BAB 1
PENDAHULUAN
maju atau mundurnya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu
sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat
formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan
kualitas pendidikan siswa dapat dilihat dari instrumen prestasi belajarnya, Sedangkan
keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh proses belajar dari siswa itu
sendiri. Jika dalam proses belajar bagus maka hasilnya akan maksimal tetapi sebaliknya
jika dalam proses belajar siswa cenderung kurang bagus maka hasilnya tidak akan
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting saat ini, dimana
memerlukan perhatian khusus dari semua kalangan masyarakat, karena tidak hanya
pemerintah yang berperan dan bertanggung jawab dalam keberhasilan dan kemajuan suatu
pendidikan di Indonesia melainkan semua pihak baik itu guru, orang tua , dan siswa itu
sendiri pun juga ikut terlibat dan bertanggung jawab terhadap kemajuan dan keberhasilan
nya suatu pendidikan tersebut. Menurut Kuriasih dan Sani (2014) menyatakan bahwa
pendidikan menjadi Fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik
maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang. Pendidikan yang baik terbentuk dari
pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik
hasil-hasil penelitian yang mendalam. Kalau landasan pembuatan sebuah gedung tidak
kokoh yang akan ambruk adalah gedung tersebut. Tetapi, kalau landasan pendidikan ,
khususnya kurikulum yang lemah, yang akan ambruk adalah manusianya (Sukmadinata,
2014).
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya
antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan
memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan kurikulum itu pada
mengajar. Dengan demikian, semua proses belajar mengajar atau pengajaran atau
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa yang telah menduduki
bangku SMA. Mata pelajaran kimia ini sebenarnya juga berperan penting dalam
lingkungan masyarakat, karena semua yang berada disekitar kita, disekitar lingkungan
didalam Hasanah (2018), ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen
untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala alam yang
terjadi. Mata pelajaran kimia mengkaji segala sesuatu tentang zat yang meliputi
komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan enegitika zat yang melibatkan
keterampilan maupun penalaran dengan mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap
ilmiah.
Asam basa merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia yang yang
banyak mengandung konsep yang perlu dipahami oleh peserta didik. Kebanyakan siswa
susah untuk memahami pelajaran kimia, karena kimia bersifat abstrak dan konsep nya
3
berjenjang dari yang dasar ke konsep yang lebih tinggi pemahamannya. Untuk itu agar
dapat memahami konsep yang lebih tinggi tingkatannya , siswa harus memiliki
pemahaman yang benar tentang kosep dasar tersebut. Karena jika konsep dasar siswa
tersebut tidak bisa memahaminya maka akan sulit untuk memahami ketingkat pemahaman
konsep berikutnya. Jadi pada materi Asam Basa ini dituntut suatu pemahaman dan
keterampilan. Jika siswa tidak paham akan konsep pada materi maka siswa tersebut akan
kesulitan dalam memahaminya dan proses pembealajaran pasti tidak bisa ia serap dengan
maksimal, sehingga jika ada suatu tes atau soal yang ia kerjakan, siswa tersebut tidak
Kepercayaaan diri atau self efficacy merupakan salah satu modal dasar seseorang
untuk bisa sukses, karena percaya diri adalah kunci kesuksesan seseorang, apalagi dalam
belajar. Apabila siswa tidak percaya diri maka ia akan terlihat bodoh karena akan susah
baginya untuk berinteraksi dan menyampaikan sesuatu yang ada dipikirannya. Menurut
Bandura dalam Subanti,dkk (2016) Self efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa
diriyaa memiliki kemampuan untuk mengerjakan tugas. Sedangkan menurut Dale Schunk
dalam Subanti,dkk (2016) berpendapat bahwa siswa dengan self efficacy yag rendah akan
akan menghindari tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan self efficacy yang
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan self efficacy siswa adalah
pengelompokkan/tim kecil, yaitu sekitar 4-6 orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik,, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda (heterogen). Lebih
lanjut Slavin (2005) dalam Yolanda (2019) menyatakan bahwa cooperative learning
dapat bekerja bersama- sama dalam kelompok kecil yang heterogen dalam mengerjakan
tugas.
4
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjadi solusi untuk
mengatasi masalah kemampuan self efficacy siswa yang sesuai dengan materi asam basa
dan indikator self efficacy adalah dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads together (NHT). Numbered Heads together (NHT) dikembangkan oleh
Spencer Kagen 1993 dalam Ibrahim (2000) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh
Ardillah dan Novita (2015) , yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Tipe
Kooperatif Number Head Togrther (NHT) Untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Kelas
XI Pada Materi Pokok Laju Reaksi yang telah dilakukan dikatakan baik karena dapat
meningkatnya kemampuan self efficacy dari siswa pada materi laju reaksi, dan
beradasrkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa, dkk (2017) Upaya Peningkatan Rasa
Percaya Diri Dan Prestasi Belajar Dengan Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) Berbantuan Mapping Pada Materi Termokimia Siswa Kelas Xi Mipa 3 Sma Negeri
dengan penerapan model NHT ini berbantuan mind mapping terbukti dapat meningkatkan
rasa percaya diri dan prestasi belajar siswa terhadap materi termokimia terbukti dengan
dengan Judul “Analisis Keterlaksanaan Model Number Head Together (NHT) Pada
Materi Asam Basa dan Pengaruhnya Terhadap Self Efficacy Siswa Kelas XI MIPA
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadimasalah dalam penelitian ini adalah :
5
1. Materi asam basa yang diajarkan yaitu materi pokok indikator asam basa
strength yang mengacu kepada keyakinan siswa atas yang ia buatnya, dan
Berasarkan rumusan masalah yag telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari
1. Untuk mengetahui keterlaksanaan model NHT (Number Head Together) pada materi
2. Untuk mnegetahui apakah keterlaksanaan model NHT (Number Head Together) dapat
meningkatkan self efficacy siswa pada materi asam basa siswa kelas XI MIPA SMA
1. Bagi peneliti, sebagai bahan kajian dan menambah wawasan baru kepada peneliti
tentang keterlaksanaan model NHT (Number Head Together) , serta memberi bekal
agar nanti peneliti sebagai calon guru kimia siap melaksanakan berbagai model di
lapangan.
6
2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai contoh model pembelajaran kimia yang berorientasi
pada model NHT (Number Head Together) untuk membantu siswa dalam memahami
3. Bagi siswa , diharapkan dapat meningkatkan self efficacy siswa pada mata pelajaran
kimia terutama materi asam basa dan dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif
dikelas.
4. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan masukkan dalam upaya menigkatkan mutu
pembelajaran.
Dalam penelitian ini perludijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul
peneitian untuk mengurangi salah penafsiran, adapun istilah yng perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut :
1. Self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan diri yang dimilii individu untu
menentuan dan melaksankan berbagai tindakan yang diperlukan utuk meghasilkan satu
pencapaian. Self efficacy memiliki dampat yang penting bahkan sebagai motivator
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) merupakan model
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi dan pada dasarnya
merupakan sebuah varian diskusi kelompok; ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk
seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa
3. Asam dan basa merupakan dua golongan suatu zat kimia yang sering ditemukan
disekitar kita. Asam dan basa memiliki sifat-sifat yag berbeda. Asam dan basa dapat
dibedakan berdasarkan rasanya, dimana asam akan terasa masam,sedangkan asam akan
7
terasa pahit. Didalam kimia perbedaan sifat asamdan basa dapat dilihat degan indikaor
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Shalikhah,dkk (2016) terhadap model NHT yang ditinjau dai self efficacy nya
pada pelajaran matematika, dimana model pembelajaran NHT saintifik memberikan
prestasi belajar yang lebih baik dari pada klasikal-saintifik, prestsibelajar matematika
siswa self efficacy tinggi lebih baik dari pada siswa self efficacy rendah. Pada model
NHT saintifik, prestasi belajar siswa self efficacy tinggi sama dengan siswa self efficacy
9
sedang, prestasi belajar matematika siswa self efficacy tinggi lebih baik dri pada siswa
self efficacy rendah.
