Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum
terjadi pada usia lima puluhan, lima puluh persen individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau
memperberat adanya hemoroid (Smeltzer, 2002). Hemoroid merupakan pelebaran dan
inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di
bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) disebut
hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada
di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna (Sudoyo, 2006). Hemoroid adalah
vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum (Potter, 2006).

B. Etiologi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengejan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama
duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena
tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen
dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang
berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat (sayur
dan buah), kurang olahraga/imobilisasi (Sudoyo, 2006). Faktor penyebab hemoroid dapat
terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu
keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor
penyebab hemoroid (Oswari, 2003).
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan,
psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan
sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan (Mansjoer, 2000).

C. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor
rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu system
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik. Hemoroid dapat
dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di bedakan sebagai bentuk
akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis
eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anestesi
lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgesik. Hemoroid eksterna
kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa
satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah
(Price, 2005).
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas :
1. Derajat 1 : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus,
hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri
ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus
dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infark.
(Sudoyo, 2006)

D. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri
hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh thrombosis. Thrombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar
dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. (Smeltzer, 2002)

E. Penatalaksanaan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang
mengandung buah dan sekam mungkin satusatunya tindakan yang diperlukan; bila tindakan
ini gagal, laksatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.
Rendam duduk dengan salep, dan supositoria yang mengandung anestesi, astringen (witch
hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid. Fotokoagulasi inframerah,
diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan
mukosa ke otot yang mendasarinya.Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini membantu mencegah prolaps. Hemoroidektomi
kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan cara membekukan jaringan
hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang
menimbulkan nyeri, prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan
keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuhnya.
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis luas, yang harus diatasi
dengan bedah lebih luas. Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama pembedahan, sfingter
rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau
dengan ligasi dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah; penempatan
Gelfoan atau kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka kanal. (Smeltzer, 2002)

F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan
strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani (Price, 2005).
Komplikasi hemoroid antara lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut
berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari
selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak
bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar. Dan jika
tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk.
(Dermawan, 2010)

G. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges tahun 2000 pengkajian fokus keperawatan hemoroidectomy meliputi:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, malaise.
2. Sirkulasi
Tanda:Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya perdarahan).
3. Eliminasi
Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi (konstipasi), rasa tidak
puas waktu defekasi.
Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat goresan darah atau nanah, keluar
darah sesudah atau sewaktu defekasi, perdarahan biasanya berwarna merah segar
karena tempat perdarahan yang dekat. Hemoroid interna seringkali berdarah waktu
defekasi, sedangkan hemoroid eksterna jarang berdarah.
4. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual dan muntah
5. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan
Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut
6. Keamanan
Gejala : Gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan konstipasi
Tanda : konstipasi
7. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga hemoroid, pola defekasi buruk Rencana pemulangan :
perubahan pola makan yang buruk dengan tinggi serat, dapat memerlukan bantuan
dalam pengobatan dan aktifitas perawatan diri dan pemeliharaan, perubahan rencana
diit.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerantanan bakteri sekunder terhadap luka
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan
4. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui hemoragik
5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.

I. Pathways Keperawatan
Terlampir

J. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit .\
Kriteria Hasil :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Pasien dapat beristirahat tidur.
c. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi dan Rasionalisasi
a. mengkaji nyeri, karakteristik, intensitas dengan skala 1-10
Rasionali :membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan, mengurangi ansietas.
b. mengkaji TTV dan KU pasien
Rasional : menurunkan ansietas dapat meningkatkan relaksasi.
c. membantu melakukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.
Rasional :menurunkan kekakuan otot, ambulasi mengembalikan ke posisi normal.
d. mengkaji ulang factor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional :membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
e. berikan rendam duduk dengan tepat
Rasional :meningkatkan kebersihan dan kenyamanan adanya iritasi fiseral peri anal.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap
luka
Kriteria Hasil :
a. Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
b. Jaringan tampak bergranulasi
c. Bebas tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasionalisasi :
a. memantau TTV dan perhatikan peningkatan suhu
Rasional : suhu meningkat pada malam harii memuncak dan kembali ke normal pada
pagi hari adalah karakteristik infeksi
b. observasi adanya inflamasi.
Rasional : perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. observasi adanya gejala peritonitis.
Rasional : peritonitis dapat terjadi bila usus terganggu.
d. memberikan obat sesuai dengan indikasi (antibiotic)
Rasional : diberikan secara prolaktik dan untuk mengatasi infeksi.
e. melakukan irigasi luka sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : mengatasi infeksi bila ada.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2dengan kebutuhan


Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan tehnik/ perilaku yang mampu kembali melakukan aktivitas.
b. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Intervensi dan Rasionalisasi

a. meningkatkan tirah baring/duduk dan memeberikan lingkungan yang tenang.


Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan
b. mengubah posisi dengan sering.
Rasional : menurunkan resiko kerusakan jaringan.
c. meningkatkan aktivitas sesuai toleransi.
Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
d. melakukakn tugas dengan cepat dan sesuai indikasi.
Rasional: memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
e. memberikan aktivitas hiburan yang tepat
Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.

4. Resiko tinggi kekurangan volume caiaran berhubungan dengan kehilangan


berlebihan melalui hemoragik
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Turgor kulit baik
c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh menbran mukosa lembab

Intervensi dan Rasionalisai :

a. mengawasi masukan dan haluaran


Rasional : fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
b. mengkaji TTV
Rasional :hipotensi, demam dapat menunjukan efek kehilangan cairan
c. observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa
Rasional: kehilangan cairan yang berlebihan
d. observasi perdarahan dan tes feses setiap hari
Rasional : diet tak adekuat dan penurunan absorpsi menimbulkan defisiensi dan
vitamin K, potensial resiko perdarahan
e. mengukur BB setiap hari
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi
f. memberikan cairan sesuai indikasi
Rasional: penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia.

5. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus.


Kriteria Hasil : Mempertahankan pola fungsi usus normal
Intervensi dan Rasionaisasi :
a. auskultasi bising usus
Rasional : kembalinya fungsi GI mungkin terlambat oleh efek depresan, dari anestesi
dan obat-obatan. Adanya bunyi abnormal menunjukan adanya komplikasi.
b. selidi keluhan abdomen
Rasional : mungkinberhubungan dengan distensi gas
c. observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi dan jumlah
Rasional :indicator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus.


Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.
b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.

Intervensi dan Rasionalisasi :

a. catat iritasi, kemerahan, ukur daerah pruritus


Rasional : memantau proses penyembuhan
b. berikan pelindung kulit yang efektif
Rasional : mencegah trauma dan melindungi kulit
c. selidiki keluhan rasa terbakar / gatal
Rasional : memerlukan tindakan intervensi
d. berikan sprei kortikosteroid dan bedak nistatinn sessui indikasi
Rasional : membantu penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai