Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir
saya dengan judul Pembangkitan Plasma Menggunakan Metode Direct Current
Magnetron Sputtering adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri,
diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diizinkan dan bukan
merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi
yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
i
“halaman ini sengaja dikosongkan”
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Kalimantan, saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Instutut Teknologi Kalimantan berhak menyimpan,
mengalihmediakan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
iii
“halaman ini sengaja dikosongkan”
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si.)
pada
Program Studi S-1 Fisika
Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman
Institut Teknologi Kalimantan
Oleh:
Syarifah Nihlah Yahya
NIM 01141005
BALIKPAPAN
JANUARI, 2019
v
“halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan anugerah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir yang berjudul:
Proposal tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Fisika, Jurusan Sains,
Teknologi Pangan dan Kemaritiman, Institut Teknologi Kalimantan (ITK)
Balikpapan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT. yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesempatan, dan
kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan proposal tugas akhir.
2. Bapak Suardi, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak Fadli
Robiandi, S.Si. M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
3. Bapak Mahendra Satria Hadiningrat, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Tugas
Akhir Program Studi Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan
Kemaritiman ITK.
4. Bapak Dian Mart Shoodiqin, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Program Studi
Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman ITK.
5. Ibu Menasita Mayantasari, S.Si., M.T. selaku Dosen Wali penulis di Program
Studi Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan Kemaritiman ITK.
6. Ibu Atut Reni Septiana, S.Pd., M.Si., Bapak Agus Rifani, S.Si., M.Si., Bapak
Yohanes Dwi Saputra, S.Si., M.Si., dan Bapak Febrian Dedi Sastrawan, S.Si.,
M.Si., selaku Dosen Program Studi Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan
dan Kemaritiman ITK, serta Mbak Bebby Putri Indahswari, S.E., selaku
Tenaga Pendidik Program Studi Fisika Jurusan Sains, Teknologi Pangan dan
Kemaritiman ITK.
7. Ibu Warniah yang telah sukses menjadi madrasah pertama bagi penulis.
Bapak Sjarif Ridha Yahja. Ibu Junawati yang senantiasa menemani penulis
vii
selama mengenyam pendidikan. A’a Syarief Dienan Yahya, S.E., M.M.,
Teteh Nurul Wardani Yahya, S.H.I, dan Maya Zulfah Yahya yang senantiasa
menyemangati penulis. Serta Paramitha Meylani Suwandi sebagai kawan
dalam berburu toples untuk vacuum chamber dengan penawaran tingkat
dewa.
8. Teman-teman Fisika ITK 2014 Hana yang menjadi partner girls squad di
semester akhir, Irsan sang beautiful charming guy di Fisika 2014, Padrian
yang selalu mengingatkan pada kebaikan, Jaka si alig yang selalu menemani
semester akhir yang penuh drama, Pewe yang menjadi Dosen Pembimbing
Ketiga, Defi acil cina yang selalu memiliki selera yang sama dengan saya,
Mirna kasur empuk yang selalu bunyi kalo di senderin, Reja sebagai teman
yang sudah terbiasa direpotkan, Keluarga Mahasiswa Fisika ITK angkatan
2015, 2016, dan 2017 yang selalu menemani semester akhir penulis, teman-
teman Bird Generation yang selalu kompak dari tahun pertama di Surabaya,
dan Keluarga Mahasiswa ITK.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga proposal tugs akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
viii
PEMBANGKITAN PLASMA MENGGUNAKAN METODE
DIRECT CURRENT MAGNETRON SPUTTERING
ABSTRAK
Kata kunci:
DC magnetron sputtering, plasma, tegangan
ix
“halaman ini sengaja dikosongkan”
x
PLASMA IGNITED USING DIRECT CURRENT
MAGNETRON SPUTTERING METHOD
ABSTRACT
Thin layer on the surface of the substrate can be deposited by Direct Current
(DC) magnetron sputtering wich is one of the Physical Vapour Deposition (PVD)
technique that use plasma as a medium. In this experiment, vacuum pumps, vacuum
tubes (plasma reactor), capacitor, MOT transformers, HV bridge diodes, and
regulator transformers is the main instrumen of DC magnetron sputtering. By
ionizing the trapped gas inside the vacuum tube we created the plasma. By pumping
out the air inside the vacuum tube for 45 and 60 minutes we can get the vacuum
state. The ionization process can be done by giving DC high voltage electricity to
the trapped gas in the plasma reactor that formed plasma. DC high voltage
electricity (at 800-1600 Volt) can be form using regulator transformers, MOT
transformers, HV bridge diodes, and HV capacitor. Plasma’s are ignited with the
distance between the electrodes which is 2, 4, 6, 8, and 10 cm. From the experiment
we got three types of plasma, townsend discharge plasma, glow discharge plasma,
and cathode/anode glow. All of the plasma’s types was formed at different voltages.
The color of the plasma is mostly purple. Purple indicated that the gas we used for
plasma is N2 gas. As we know that 78% N2 gas was in the free air.
Key word:
DC magnetron sputtering, plasma, voltage
xi
“halaman ini sengaja dikosongkan”
xii
DAFTAR ISI
xiii
3.1.2 Bahan ............................................................................................... 21
3.2 Langkah Kerja ....................................................................................... 22
3.2.1 Pembuatan Sistem Vakum ............................................................... 22
3.2.2 Pembuatan Rangkaian Sumber Tegangan ....................................... 22
3.2.3 Pengujian Rangkaian Sumber Tegangan ......................................... 22
3.2.4 Pembangkitan Plasma ...................................................................... 23
3.2.5 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 24
3.3 Rencana Jadwal Penelitian .................................................................... 26
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................... 27
4.1 Hasil Perancangan Direct Current Magnetron Sputtering ................... 27
4.1.1 Sistem Vakum.................................................................................. 27
4.1.2 Sistem Rangkaian Sumber Tegangan .............................................. 28
4.2 Pembangkitan Plasma ........................................................................... 32
BAB 5 Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 39
5.2 Saran...................................................................................................... 39
Daftar Pustaka........................................................................................................ 41
LAMPIRAN A .................................................................................................... A-1
LAMPIRAN B ..................................................................................................... B-1
LAMPIRAN C ..................................................................................................... C-1
LAMPIRAN D .................................................................................................... D-1
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 4.8 Grafik kestabilan plasma ................................................................... 34
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Variasi warna plasma berdasarkan gas yang terionisasi di dalam reaktor
plasma*)................................................................................................ 14
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu yang berkaitan ...................................................... 19
Tabel 3.1 Parameter pembangkitan plasma .......................................................... 24
Tabel 3.2 Rencana Jadwal Penelitian .................................................................... 26
Tabel 4.1 Parameter plasma yang terbentuk ......................................................... 32
Tabel 4.2 Plasma lucutan pijar yang terbentuk ..................................................... 35
Tabel 4.3 Plasma cathode/anode glow yang terbentuk ......................................... 37
xvii
“halaman ini sengaja dikosongkan”
xviii
DAFTAR NOTASI
xix
“halaman ini sengaja dikosongkan”
xx
DAFTAR ISTILAH
Istilah Pengertian
anode/cathode glow fenomena yang terjadi pada saat gas
bertekanan rendah diberikan tegangan tinggi
DC anode/cathode glow menunjukan plasma
yang terakumulasi di sekitar anoda dan
katoda pada reaktor plasma
breakdown voltage terjadi ketika isolator (dalam kasus ini adalah
udara bebas) diberikan tegangan hingga
menyebabkan benda yang bersifat isolator
berubah menjadi benda yang bersifat
konduktor
direct current salah satu alat yang menggunakan prinsip
magnetron sputtering deposisi uap plasma atau Plasma Vapoour
Deposition (PVD) dalam penggunaannya.
Sistem DC magnetron sputtering merupakan
modifikasi dari sistem sputtering dan
pengembangan dari metode RF sputtering,
yaitu dengan menambahkan magnet dalam
konstruksi target (material yang akan di
deposisi pada TCO) serta menggunakan
generator DC
plasma lucutan pijar fenomena yang terjadi pada saat proses
ionisasi gas terjadi secara berkelanjutan.
plasma lucutan pijar terlihat seperti kilat yang
menyambar secara terus-menerus di dalam
reaktor plasma
plasma lucutan fenomena yang terjadi pada saat proses
townsend ionisasi gas pertama kali terjadi. plasma
lucutan townsend terlihat seperti kilat sesaat
yang menyambar di dalam reaktor plasma
xxi
“halaman ini sengaja dikosongkan”
xxii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
lapisan tipis yang memiliki struktur polikristalin, ikatan antara target dan substrat
sangat kuat (tidak menunjukkan adanya rongga), dan lapisan tipis yang terbentuk
homogen (Sugianto dkk, 2015).
Diantara beberapa metode diatas, metode Direct Current magnetron
sputtering merupakan metode yang cukup menjanjikan untuk digunakan. Selain
menghasilkan lapisan tipis yang baik, stoikiometri dari lapisan tipis dapat
ditentukan dan dapat menggunakan logam sebagai target dalam melakukan deposisi
(Stamate dkk, 2005). Direct Current magnetron sputtering juga merupakan teknik
yang paling baik untuk pengembangan industri berdasarkan tingkat deposisi, harga,
dan kemungkinan untuk digunakan secara komersil dalam skala besar (Leng dkk,
2012). Direct Current magnetron sputtering memanfaatkan plasma untuk dapat
mendeposisikan lapisan tipis pada TCO.
Plasma merupakan fase zat keempat setelah fase zat padat, cair, dan gas.
Plasma dapat dibuat dengan cara mengionisasikan gas pada ruang vakum. Proses
ionisasi dapat dilakukan dengan memanaskan gas, atau dengan memberikan listrik
tegangan tinggi pada gas. Plasma dapat terbentuk apabila gas yang dionisasikan
berada pada tabung vakum atau yang disebut sebagai reaktor plasma. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi plasma yang terbentuk pada Direct Current
magnetron sputtering, antara lain tegangan, arus, tingkat vakum, dan jenis gas yang
diionisasikan. Plasma pada Direct Current magnetron sputtering dimanfaatkan
untuk dapat mendeposisikan lapisan tipis pada TCO.
Pada Direct Current magnetron sputtering terdapat dua komponen utama
untuk dapat menghasilkan plasma. Yakni sistem vakum dan sistem tegangan tinggi
DC. Untuk dapat membangkitkan plasma, diperlukan sebuah reaktor yang
didalamnya terdapat gas bertekanan rendah. Gas bertekanan rendah dapat diperoleh
dengan cara memompa keluar udara yang berada di dalam reaktor. Gas bertekanan
rendah ini nantinya akan digunakan untuk membangkitkan plasma. Plasma dapat
diperoleh dengan cara memberikan tegangan tinggi DC pada gas bertekanan
rendah. Tegangan tinggi dapat diperoleh dengan cara merancang rangkaian sumber
tegangan tinggi DC.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, penelitian lebih lanjut untuk membuat
plasma yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam melakukan deposisi lapisan
2
tipis pada TCO dengan menggunakan Direct Current Magnetron Sputtering. Pada
penelitian ini akan dilakukan pembangkitan plasma dengan menggunakan
rangkaian Direct Current magnetron sputtering yang menggunakan trafo MOT
sebagai komponen utamanya. Hal ini dikarenakan trafo MOT merupakan trafo yang
dapat dengan mudah ditemukan, mudah digunakan, dan memiliki harga yang cukup
murah. Karakteristik tegangan pada saat plasma terbentuk serta kestabilan plasma
akan diinvestigasi.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan penelitian mengenai plasma.
2. Mengembangkan penelitian di bidang teknologi physical vapour deposition
(PVD) khususnya Direct Current magnetron sputtering.
3. Mengembangkan penelitian di bidang teknologi deposisi kaca konduktif
menggunakan metode Direct Current magnetron sputtering.
4
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitan
5
“halaman ini sengaja dikosongkan”
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka berisi beberapa teori yang akan mendukung penelitian
yang dilakukan. Tinjauan pustaka berisi penjelasan mengenai transformator,
rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan, kapasitor, plasma, reaktor
plasma, Direct Current magnetron sputtering, dan penelitian terdahulu yang
berkaitan mengenai plasma.
2.1 Transformator
Transformator merupakan instrumen listrik yang berfungsi mengubah
tegangan arus bolak-balik (arus AC) dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui
suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi elektromagnetik
(Setiadji dkk, 2006). Prinsip induksi elektromagnetik yang digunakan adalah
Hukum Ampere dan Hukum Induksi Faraday. Kedua hukum tersebut menyatakan
bahwa perubahan arus atau medan listrik dapat menimbulkan medan magnet dan
perubahan medan magnet (fluks medan magnet) sehingga menyebabkan tegangan
induksi. Secara umum, Gambar 2.1 menunjukan skema dari transformator.
7
Hubungan antara jumlah lilitan,tegangan, dan arus dari sebuah transformator
secara umum didasarkan pada Hukum Induksi Faraday yang dapat dirumuskan
sebagai persamaan 2.1
Vp Np
= (2.1)
Vs Ns
Vp Np Is
= = (2.6)
Vs Ns Ip
(Qurthobi, 2018)
2√2
V0 = Vin (2.7)
π
V0
I0 = (2.8)
R
(Dahono, 2018)
9
Rangkaian dasar dari rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan
ditunjukan oleh Gambar 2.4 sebagai berikut.
(Surjono, 2007)
10
2.3 Kapasitor
Kapasitor adalah komponen pasif elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik di dalam medan listrik dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan
internal dari muatan listrik. Kapasitor dapat dilambangkan deangan huruf “C”
dengan satuan Farad (F) (Erwanto, 2015).
Kapasitor tegangan tinggi merupakan kapasitor yang digunakan pada
rangkaian pengali tegangan trafo MOT yang menggunakan aliran AC 50 Hz, serta
dapat digunakan secara kontinyu (Microwave Oven Capacitor Datasheet). Gambar
2.5 menunjukan salah satu kapasitor HV yang dapat ditemukan pada microwave.
11
2.4 Plasma
Konsep plasma pertama kali dicetuskan pada tahun 1928 oleh Langmuir dan
Tonks. Mereka mendefinisikan plasma sebagai gas yang terionisasi dalam lucutan
listrik (Tarenbaum, S.B., 1967). Plasma sering disebut sebagai fase keempat dari
material. Fase tersebut terbentuk pada saat substansi dipanaskan suhu diatas energi
ikat dari keadaan tertentu material sehingga terjadi transisi fase (Callen, 2003).
𝑛𝑖 ≈ 𝑛𝑒 ≈ 𝑛 (2.8)
13
Gambar 2.7 Plasma lucutan pijar korona
(Chen, 2002)
Warna plasma yang dihasilkan akan bergantung pada jenis gas yang
diionisasikan. Tabel 2.1 menunjukan beberapa warna plasma yang terbentuk
berdasarkan gas yang terionisasi di dalam reaktor plasma.
Tabel 2.1 Variasi warna plasma berdasarkan gas yang terionisasi di dalam reaktor
plasma*)
1 Nitrogen
2 Oksigen
3 Argon
4 Karbon dioksida
5 Helium
6 Neon
7 Kripton
14
Tabel 2.1 Lanjutan
7 Kripton
8 Xenon
9 Hidrogen
10 Uap Air
11 Silikon
15
Elektron dari katoda akan bergerak menuju anoda dan dalam pergerakannya
elektron-elektron tersebut akan menumbuk molekul-molekul dan atom-atom gas
yang berada diantara kedua elektroda. Hal ini menyebabkan terjadinya ionisasi
berantai, tahapan pertama yang harus dilalui adalah terjadinya ionisasi yang
menghasilkan elektron. Elektron pertama ini berasal dari ionisasi gas oleh radiasi
sinar kosmis. Elektron pertama ini dipercepat oleh beda potensial antara dua
elektroda plat dalam tabung lucutan tersebut. Dalam perjalannya elektron ini akan
menumbuk dan mengionisasi atom atau molekul gas lain, demikian seterusnya.
Proses tumbukan beruntun tersebut akan menghasilkan guguran elektronik dan
dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi berantai (Nur, 2011).
16
coating, sol-gel, cathodic deposition, anodic deposition, metal organic chemical
vapour deposition (MOCVD), vacuum evaporation, dan lain-lain
(Rahmasari, 2017).
Direct current (DC) magnetron sputtering merupakan salah satu alat yang
menggunakan prinsip deposisi uap plasma atau Plasma Vapoour Deposition (PVD)
dalam penggunaannya. Sistem DC magnetron sputtering merupakan modifikasi
dari sistem sputtering dan pengembangan dari metode RF sputtering, yaitu dengan
menambahkan magnet dalam konstruksi target (material yang akan di deposisi pada
TCO) serta menggunakan generator DC (Tunggadewi dkk, 2015). Sistem DC
magnetron sputtering secara keseluruhan terdiri atas sistem vakum, sistem
tegangan tinggi, elektroda positif, elektroda negatif, dioda bridge, dua buah magnet
neodimium, dan penyimpang muatan. Sistem DC magnetron sputtering dapat
dilihat pada Gambar 2.8 (Amin, 2007).
katoda
anoda
18
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu yang berkaitan
No. Nama dan
Tahun Parameter Plasma Hasil yang Diperoleh
Publikasi
1 Triadiyaksa Menggunakan sistem elektroda Plasma lucutan pijar
dkk, 2007 titik-bidang dengan jarak antar dapat dibangkitkan
elektroda 3 cm sebanyak 63 pada tegangan 8 kV
buah, sistem vakum berada DC.
pada tekanan atmosfer, serta
dengan menggunakan
tegangan tinggi DC 8 kV.
2 I Made Indra, Menggunakan elektroda jarum Menghasilkan grafik
2010 berdiameter 1, 1.5, dan 2 mm jarak antar elektroda
serta menggunakan minyak terhadap nilai
isolasi yang digunakan sebagai Inception Voltage
bahan uji berupa Korona yang linear.
TRANSFORMER OIL Hal tersebut
POWEROIL TO 1020 60U. menunjukan bahwa
plasma berada dalam
keadaan stabil.
3 Koten dkk, Menggunakan tegangan Desain generator
2017 sumber AC 220 V menjadi DC plasma yang telah
2000 V, dan menggunakan gas dirancang meliputi catu
argon. daya (pengubah
tegangan AC 220 V
menjadi DC 2000 V),
19
“halaman ini sengaja dikosongkan”
20
BAB 3
METODE PENELITIAN
Saklar
Pompa
Vakum
Dioda Kapasitor
Bridge HV HV
Trafo Trafo
Regulator MOT
AC 240 V Tabung Vakum
(Reaktor Plasma)
3.1.1 Alat
Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah pompa vakum Value tipe
VE115N, Osiloskop GW Instek tipe GDS-1042, trafo regulator TDGC2-2kVA,
trafo MOT MA 600B 639Qr, dioda bridge HV, kapasitor HV 2200VAC 1.07 µF,
tabung vakum (reaktor plasma), dan sepasang elektroda.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat instrumen DC magnetron sputtering
adalah kabel penghubung bertegangan 240 Volt, kabel NYA bertegangan 800 Volt,
dan scoon.
21
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Pembuatan Sistem Vakum
Sistem vakum terdiri atas tabung vakum dan pompa vakum . Tabung vakum
dibuat berbentuk silinder kaca. Pada bagian atas tabung vakum diberi dua buah
lubang sebagai jalur pipa pompa vakum dan jalur elektroda negatif. Elektroda
negatif berupa logam yang berbentuk silinder. Elektroda positif berupa plat berada
pada bagian bawah toples. Untuk menjaga sistem vakum, pada bagian mulut toples
dilapisi silikon serta diberi tambahan penutup silikon karet. Skema sistem vakum
yang digunakan ditunjukan oleh Gambar 3.2 sebagai berikut.