Dari penelitian yang telah dilakukan yang membedakan dengan penelitian ini
adalah analisis mengenai keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Number
Heads Together terhadap self efficacy siswa yang dimodifikasi sumber dan media
belajar. Analisis keterlaksanaan model pembelajaran tersebut dapat dilihat dari lembar
observasi aktivitas guru dan siswa, insrument angket peningkatan self efficacy, serta
lembar pengamatan perilaku sef efficacy pada saat proses pembelajaran sebagai
kategori untuk mengukur tngkat self efficacy siswa.
tempatnya dan apa yang diajakan. Tetapi dalam hal ini lebih menekankan pada hasil
dari pembelajaran tersebut. Perubahan apa yang terjadi setelah melakukan
pembelajaran. Belajar merupkan konsep yang tidak dapat dihilangkan dalam proses
belajar mengajar (pembelajaran). Belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan
seseorang sebagai subyek yag menerima pelajaran (sasaran didik). Belajar adalah proses
aktivitas otak dalam rangka menerima informasi menyerapnya dan juga
menuangkannya kembali yang pada akhirnya menghasilkan perubahan sikap atau
perilaku.
dan lebih baik dibandingkan dengan tingkah laku yang lama. Perubahan tingkah laku di
sini bukanlah perubahan tingkah laku tertentu, tetapi perubahan tingkah laku secara
keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Hal ini berarti perubahan tingkah laku ini
menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif, dan tingkah laku
psikomotor ( Dahar, W.R.,1996).
1. Sensorimator intelegence (lahir s.d usia 2 tahun) Perilaku terikat pada panca indra
dan gerak motorik.
2. Preopertion thought (2 s.d 7 tahun) Tampak kemampuan berbahasa, berkembang
pesat penguasaan konsep.
3. Concrete coperation (7 s.d 11 tahun) Berkembang daya mampu anak berpikir
logis untuk memecahkan masalah.
4. Formal operations (11 s.d 15 tahun) Kecakapan kognitif mencapai puncak
perkembangan ( Dahar, W.R.,1996 ).
Menurut teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses
yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksi. Interaksi
tersebut dapat: (1) searah (one directional), yaitu bilamana adanya stimuli dari luar
menyebabkan timbulnya respons, (2) dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi
merupakan hasil interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungannya, atau
sebaliknya.
kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka.
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam Number Heads Together, dalam tahap
ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga
sampai lima orang dan memberi siswa nomor. Sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan oleh guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan ingkat kesulitan yang
bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Pertanyaan yang didapat siswa akan membuat siswa berpikir bersama untuk
menemukan dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
14
Langkah terakhir yaitu guru menyebutkan salah satu nomor siswa dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain
yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
a. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat skenario
pembelajaran (SP), lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Number Heads Together. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran/kompetensi dasar.
b. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Number Heads Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda, siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor urut 1-5.
Penomoran adalah hal yang utama di dalam Number Heads Together, dalam tahap
ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga
sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang
sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
15
c. Pemberian Tugas
`Guru memberi tugas kepada siswa, penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya, siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya. Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus
memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan
LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
d. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan bahan ajar kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan
yang telah ada dalam bahan ajar atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Jika
perlu, guru bisa menyuruh kerjasama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok
lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
f. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Setelah berakhirnya diskusi, guru juga bisa
memberikan kuis individu kepada siswa. Berdasarkan hasil kuis sebaiknya guru membuat
skor perkembangan tiap siswa, lalu mengumumkan hasil kuis dan memberi penghargaan
pada siswa yang mendapat skor paling tinggi.
Jadi dengan model pembelajran kooperatiftipe NHT ini siswa dapat lebih aktif
karena mereka bertanggung jawab atas nomornya sediri. Ketika guru memanggil nomor 1
misalnya tentu siswa yang memegag nomor 1 harus bisa menjawab pertanyaan yang
diberikan dan bisamenyampaikan pendapatnya, dan tentu dengan hal tersebut aka
16
membuat siswa mempunyai Self Efficacy yang atau kepercayaa yang tinggi agar bisa
menyampaikan penapatnya.
Menurut Kagen dalam Isjoni (2016) guru menggunakan empat fase sebagai sintaks
NHT sebagai berikut :
Fase 4. Pemberian -Guru menyebut salah satu -Setiap siswa dari tiap
Jawaban (Answering) nomor tertentu . kelompok yang bernomor
17
Menurut Hill dalam Trianto (2007) menyebutkan bahwa kelebihan belajar kooperatif
dengan metode struktural model NHT adalah:
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah
keyakinan atau penilaian seseorang terhadap kemampuannya dalam malaksanakan suatu
perbuatan atau mencapai tujuan tertentu dalam situasi tertentu.
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku di mana individu
merasa yakin akan kemampuannya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas atau
situasi yang bervariasi.
3. Persuasi Sosial
4. Keadaan Fisiologis
1. Pilihan aktivitas
Orang cenderung memilih tugas dan aktivitas yang mereka yakin akan
berhasil dan menghindari tugas dan aktivitas yang mereka yakin gagal.
2. Tujuan
Orang menerapkan tujuan yang lebih tinggi bagi diri mereka sendiri ketika
mereka memiliki self efficacy yang tinggi dalam bidang tertentu. Pilihan karir
seseorang dan tingkat pekerjaannya menunjukkan self efficacy yang tinggi pada
bidang tersebut.
36
37
Orang dengan perasaan self efficacy yang tinggi lebih mungkin mengerahkan
segenap tenaga ketika mencoba suatu tugas baru, mereka lebih gigih dan tidak
mudah menyerah ketika menghadapi tantangan. Siswa dengan self efficacy yang
rendah akan bersikap setengah hati dan cepat menyerah ketika menghadapi
kesulitan.
Seseorang dengan self efficacy yang tinggi cenderung untuk banyak belajar dan
berprestasi dari pada seseorang dengan self efficacy yang rendah. Ketika beberapa
individu menilai kemampuan yang sama, mereka yang yakin dapat melakukan suatu
tugas lebih mungkin mencapai keberhasilan. Siswa dengan self efficacy yang tinggi
bisa mencapai tingkatan yang luar biasa dengan sukses daripada mereka yang tidak
yakin bisa mencapai keberhasilan dan bisa mencapai tingkatan yang luar biasa
sebagian karena mereka terlibat dalam proses-proses kognitif yang meningkatkan
pembelajaran, menaruh perhatian, mengorganisasi, mengelaborasi dan seterusnya.
Bagaimana kalian bisa membedakan larutan asam basa? apakah dengan mencipipi
larutan tersebut?, karena asamakan terasamasamdan basa akan terasa pahit? kalian harus
ingat kembali tentang keamanan dan keselamatan kerja di kelas X. Bahan- bahan atau
zat kimia tidak boleh untuk diciipi kaena sangat berbahaya.
Jika kita mencicipi suatu zat tersebut untuk mengetahuinya pakah bersifat asam atau
basa yentu itu sangat berbahaya. Contohnya asam sufat (H2SO4 ) yang dalam kehidupan
sehari-hari digunakan sebagai accu zuur (air aki). Bila tangan atau kulit terkena asam
sulfat akan melepuh seperti luka bakar dan bila mata yang terkena asam sulfat akan
buta. Contoh lain misalnya Natrium Hidroksida (NaoH)merupakan basa yang banyak
37
38
digunakan untuk memberihkan saluran air bak cuci. Bila tangan atau kulit terkena NaoH
akan mengalami gatal-gatal dan tangan mudah terluka atau mengalami iritasi.
Jadi bagaimana cara kita untuk mengenali larutan asam basa dan basa dengan bik
tanpa menimbul bahaya? Cara yang tepat utuk menentukan suatu larutan bersifat asam
atau basa adalah dengan menggunakan zat petunjuk yang disebut indikator. Indikator
asam basa adalah untuk melihat zat yang didapatkan berbedawarna jika zat tersebut
bersifat asam atau bersifat basa. Ada beberapa indikaator yang dapat digunakan untuk
membedakan larutaan tersebut bersifat asam atau basa yaitu indikator alami,indikator
universal dan kertas lakmus.
Indikator asam basa dapat dibuat secara sintesis (buatan) maupun secara alami.
Sangat banya sekali di alam kita temukan tumbuhhan-tumbuhan yang bisa kita jadikan
sebagai indikator alami untuk meentukan sifat asam atau basa. Contoh tumbuhan yang dapat
kita jaadikan sebagai indikator untuk asam basa adalah kubis ungu,kuyit, sirih dan berbagai
bunga berwarna seperti kembija, anggrek, bunga kertas, bunga sepatu dan asoka,dan
sebagainya. Cara membuat indikator alami asambasa adalah sebagai berikut :
sepatu
Indikator universal adalah indikator pH berisi larutan dari beberapa senyawa yang
menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14 untuk
menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Meskipun secara komersial tersedia beeberapa
indikator universal, sebagian besar variasi formula dipatenkan oleh Yamada pada tahun 1933.
Perincian paten dapat ditemukan pada Chemical Abstracts. Percobaan dengan indikator
universal Yamada juga dijelaskan dalam Journal of Chemical Education. Suatu indikator
universal biasanya terdiri dari air, 1-propanol, garam natrium fenolftalein, natrium
hidroksida, metil merah, garam mononatrium bromotimol biru, dan garam
mononatrium timol biru.
Kertas: Berupa lembaran (strip) kertas berwarna yang berubah warna menjadi merah jika
larutan bersifat asam dan biru juka larutan bersifat basa. Strip dapat diletakkan langsung
di atas permukaan yang basah atau beberapa tetes larutan diteteskan di atas indikator
39
40
universal menggunakan alat penetes (pipet). Jika larutan uji berwarna gelap, disarankan
menggunakan indikator universal berbentuk kertas.
Larutan: Komponen utama larutan indikator universal adalah timol biru, metil merah,
bromotimol biru dan fenolftalein. Campuran ini sangat penting karena, masing-masing
komponen, kehilangan atau mendapatkan elektron bergantung pada keasaman atau
kebasaan larutan yang akan diuji. Indikator universal jenis ini paling layak digunakan
untuk larutan tak berwarna, sehingga dapat meningkatkan akurasi pengujian
Jingga/Kuni
3-6 Asam lemah
ng
7 Netral Hijau
Warna dari kuning hingga merah menunjukkan larutan asam, warna biru muda
hingga biru tua menandakan basa, dan warna hijau menunjukkan bahwa larutan
tersebut netral.
Lakmus adalah campuran zat pewarna berbeda yang larut dalam air yang diekstrak
dari lumut. Campuran ini sering diserap ke dalam kertas saring untuk menghasilkan salah
40
41
satu bentuk tertua dari indikator pH, yaitu kertas lakmus, yang digunakan untuk menguji
kadar keasaman bahan.Kertas yang mengandung campuran tersebut (disebut sebagai kertas
lakmus) adalah suatu kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan
kedalam larutan asam atau basa. Warna yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
kadar pH dalam larutan yang ada.
Warna kertas lakmus dalam larutan asam, larutan basa, dan larutan bersifat netral
berbeda. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan lakmus biru. Sifat dari
masing-masing kertas lakmus tersebut sebagai berikut.
1. Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna
biru dan dalam larutan netral berwarna merah.
2. Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna
biru dan dalam larutan netral berwarna biru.
Kertas lakmus biru berubah warna menjadi merah di bawah kondisi asam dan kertas lakmus
merah menjadi biru di bawah kondisi basa atau alkali, dengan perubahan warna yang terjadi
di atas rentang pH 4.5–8.3 pada 25 °C (77 °F). Kertas lakmus pada keadaan netral berwarna
ungu.
