Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan pendidikan di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami suatu peningkatan. Hal itu disebabkan karena adanya
beberapa faktor penunjang misalnya kurikulum pendidikan yang ideal,
sarana prasarana yang memadai disetiap sekolah dan yang terpenting
adalah faktor pendidik dan kinerja guru. Pendidik merupakan seseorang
yang penting dalam berlangsungnya suatu pendidikan, dan kinerja guru
dalam proses pembelajaran dapat juga mempengaruhi perkembangan
pendidikan.
Keterampilan dasar mengajar merupakan aspek penting yang
harus dimiliki oleh guru agar dapat melaksanakan peranya dalam
pengelolaan proses pembelajaran. Menurut Nasution (2008: 115) seorang
guru harus menguasai keterampilan dalam berbagai gaya mengajar dan
harus sanggup menjalankan berbagai perannya, artinya bahwa seorang
guru harus menguasai berbagai keterampilan mengajar untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan inovatif.
Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menegah. Dari tiga penjelasan tugas utama guru
dan dosen diawal tersebut (mendidik, mengajar, membimbing) banyak
terjadi didalam kegiatan proses belajar mengajar. Seorang guru harus
mampu membangkitkan partisipasi peserta didik dalam belajar, sehingga
proses kegiatan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

1
pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan sosial.
Dengan menguasai keterampilan dasar mengajar guru dapat
melaksanakan tugasnya sebagai guru profesional dalam mengembangkan
potensi peserta didik agar dapat tercapainya tujuan pendidikan. Guru yang
berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan mampu dalam pengelolaan kelasnya, sehingga hasil belajar
siswa dapat tercapai secara optimal. Turney (1973) mengukapkan 8
keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
Dalam kegiatan proses pembelajaran guru menentukan terlebih
dahulu rencana pembelajaran yang paling efektif dengan meperhatikan
latar belakang pengetahuan peserta didik dan tujuan pembelajaran,
karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda didalam
menyerap informasi dan berbeda dalam cara menunjukan kemampuannya
dalam memahami pengetahuan. Karena dalam pembelajaran guru
memiliki andil yang sangat besar terhadapat keberhasilan pembealajaran
disekolah minat, bakat, kemampuan dan potensi yang dimilki oleh peserta
didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru,
sehingga harus berpacu dalam pembelajaran dengan memberikan
kemudahan belajar bagi peserta didik agar sesuai dengan tujuan yang
diharapkan,dengan melakukan berbagai inovasi mulai dari menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
penulis akan membahas tentang Keterampilan Dasar Mengajar II.
Sehingga siwa dapat mengetahui keterampilan variasi stimulus,
keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya lanjut.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keterampilan Variasi Stimulus.
2. Bagaimana Keterampilan Bertanya Dasar.
3. Bagaimana Keterampilan Bertanya Lanjutan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keterampilan Variasi Stimulus.
2. Untuk mengetahui keterampilan Bertanya Dasar.
3. Untuk mengetahui keterampilan Bertanya Lanjutan.

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan berpikir
mengenai keterampilan dasar mengajar yang telah didapat dari
makalah.
2. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk
menggali dan melakukan eksperimen tentang keterampilan dasar
mengajar.
3. Memberikan pengetahuan dan inovasi lebih kepada masyarakat luas
tentang keterampilan dasar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar II


1. Pengertian Keterampilan Dasar
Keterampilan dasar mengajar bersifat khusus artinya keterampilan
dasar mengajar bisa dijadikan salah satu indikator untuk menentukan
kinerja guru. Guru sebagai penentu keberhasilan suatu proses belajar
mengajar. Sehingga, guru harus mempunyai keterampilan sehingga
tujuan dari proses pembelajaran yang telah direncanakan tercapai Oleh
sebab itu, guru setidaknya harus menguasai keterampilan dasar
mengajar, supaya kelak saat mengajar dikelas dapat melaksanakan
tugasnya secara professional (Arifin, 2015: 127). Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru memerlukan keterampilan dalam mengajar. Keterampilan
merupakan kemampuan guru baik kuantitatif maupun kualitatif

2.2 Jenis Keterampilan Dasar Mengajar


Setiap guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar dalam
menjalankan tugas pokoknya. Menurut Hasibuan, J.J Ibrahim Toenlioe
dan A.J.E (1994, 58-92) mengklasifikasikan beberapa keterampilan dasar
yang diyakini penentu suatu keberhasilan guru dalam mengajar, yaitu
keterampilan bertanya, keterampilan membuka dan menutup pada saat
proses pembelajaran, keterampilan menjelaskan pada saat proses
pembelajaran, keterampilan menggunakan variasi di dalam kelas,
keterampilan menggunakan penguatan, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan mengajara perseorangan, dan keterampilan membuat dan
mendampingi diskusi kelompok kecil.
Hasil dari paparan yang disampaikan para ahli di atas dapat diambil
kesimpulan dainataranya jenis keterampilan dasar mengajar adalah
sebuah ragam atau kemampuan seorang guru dalam melaksanakan dan
menjalankan tugas pokoknya dalam proses belajar mengajar, diantaranya
delapan keterampilan yang sudah disebutkan diatas.

4
2.3 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Keterampilan Dasar Mengajar
1. Kesesuaian
Kesesuaian atau relevan yaitu dalam memilih dan menetukan unsur-
unsur jenis keterampilan dasar mengajar yang aka dilaksanakan harus
memperhatikan dan disesuaikan dengan seluruh komponen
pembelajaran. Penyesuaian ini sangat penting, agar dalam menerapkan
setiap unsur pembelajaran tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran. Misalnya ketika menerapkan keterampilan
memberikan stimulus melalui penggunaan multi media dan metode yang
bervariasi, hendaknya penggunaan tersebut disesuaikan dengan tujuan
(kompetensi) pembelajaran yang ingin dicapai, sesuai dengan kondisi
siswa, materi pembelajaran dan unsur-unsur pembelajaran lainnya baik
intern maupun ekstern.

2. Kreativitas Dan Inovatif


Kreativitas dan inovatif dalam menggunakan unsur-unsur keterampilan
dasar mengajar sangat diperlukan agar suasana pembelajaran selalu
menarik dan menyenangkan bagi siswa. Kreativitas berarti bahwa unsur-
unsur keterampilan dasar mengajar yang digunakan dikemas lebih
menarik, dan biasanya melalui kreativitas akan muncul hal-hal atau
kegiatan yang baru dan berbeda dengan cara yang dilakukan sebelum
nya (inovatif). Misalnya ketika menerapkan keterampilan mebuka
pembelajaran, kegiatan yang dilakukan oleh guru, dosen atau instruktur
tidak selalu harus dengan cara memberikan free test, akan tetapi secara
kreatif dan inovatif bisa dengan cara lain, misalnya membrikan ilustrasi,
memberikan kondisi yang mempertentangkan, dan lain-lain.

3. Ketepatan (akurasi)
Penggunaan setiap unsur keterampilan dasar mnegajar dimaksudkan
agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efesien. Oleh
karena itu penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar mengajar harus
memperhatikan aspek ketepatan atau akurasi, sehingga dapat mencapai

5
sasaran pembelajaran yang diharapkan. Misalnya ketika menggunakan
keterampilan dasar bertanya, jika melalui pertanyaan yang diajukan oleh
guru, dosen, instruktur atau widyaiswara, ternyata tidak memancing
respon siswa berarti mungkin cara atau materi pertanyaan yang diajukan
kurang tepat sehingga perlu diganti dengan cara bertanya yang lain.