22
Osiloskop Osiloskop Osiloskop Osiloskop
Saklar
Pompa
Kapasitor Vakum
Dioda
HV
Bridge HV
Trafo Trafo
Regulator MOT Tabung Vakum
AC 240 V (Reaktor Plasma)
23
Multimeter
Saklar
Pompa
Vakum
Dioda Kapasitor
Bridge HV HV
24
Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian
25
3.3 Rencana Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 menunjukan Rencana Jadwal Penelitian yang akan dilakukan.
26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan hasil dari pembangkitan plasma menggunakan
metode DC magnetron sputtering yang dilakukan serta penjelasan terkait plasma
yang diperoleh untuk setiap jarak antar elektroda yang berbeda.
27
Gambar 4.1 Vakum gauge STAINS yang
terukur pada tabung vakum yang dirancang
y = 4.811x – 49.313
Gambar 4.2 Nilai input dan output trafo regulator dan trafo MOT
28
Pada Gambar 4.2 menunjukkan grafik yang linear. Hal ini membuktikan
bahwa tegangan output dari trafo MOT akan meningkat seiring dengan
penambahan tegangan input yang diberikan.
Gambar 4.3 menunjukan grafik tegangan output dari trafo regulator (a) dan
trafo MOT (b) yang direkam dengan menggunakan osiloskop GW Instek GDS-
1042.
(a) (b)
Gambar 4.3 (a) Sinyal tegangan output trafo regulator (b) Sinyal tegangan output
trafo MOT
Pada Gambar 4.3 (a) dan (b) grafik menunjukan sinyal sinusoidal yang
menunjukan bahwa tegangan yang diperoleh dari trafo regulator dan trafo MOT
adalah tegangan AC. Pada grafik terlihat kenaikan amplitudo sinyal dari trafo
regulator menuju trafo MOT yang menunjukan bahwa trafo MOT menaikkan
tegangan output dari trafo regulator.
Tegangan output pada trafo MOT kemudian dihubungkan dengan dioda
bridge HV yang berfungsi sebagai penyearah arus yang berasal dari trafo MOT.
Gambar 4.4 menunjukkan hubungan antara tegangan output trafo regulator
terhadap output yang dihasilkan setelah dihubungkan dengan dioda bridge HV.
29
y = 8.2244x + 22,762
Pada Gambar 4.4 menunjukkan grafik yang linear. Hal ini membuktikan
bahwa tegangan output dari dioda bridge HV akan meningkat seiring dengan
penambahan tegangan input yang diberikan.
Gambar 4.5 menunjukan sinyal tegangan output dari rangkaian setelah
dihubungkan dengan dioda bridge HV.
Pada Gambar 4.5 menunjukan bahwa sinyal tegangan yang diperoleh dari
rangkaian setelah dihubungkan dengan dioda bridge HV adalah sinyal tegangan
30
DC. Hal ini membuktikan bahwa rangkaian dioda bridge HV yang digunakan dapat
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Arus DC yang dihasilkan dioda bridge HV kemudian dihubungkan dengan
kapasitor HV yang berfungsi untuk menstabilkan aliran arus menuju tabung vakum
(reaktor plasma). Output pada kapasitor HV kemudian dihubungkan dengan anoda
dan katoda pada reaktor plasma. Gambar 4.6 menunjukan grafik nilai tegangan
output dari rangkaian setelah dihubungkan dengan kapasitor terhadap nilai
tegangan output trafo regulator.
y = 12.95x + 8.4821
Pada Gambar 4.6 menunjukkan grafik yang linear. Hal ini membuktikan
bahwa tegangan output dari kapasitor akan meningkat seiring dengan penambahan
tegangan input yang diberikan.
Gambar 4.7 menunjukan sinyal tegangan output dari rangkaian setelah
dihubungkan dengan kapasitor (tegangan input reaktor plasma).
31
Gambar 4.7 Sinyal tegangan input reaktor plasma
32
Plasma lucutan townsend merupakan kilatan plasma yang terbentuk pertama
kali saat tegangan bernilai tertentu diaplikasikan pada reaktor plasma. Plasma
lucutan townsend terjadi disebabkan oleh fenomena breakdown voltage.
Breakdown voltage terjadi ketika isolator (dalam kasus ini adalah udara bebas)
diberikan tegangan tinggi hingga menyebabkan benda yang bersifat isolator
berubah menjadi benda yang bersifat konduktor. Lucutan plasma sesaat
menandakan bahwa udara yang awalnya bersifat isolator berubah menjadi
konduktor. Plasma lucutan townsend terkadang tidak terbentuk. Hal ini
dikarenakan pada durasi vakum 45 menit reaktor plasma memiliki konsenstrasi gas
yang cukup tinggi, sehingga untuk menghasilkan fenomena breakdown voltage
memerlukan tegangan yang bernilai besar. Pada saat terjadi lucutan townsend
dengan kondisi konsentrasi gas yang tinggi, maka akan terjadi penurunan tegangan
pada elektroda. Tegangan yang turun berada dibawah batasan breakdown voltage,
sehingga tidak menyebabkan lucutan pijar. Setelah terjadi lucutan townsend,
tegangan pada katoda akan menurun. Sehingga katoda akan memerlukan waktu
kembali untuk dapat mengisi elektron, ketika elektron telah mencukupi untuk dapat
mencapai breakdown voltage, maka akan menghasilkan lucutan kedua. Apabila
penurunan tegangan saat terjadi lucutan townsend berada di atas atau sama dengan
batas minimum breakdown voltage, maka akan terjadi plasma lucutan pijar yang
kontinyu.
