Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

A. Pengertian
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, meyebabkan distensi
kandung empedu (Doenges, dkk., 1999).
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur – unsuir padat yang membentuk cairan empedu. Betu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi (Smeltzer C Suzane, 2002)
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu (Brunner &
Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price & Wilson,
2005).
Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di temukan pada
saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, kalsium
bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut. (Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).

B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus
koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada
submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia
di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E, 1999)

C. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang
tersusun dari kolesterol.
1 Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam
empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak
dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2 Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air,
kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu.
Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan
peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi
getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu,
mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan
dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)

D. Manifestasi Klinik
1. Rasa nyeri dan kholik bilier
Apabila duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, maka kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya akan terinfeksi. Hal ini membuat pasien akan
menderita panas dan mungkin akan teraba massa padat abdomennya. Pasien dapat
mengalami kholik bilier dan rasa nyeri hebat pada daerah abdomen kuadran kanan
atas yang menjalar ke punggung ataupun bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya akan
disertai mual dan muntah yang akan bertambah hebat ketika makan – makanan dalam
porsi yang besar. Serangan kholik bilier biasanya disebabkan oleh kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran
batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuih
dinding abdomen pada daerah kartilago kosta IX dan X kanan. Sentuhan ini
menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien
melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
2. Ikterus
Obstruksi mengalirkan getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala
yang khas yaitu, getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan
diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini akan membuat kulit dan membrane
mukosa berwarna kuning. Keadaan ini juga sering disertai dengan gejala gatal – gatal
pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap.
Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan
biasanya pekat. Biasanya keadaan feses ini disebut feses dempul.
4. Defisiensi vitamin
Obstruksi saluran empedu akan mengganggu absorbsi vitamin A, D, E, K yang larut
oleh lemak. Hal ini membuat pasien memperlihatkan gejala defisiensi vitamin –
vitamin jika obstruksi berlangsung pada jangka waktu yang lama. Pada defisiensi
vitamin K akan mengakibatkan tergangguanya pembekuan darah yang normal
(Smeltzer, 2002).

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan
infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah
tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk).
Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak
desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil
tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang
diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan
oleh percikan listrik. Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat
setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
(Smeltzer, 2002).

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen.
Teraba masa pada kuadran kanan atas.
Urine gelap, pekat.
Feses waran tanah liat (warna cokelat),steatorea.
4. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia,mual.
Tanda : adanya penurunan berat badan.
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan.Kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya
memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
6. Keamanan
Tanda : Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).
Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K).

G. Pathways

Sintesis Asam Empedu Peningkatan Sintesis Kolesterol

Supersaturasi getah empedu


Oleh kolesterol

Pengendapan dan
Pembentukkan batu

Peradangan kantung obstruksi pengaliran


empedu getah empedu
defisiensi vitamin icterus kontraksi kandung empedu

ketidakseimbangan nutrisi kerusakan integritas gangguan rasa nyaman kurang


dari kebutuhan kulit (nyeri akut)

H. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan volume cairan: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


defisiensi vitamin..
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan icterus.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi kandung empedu.
(Carpenito dan Moyet, 2007)

I. Intervensi dan Rasional

1. Ketidakseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


defisiensi vitamin.
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam menunjukkan keseimbangan cairan
adekuat dibuktikan oleh tanda vital yang stabil.
Intervensi :
a. Kaji membrane mukosa atau kulit, nadi perifer dan pengisian kapiler.
b. Kaji perdarahan yang tak biasa.
c. Pertahankan pasien puasa seperti keperluan.
d. Kaji ulang pemeriksaan laboratorium.
e. Berikan cairan IV, elektrolit, dan vitamin K.
Rasional :
a. Memberi informasi tentang status cairan/ volume sirkulasi.
b. Protrombin darah menurun dan waktu koabolasi memanjang bila aliran empedu
terhambat, meningkatkan resiko perdarahan.
c. Menurunkan sekresi dan motilitas baster.
d. Membantu dalam evaluasi volume sirkulasi, mengidentifikasi deficit dan
mempengaruhi pilihan intervensi atau penggantian/koreksi.
e. Mempertahankan volume sirkulasi dan memperbaiki ketidakseimbangan.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan icterus.


Tujuan :
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam menunjukkan perilaku untuk
meningkatkan penyembuhan / mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Observasi kulit seklera, urin terhadap perubahan warna
b. Berikan masase pada waktu tidur.
c. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
d. Hindari komentar tentang penampilan pasien.
e. Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional :
a. Terjadinya ikterik mengindikasikan adanya obstruksi aliran empedu.
b. Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurukan iritasi kulit.
c. Memberikan penghilangan gatal.
d. Meminimalkan stress psikologis sehubungan dengan perubahan warna kulit.
e. Menghilangkan gatal.

3. Gangguan rasa nyeri ( nyeri akut ) berhubungan dengan kontraksi kantung empedu.
Tujuan : Nyeri berkurang.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, skala nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Observasi dan catat lokasi, skala dan karakter nyeri.
b. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
c. Dorong menggunakan teknik relaksasi.
d. Pertahankan status puasa.
e. Berikan obat sesuai indikasi.
Rasional :
a. Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan komplikasi.
b. Tirah baring pada posisi fowler rendah, menurunkan tekanan intra abdomen.
Namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alami.
c. Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan
koping.
d. Membuang secret gasper yang merangsang pengeluaran kolesistokinin dan
kontraksi kandung empedu.
e. Menghilangkan reflek kontraksi otot halus dan membantu dalam manejemen nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih bahasa: Peter
Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC
Mansjoer,Arif M . 2001 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito, Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6,
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai