Anda di halaman 1dari 9

Operating Leverage (Pengungkit Operasi)

Dalam ilmu fisika, leverage adalah sebuah mesin sederhana yang digunakan untuk
melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya, leverage tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga
yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang
digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut.
Dalam bidang keuangan operating leverage berkaitan dengan bauran relatif dari biaya tetap dan
biaya variabel dalam suatu organisasi. Saat biaya variabel turun, margin kontribusi per unit
meningkat. Hal ini membuat kontribusi setiap unit yang dijual menjadi lebih tinggi sebesar itu.
Pada kasus demikian, fluktuasi penjualan memiliki pengaruh yang meningkat atas profitabilitas.
Jadi, perusahaan yang merealisasikan biaya variabel yang lebih rendah karena meningkatkan
biaya tetapnya akan menikmati kenaikan laba yang lebih besar ketika penjualan meningkat
dibanding dengan perusahaan dengan proporsi biaya tetap yang lebih rendah. Biaya tetap
digunakan sebagai leverage untuk meningkatkan laba. Namun, perusahaan dengan operating
leverage yang lebih tinggi akan mengalami pengurangan laba lebih besar ketika penjualan turun.
Oleh karena itu, operating leverage merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan
perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.

Tangkat operating leverage (degree of operating leverage-DOL) untuk tingkat penjualan tertentu
dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba

Tingkat operating leverage = margin kontribusi/laba

Jika biaya tetap digunakan untuk mengurangi biaya variabel sedemikian rupa sehingga margin
kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat operating leverage menaik

Untuk mengilustrasikan pemanfaatan konsep ini, pertimbangkan perusahaan yang sedang


berencana menambah sebuah lini produk baru. Perusahaan dapat memilih lebih mengandalkan
otomatisasi atau tenaga kerja. Jika perusahaan memilih untuk menekankan otomatisasi daripada
tenaga kerja, maka biaya tetap lebih tinggi dan biaya variabel per unit lebih rendah. Data yang
relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah sebagai berikut

Sistem Sistem
Otomatis Manual
Penjualan 1.000.000 1.000.000
Dikurangi: BIaya Variabel 500.000 800.000
Margin Kontribusi 500.000 200.000
Dikurangi: Biaya Tetap 375.000 100.000
Laba Operasi 125.000 100.000
Harga jual per unit 100 100
Beban variabel per unit 50 80
Margin kontribusi per unit 50 20
Tingkat operating leverage untuk sistem otomatis adalah 0,4 (500.000/125.000) sedangkan untuk
sistem manual 0,2 (200.000/100.000). ketika penjualan naik sebesar 40 maka laba akan berubah
sebagai berikut.

Sistem Sistem
Otomatis Manual
Penjualan 1.400.000 1.400.000
Dikurang: Biaya Variabel 700.000 1.120.000
Margin kontribusi 700.000 280.000
Dikurangi: Biaya Tetap 375.000 100.000
Laba Operasi 325.000 180.000
Laba untuk sistem otomatis akan naik sebesar 200.000 (325.000 – 125.000) untuk kenaikan
sebesar 160%, sedangkan pada sistem manual, laba meningkat hanya sebesar 80.000 (180.000 –
100.000) atas kenaikan sebesar 80%. Sistem otomatis memiliki tingkat kenaikan yang lebih besar
karena memiliki tingkat operating leverage yang lebih tinggi.

Dalam memilih kedua sistem ini, pengaruh operating leverage merupakan suatu informasi yang
berharga. Ketika penjualan naik 40%, pengaruh ini dapat memberikan manfaat yang signifikan
bagi perusahaan. Namun, pengaruh tersebut juga akan menyebabkan kerugian perusahaan ketika
terjadi penurunan penjualan. Titik impas untuk sistem otomatis adalah 7.500 unit (375.000/50)
dana titik impas untuk sistem manual adalah 5.000 unit (100.000/20). Jadi, sistem otomatis
memiliki risiko operasi yang lebih besar. Risiko yang bertambah akan menyediakan potensi laba
yang lebih tinggi.
A. Analisis CVP dan Perhitungan BIaya Berdasarkan Aktivitas
Analisis CVP Konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu biaya yang berubah sejalan dengan volume
penjualan (biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya, biaya
diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.
Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi dalam kategori
berdasarkan unit dan nonunit. Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas mengakui
beberapa biaya yang berubah bergantung pada jumlah unit yang diproduksi sedangkan
beberapa biaya lain tidak.
Penggunaan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak berarti analisis CVP
kurang bermanfaat. Pada kenyataannya, analisis CVP menjadi lebih bermanfaat karena
memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya. Wawasan tersebut
menghasilkan keputusan yang lebih baik. Sebagai ilustrasi, anggaplah biaya perusahaan
dapat dijelaskan dengan tiga variabel: penggerak aktivitas tingkat unit adalah unit yang
dijual, penggerak aktivitas tingkat batch adalah jumlah pengaturan, dan penggerak
aktivitas tingkat produk adalah jam rekayasa (engineering hours). Persamaan biaya ABC
selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Total Biaya = Biaya Tetap + (Biaya Variabel per unit x Jumlah unit) + (Biaya pengaturan
x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