Pada plasma lucutan pijar, molekul yang diberikan tegangan tinggi
menyebabkan terjadinya ionisasi gas. Proses ionisasi gas yang berkelanjutan akan
menghasilkan plasma lucutan pijar. Plasma lucutan pijar terjadi untuk setiap jarak
antar elektroda yang berbeda. Hal ini membuktikan bahwa DC magnetron
sputtering yang dibuat berhasil menghasilkan plasma.
Sedangkan untuk plasma cathode glow terjadi pada suatu gas yang
bertekanan rendah berada diantara dua buah elektroda tegangan tinggi. Fenomena
cathode glow terjadi pada DC magnetron sputtering ketika elektron tereksitasi dari
katoda dan bergerak menuju anoda. Dalam pergerakannya menuju anoda, elektron
akan menabrak atom-atom gas sehingga menyebabkan terjadinya ionisasi gas yang
akan menghasilkan cathode glow.
33
Plasma cathode glow tidak dapat terbentuk pada setiap jarak antar elektroda
yang berbeda. Hal ini dikarenakan plasma cathode glow memerlukan kondisi
tertentu agar dapat terbentuk. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terbentuknya plasma cathode glow tersebut adalah tekanan (konsentrasi gas), dan
tegangan tertentu pada reaktor plasma. Faktor tersebut berbeda-beda pada setiap
percobaan jarak antar elektroda yang berbeda dan diperlukan beberapa instrumen
lain seperti indikator tekanan yang lebih presisi, pompa untuk tingkat vakum yang
lebih tinggi, serta penggunaan gas inert sebagai gas yang diionisasikan untuk dapat
mempertahankan kondisi tersebut.
Selain terjadi fenomena cathode glow, terjadi pula fenomena anode glow.
Fenomena anode glow dapat terjadi ketika molekul gas yang bertekanan rendah
diberikan tegangan tinggi DC sehingga energinya berada diatas batas minimum
energi ionisasi dari molekul gas dan menyebabkan terjadinya penambahan ionisasi
di permukaan anoda.
Berdasarkan Tabel 4.1 maka diperoleh Gambar 4.8 yang menyatakan grafik
hubungan antara jarak antar elektroda terhadap parameter tegangan plasma yang
menyatakan tingkat kestabilan plasma sebagai berikut.
y = 48.563x + 1217.1
y = 61,513x + 1284.1
y = 71,225x + 811.38
y = 84.175x + 513.53
2 N2 N2
4 N2 dan Si N2
6 N2 dan Si N2
35
Tabel 4.2 Lanjutan
Jarak
Antar Durasi Vakum Gas yang Durasi Vakum Gas yang
Elektroda 45 menit terionisasi 60menit terionisasi
(cm)
8 N2 N2
10 N2 N2
36
Tabel 4.3 Plasma cathode/anode glow yang terbentuk
Jarak Jenis Gas
Jenis Gas
Antar Durasi Vakum yang Durasi Vakum
yang
Elektroda 45 menit terionisasi 60menit
terionisasi
(cm)
cathode glow
N2
6 - -
anode glow
10 N2 N2
37
*halaman ini sengaja dikosongkan*
38
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran yang
dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Plasma dapat dihasilkan dengan menggunakan metode Direct Current
magnetron sputtering.
2. Plasma yang dihasilkan merupakan plasma lucutan townsend dan plasma
lucutan pijar yang stabil, hal ini ditunjukan oleh grafik jarak antar elektroda
terhadap tegangan pembentuk plasma yang menunjukan garis linear.
5.2 Saran
Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah:
1. Sistem vakum yang digunakan sebagai reaktor plasma pada DC magnetron
sputtering sebaiknya menggunakan material yang tidak mudah menguap agar
tidak menjadi pengotor pada saat proses pembentukan plasma.
2. DC magnetron sputtering yang dibuat dapat dikembangkan untuk digunakan
sebagai alat deposisi lapisan tipis semikonduktor pada kaca konduktif.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuat holder substrat dan target
agar dapat melakukan deposisi lapisan tipis dengan menggunakan DC
magnetron sputtering.
