UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Administrasi Perpajakan. Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN .............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2
2.1 AUDIT SEBAGAI PONDASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN .................................................................... 2
2.2 KINERJA KEGIATAN VERIFIKASI PAJAK ............................................................................................... 3
2.3 PENGUMPULAN INFORMASI DAN PENCARIAN KEKUASAAN ............................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................................................ 7
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 7
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................................................... 7
3.2 SARAN............................................................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui posisi Audit sebagai Pilar Administrasi Pajak.
2. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kegiatan Verifikasi Pajak.
3. Untuk mengetahui cara Pengumpulan Informasi dan Kekuatan Pencarian.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Audit atau pemeriksaan pajak adalah serangaian kegiatan menghimpun dan mengelola
data, keterangan, dan / atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peratarann perundang undangan.
Dalam pemeriksaann pajak untuk menguji kepatuhan terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya indiksi ketidak patuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, berdasarkan data konkret maupun analisis risiko
2. Pemeriksaan Rutin, pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan
hak dan / atau pelakanaan kewajiban perpajakan Wajin Pajak
2
Saat menghadapi audit pajak, Wajib Pajak harus menyiapkan sejumlah doumen yang
diminta oleh petugas pemeriksa, diantaranya :
1. Jika petugas butuh mengakses data yang dikelola secara elektronik,Wajib Pajak
harus menydiakan tenaga dan / untuk peralatan atas biaya Wajib Pajak
2. Beri kesempatan kepada petugas pemeriksaan untuk membuka barang bergerak
dan / atau tidak bergerak yang dibutuhkan dalam audit pajak
3. Wajib pajak harus menyediakan ruangan khusus sebagai tempat dilangsungannya
pemeriksaan lapangan. Biasa terjadi jika buku, catatan dan dokumen yang diperiksa
sangatlah banyak sehingga sulit dibawa ke dokter
Audit dilakukan oleh pemeriksa pajak, di meja kantor pajak, atau pada kunjungan ke
pembayar pajak. Jika ada kesalahan pada laporan yang dinyatakan apabila Wajib Pajak
harus membayar pajak yang direvisi. Dalam menangani kasus penghindaran pajak yang
serius, pemeriksa memiliki tim investigasi untuk menangani kasus pidana, yang dirujuk
ke otoritas penegak hukum pidana seperti jaksa umum.
Tabel 23 menampilkan dua indikator kinerja kegiatan verifikasi pajak, yaitu: (1)
Jumlah tindakan verifikasi yang telah diselesaikan, dan (2) jumlah pajak dan denda
3
tambahan yang diajukan oleh tindakan verifikasi sebagai persentase bersih dari
pengumpulan pajak. Hal itu menunjukkan jumlah tindakan verifikasi sangat bervariasi di
seluruh yurisdiksi dan tidak selalu sebanding dengan populasi ekonomi. Alasan yang jadi
penyebab terhadap perbedaan yang begitu besar mungkin terjadi karena administrasi
perpajakan menerapkan definisi yang berbeda dari aktivitas audit atau verifikasinya,
karena kegiatan verifikasi dapat mencakup pemeriksaan sederhana berdasarkan laporan
pajak yang diajukan, verifikasi melalui korespondensi dengan pembayar pajak, dan
bidang mengaudit di mana auditor atau pemeriksa pajak benar-benar mengunjungi wajib
pajak.
Value of Completed
Number of Completed Verification
Actions to Net Tax
Jurisdiction Actions (thousands)
Collections (%)
2010 2011 2010 2011
Australia 808 898 3.70 3.80
Brunei Darussalam … … … …
Cambodia … … … …
People’s Republic of China 313 (2009) … 0.2 (2009) …
Hong Kong, China 81 92 2.10 2.70
India 331 355 0.04 0.10
Indonesia 69 (2009) … 2.4 (2009) …
Japan 1,270 1,216 2.00 1.50
Republic of Korea 18 18 0.03 0.03
Kyrgyz Republic’ 8 9 3.80 3.00
Lao People’s Democratic Republic … … … …
Malaysia 1,732 1,911 3.60 2.60
Maldives … 0.18 … 0.30
Mongolia 10 11 1.00 0.60
Myanmar … … … …
New Zealand 8 8 6.20 3.10
Papua New Guinea 0.6 0.3 2.20 2.50
4
Philippines 45 32 1.60 3.20
Singapore 8 10 0.90 0.80
Taipei, China … … … …
Tajikistan 3 3 4.20 4.80
Thailand … … … …
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit pajak adalah suatu komponen
yang sangat penting dalam administrasi pajak, karena audit bertujuan untuk menguji
kepatuhan dan kebenaran dari pemenuhan kewajiban oleh Wajib Pajak. Audit dilakukan oleh
pemeriksa pajak, dan apabila terdapat kesalahan pada laporan seperti keterlambatan atau
kekurangan pembayaran maka akan dikenakan sanksi. Jika kasus penghindaran pajak yang
dilakukan cukup serius, maka akan berhubungan dengan otoritas penegak hukum pidana
seperti jaksa umum. Dengan demikian, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak hanya dapat
dilakukan dengan kehadiran fungsi audit yang baik dalam administrasi perpajakan.
Dalam hal pengambilan informasi atau pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, hak – hak
yang dimiliki dari pemeriksa pajak cukup bervariasi dari berbagai yurisdiksi di asia pasifik.
Sebagian besar, pemeriksa memiliki hak untuk mencari informasi terkait dengan harta yang
dimiliki oleh Wajib Pajak tanpa memerlukan izin. Namun juga terdapat sebagian yurisdiksi
membatasi hak dari pemeriksa untuk memperoleh informasi dari pihak ketiga. Sedangkan di
Kamboja dan Indonesia memiliki konstitusi yang tidak memperbolehkan pemeriksa untuk
memperoleh informasi mengenai Wajib Pajak dari pihak bank. Sebagian besar dari
yurisdiksi di asia pasifik memperbolehkan pemeriksa pajak untuk mencari informasi terkait
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tanpa persetujuan dari Wajib Pajak ataupun
izin penggeledahan. Namun terkait menggeledah tempat tinggal Wajib Pajak, sebagian besar
dari yurisdiksi menyatakan dibutuhkan izin penggeledahan dan persetujuan dari Wajib
Pajak.
7
3.2 SARAN
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya perbandingan tax audits tidak hanya dari
Negara- Negara asia tetapi bisa membandingkan lebih luas dengan Negara- Negara
di dunia.
2. Diharapkan sumber penelitian selanjutnya bisa lebih lengkap lagi
3. Bagi pemerintah diharapkan dengan adanya perbandingan ini bisa mengevaluasi tax
audits yang dijalankan di Indonesia.