Reaksi kimia selain asam-basa dapat pula menghasilkan perubahan warna pada kertas
lakmus. Misalnya, gas klorinmengubah kertas lakmus biru menjadi putih, karena kehadiran
ion hipoklorit. Reaksi ini tidak bolak-balik, sehingga lakmus tidak berperan sebagai indikator
dalam situasi tersebut.
Menurut Mulyasa (2006), mata pelajaran kimia di SMA bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan memahami konsep, rumus, prinsip, hukum dan teori kimia. Kenyataan
yang terjadi di sekolah yaitu proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran yang
masih berpusat pada guru. Artinya, guru sangat aktif dari merencanakan, melaksanakan dan
sampai pada evaluasi. Sedangkan siswa hanya pasif. Hal ini mengakibatkan pemahaman yang
di peroleh siswa tidak mendalam bahkan siswa tidak memiliki motivasi untuk menggali
informasi lebih lanjut terkait materi tersebut, sehingga akan berdampak pada rendahnya
41
42
perhatian dan minat siswa dalam belajar dan ini juga akan berdampak pada kemampuan self
efficacy siswa. Hal ini dapat di lihat juga dari hasil belajar siswa pada materi materi asam
basa pokok bahasan indikator asam basa yang belum mencapai KKM.
Pada materi asam basa pokok bahasan indikator asam basa dimana cara menentukan
sifat asam basa bisa menggunkan tiga indikator yaitu indikator alami, ertas lakmus dan
indikator universal. Ketiga indikator tersebut berbeda-beda cara penggunaannya utuk
menentukan sifat asam basa. Pada materi ini masih banyaksiswa yang belum tau cara
menggununakan indikator asam basa ini, karena itu dari hasil pratikum siswa kuang
beranimeyampaikan hasilnya karena takut salah sehinggan kemampuan self efficacy siswa
tersebut rendah. Mungkin nini juga salah satu faktornya karena cara guru mengajar atau
model yang digunakan dalammenyampaikan materi tersebut kurang tepat sehingga self
efficacy siswa terhadap pokok bahasan indikator asam basa sangat rendah.
Untuk itu diperlukan salah satu model pembelajaran yang bisa membuat kemampuan
self efficacy siswa itu tinggi, model pembelajaran yang diguakan untukmenyeslesaikan
maalah self efficacy siswa pada maeri asa basa pokok bahasan indikator asam basa adalah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Number Heads Together (NHT) karena
menurut Hamdani (2011) model pembelajaran Number Head Together memiliki kelebihan di
antaranya (1). Setiap siswa menjadi siap semua, (2) Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, (3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, (4) Saat
menyampaikan hasil diskusi, siswa tertib dan teratur maju ke depan karena guru memanggil
salah satu nomor perwakilan dari kelompok. Selanjutnya alasan peniliti mengambil tindakan
ini karena model NHT ini bertujuan : memberi kesempatan kepada siswa untuk saling
kurang aktif dan belum sepenuhnya membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis sehingga masih tergolong dalam kategori rendah, serta kurang tanggap dalam
42
43
mengatasi masalah dan enggan mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan selama
proses pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti bagaimana keterlaksanaan
model Number Head Together, adakah pengaruh pelaksanaan model Number Head Together
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu
kelas sebagai kelas eksperimen, dan akan menggunakan model Number Head Together,
selama proses pembelajaran, serta materi yang akan diajarkan yaitu hidrolisis garam.
2.8 hipotesis
self efficaccy siswa pada materi asam basa di SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.
43
44
BAB III
METODE PENELITIAN
pendekatan campuran (mix method) dengan menggunakan kedua data yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Pada tahapan penelitian campuran ini dipilih dari
aspek waktu sequential timing, mendahulukan aspek kualitatif dan diikuti aspek
dengan data kuantitatif lebih dominan daripada data kualitatif (Creswell, 2015).