39
“halaman ini sengaja dikosongkan”
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Raharjo, Mugi. (2009), Struktur Kristal, Sifat Listrik (Resistivitas), dan Sifat Optik
Film Tipis ZnO dengan Doping Al yang Ditumbuhkan dengan Metode DC
Magnetron Sputtering, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Rahmasari, Nabila. (2017), Karakterisasi Lapisan Tipis Bahan C, SnO2, dan
C+SnO2 Ditinjau dari Nilai Hambatan, Uji UV-Vis, dan XRD Sebagai
Material Transparent Conducting Oxide, Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Rana, M.S. (2014). “Design and Construction of a Tesla Transformer by using
Microwave Oven Transfer for Experimentation”, Innovative Systems Design
and Engineering Paper, Vol. 5, No.12.
Regulator/Stabilizer Tegangan. (2018). [online] tersedia di:
https://id.aliexpress.com/item/Delixi-single-phase-regulators-enter-220V-
500W-voltage-regulator-adjustable-TDGC2-0-5kVA-0V-
250v/32248731440.html [diakses pada 18 Oktober 2018]
Rifone. Microwave Oven Capacitor Datasheet. [online] tersedia di:
http://www.rifone-capacitor.com/upload/files/CH85.pdf [diakses
padatanggal 6 November 2018]
Setiadji, J.S., Machmudsyah, T., Isnanto, Y. (2006). “Pengaruh Ketidakseimbangan
Beban Terhadap Arus Netral dan Losses pada Trafo Distribusi”, Jurnal
Teknik Elektro, Vol. 6, No. 1.
Spyrout, N., Peruos, R., and Hield, B. (1994). “New Result on a Point–to Plane DC
Plasma Reactor in Low Pressure Dried Air”, Journal Phys. D: Appl. Phys.,
Vol. 27
Stadler, Andreas,. (2012). “Transparent Conducting Oxides—An Up-To-Date
Overview”, Jurnal Material, Vol. 5, hal. 661-683.
Stamate, V., Vascan, I., Lazar, I.. Lazar., G., Caraman, I., Caraman, M. (2005).
“Optical and Surface Properties TiO2 Thin Films Deposited by Magnetron
Sputtering Method”, Journal of Optoelectronics and Advanced Materials,
Vol. 7, No.2.
Sugianto, Marwoto, P., Astuti, B., Zannah, R., Yanti. (2015). “Pengaruh
Temperatur Deposisi terhadap Struktur dan Sifat Optik Film Tipis ZnO:Al
dengan metode DC Magnetron Sputtering”, Jurnal Fisika Universitas Negeri
Semarang, Vol. 5, No. 2.
Surjono, H.D., 2007, Elektronika: Teori dan Penerapan, Jember: Cerdas Ulet
Kreatif.
Sutadi, Suhartana, Sumaryadi. (2013). “Pembuatan Transformator 625 VA
Terisolasi Tegangan Tinggi 300 kV Untuk Catu Daya Filamen Sumber
Elektron MBE Lateks”, Prosiding Seminar. Yogyakarta, 11 September 2013.
Syuhada, Bayuwati, Sulaiman. (2008). ”Pembuatan Konduktor Transparan Thin
Film SnO2 dengan Menggunakan Teknik Spray Pyrolisis”, Jurnal Fisika
Himpunan Fisika Indonesia, Vol. 8, No.1.
Tarenbaum, S.B., 1967. Plasma Physics. The McGraw-Hill Companies, Inc.. New
York.
Triadyaksa, P., Nasruddin, Wasiq, J., Nur, M. (2007). “Rancang Bangun dan
Pengujian Sistem Reaktor Plasma Lucutan Pijar Korona guna Mempercepat
Pertumbuhan Tanaman Mangrove”. Jurnal Berkala Fisika, Vol. 10, No. 3, hal.
137-144.
42
Tseng, C.H., 1999, The application of Pulsed Corona Discharge Technology in Flue
Gas Desulfurization and Denitrification, The Air & Wasre Management
association’s 92nd Annual Meeting & Exhibition, St. Louis, Missouri, USA.
Tunggadewi, D.A., Hidayanti, Fitria. (2015). “Pembuatan Sel Surya Film Tipis
dengan DC Magnetron Sputtering”, Jurnal Ilmiah GIGA, Vol. 18, No. 1, hal.
38-42.
Widiyastuti, Bahriyah, S., Pakendek, S., Kusdianto, Madhania, S., Winardi, S.
(2011). “Sintesis ZnO:Al Sebagai Bahan Transparent Conducting Oxide
(TCO) dengan Metode Spray Pyrolisis”, Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta, 22 Februari 2011.
Wiaya, I Made Indra. (2010). “Karakteristik Korona Dan Tegangan Tembus Isolasi
Minyak Pada Konfigurasi Elektroda Jarum-Plat
Wirjoadi, Bambang Siswanto. (2008). “Sifat Optik, Struktur Kristal dan Struktur
Mikro Lapisan Tipis ZnO:Al pada Substrat Kaca Sebagai Bahan TCO”,
Jurnal Ganendra, Vol. XI, No.2.
Yunanto, Wibowo, T., Suryadi. (1996). “Pembuatan Sistem Plasma Lucutan Pijar
dengan Teknik Gabungan RF dan Tegangan Tinggi DC”, Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN. Yogyakarta 23-25 April.