Laba Operasi seperti sebelumnya adalah total pendapatan dikurangi total biaya. Hal ini
dinyatakan sebagai berikut.

Laba Operasi = Total Pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit)
+ (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x JUmlah jam rekayasa)].

Pada impas, laba operasi adalah nol dan jumlah unit yang harus dijual unruk mencapai
impas adalah sebagai berikut.

Unit Impas = [Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x
Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit)

Perbandingan antara titik impas ABC dengan titik impas konvensional mengungkapkan
dua perbedaan yang signifikan. Pertama, biaya tetapnya berbeda. Kedua, pembilang pada
persamaan impas ABC memiliki 2 istilah biaya variabel nonunit: satau untuk aktivitas
yang berkaitan dengan batch dan satu lagi untuk aktivitas yang berkaitan dengan
keberlanjuta produk.

1. Contoh Pembandingan Analisis Konvensional dan ABC


Suatu pembandingan antara analisis biaya volume laba konvensional dengan
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas akan berguna. Asusmsikan suatu
perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual untuk mneghasilkan
laba sebelum pajak sebesar 20.000. analisis ini didasarkan pada data berikut.
Penggerak Aktivitas Biaya Variabel per Tingkat
Unit Penggerak
Aktivitas
Unit yang terjual 10 -
Pengaturan 1.000 20
Jam rekayasa 30 1.000
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensional) 100.000
Total biaya tetap (ABC) 50.000
Harga jual per unit 20

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar 20.000 dihitung sebagai berikut.

Jumlah unit = (Target laba + Biaya tetap) / (Harga – Biaya Variabel per unit)
= (20.000 + 100.000) / (20 – 10)
= 120.000 / 10
= 12.000 unit

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba operasi sebesar 20.000 adalah sebagai berikut.
Jumlah unit = [Target laba + Biaya tetap ABC + (Biaya pengaturan x Jumlah
pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel
per unit)

Jumlah unit = [20.000 + 50.000 + (1.000 x 20) + (30 x 1.000)] / (20 – 10)
= 12.000 unit

Menurut dua pendekatan tersebut, jumlah unit yang harus dijual adalah sama. Alasannya
sederhana. Kelompok total biaya tetap menurut perhitungan biaya konvensional terdiri
atas biaya variabel berdasarkan nonunit ditambah biaya tetap tanpa memperhatikan
penggerak aktivitas. Persamaan ABC pada analisis CVP merupakan representasi yang
lebih lengkap mengenai perilaku biaya yang mendasari dan dapat memberikan
pemahaman strategis yang penting.

2. Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional versus Analisis ABC


Misalkan, setelah analisis CVP konvensional dilakukan, Departemen Pemasaran
menyatakan penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Unit yang bisa terjual
mungkin hanya 10.000. kemudian presiden direktur perusahaan memerintahkan
para insinyur perancang produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan
produk. Para insinyur juga diminta mempertahankan persamaan biaya
konvensional, yaitu biaya tetap sebesar 100.000 dan biaya variabel per unit 10.
Biaya variabel per unit sebesar 10 terdiri atas: tenaga kerja langsung 4, bahan
baku langsung 5, dan overhead variabel 1. Untuk memenuhi permintaan
mengurangi titik impas, Departemen Teknik memproduksi suatu rancangan baru
yang membutuhkan tenaga kerja lebih sedikit. Rancangan baru tersebut
mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar 2 per unit. Rancangan tersebut
tidak akan mempengaruhi bahan baku atau overhead variabel. Dengan demikian,
biaya variabel yang baru adalah 8 per unit dan titik impas sebagai berikut.

Jumlah unit = Biaya tetap / (Harga – Biaya variabel per unit)


= 100.000 / (20 – 8)
= 8.333 unit

Proyeksi lab ajika 10.000 unit terjual dihitung sebagai berikut.

