena terkena penyakit sopan kepada anak perempuan. Hal ini
polio. Berikut kutipan yang terdapat dalam beberapa kutipan berikut.
menggambarkan tokoh Yasuaki
Yamamoto. Badan Oe dua kali lebih besar daripada
bada Tottot-chan yang kurus. Oe anak
Totto-chan berhenti memandang paling besar dan gemuk dikelas
sekelilingnya dan dengan tangan (Kuriyanagi, 2008:157).
menopang dagu, dia menatap
punggung anak laki-laki yang berjalan Mendengar rambutnya dibandingkan
ke depan itu. anak itu menyeret dengan tali pegangan saja sudah
kakinya, seluruh tubuhnya bergoyang menyakitkan apalagi kemudian ia
aneh. Mula-mula Totto-chan mengira diseret di tanah. Tapi ketika Oe
anak itu sengaja melakukannya, tapi mencoba menariknya berdiri dengan
lalu segera tahu bahwa itu bukan menjambak kepangnya sambil berteriak
alasanya. Ketika anak itu sudah duduk “Ayo tarik! Tarik!” (Kuroyanagi. 2008:
di bangku di belakangnya, dia 158)
membutuhkan waktu lama dari pada

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 31


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Melalui pendekatan yang dilakukan oleh Banyak bom yang dijatuhkan pesawat
Sosaku Kobayashi sifat yang ada pada Oe- pembom B29 menimpa gerbong-
kun berubah menjadi anak yang sopan gerbong kereta api yang berfungsi
hingga akhirnya Totto-chan mendapatkan sebagai kelas (Kuroyanagi, 2008: 247).
pemahaman bahwa anak laki-laki harus
bersifat sopan dengan anak perempuan. d. Latar Sosial
Kutipan yang menunjukkan perubahan Oe- Reformasi pendidikan di Jepang dimulai
kun ditunjukkan melalui kutipan berikut. pada tahun 1868 dengan ditandai kebijakan
dari kaisar Jepang yang populer dengan
Maaf, tadi aku menarik-narik sebutanRestorasi Meiji. Novel ini
rambutmu,” kata Oe dengan suara merupakan gambaran mengenai
bernada datar. pendidikan pasca Restorasi Meiji tepatnya
Kata kepala sekolah aku harus bersikap di tahun 1930 sampai dengan 1945. Di
manis pada anak perempuan tahun tersebut negara Jepangsudah pada
(Kuroyanagi, 2008: 159). posisi reformasi pendidikan secara
menyeluruh termasuk memasukkan
pendidikan barat kedalam sistem
b. Latar Tempat pendidikan (Andari, 2011).
a) Letak Sekolah Tomoe Gakuen
Tomoe Gakuen terletak di Tokyo tenggara, Walaupun sistem pendidikan yang
tiga menit jalan kaki dari Stasiun diterapkan Mr. Kobayashi sungguh unik,
Jiyugaoka di jalur Tokyo (Kuroyanagi, sebenarnya dia banyak dipengaruhi
2008: 250). gagasan-gagasan dari Eropa dan negara-
negara lain (Kuroyanagi, 2008: 149)
b) Kelas Tomoe Gakuen
Kelas yang dimiliki oleh sekolah Tomoe e. Alur
Gakuen bukan merupakan ruang kelas Alur merupakan rangkaian peristiwa-
dengan gedung yang terbuat dengan peristiwa dalam sebuah cerita yang
menggunakan pilar-pilar beton melainkan terhubung berdasarkan kualitas yang
dengan menggunakan gerbong kereta. mencakup perubahan sikap karakter,
kilasan-kilasan pandangan, keputusan-
Sekolah itu menggunakan enam gerbong keputusan dan segala pengubah dalam diri
kereta yang sudah tidak terpakai tokoh (Stanton, 2007). Alur sebagai jalinan
(Kuroyonagi, 2008: 20). peristiwa dalam karya sastra untuk
mencapai efek tertentu (Siswanto, 2008).
c. Latar Waktu Maka dari pendapat ahli tersebut, dapat
Sekolah Tomoe Gakuen dibangun di tahun disimpulkan bahwa alur merupakan
1937 yang masuk pasca restori meiji dan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam cerita
berakhir di tahun 1945. Tomoe Gakuen yang terhubung karena adanya sebab
terbakar dan berakhir karena perang dunia akibat.
II. Berikut kutipan yang menunjukkan latar
waktu sekolah Tomoe Gakuen. Novel Totto Chan: The Litle Girl At The
Window karya Tetsuko Kuroyanagi
Mr Kobayashi belajar bertahun-tahun menggunakan alur maju karena dimulai
sebelum mendirikan Tomoe Gakuen di dari tahap awal hingga akhir. Awal dari
tahun 1937. Sekolah itu terbakar habis novel ini ditandai dengan tokoh Totto-chan
tahun 1945, jadi masa hidupnya singkat yang dianggap anak nakal karena sering
sekali (Kuroyanagi. 2008: 251). membuat ulah di kelas hingga akhirnya dia
dikeluarkan di hari pertama dia bersekolah.
Selanjutnya tokoh mama memindahkan