4. Kebermanfaatan
Seperti halnya dengan prinsip-prinsip keterampilan dasar mengajar
yang telah dibahas sebelumnya, yang tidak kalah pentingnya bahwa
unsur-unsur keterampilan dasar mengajar yang diterapkan harus memiliki
nilai manfaat atau kegunaan terhadap pengembangan potensi siswa.
Pembelajaran adalah proses merubah perilaku siswa meliputi
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dengan demikian penggunaan
keterampilan dasar mengajar harus memiliki nilai atau manfaat untuk lebih
meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Membangkitkan perhatian dan motivasi


Perhatian dan motivasi termasuk kedalam prinsip pembelajaran,
sebagai suatu prinsip artinya perhatian dan motivasi termasuk untuk yang
sangat menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Mengingat
pentingnya perhatian dan motivasi maka penerapan unsur-unsur atau
aspek pembelajaran harus membangkitkan perhatian dan motivasi siswa.
Sehingga selama proses pembelajaran berlangsung perhatian dan
motivasi siswa selalu terjaga dan tercurah pada kegiatan pembelajaran
yang dilakukan.

6. Menyenangkan
Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning)
termasuk salah satu unsur pembelajaran yang harus selalu diciptakan
oleh guru maupun dosen dalam membimbing proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran yang menyenangkan siswa akan merasa betah,
semangat, bahkan mungkin siswa akan merasa bebas untuk melakukan

6
aktivitas pembelajaran sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya.
Oleh karena itu penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar mengajar
harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang akrab dan
menyenangkan bagi siswa.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kerampilan Variasi Stimulus


3.1.1 Pengertian Variasi Stimulus
Menurut Montessori bahwa anak memiliki masa peka terhadap
segala stimulus yang diterima melalui panca inderanya. Panca indera
yang dimiliki anak merupakan pintu untuk masuknya informasi
(pengetahuan). Semakin banyak dan bervariasi informasi yang ditangkap
melalui paca indera yang dimilikinya (mata, hidung, telingan, peraba),
maka akan semakin banyak dan beragam pula informasi atau
pengetahuan yang diperolehnya.
Informasi atau pengetahuan yang diterima bukan hanya dilihat dari
segi jumlah (kuantitas), melainkan keragaman informasi (pengetahuan)
yang diperoleh. Ketika anak mengamati gambar rumah dengan warna
yang bermacam-macam, misalnya bentuk atau modelnya, ukurannya
besar dan kecil, dan keragaman gambar rumah yang bervariasi, maka
anak akan mendapatkan informasi tentang warna, bentuk, ukuran dan
variasi-variasi lain sesuai dengan yang ditunjukkan dari gambar rumah
tersebut. Sebaliknya jika seorang anak melihat gambar rumah hanya satu
ukuran satu model, dan satu warna, maka pengelaman (pengetahuan)
yang dapatnya hanya sedikit dibandingkan dengan contoh gambar yang
bervariasi seperti dikemukakan di atas.
Dari penjelasan dan contoh yang telah dikemukakan di atas, secara
sederhana dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan variasi
stimulus adalah ”upaya guru untuk memberikan stimulus pembelajaran
secara beragam (variasi), sehingga memungkinkan siswa dapat merespon
melalui alat indera dan cara yang berbeda (bervariasi) untuk mendapatkan
pengalaman belajar secara lebih luas dan mendalam”. Melalui pemberian
stimulus yang bervariasi, misalnya dengan pesan pembelajaran yang
dapat didengar (audio), yang dapat dilihat (visual), didengar dan dilihat
(audio visual), diraba, dicium (hidung), maka selain akan memperkaya

8
informasi atau pengetahuan yang diperoleh siswa, juga proses
pembelajaran akan dapat berjalan secara dinamis dan tidak
membosankan.
Dengan variasi stimulus yang bervariasi akan mendorong belajar
secara aktif, mengembangkan prakarsa, membuka inspirasi,
menumbuhkan kreativitas, serta mengembangkan sikap belajar yang pisitif
lainnya.

