KELAS : 3B
PRODI D3 KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KSEHATAN
BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala kemampuan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini
dengan lancar pada mata kuliah Pemberdayaan Keluarga dalam Praktik Kebidanan.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman
kegelapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai
pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun khususnya dari dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam
pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1.Konsep Pembentukan Keluarga.................................................................... 2
2.2. Sistem Keluarga Serta Elemen Keluarga................................................... 15
BAB III PENUTUP............................................................................................. 23
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
BAB II
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep pembentukan keluarga dimulai dari keluarga itu sendiri, dimana
definisi keluarga ialah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai peran masingmasing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Baylon dan Maglaya di
kutip oleh Murwani Arita, 2007).
Dan adapun sistem keluarga atau elemen yang mencakup keluarga itu
sendiri itu merupakan kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang
saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada prinsipnya, setiap sistem selalu terdiri atas empat elemen, yaitu:
Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda
fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem
tersebut. Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan
objeknya. Hubungan internal, di antara objek-objek di dalamnya. Lingkungan,
tempat di mana sistem berada.
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah adalah ini adalah agar Mahasiswa mampu
memahami Konsep Pembentukan Kelurga dan Sistem Keluarga atau Elemen
Keluarga di Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam PraktikKebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Karakteristik Sistem
1) Komponen Sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan.
Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa
suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak peduli
betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau
subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem
untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem
secara keseluruhan. Jadi, dapat dibayangkan jika dalam suatu sistem ada
subsistem yang tidak berjalan / berfungsi sebagaimana mestinya, tentunya
sistem tersebut tidak akan berjalan mulus atau mungkin juga sistem
tersebut rusak sehingga dengan sendirinya tujuan sistem tersebut tidak
tercapai.
2) Batas Sistem (Boundary)
Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan
sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Atau menurut Azhar
Susanto, batas sistem merupakan garis abstraksi yang memisahkan antara
sistem dan lingkungannya. Batas sistem ini bagi setiap orang sangat relatif
dan tergantung kepada tingkat pengetahuan dan situasi kondisi yang
dirasakan oleh orang yang melihat sistem tersebut. Batas sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu
sistem nenunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3) Lingkungan Luar Sistem (Environments)
Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari
sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan
dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar
yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan
mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
4) Penghubung (Interface) Sistem
Penghubung sistem merupakan media penghubung anatara satu
subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini
memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke yang
lainnya. Keluaran output dari satu subsistem akan menjadi masukan
(input) untuk subsistem lainnya dengan melalui penghubung. Dengan
penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang
lainnya membentuk satu kesatuan.
5) Masukan (Input) Sistem
Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem.
Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan
masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang
dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah
energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam
sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan
untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk
diolah menjadi informasi.
6) Keluaran (Output) Sistem
Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikan menjadi keluaran yang berguna dan sisi pembuangan.
Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau
kepada supersistem. Misalnya untuk sistem computer, panas yang
dihaislkan adalah keluaran yang tidak berguna dan merupakan hasil sisa
pembuangan, sedang informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
7) Pengolah (Process) Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan
merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan
mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi
keluaran berupa barang jadi. Sistem akuntansi akan mengolah data-data
transaksi menjadi laporan-laporan keuangan dan laporan-lpaoran lain yang
dibutuhkan oleh manajemen.
8) Sasaran (Objectives) atau Tujuan (Goal)
Tujuan Sistem merupakan target atau sasaran akhir yang ingin
dicapai oleh suatu sistem. Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau
sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem
tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali
masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan
sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau
tujuannya.
4. Keluarga Sebagai Suatu Sistem
Menurut Klein dan White (1996) sistem diartikan sebagai suatu set objek,
dan relasi antar objek tersebut dengan atribut-atributnya, berdasarkan asumsi:
a. elemen sistem saling berhubungan
b. sistem hanya dapat dimengerti sebagai keseluruhan,
c. seluruh sistem mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya, dan
d. sistem bukan sesuatu yang nyata. Sedangkan menurut Winton (1995),
sistem merupakan unit yang dibatasi aturan, dan terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan dan saling ketergantungan.
