Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat dan
membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan
keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan
tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.

Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus
dikembangkan secara terus – menerus ( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang
terapeutik bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus
dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah
tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ).
Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit
merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun keperawatan.

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat
adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan
anggota tubuhnya seumur hidup.

Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu melakukan komunikasi
terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi
dengan tidak menambahkn kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat
merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik
yang baik.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari gawat darurat ?

b. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?

c. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?

d. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?

e. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?

f. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?

1.3 Tujuan

a. Mahasiswa mengerti pengertian dari gawat darurat.

b. Mahasiswa memahami kosep dasar keperawatan gawat darurat.

c. Mahasiswa memahami tentang SPGDT.

d. Mahasiswa mengerti tujuan dilakukan komunikasi gawat darurat.

e. Mahasiswa bisa melakukan tehknik komunikasi pada gawat darurat secara benar.

f. Mahasiswa memahami prinsi-prinsip komunikasi gawat darurat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gawat darurat

Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat
adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang
memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan
anggota tubuhnya seumur hidup.

2.2 Konsep dasar keperawatan gawat darurat

a. Klien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan shock dan sesak,
hipotensi / shock.

b. Pasien Gawat Darurat

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan
atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Bisanya di
lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).

c. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.

d. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa
pendarahan.

3
e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan dengan label
hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.

f. Pasien Meninggal

Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas triage di
lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas triage juga bertanggung jawab
dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu. Selain dari penjelasan di atas di
butuhkan pemahaman dampak atau psikologis pada saat keadaan gawat darurat.

2.3 Aspek psikologis pada situasi gawat darurat

a. Cemas

Cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan
yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala,
berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan
cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.

b. Histeris

Dalam penggunaan sehari-hari nya histeria menjelaskan ekses emosi yang tidak terkendali. Orang
yang "histeris" sering kehilangan kontrol diri karena ketakutan yang luar biasa karena suatu kejadian atau
suatu kondisi

c. Mudah marah

Hal ini terjadi apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan tidak tahu apa yang harus di perbuat

2.4 SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)

SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan penderita
gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di rumah sakit dan pelayanan
antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life saving.

4
yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan
ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.

a. Fase pra rumah sakit

Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang melibatkat
masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya yang pertma yang menemukan
pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena
bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat
darurat. Komunikasi ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa
seorang perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi organisasi
gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit.

Contoh : di jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong masyarakat yang
telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi menolong penderita gawat darurat
mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan pertolongan di tempat kejadian seperti
menolong menghentikan pendarahan, kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan
kegwatdaruratan terdekat, pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.

b. Fase pelayanan rumah sakit

Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn yang
dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat. Komunikasi yang dilakukan pada
tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih
utama dilakuka kepada korban.

Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat menayakan
identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti cairan yang keluar, dengan
menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan jelas.

c. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )

Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan petugas
kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu dengan rumah sakit yang lain
sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi

5
rumah sakit yang pertama tidak bisa memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa
menanggani krban sebut.

Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit tersebut
tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan, kemudian rumahsakit tersebut
menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit
yang telah di hubungi tadi.

2.5 Tujuan komunikasi pada gawat darurat

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antar
perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan
(Purwanto, 1994).

Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat
dengan klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan, sehingga klien
cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.

2.6 Tehknik komunikasi pada gawat darurat

a. Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien dengan
penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama berbicara,
menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat
berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi
klien.

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi
wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat
tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.

6
c. Mengulang Pernyataan Klien

Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang
pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

d. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk meminta


penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan
ide, perasaan, dan persepsi

e. Menyampaikan Hasil Pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan
dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang
dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan
terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan

2.7 Prinsip komunikasi gawat darurat

Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap

a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan bantuan)

b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)

c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)

d. Empaty (merasakan perasaan pasien)

e. Trust (memberi kepercayaan)

f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)

g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan

h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi

7
i. Bahasa yang mudah dimengerti

j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga

k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien

l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.

8
BAB III

Role Play

Komunukasi Terapeutik pada Perawat IGD

Beserta Tehnik dan Hambatan

Naskah Role Play

Aktris : Dero jandika as Pasien

Roma wandika as Perawat 1

Yuliana as Perawat 2

Wella as Ibu Pasien

Tsani munirul as Dokter

Abdul suluk as Penolong 1

Elsi as Penolong 2

Elsi as Petugas RM

Narator : yuliana

Operator : tsani

Backsound kecelakaan

Narasi

Pada suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan seorang remaja
perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Mitra Sehat oleh dua
pengendara lain yang menolongnya.

Backsound bunyi ambulance

Pasien (Setengah sadar dengan merintih kesakitan)

9
Penolong : “Sus tolong ada pasien kecelakaan, tolong segera

ditangani”

Narasi

Perawat IGD segera mengambil brankart, dan memindahkan pasien pasien diatas bed.

RM : “Maaf anda siapanya ?”

Penolong 1 : “Saya yang menolong sus”

RM : “Anda tahu identitas dari korban ini mbak ?”

Penolong 1 : “Tidak sus tapi saya coba tanya ke korbannya dulu.”

(si penolong menghampiri korban)

Penolong 2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya pinjam dulu untuk administrasi? Kamu bawa
hp atau tidak ? Nanti saya akan mengabari keluargamu”

Pasien : “Di tas pak” (dengan suara lemas).

Narasi

Kemudian si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi keluarga klien.


Sementara itu, si perawat sedang menangani korban kecelakaan tadi.

Perawat 1 : “Dek-dek bisa dengar saya ?”

Pasien : “aduh sakit sus”

Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien (menggerakkan bagian yang sakit.)

Perawat 1 : “pusing tidak dek ?”

Pasien : “pusing sus”

*di receptionis

10
Keluarga : “sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Pasien dengan
nama dero ?” (dengan ekspresi yang panik)

RM : “disebelah sana buk, mari saya antarkan”

Narasi

Petugas RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya

dirawat

RM : “ Ini bu, anak ibu ada di dalam”


Ibu : “ Oh iya, makasih sus”
RM : “ Iya bu, sama-sama”

Narasi

Sang Ibu pun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya terbaring tak berdaya di atas
tempat tidur
Ibu : “ Ya Allah nak...... kok bisa sampek kayak gini to?,
apanya yang sakit nak?”
Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”
Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah diperiksa sama dokter belum
nak?”
Pasien : “ Sudah bu”
Ibu : “ Terus apa katanya dokter?”
Pasien : “ Gak tau bu”

Narasi
Ditengah perbincangan ini perawat datang ke ruangan pasien
Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai adeknya sebentar ya
bu”
Ibu ; “ Iya sus, silahkan”
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”

11
Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya lancar.”
Pasien ( Menganggukan kepala)

Narasi
Perawat memulai tindakan pemberian oksigen pada pasien
Ibu : “ Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)
Pasien ( Menganggukkan kepala)
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal
kan anak saya tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanya terasa sesak”
Ibu : “ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama
Dokter, hasilnya gimana ya sus?”
Perawat 1 : “ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”
Ibu : “ O begitu ya sus”
Perawat 1 : “ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu bisa panggil
kita di ruang perawat ya bu”
Ibu : “ Baik sus”
Perawat 1 : “ Mari bu, permisi”
Ibu : “ Oh iya, monggo”

Narasi
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu pasien tetap menunggu pasien di samping tempat tidur
pasien. Setelah beberapa menit kemudian, seorang perawat datang kembali.
Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”
Ibu : “ Iya sus, lha terus anak saya sama siapa
sus?”
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”

Narasi
Di ruang jaga Ibu pasien bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD
Dokter : “ Keluarga dari Saudara dero ya bu”
Ibu : “ Iya dok, bagaimana dengan anak saya dok?”
Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya akan menjelaskan tentang
keadaan anak ibu”

12
Ibu : ” Iya dok” (sambil duduk)
Dokter : “ Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki
Saudara dero, dan sejak tadi dia mengeluhkan pusing, jadi untuk mengetahui
keadaan tulang di bagian kakinya kita sebaiknya melakukan rogten terlebih
dahulu dan juga sebaiknya kita melakukan CT Scan untuk mengetahui keadaan
dari bagian dalam kepala anak Ibu”
Ibu : “ Memangnya kalau tidak dilakukan itu kenapa ya dok?”
Dokter : “ Jika tidak dilakukan rogten dan CT scan, kita tidak
mengetahui keadaan pastinya, jadi kita tidak bisa mengambil tindakan
selanjutnya”
Ibu : “ Kalau saya pikirkan terlebih dahulu bagaimana dok?”
Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya mohon Ibu segera
memberikan keputusan
agar kita bisa melakukan tindakan selanjutnya”
Ibu : “ Baik dok, kalau begitu saya permisi dulu”
Dokter : “ Oh iya bu, silahkan”

Narasi
Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien, namun di tengah perjalanan Ibu bertemu dengan
perawat yang menangani anaknya tadi
Perawat 1 : “ Ibu, bagaimana anaknya bu?”
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT scan
pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya sus?”
Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera
diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang jelas?”