3.1.2 Tujuan Variasi Stimulus


Menurut Wina Sanjaya bahwa tujuan dan manfaat dari variasi
stimulus dalam pembelajaran adalah “untuk menjaga agar iklim
pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga
siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan
berpartisipasi aktif dalam setiap, langkah pembelajaran (2006). Dari
pernyataan tersebut ada beberapa poin penting yang menjadi tujuan dan
manfaat dari variasi stimulus, diantaranya yaitu:
a. Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenagkan
bagi siswa,
b. Mengihlangkan kejenuhan dan kebosanan sebagai akibat dari
kegiatan yang bersifat rutinitas;
c. Mengembangkan sifat keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang
baru;
d. Meningkatkan perhatian dan motivasi siswa
e. Menyesuaikan model pembelajaran dengan cara belajar siswa yang
berbeda-beda
f. Meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa

3.1.3 Unsur-unsur Variasi Stimulus


Pada garis besarnya variasi stimulus dalam pembelajaran dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Variasi pada kegiatan tatap muka

9
Kegiatan tatap muka adalah proses pembelajaran yang berlangsung
secara tatap muka (face to face), antara guru dengan siswa dan sumber
belajar lainnya. Proses pembelajaran melalui tatap muka akan menarik
jika disertai dengan kegiatan yang bervariasi, misalnya:
1) variasi suara (teacher voice) perhatian dan motivasi belajar siswa
akan dipengaruhi oleh suara guru ketika menjelaskan materi. Oleh
karena itu guru harus pandai mengatur suara; tinggi-rendahnya,
kejelasan maupun kecepatan.
2) pemusatan perhatian (focusing) yaitu upaya guru untuk mengajak atau
mengkondisikan siswa untuk sesaat memusatkan (focusing) pada
bagian-bagian tertentu yang dianggap.
3) kebisuan guru (teacher silence) yaitu proses “diam sejenak” tidak
melakukan aktivitas apapun. Diam sejenak setelah terus menerus
guru berkomunikasi secara lisan menjelaskan materi pembelajaran,
termasuk pada pergantian strategi (variasi) dari berbicara ke diam
sesaat, pada saat itu siswa akan memiliki kesempatan untuk
beristirahat sesaat, atau mungkin melakukan refleksi walaupun hanya
sebentar, sebelum dilanjutkan pada stragei kegiatan pembelajaran
berikutnya.
4) kontak pandang (eye contact) yaitu memusatkan penglihatan antara
guru dengan siswa. Selama pembelajaran berlangsung perhatian
harus terjaga, diantaranya melalui memusatkan penglihatan. Ketika
guru pada saat tertentu memusatkan penglihatan (eye contact)
dengan siswa, maka siswa akan merasa dirinya diperhatikan, dan
dengan demikian perhatian belajarnya akan dipelihara, sehingga akan
mengurangi kegiatan-kegiatan yang menyimpang dan mengganggu
terhadap proses pembelajaran (in-disipliner).
5) gerak guru (teacher movement) yaitu perpindahan dari satu cara atau
gaya ke cara atau gaya mengajar lainnya, termasuk dari satu posisi ke
posisi lainnya. Dapat dibayangkan jika guru selama proses
pembelajaran berlangsung (yang tidak berhalangan/ mengalami
kesulitan), duduk terus di kursi guru, maka tidak ada variasi dari sisi