32 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Totto-chan ke sekolah yang bernama mengkombinasikan materi pembelajaran


Tomoe Gakuen. Tomoe Gakuen yang melalui kegiatan yang berhubungan
dipimpin oleh kepala sekolah Sosaku dengan alam atau bisa dikatakan metode
Kobayashi yang menerapkan metode pendidikan yang digunakan di Tomoe
pendidikan yang berbeda dengan sekolah Gakuen adalah menyeimbangkan teori dan
lain di Jepang pada saat itu. Metode praktik dalam kegiatan pembelajaran di
pendidikan kepala sekolah Tomoe Gakuen alam. Selain itu, pemberian materi tidak
tidak hanya memfokuskan kepada hanya pada waktu di kelas saja, namun
pendidikan formal, namun juga pada setiap kegiatan sekolah yang dilakukan
pendidikan karakter. Hingga akhirnya merupakan pembelajaran. Metode tersebut
metode tersebut berhasil mendidik semua digunakan untuk mengembangkan potensi
peserta didik salah satunya adalah Totto- dan kepribadian peserta didik melalui
chan menjadi pribadi yang autentik. pengamatan di alam. Proses pembelajaran
Walaupun sekolah Tomoe Gakuen belum yang ada di Tomoe Gakuen pun dibuat
sempat berkembang karena terbakar akibat agar peserta didik merasakan bahwa
perang. belajar itu menyenangkan. Hal ini
dilakukan untuk menghindarkan peserta
f. Tema didik dari tekanan dalam pembelajaran.
Tema merupakan pandangan hidup tertentu Indikasi yang menyangkut mengenai
atau perasaan tertentu mengenai kehidupan proses pembelajaran dalam kegiatan di luar
atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang kelas yang mengkombinasikan materi
membangun dasar atau ide utama suatu pembelajaran melalui kegiatan yang
karya sastra (Tagiran, 2008). Tema berhubungan dengan alam.
merupakan ide yang mendasari suatu cerita
sehinga berperan sebagai pangkal tolak Sekarang tiba waktunya untuk “sesuatu
pengarang dalam memaparkan karya fiksi dari laut dan sesuatu dari pegunungan,”
(Aminudin, 2012). Tema adalah suatu (Kuroyonagi, 2008: 41).
gagasan dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra (Siswanto, 2008). Dari Pada kutipan di atas, Sosaku Kobayashi
pendapat ahli di atas, tema dapat dikatakan bermaksud untuk menjelaskan mengenai
sebagai dasar pikiran dalam sebuah cerita makanan yang mengandung gizi seimbang
yang hendak disampaikan pengarang melalui petunjuk yang dilakukan dalam
melalui jalan cerita. kegiatan makan siang. Selain hal tersebut
metode pendidikan diluar kelas yang
Berdasarkan isi cerita, tema novel Totto dilakuan melalui kegiatan berjalan-jalan di
Chan: The Litle Girl At The Window karya alam. Hal ini dapat dilihat dari kutipan.
Tetsuko Kuroyanagi mengenai proses
pendidikan yang diterapkan oleh Sosaku Setelah berjalan-jalan kira-kira sepuluh
Kobayashi di sekolah Tomoe gakuen serta menit, guru berhenti. Dia menunjuk
keberhasilanya dalam mendidik dan beberapa kuntum bunga berwarna
membentuk peserta didik. kuning dan berkata, “lihat bunga sesawi
itu. kalian tahu mengapa bunga-bunga
Pembahasan mekar?” dia menjelaskan tentang putik
a. Kegiatan Belajar Tomoe Gakuen di dan benar sari sementara anak-anak
Luar Kelas berjongkok di pinggir jalan dan
Sekolah Tome Gakuen merupakan sekolah mengamati bunga-bunga itu.
yang unik dalam menerapkan kegiatan (Kuroyanagi, 2008: 49).
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di sekolah ini adalah dengan

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 33


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Dari kutipan tersebut secara tidak Pada hakikatnya pembelajaran yang ada di
langsung anak diajak belajar tentang Tomoe Gakuen khususnya di kelas
biologi yang dikemas dengan acara bebas menggunakan metode pembelajaran yang
dan santai. Selain memberikan materi bebas dan mandiri. Metode pembelajaran
pelajaran, Sosaku Kobayashi juga bebas di sini adalah pembelajaran yang
memberikan pemahaman untuk selalu mengutamakan minat siswa dalam belajar.
menghargai kepada setiap manusia Guru dalam metode yang ada di Tomoe
walaupun mereka mempunyai kekurangan. Gakuen berperan sebagai fasilitator.
Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan Fasilitator yang dimaksud adalah guru
olah raga berenang. memberikan kemudahan bagi peserta didik
dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
Anak yang kurus, gendut, laki-laki, dilihat melalui kutipan di bawah ini.
perempuan. Semua tertawa, berteriak,
bermain ciprat-cipratan dalam pakaian Di awal jam pelajaran pertama, guru
yang mereka kenakan waktu mereka membuat daftar semua soal dan
dilahirkan (kuroyanagi, 2008: 72). pertanyaan mengenai hal-hal yang akan
diajarkan hari ini. Kemudian guru
Dari kutipan di atas, Sosaku Kobayashi berkata, “Sekarang, mulailah dengan
mencoba memberikan pemahaman kepada salah satu dari ini. Pilih yang kalian
setiap anak bahwa setiap manusia itu suka.” (Kuroyanagi, 2008: 37).
istimewa. Selain itu tujuandari kegiatan ini
adalah untuk menghilangkan rasa rendah Guru akan mendatangi murid jika
diri peserta didik khususnya pada diminta dan menjelaskan setiap hal
kekurangan fisik. Hal ini dibuktikan pada sampai anak itu benar-benar mengerti.
kutipan berikut ini. Kemudian mereka diberikan latihan-
latihan lain untuk dikerjakan sendiri
Mula-mula anak-anak yang cacat (Kuroyanagi, 2008: 38).
merasa malu, tapi perasaan itu segera
hilang dan akhirnya mereka benar-benar Dari kedua kutipan di atas, dapat
berhasil menghilangkan rasa malunya. disimpulkan bahwa metode pendidikan
(Kuroyanagi, 2008: 73). yang dilakukan oleh Sosaku Kobayashi di
sekolah Tomoe Gakuen adalah metode
Menyeimbangkan teori dan praktik dalam bebas dan mandiri. Hal ini dilakukan
kegiatan pembelajaran di alam ini sebagai salah satu cara untuk membentuk
membuat peserta didik mengerti dan kepribadian yang autentik
memahami pelajaran dengan cepat karena
di umur tersebut anak masih pada masa c. Peraturan Sekolah
usia 7-12 tahun anak maasuk dalam Peraturan sekolah pada umumnya menjadi
operasional kongkrit, tanpa objek fisik di momok yang menakutkan bagi peserta
hadapan mereka, anak-anak pada tahap didik karena hanya berisi peraturan-
operasional kongkrit masih peraturan yang mengikat. Jika melanggar
mengalamikesulitan besar dalam aturan tersebut maka hukumanlah yang
menyelesaikan tugas-tugas logika. maka didapat. Berbeda dengan Sekolah Tomoe
dari itu metode yang dilakukan disekolah Gakuen, kebijakan kepala sekolah Sosaku
Tomoe Gakuen khususnya anak kelas 1 Kobayashi tidak memberikan peraturan-
menggunakan metode yang peraturan yang mengikat dan penuh
menyeimbangkan teori dan praktik. tekanan pada peserta didik. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa kutipan yang ada
b. Kegiatan Belajar Tomoe Gakuen di dalam novel.
Dalam Kelas