Ibu : “ Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”

Perawat 1 : “ InsyaAllah tidak apa-apa bu”

Ibu : “ Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”

Perawat 1 : “ Iya, bu sama-sama, mari bu”

Ibu : “ Iya sus”

13
Narasi

Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun yakin dengan keputusan yang akan diambilnya,
dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi

Dokter : “ Bagaimana bu?”

Ibu : “ Setelah saya pikir-pikir saya setuju bila anak saya

dirogten dan di CT scan”

Dokter : “ Baiklah kalau begitu ibu bisa menandatangani surat

persetujuan tindakan”

Ibu : “ Iya dok, saya tanda tangan dimana?”

Dokter : “ Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian tanda

tangan di sebelah sini”

Narasi

Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien , setelah beberapa saat kemudian datanglah seorang
perawat.

Perawat 2 : “ Permisi bu, Dek ini mau dilakukan rogten, ini adek mau saya antarkan ke
ruang radiologi, sebelumnya perhiasannya dan jamnya dilepas dulu ya, biar
dibawa ibunya dulu”

Pasien (menganggukan kepala)

Perawat 2 : “ Mari dek saya antarkan”

Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang tadi”

Perawat 2 : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek, Ibunya juga
boleh ikut nganter kok

Pasien : “Iya sus” (terdiam sejenak)

14
Narasi

Dan akhirnya dero dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan rongten. Dari hasil rogten diketahui
bahwa pasien mengalami patah tulang, dan harus di rawat inap untuk segera dilakukan operasi.

A. Teknik komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam role play “ Komunikasi Terapeutik
pada Pasien di IGD” adalah :
1. Observasi : kegiatan mengamati kondisi klien/orang lain. Observasi dilakukan apabila
terdapat konflik antara verbal dan non verbal yang butuh pengamatan lebih mendalam.
Contoh pada dialog

Pasien : “aduh sakit sus”

Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)

Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak

dek ?”

Pasien : “iya sus, pusing sus”

2. Klarifikasi: menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi
yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi
perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
Contoh dialog

Perawat 1 : “yang sakit sebelah mana dek ?”

Pasien : (menggerakkan bagian kaki kiri yang sakit.)

Perawat 1 : “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak

dek ?”

3. Offering Sel (menawarakan diri): perawat menawarkan diri adalah menyediakan diri untuk
membantu kebutuhan klien.
Contoh dialog:

15
Perawat 2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang
bu”
Ibu : “ Iya sus, (terdiam sejenak) lha terus anak saya sama siapa
sus?”
Perawat 2 : “ Ibu silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang
menjaga”
4. Ekplorasi : mendalami masalah yang dihadapi klien.
Contoh dialog
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa sesak ”
Perawat : sesak banget atau tidak dek ?
Pasien : “iya sus lumayan susah buat nafas”
Perawat 1 :“ Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya lancar.”
5. Menawarkan informasi: Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut.
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak saya
tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 : “ ibu sesak nafas tidak harus selalu dikarenakan karena penyakit asma
bu, ini bisa terjadi pada anak ibu karena klien mengalami syok waktu
kecelakaan, sehingga dadanya terasa sesak”
6. Assertive: kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Ibu : “ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten
dan CT scan pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin ya
sus?”
Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera
diketahui dan ditangani, bagaiamana bu apa ada yang kurang jelas?”

B. Hambatan yang terjadi pada kasus komunikasi terapeutik pada pasien di IGD adalah
1. Tranference : respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku klien terhadap perawat yang
didasarkan pengalaman pribadi klien.
Contoh dialog

16
Pasien : “ Saya maunya diantar mbak perawat yang baik hati dan mirip ibu saya tadi
saja sus”
Perawat : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar saya antar saja ya dek, Ibunya juga
boleh ikut nganter kok.
Pasien : “tidak mau sus, pokoknya saya maunya sama suster yang tadi”
Perawat : “nanti kalo tidak segera di rotgen adek gak bisa segera sembuh dan tidak bisa
segera pulang kerumah hlo”
Pasien : “ (terdiam sejenak) Iya udah sus, ayo kita ke ruang
rotgen”

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu dengan
komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di utamakan dalam
mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.

4.2 Saran

Meskipun yang lebih diutamakan tindakan gawat darurat, perawat harus tetap melakukan
komunikasi pada pasien, maupun keluarga pasien yang ada.

18

Anda mungkin juga menyukai