10
tempat. Oleh karena itu diperlukan perpindahan yang tepat, kapan
saatnya duduk, berdiri, berjalan dan lain sebagainya.
b. Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran
Media dan alat pembelajaran adalah dua jenis yang berbeda, namun
memiliki fungsi yang hampir sama yaitu untuk memperjelas materi dan
memperlancar proses pembelajaran. Papan tulis, slat tulis merupakan alat
pembelajaran, untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun ketika
guru akan menjelaskan materi komponen-komponen Over Head
Projector (OHP) kepada siswa, dan guru tersebut menggunakan OHP
untuk diperhatikan oleh siswa, maka pada saat itu OHP berfungsi sebagai
media pembelajaran.
Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa pada umumnya, sifat
atau jenis tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, serta karakteristik
materi pembelajaran, maka variasi penggunaan alat dan media
pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) alat atau media visual, yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang bisa dilihat, misalnya: gambar, foto, film slide,
bagan, grafik, poster, dan lain sebagainya.
2) alat atau media auditif, yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang dapat didengar, misalnya: radio, tape recorder,
slide suara, berbagai jenis suara, dan yang sejenisnya.
3) Alat atau media raba, yaitu alat pembelajaran dan atau media
pembelajaran yang dapat diraba, dimanipulasi atau digerakkan
(motorik), misalnya model, benda tiruan, benda aslinya, berbagai
peragaan, dan yang sejenisnya.
c. Variasi pola komunikasi pembelajaran
Pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu antara guru sebagai
komunikator dengan siswa sebagai komunikate. Dalam pembelajaran
proses komunikasi dapat diklasifikasikan kedalam tiga bentuk, sekaligus
menjadi alternatif (variasi) yang dapat dikembangkan oleh guru, yaitu:
1) komunikasi satu arah (one way communication), yaitu komunikasi
yang hanya berlangsung satu arah, dari guru ke siswa. Pada bentuk

11
komunikasi ini guru hanya bertindak selaku komunikator yang
bertugas menyampaikan informasi, sedangkan siswa berfungsi hanya
sebagai penerima informasi.
2) Komunikasi dua arah (two way communication), yaitu proses
komunikasi pembelajaran berlangsung secara dua arah, dari guru ke
siswa atau dari siswa ke guru. Pola kedua ini lebih variatif
dibandingkan dengan model pertama, dan tentu saja proses
pembelajarn lebih hidup dibandingkan dengan yang pertama.
3) komunikasi banyak arah (interaktif), yaitu proses komunikasi yang
melibatkan banyak arah, dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, antar
siswa, dan siswa dengan lingkungan pembelajaran lain secara lebih
luas

3.1.4 Prinsip Pengembangan Variasi Stimulus


Dalam menerapkan dan mengembangkan variasi stimulus dalam
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip tertentu, agar variasi
yang diterapkan atau dikembangkan tersebut bisa berguna secara efektif
dan efisien, antara lain yaitu:
a. Tujuan, yaitu variasi stimulus yang diterapkan dan dikembangkan
dikembangkan dalam pembelajaran harus memiliki tujuan yang jelas.
Tujuan utama penerapan dan pengembangan variasi stimulus harus
sejalan dan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Fleksibel, yaitu variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat
luwes (dinamis), sehingga memungkinkan dapat diubah dan
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan tuntutan yang terjadi pada saat
terjadinya proses pembelajaran.
c. Kelancaran dan berkesinambungan; yaitu setiap variasi yang
dikembangkan dalam pembelajaran harus memperlancar proses
pembelajaran. Perpindahan dari satu jenis stimulus ke stimulus yang
lainnya, harus merupakan suatu kesatuan yang utuh, saling
mendukung dan memperkuat terjadinya proses pembelajaran secara
efektif dan efisien.

12
d. Logis, variasi stimulus yang diterapkan dan dikembangkan harus logis,
wajar, efektif dan efisien, tidak dibuat-buat dan bukan sesuatu yang
dipaksakan.
e. Pengelolaan yang matang, yaitu penerapan dan pengembangan
stimulus dalam pembelajaran sebelumnya harus direncanakan secara
matang, sehingga dapat diproyeksikan efektivitas dan efisiensinya
dalam menunjang terhadap proses dan hasil pembelajaran