34 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

a) Peraturan tempat duduk bermain. Jika memakai pakaian bagus


Tomoe Gakuen, peserta didik maka kemungkinan anak akan takut
diperbolehkan untuk bebas memilih tempat dimarahi akibat mengotori pakaian mereka,
duduk sesuka hati tanpa ada peraturan atau ragu-ragu bergabung mengikuti suatu
yang mengharuskan duduk diposisi yang permainan karena cemas baju mereka
samaselama satu minggu, satu bulan, sobek dan berdampak pada tidak
bahkan satu tahun. merasakan dunia anak-anak yang masih
masuk dalam dunia bermain.
Di sekolah lain setiap anak diberi satu
bangku tetap. Tapi disini mereka boleh d. Peran Pendidik dalam Pembelajaran
duduk sesuka hati, dimana saja, kapan a) Sosaku Kobayashi: Pendidik yang
saja (Kuroyanagi, 2008: 37). Ramah dan Menyenangkan
Setelah lama berpikir dan memandang Suasana belajar yang diciptakan guru
sekeliling bai-baik, Totto-chan sangat berpengaruh kepada peserta didik.
memutuskan duduk di samping anak Begitu juga saat pendidik melakukan
perempuan yang datang sesudahnya tadi sesuatu yang salah dalam menghadapi
pagi karena anak itu mengenakan rok peserta didik. Misalnya guru melakukan
pindafore (Kuroyanagi, 2008: 37). sindirian kepada peserta didik yang
melakukan kesalahan. Sindirian tersebut
Pada kutipan di atas dapat disimpulkan akan mempunyai dampak negatif kepada
bahwa peserta didik tidak dipaksa untuk peserta didik. Dampak yang paling dekat
duduk disuatu tempat, namun peserta didik adalah peserta didik merasa dirinya ditekan
diberi kebebasan sesuai dengan keinginan oleh kata-kata sindiran tersebut
mereka. Hal ini digunakan untuk
memotivasi belajar siswa karena tempat Jika pendidik menghadapi peserta didik
duduk yang bebas dapat mengurangi dengan tajam, sindiran, kebencian, dan
kebosanan dalam pembelajaran. antipati, akan menimbulkan pengaruh
negatif pada anak dan menyesakan hari.
b) Peraturan Berpakaian Sebaliknya jika pendidik merupakan orang
Sekolah pada umumnya memang yang ramah, gembira, menyenangkan akan
mewajibkan peserta didik untuk memberi dampak positif dalam
menggunakan pakaian seragam. Namun pembelajaran. Sosako Kobayashi adalah
berbeda dengan di Tomoe Gakuen, sekolah sosok yang ramah. Hal ini dapat dilihat
ini tidak memiliki aturan untuk dari kutipan berikut.
mengenakan baju sragam. Namun aturan
yang digunakan adalah untuk Totto-chan belum menemukan
menggunakan pakaian usang sebagai dompetnya. Gundukan berbau busuk
pakaian sekolah. semakin tinggi. Kepala sekolah datang
lagi. “kau sudah menemukan
Kepala sekolah selalu meminta para dompetmu? Tanyanya. “belum,” jawab
orang tua agar menyuruh anak-anak Totto-chan dari tengah-tengah
mereka mengenakan pakaian paling gundukan. Keringat berleleran dan
usang untuk bersekolah di Tome pipinya memerah. Kepala sekolah
Gakuen (Kuroyanagi, 2008: 111). mendekat dan berkata ramah, “kau akan
mengembalikan semuanya kalau sudah
Alasan kepala sekolah Sasoko Kobayashi selesai kan?” (Kuroyanagi, 2008: 56).
menerapkan aturan tersebut karena sangat
mengerti perkembangan anak, bahwa anak Kutipan di atas adalah salah satu
di umur tersebut masih masuk dalam dunia percakapan kepala sekolah dengan Totto-