44
45
menilai perilaku belajar siswa, apakah sesuai dengan stimulus yang diberikan
45
46
Adapun kerangka kerja penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Kelas sampel
Keterlaksanaan model
Self Efficacy siswa
Number Heads Together
Kesimpulan
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA SMA Negeri
5 Kota Jambi yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 .
Rincian populasi kelas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:
46
47
N Jumlah Seluruh
o Kelas Siswa
1
. XI MIPA 2 32
47
48
48
49
dengan cara melibatkan lebih banyak siswa menelaah materi yang tercakup
( Isjoni, 2015 ).
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Model NHT oleh Guru
No.
No. Sintaks Aspek yang diamati Item
diskusi kelompok
Kelompoknya
4. Memanggil Menyebutkan salah satu nomor anggota secara 7
8
Membantu dan mendorong siswa dalam memberikan
tanggapan terhadap jawaban teman 9
49
50
Memberikan kuis 13
data kuantitatif yaitu tindakan belajar siswa. Sumber datanya adalah siswa
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Model NHT oleh Siswa
50
51
dengan materi
Pemberian
2. tugas Memperhatikan penjelasan guru 3
Diskusi
3. masalah Melakukan diskusi dalam dalam kelompok 5
Kelompoknya
nomor anggota
Mengemukakan pendapat
5. Memberi
Membahas semua permasalahan yang
kesimpulan diberikan
10
Permasalahan 11
12
51
52
14
Total
14
checklist (√) pada jawaban yang dipilih, kriteria jawaban dibuat berdasarkan
cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya,
tergantung pada pemahaman kemampuaan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas
Nomor Butir
indikator self efficacy
Pertanyaan Jumlah
Positif Negative
Magnitude (sejauh mana
siswa dapat menentukan
3, 4 ,10 5,6 5
tingkat kesulitan tugas
yang dilakukan)
53
54
Genrality (kemampuan
4
siswa dalam 9, 12 13, 14
menggeneralisasikan
tugas-tugas sebelumnya)
Totral pertanyaan 15
Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang akan dikumpulkan, yaitu
dan kemampuan berpikir kritis siswa. Kedua jenis data ini dikumpulkan
dengan cara observasi atau pengamatan, dan instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data ini adalah lembar observasi dan tes kemampuan berpikir
sebanyak sembilan orang. Tiap kelompok siswa diamati oleh satu orang
observer. Dalam penelitian ini terdapat 8 kelompok siswa dan guru diamati
berikut:
54
55
data kualitatif
apa yang dipahami. Data dalam penelitian ini bisa disajikan dalam bentuk
tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
(NHT) oleh siswa diperoleh dari perhitungan skor dalam bentuk skala likert
55
56
sebagai berikut :
Skor minimal : 14
Skor maksimal : 4 x 14 = 56
Kategori kriteria :4
skor hasil
observasi
Presentase = x 100%
skor maksimum
Kategori
Skala Skor % Nilai keterlaksanaan model keterlaksanaan
Nilai
4 >45,5-56 >82-100 Sangat baik
3 >35-45,5 >61-82 Baik
2 >25,5-35 > 43-61 Cukup baik
1 14-24,5 25-43 Kurang baik
(Widoyoko, 2016).
Tes essay untuk mengukur Self Efficacy terdiri atas 7 soal essay. Dimana
Skor minimum : 1 x 7 = 7
Skor maksimum : 7 x 4 = 28
Kategori kriteria : 4
56
57
Rentang nilai : 28 – 7
────── = 5,25
(Riduwan,2013)
Ha = μ ≠ 0 (ada hubungan)
57
58
n(Σxy)− (Σx)(Σy)
𝑟𝑥𝑦 =
√{n(Σx2−(Σx)2(nΣy2−(Σy)2}
(Sugiyono, 2016)
N = Jumlah siswa
58
59
Sugiyono (2016).
Kd = r2 x 100 %
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
r2 = koefisien korelasi
20 % - 39,9 % Rendah
59
60
40 % - 59,9 % Sedang
60 % - 79,9 % Kuat
60
61
61
62
62
63
63