Teori konflik sosial muncul pada Abad ke-18 dan 19 sebagai respon dari
lahirnya dual revolution, yaitu demokratisasi dan industrialisasi, sehingga
kemunculan sosiologi konflik modern, di Amerika khususnya, merupakan
pengikutan, atau akibat dari, realitas konflik dalam masyarakat Amerika (Mc
Quarrie 1995). Teori konflik sosial mulai populer pada Tahun 1960an sejalan
dengan gelombang kebebasan individu di Barat, tetapi sebetulnya telah
berkembang sejak Abad 17.
Selain itu teori sosiologi konflik adalah alternatif dari ketidakpuasaan
terhadap analisis fungsionalisme struktural Talcott Parsons dan Robert K.
Merton, yang menilai masyarakat dengan paham konsensus dan
integralistiknya. Beberapa kritikan terhadap teori struktural-fungsional
berkisar pada sistem sosial yang berstruktur, dan adanya perbedaan fungsi
atau diferensiasi peran (division of labor). Institusi keluarga dalam perspektif
struktural-fungsional dianggap melanggengkan kekuasaan yang cenderung
menjadi cikal bakal timbulnya ketidakadilan dalam masyarakat. Dengan
demikian:
a. Teori struktural fungsional lebih dijadikan pegangan untuk keluarga
konservatif.
b. Teori konflik sosial lebih dijadikan pegangan bagi keluarga kontemporer.
c. Contoh-contoh konflik dalam keluarga:
1) Konflik peran suami dan istri di dalam keluarga.
2) Konflik komunikasi antara suami dan istri atau antara orangtua dan
anak.
3) Konflik kelas dalam masyarakat (kelas borjuis vrsus proletar; kelas
gender; kelas sosial ekonomi)
4) Konflik antara keluarga inti dan keluarga luasnya.
Contoh perbedaan pendekatan praksis/aplikasi teori struktural fungsional dan
sosial-konflik dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Pendekatan Teori
Kasus/ Masalah Pendekatan Teori Konflik
Struktural
Keluarga Sosial
Fungsional/ Sistem
Penyimpangan perilaku Dianggap sebagai penyakit Dianggap sebagai dinamika
masyarakat yang harus
(deviance) diluruskan masyarakat yang normal, dan
sesuai dengan norma-norma
lama harus diwadahi sesuai dengan
yang dianut bergenerasi. dinamika masyarakat sebagai
norma yang baru
Harus dikawinkan (siap tidak
Perilaku free sex siap, Boleh saja living
suka tidak suka), dihukum
secara together/cohabitation, sebagai
adat. norma yang baru muncul; tidak
harus menikah kalau belum siap
Hubungan gay dan lesbian Dianggap sebagai penyakit Dianggap sebagai dinamika
masyarakat yang harus
diluruskan masyarakat yang normal, dan
(disembuhkan secara spiritual/ harus diwadahi (harus ada
perkawinan gay & lesbian);
psikologis). harus
ada hukum baru
Kasus perceraian Sebisa mungkin dihindarkan; Cerai merupakan gejala normal
Salah satu agama tidak dalam masyarakat, buat apa
memperbolehkan bercerai
seumur dipertahankan.
Hidup
Perkawinan antar agama Tidak diperboleh; Diperbolehkan, agama sendiri-
sendiri antara suami dan istri
Ada aturan yang sangat ketat atau
kesepakatan bersama memilih
salah satu agama.
Didasarkan kesetaraan/egaliter
Peran gender Didasarkan sistem patriarki; dan
keluarga adalah sangat penting; keadilan; keluarga tidak penting
ada kemapanan sistem. bahkan anti keluarga; anti
Kemapanan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep pembentukan keluarga dimulai dari keluarga itu sendiri, dimana definisi
keluarga ialah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya, mempunyai peran masingmasing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya. (Baylon dan Maglaya di kutip oleh Murwani Arita,
2007).
Konsep pembentukan keluarga tidak terlepas dari fungsi utamanya misalnya,
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Fungsi Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di sekitarnya.
Dan adapun sistem keluarga atau elemen yang mencakup keluarga itu sendiri itu
merupakan kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan
dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Daftar Pustaka
Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB
Press. Bogor.