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 35


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

chan yang sedang mencari dompetnya yang keluar dari peserta didik mendengar
karena terjatuh di kakus. Hal ini bermula perkataan atau intruksi yang diberikan oleh
ketikaTotto-chan mengintip lubang di kepala sekolah. Dampak dari metode
kakus dan dompetnya akhirnya terjatuh. pendidikan yang berjalan lancar karena
Totto-chan mencoba mencarinya di lubang perasaan senang peserta didik akan
pembuangan yang penuh dengan kotoran. berdampak pada pemahaman peserta didik
Diceritakan Totto-chan membongkar terhadap materi pembelajaran.
tempat pembuangan kotoran untuk mencari
dompetnya yang terjatuh di kakus. Kondisi b) Pemberian Sugesti sebagai Bentuk
Totto-chan penuh dengan kotoran karena Motivasi
mengeluarkan kotoran yang ada disapiteng Sugesti merupakan pengaruh dari jiwa atau
membuat bau busuk menyebar diseluruh perbuatan seseorang sehingga
halaman. Kebanyakan orang dewasa, jika mempengaruhi pikiran, perasaan, dan
mendapati Totto-chan dalam situasi seperti kemauan. Melalui sugesti positif, peserta
itu, akan bereaksi dan memarahi Totto- didik secara tidak langsung akan
chan, namun kepala sekolah berbuat mendapatkan suatu dorongan dalam diri
sebaliknya, dia tidak marah bahkan yang dipengaruhi oleh sugesti tersebut
memberikan pelajaran mengenai tanggung (Ahmadi, 2013). Sugesti ini efektif
jawab dengan mengungkapkan kata-kata diberikan kepada Totto-chan oleh Sosaku
yang sopan seperti kutipan di atas. Kobayashi dalam membentuk karakter
Dampak dari perkataan yang sopan ini individu.
menimbulkan pemahaman mengenai
tanggung jawab, yaitu segala sesuatu yang Tingkah laku nakal Totto-chan berubah
dilakukan harus dapat ketika Totto-chan ditangani oleh Sosaku
dipertanggungjawabkan serta tidak Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen
mengulangi kesalahan yang sama yaitu melalui metode yang diterapkan di sekolah
mengintip kedalam lubang kakus. tersebut. Salah satu metode yang dilakukan
Sebagai seorang pendidik, Sosako Sosaku Kobayashi melalui pemberian
Kobayashi merupakan sosok yang sugesti untuk memotivasi. Berikut kutipan
menyenangkan. Hal ini ditunjukan melalui yang menunjukkan pemberian motivasi
metode-metode yang digunakan dalam kepada Totto-chan.
pelaksanaan pembelajaran seperti
pembelajaran makan bersama, masak “Kau benar-benar anak baik, kau tahu
bersama,dan berjalan-jalan sambil belajar. itu, kan?” itu selalu dikatakan Sosaku
Salah satu kutipan yang menunjukkan Kobayashi setiap kali berpapasan
bahwa Sosaku Kobayashi adalah guru dengan Totto-chan. (Kuroyanagi, 2008:
yang menyenangkan. 187).