Penjualan (20 x 10.000) 200.000


Dikurangi: Beban Variabel (8 x 10.000) 80.000
Margin kontribusi 120.000
Dikurangi: Beban tetap 100.000
Laba operasi 20.000

Namun rancangan tersebut dapat justru merugikan perusahaan. Hal ini dijelaskan
pada pendekatan ABC pada analisis CVP.
Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut.

Total biaya = 50.000 + (10 x Unit) + (1.000 x Pengaturan) + (30 x Jam rekayasa)

Misalkan, rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit


sehingga meningkatkan biaya per pengaturan dar 1.000 menjadi 1.600. Karena
peningkatan kandungan teknis, rancangan baru itu membutuhkan dukungan
teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1.000 jam menjadi 1.400 jam)
Berikut persamaan biaya baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit.

Total biaya = 50.000 + (8 x Unit) + (1.600 x Pengaturan) + (30 x Jam rekayasa)

Titik impas dengan laba operasi nol dan menggunakan persamaan ABC dihitung
sebagai berikut.

Jumlah unit = [50.000 + (1.600 x 20) + (30 x 1.400)] / (20 – 8)


= 124.000 / 12
= 10.333 unit
Laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sebagai berikut (ingat kembali bahwa
jumlah maksimal yang dapat terjual adalah 10.000 unit).

Penjualan (20 x 10.000) 200.000


Dikurangi: Beban Variabel berdasarkan unit (8 x 10.000) 80.000
Margin Kontribusi 120.000
Dikurangi: Beban variabel berdasarkan nonunit:
Pengaturan (1.600 x 20) 32.000
Dukungan teknik (30 x 1.400) 42.000 74.000
Margin yang dapat ditelusuri 46.000
Dikurangi: Beban tetap 50.000
(Rugi) operasional (4.000)

Para insinyur mungkin menyadari kenaikan pada kedua variabel (biaya


pengaturan dan dukungan teknik) tersebut, tetapi persamaan biaya konvensional
mengalihkan perhatian dari penghitungan besarnya dampak perubahan pada
kedua variabel tersebut. Informasi yang diberikan oleh persamaan konvensional
kepada para insinyur memberikan kesan bahwa setiap pengurangan biaya tenaga
kerja yang dalam hal ini tidak mempengaruhi bahan baku atau overhead variabel
dan akan mengurangi total biaya karena perubahan dalam tingkat aktivitas tenaga
kerja tidak akan mempengaruhi biaya tetap. Namun, persamaan ABC
menunjukkan pengurangan input tenaga kerja yang secara berlawanan
mempengaruhi aktivitas pengaturan atau dukungan teknik mungkin tidak
menguntungkan.

3. Analisis CVP dan JIT


Jika suatu perusahaan menganut JIT, maka biaya variabel per unit yang dijual
berkurang dan biaya tetap bertambah. Sebagai contoh, sekarang tenaga kerja
langsung dianggap sebagai tetap dan tidak variabel. Di lain pihak, bahan baku
langsung masih dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan unit. Biaya variabel
berdasarkan unit lainnya seperti listrik dan komisi penjualan juga berlaku. Selain
itu, variabel tingkat batch menjadi hilang (pada sistem JIT, batch adalah satu
unit). Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai
berikut.

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah unit) + (Biaya
rekayasa x Jumlah jam rekayasa).

Anda mungkin juga menyukai

  • TUGAS AUDIT Pendapat WDP
    TUGAS AUDIT Pendapat WDP
    Dokumen1 halaman
    TUGAS AUDIT Pendapat WDP
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Data Pengakuan Pendapatan
    Data Pengakuan Pendapatan
    Dokumen22 halaman
    Data Pengakuan Pendapatan
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Akmen
    Akmen
    Dokumen6 halaman
    Akmen
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Kasus
    Kasus
    Dokumen7 halaman
    Kasus
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Data Sap 12 AK KEU
    Data Sap 12 AK KEU
    Dokumen30 halaman
    Data Sap 12 AK KEU
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Sap 10 Kombis
    Sap 10 Kombis
    Dokumen7 halaman
    Sap 10 Kombis
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Sap 8 Kombis
    Sap 8 Kombis
    Dokumen18 halaman
    Sap 8 Kombis
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat
  • Sap 1
    Sap 1
    Dokumen17 halaman
    Sap 1
    Akuntansi Keuangan Lanjutan
    Belum ada peringkat