Yuwono, A.H., Munir, B., Ferdiansyah A., Rahman, A., Handini, W. (2010). “Dye
Sensitized Solar Cell with Conventionally Annealed and Post-hydrotermaly
Treated Nanocrystalline Semiconductor Oxide TiO2 Derived from Sol-Gel
Process”, Jurnal Makara Teknologi, Vol. 14, No.2, hal. 53-60.
43
“halaman ini sengaja dikosongkan”
44
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A. Regresi Linier Grafik Jarak Atar Elektroda Terhadap Tegangan Lucutan Plasma
A-1
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 60 Volt
xplasma lucutan pijar = 75 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
= 12.95 (60) + 8.4821
= 785.48 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
= 12.95 (75) + 8.4821
= 979.73 Volt
A-2
D. Perhitungan tegangan plasma untuk jarak antar elektroda 6 cm
1. Durasi vakum 45 menit
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 115 Volt
xplasma lucutan pijar = 130 Volt
xplasma cathode glow = 100 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
c. yplasma cathode glow = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (115) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 1497.73 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (130) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1691.98 Volt
c. yplasma cathode glow = 12.95x + 8.4821
yplasma cathode glow = 12.95 (100) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1303.48 Volt
2. Durasi vakum 60 menit
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 70 Volt
xplasma lucutan pijar = 90 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (70) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 914.98 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (90) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1173.98 Volt
A-3
E. Perhitungan tegangan plasma untuk jarak antar elektroda 8 cm
1. Durasi vakum 45 menit
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 125 Volt
xplasma lucutan pijar = 140 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (125) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 1627.23 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (140) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1821.48 Volt
2. Durasi vakum 60 menit
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 90 Volt
xplasma lucutan pijar = 105 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (90) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 1173.98 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (105) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1368.23 Volt
A-4
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
c. yplasma cathode glow = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (130) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 1691.98 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (140) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1821.48 Volt
c. yplasma cathode glow = 12.95x + 8.4821
yplasma cathode glow = 12.95 (120) + 8.48
yplasma cathode glow = 1562.48 Volt
2. Durasi vakum 60 menit
Diketahui : y = 12.95x + 8.4821
xplasma lucutan townsend = 110 Volt
xplasma lucutan pijar = 120 Volt
xplasma cathode glow = 100 Volt
Ditanyakan : a. yplasma lucutan townsend = ....
b. yplasma lucutan pijar = ....
c. yplasma cathode glow = ....
Penyelesaian : a. yplasma lucutan townsend = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 12.95 (110) + 8.4821
yplasma lucutan townsend = 1432.98 Volt
b. yplasma lucutan pijar = 12.95x + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 12.95 (120) + 8.4821
yplasma lucutan pijar = 1562.48 Volt
c. yplasma cathode glow = 12.95x + 8.4821
yplasma cathode glow = 12.95 (100) + 8.4821
yplasma cathode glow = 1303.48 Volt
A-5
*halaman ini sengaja dikosongkan*
A-6
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI PENELITIAN
Dioda bridge HV
B-1
Kapasitor HV
Elektroda negatif (katoda) yang terbuat dari material stainless steel pada saat
sebelum proses pembangkitan plasma
Elektroda negatif (katoda) yang terbuat dari material stainless steel pada saat
setelah proses pembangkitan plasma
B-2
Pompa Vakum Value tipe VE115N
B-3
Direct Current Magnetron Sputtering
B-4
LAMPIRAN C
LOG BOOK PENELITIAN
C-1
mulai dari 0 Volt hingga plasma
terbentuk. Pengambilan data dilakukan
untuk jarak antar elektroda sebesar 6 cm.
Dilakukan percobaan pembangkitan
plasma pada jarak antar elektroda sebesar
14 Senin/12 November 2018
4 cm untuk durasi vakum selama 45
menit.
Dilakukan percobaan pembangkitan
plasma pada jarak antar elektroda sebesar
15 Selasa/13 November 2018
2 cm dan 8 cm untuk durasi vakum
selama 45 menit..
Dilakukan percobaan pembangkitan
plasma pada jarak antar elektroda sebesar
16 Kamis/15 November 2018
10 cm untuk durasi vakum selama 45
menit dan 60 menit.
Perancangan kembali reaktor plasma
17 Jum’at/16 November 2018
yang pecah.
Minggu/18 November Perancangan kembali sistem vakum yang
18
2018 baru.
19 Senin/19 November 2018 Pembuatan penutup mulut tabung vakum.
Pembuatan lapisan silikon pada mulut
20 Selasa/20 November 2018
toples
Dilakukan percobaan pembangkitan
plasma pada jarak antar elektroda sebesar
21 Rabu/21 November 2018
2 cm dan 4 cm untuk durasi vakum
selama 60 menit.
Dilakukan percobaan pembangkitan
plasma pada jarak antar elektroda sebesar
22 Kamis/22 November 2018
6 cm dan 8 cm untuk durasi vakum
selama 60 menit.
C-2
LAMPIRAN D
RIWAYAT PENULIS
D-1
*halaman ini sengaja dikosongkan*
D-2