Kejadian dipagi hari, kepala sekolah Melalui cara tersebut, Totto-chan dapat
berkata kepada murid-murid,”udara merasa yakin akan dirinya bahwa dia
tiba-tiba panas, sebaiknya aku mengisi adalah anak yang baik. Perlahan dengan
kolam.” adanya motivasi tersebut, watak Totto-
“asik! “ semua murid berteriak-teriak chan berubah menjadi pribadi yang lebih
sambil meloncat-loncat. (Kuroyanagi, baik.
2008: 70).

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa SIMPULAN


metode yang diberikan oleh kepala sekolah Berdasarkan analisis terhadap kajian
merupakan metode yang menyenangkan, mengenai novel Totto Chan: The Litle Girl
terbukti dengan adanya perkataan asik At The Window karya Tetsuko Kuroyanagi,

36 Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 8 No 1, 2019
e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

maka dapat disimpulkan bahwa metode Ghofur, J. A. (2017). An Analysis Of


pendidikan yang diterapkan oleh Sosaku Educational Values In “Totto-Chan:
Kobayashi di sekolah Tomoe Gakuen The Little Girl At The Window” By
merupakan metode pendidikan humanistik Tetsuko Kuroyanagi Based On Paulo
mencakup cara untuk menciptakan Freire’s Perspective.
kepribadian yang autentik seperti (1) Ejournal.Stainpamekasan.Ac.Id, 1(1),
memperkuat kepercayaan diri peserta didik 19–38. Retrieved from
dalam memberikan makna kehidupan, (2) http://www.ejournal.stainpamekasan.a
membuka jalan untuk mengembangkan c.id/index.php/JoEE/article/view/1512
kemampuan diri, berdasarkan kebebasan
dan tanggung jawab, (3) membimbing Hastuti, N. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan
peserta didik untuk menemukan kehidupan Dan Pengaruhnya Terhadap
dengan motivasi diri dan keinginan untuk Hubungan Sosial Anak Dalam Novel
menjadi lebih, (4) mengembangkan cara Totto-Chan Karya Tetsuko
pandang secara original dan berekspresi Kuroyanagi. Izumi, 3(2), 68.
sesuai dengan diri peserta didik. Keempat https://doi.org/10.14710/izumi.3.2.68-
hal tersebut dapat dilihat melalui kegiatan 75
pembelajaran di dalam kelas, kegiatan Kuroyanagi, T. (2008). Totto Chan: The
pembelajaran di luar kelas, peraturan Litle Girl At The Window. Jakarta: PT
sekolah, serta peran pendidik dalam Gramedia Pustaka Utama.
pembelajaran.
Moleong, L. (2014). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya.
Ahmadi, A. (2013). Psikologi umum. Siswanto, W. (2008). Pengantar teori
Jakarta: Rineka Cipta. sastra. Jakarta: PT. Grasindo.
Alauddin. (2015). Prinsip Dan Implikasi Stanton, R. (2007). Teori fiksi robert
Teori Belajar Humanistik Dalam stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan
‘IQRA,’ 3(1), 68–73. Retrieved from Tagiran, H. G. (2008). Membaca sebagai
https://docplayer.info/57975605- keterampilan berbahasa. Bandung:
Prinsip-dan-implikasi-teori-belajar- Angkasa.
humanistik-dalam-pembelajaran-
alauddin-iain-palopo.html
Aloni, N. (2013). Empowering Dialogues
in Humanistic Education. Educational
Philosophy and Theory. Retrieved
from https://doi.org/10.1111/j.1469-
5812.2011.00789.x
Aminudin. (2012). Pengantar apresiasi
karya sastra. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Andari, N. (2011). Nilai Pendidikan Moral
Dalam Novel Madogiwa No Totto-
Chan. 11(02), 37–51.

Copyright @2019, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535 p-ISSN: 2338-249X 37

Anda mungkin juga menyukai