3.2 Keterampilan Bertanya Dasar


3.2.1 Pengertian Bertanya Dasar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia “Bertanya” berasal dari
kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan
kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam menyelesaikan tugas atau
mampu dan cekatan”. Berdasarkan pada arti secara etimologis tersebut,
maka secara sedarhana keterampilan bertanya dapat dirumuskan sebagai
”kecakapan atau kemampuan seseorang dalam mengajukan pertanyaan
untuk meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain, atau pihak
yang menjadi lawan bicara”
Dari pengertian tersebut ada dua hal penting yang dapat dijadikan
dasar atau alasan pentingnya belajar dan berlatih mengasah kemampuan
mengembangkan pertanyaan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1) Cakap mengajukan pertanyaan, yaitu terampil dan cekatan membuat
pertanyaan yang didasarkan pada pemahaman teori dan pengalaman
praktis, sehingga dengan keterampilannya tersebut memungkinkan
yang ditanya berpikir, mengungkapkan kemampuan terbaiknya untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
2) Meminta keterangan atau penjelasan, yaitu jawaban atas pertanyaan
yang diajukan. Seseorang yang ditanya akan berusaha memberikan
penjelasan atau keterangan yang sebenar-benarnya, tergantung pada
jenis, bentuk dan kualitas pertanyaan yang diterimanya.

13
3.2.2 Tujuan Bertanya Dasar
Menurut Turney (1979) dalam Siti Julaeha dijelaskan tujuan
bertanya dalam pembelajaran yaitu:
a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topic.
b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
e. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus
terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
f. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
g. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir.
h. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau
pernyataan guru Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi.
i. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.
Adapun tipe pertanyaan adalah berhubungan dengan bentuk atau
model pertanyaan yang yang diajukan. Adapun tipe, model atau jenis
pertanyaan tersebut pada umumnya digolongkan kedalam beberapa tipe
sebagai berikut:
a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakat; yaitu pertanyan,
suruhan atau pernyataan untuk mengungkap kembali
ingatan siswa terhadap pengalaman atau materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Misalnya “Pemilihan umum tahun
berapa, yang memilih presiden langsung oleh rakyat ... ?
b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan membandingkan;
yaitu pertanyaan, suruhan atau pernyataan untuk
mengembangkan atau melatih daya pikir siswa, khususnya
kemampuan berpikir analisis dan sintesis. Misalnya
“Bandingkan antara perjalanan dengan menggunakan kereta
api dan Bis ?”

14
c. Pertanyaan yang menutut kemampuan analisis; yaitu
pertanyaan, suruhan atau pernyataan untuk
mengembangkan dan melatih kemampuan atau daya nalar
secara terurai atau analisis. Misalnya “Apa yang
menyebabkan terjadinya bencana Tsunami”
d. Pertanyaan yang menutut kemampuan memperkirakan
(judgment), yaitu pertanyaan, suruhan atau pernyataan
untuk mengembangkan atau melatih kemampuan
meramalkan atau membuat perkiraan-perkiraan. Misalnya
sambil menunjuk buah pepaya “Berapa kg kah berat buah
pepaya ini ?”

3.3 Keterampilan Bertanya Lanjutan


3.3.1 Pengertian Keterampilan Bertanya Lanjutan
Secara teknis pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan
pertama (dasar), yaitu untuk mengorek atau mengungkap kemampuan
berpikir yang lebih dalam, analitis dan komprehensif dari pihak yang diberi
pertanyaan (siswa). Keberhasilan mengembangkan kemampuan berpikir
yang lebih mendalam, mendetail dan komprehensif sering diperoleh
melalui strategi penyampaian bertanya lanjut.
Keterampilan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya
dasar, lebih mengutamakan pada usaha mengembangkan kemampuan
berpikir, memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara (siswa)
agar lebih aktif dan kritis mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dari
beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pertanyaan lanjutan adalah merupakan ”pertanyaan berikutnya
atau pertanyaan susulan yang substansi isi pertanyaannya mengacu pada
pertanyaan dasar (pertama), untuk meminta penjelasan, informasi, atau
klarifikasi lebih lanjut sehingga diperoleh jawaban yang lebih luas dan
komprehensif”
Dalam rumusan pengertian keterampilan bertanya lanjut tersebut di
atas, ada tiga dasar pemikiran yang harus diaris bawah, yaitu:

15
a. pertanyaan lanjutan (susulan), yaitu pertanyaan yang diajukan adalah
merupakan pengembangan dari pertanyaan sebelumnya, yang
bertujuan untuk mendapatkan penjelasan atau informasi yang lebih
dalam, analisis serta komprehensif
b. substansi isi sama dengan pertanyaan dasar (pertama), yaitu isi dari
pertanyaan lanjut substansinya mengacu pada isi pertanyaan
sebelumnya, dengan menggunakan rumusan kalimat pertanyaan,
suruhan atau pernyataan yang berbeda dengan kalimat seelumnya
c. untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, yaitu melalui pertanyaan
lanjutan dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan, informasi atau
jawaban yang dapat memperjelas, memperluas pembahasan dari
jawaban atau penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya.
Melalui pertanyaan dasar siswa sudah dirangsang untuk berpikir,
kemudian dengan muncul lagi pertanyaan lanjutan, maka siswa akan
semakin dirangsang untuk lebih meningkatkan aktivias belajarnya, proses
berpikirnya, meningkatkan pemanfaatan sumber belajarnya untuk
menggali informasi yang lebih mendalam dan komprehensif, sehingga
proses dan hasil pembelajaran akan lebih dinamis dan berkualitas.

3.3.2 Tujuan Keterampilan Bertanya Lanjutan.


1. Tujuan keterampilan Bertanya Lanjutan
Pada dasarnya tujuan dan manfaat dari pertanyaan lanjut yaitu untuk
mendorong siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam
menganalisis dan memecahkan masalah, melalui kebiasaan berpikir
secara lebih tajam, analitis dan komprehensif. Secara lebih sprsifik
tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut, antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menemukan,
mengorganisasi, atau menilai atas informasi yang diperoleh.
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas
informasi yang lebih lengkap dan relavan

16
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide
atau gagasan yang lebih kreatif dan inovatif.
d. Mendorong siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan lebih
analitis, lengkap dan komprehensif.

2. Karakteristik Bertanyaan Lanjutan


a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengundang
proses mental yang berbeda-beda, misalnya menuntut proses mental
rendah, sedang dan tinggi. Oleh karena itu melalui peranyaan lanjut,
guru dapat mengubah tuntutan tingkat kognitif siswa dari rendah,
sedang kemudian tinggi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan.
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari rendah ketingkat yang
lebih tinggi dan kompleks, guru harus mengatur urutan pertanyaan
yang diajukan kepada siswa, misalnya dari aspek pemahaman
kemudian aspek penerapan, analisis, sintesis sampai pada aspek
evaluasi.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak digunakan untuk menindaklanjuti atas jawaban
pertama yang disampaikan siswa. Misalnya jika jawaban siswa yang
pertama sudah benar, namun masih bisa ditingkatkan atau lebih
disempurnakan lagi, maka guru bisa menindaklanjuti dengan
mengajukan pertanyaan pelacak
d. Peningkatan terjadinya interaksi
Dengan bertanya dimaksudkan untuk menciptakan proses
pembelajaran yang aktif, untuk terjadinya pembelajaran aktif
pertanyaan yang diajukan tidak hanya oleh guru kepada siswa, akan
tetapi dari siswa kepada siswa, maupun kepada guru. Dengan
demikian untuk meningkatkan keterlibatan siswa belajar secara aktif,
guru sebaiknya mengurangi peranannya sebagai penanya sentral.

17
3. Jenis-jenis Bertanya Lanjutan
klasifikasi tingkatan pengetahuan yang disampaikan oleh Bloom, dkk
(taksonomi Bloom), yaitu:
a. Pertanyaan ingatan (knowledge)
Pertanyaan ingatan adalah jenis pertanyaan yang
mengharapkan siswa dapat mengenal atau mengingat kembali
informasi yang telah dipelajari. Siswa tidak diminta untuk
memanipulasi informasi, tetapi hanya diminta untuk mengingat
informasi tersebut seperti yang mereka dapatkan dari kegiatan
belajarnya.
b. Pertanyaan pemahaman (comprehension)
Pertanyaan untuk membimbing siswa mengorganisasikan dan
menyusun materi-materi yang telah diketahui sebelumnya.
Dalam menjawab pertanyaan ini siswa harus mampu memilih
fakta-fakta yang cocok, sehingga dalam menyampaikan
jawaban bukan sekedar mengingat kembali informasi, atau
fakta.
c. Pertanyaan penerapan (aplication)
Kemampuan mengingat, menginterpretasikan atau
mendeskripsikan terhadap pengalaman belajar yang telah
dilakukan siswa, sangat penting untuk kuasai oleh siswa karena
menjadi salah satu indikator dari hasil pembelajaran yang efektif
dan efisien.
d. Pertanyaan analisis (analysis)
Pertanyaan analisis, dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa secara lebih rinci, kritis dan
mendalam. Pertanyaan analsis biasanya dilakukan untuk
mengidentifikasi, mempertimbangkan dan menganalisis.
e. Pertanyaan sintesis (sintesis)
Pertanyaan sintesis digolongkan kedalam pertanyaan tingkat
tinggi yaitu untuk mendorong siswa menampilkan pikiran yang
original dan kreatif. Melalui pertanyaan sintesis hasil yang

18
diharapkan antara, seperti: menghasilkan komunikasi-
komunikasi yang asli, membuat ramalan, memecahkan
masalah, dan lain sebagainya.
f. Pertanyaan evaluasi (evaluation) Jenis pertanyaan evaluasi
hampir sejenis dengan jenis pertanyaan analisis dan sintesis,
yaitu termasuk kedalam jenis pertanyaan tinggi bahkan
merupakan puncaknya. Pertanyaan evaluasi menuntut
kemampuan berpikir dan proses mental yang tinggi dari siswa.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar pada dasar nya adalah bentuk-bentuk
prilaku (kemampuan)yang bersifat khusus dan bersifat mendasar yang
harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal dasar untuk
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara profesional.
Variasi stimulus pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan
guru untuk memberikan stimulus pembelajaran secara beragam, sehingga
memungkinkan siswa dapat merespon melalui alat indera dan cara yang
bervariasi untuk mendapatkan pengalaman belajar secara lebih luas dan
mendalam.
Kegiatan bertanya atau menyampaikan pertanyaan hampir terjadai
dan dilakukan oleh setiap orang dalam setiap aspek kehidupan dan tidak
mengenal batas-batas tertentu.
Pertanyaan lanjut pada dasarnya adalah merupakan pertanyaan
berikutnya atau pertanyaan susulan yang substansi isi pertanyaannya
mengacu pada pertanyaan dasar (pertama), untuk meminta penjelasan,
informasi, atau klarifikasi lebih lanjut sehingga diperoleh jawaban yang
lebih luas dan komprehensif Keberhasilan mengajar.

4.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat mudahan-mudahan apa yang
kami sampaikan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua
untuk dapat memberdayakan individu untuk mencapai tuntutan organisasi
dan dapat memberikan kontribusi efektif. Kami menyadari apa yang kami
sampaikan dalam makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang di
harapkan, untuk itu kami berharap masukan yang lebih banyak lagi dari
dosen pengampu dan teman-teman semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, 2008, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan


Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hasibuan, J.J.Ibrahim, Toenlioe, A.J.E, 1994, Proses Belajar Mengajar:
Keterampilan Dasar Mengajar Mikro, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://www.jejakpendidikan.com/2017/05/keterampilan-mengadakan-
variasi.html
http://tyoashter.blogspot.com/2012/05/keterampilan-bertanya-dasar-
dan.html

21

Anda mungkin juga menyukai