Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAB 9 ( TAX AUDITS)

“ A COMPARATIVE ANALYSIS OF TAX ADMINISTRATION IN ASIA AND THE


PASIFIC ”

Disusun oleh : Kelompok 2


1. Ambartari Ariibah N. ( 195030400111033)
2. Arya Restu Mahardika ( 195030400111056)
3. Dimas Febriyanto ( 195030400111018)
4. Dwi Wulan Anggraini ( 195030400111012)
5. Erick Estrada Sibagariang ( 195030400111029)
6. Firman Khoirulhadi A ( 195030400111021)
7. Nur Anisatul Arifiani (195030407111022)
8. Rafli Maulana (165030401111023)
9. Yuan Ayuu Novitasari ( 195030407111005)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Administrasi Perpajakan. Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 26 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN .............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2
2.1 AUDIT SEBAGAI PONDASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN .................................................................... 2
2.2 KINERJA KEGIATAN VERIFIKASI PAJAK ............................................................................................... 3
2.3 PENGUMPULAN INFORMASI DAN PENCARIAN KEKUASAAN ............................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................................................ 7
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 7
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................................................... 7
3.2 SARAN............................................................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Audit merupakan sebuah pilar utama dari proses administrasi perpajakan. Banyak pejabat pajak
yang direkrut dan dilatih sebagai auditor atau pemeriksa dan, seperti dibahas sebelumnya, substansial
sumber daya staf dialokasikan untuk fungsi verifikasi. Selain itu, untuk memastikan efektivitas
kegiatan audit, administrasi pajak dipegang oleh otoritas penegakan hukum untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dari wajib pajak. Sehingga pada bagian ini membahas audit sebagai pilar
pajak administrasi dan memeriksa kinerja kegiatan verifikasi pajak dan informasi mengumpulkan
kekuatan administrasi pajak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimanakah posisi Audit sebagai Pilar Administrasi Pajak ?
2. Bagaimanakah Kinerja Kegiatan Verifikasi Pajak ?
3. Bagaimanakah cara Pengumpulan Informasi dan Kekuatan Pencarian?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui posisi Audit sebagai Pilar Administrasi Pajak.
2. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Kegiatan Verifikasi Pajak.
3. Untuk mengetahui cara Pengumpulan Informasi dan Kekuatan Pencarian.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AUDIT SEBAGAI PONDASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN

Audit atau pemeriksaan pajak adalah serangaian kegiatan menghimpun dan mengelola
data, keterangan, dan / atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan. Bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peratarann perundang undangan.
Dalam pemeriksaann pajak untuk menguji kepatuhan terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya indiksi ketidak patuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan, berdasarkan data konkret maupun analisis risiko
2. Pemeriksaan Rutin, pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan
hak dan / atau pelakanaan kewajiban perpajakan Wajin Pajak

Dalam pemeriksaan dengan tujuan lain dilakukan dalam rangka:

 Penerbitan NPWP dan / atau pengukuhan PKP secara jabatan


 Penghapusan NPWP dan / atau pencabutan pengukuhan PKP berdasarkan
permohonan Wajin Pajak
 Penentuan saat produksi dimulai
 Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil
 Penetapan besarnya biaya pada tahapan eksplorasi
 Penagihan pajak
 Keberatan
 Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
 Penghapusan NPWP dan / atau pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan

2
Saat menghadapi audit pajak, Wajib Pajak harus menyiapkan sejumlah doumen yang
diminta oleh petugas pemeriksa, diantaranya :

1. Buku atau catatan


2. Dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
3. Dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, perkerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek pajak yang terutang pajak
4. Uang dan / atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek pajak yang terutang
pajak
5. Faktur pajak sederhana

Selain menyediakan sejumlah dokumen saat berlangsungnya pemeriksaan, Wajib


Pajak juga harus melakukan sejumlah tindakan untuk memperlancar audit pajak, seperti:

1. Jika petugas butuh mengakses data yang dikelola secara elektronik,Wajib Pajak
harus menydiakan tenaga dan / untuk peralatan atas biaya Wajib Pajak
2. Beri kesempatan kepada petugas pemeriksaan untuk membuka barang bergerak
dan / atau tidak bergerak yang dibutuhkan dalam audit pajak
3. Wajib pajak harus menyediakan ruangan khusus sebagai tempat dilangsungannya
pemeriksaan lapangan. Biasa terjadi jika buku, catatan dan dokumen yang diperiksa
sangatlah banyak sehingga sulit dibawa ke dokter

Audit dilakukan oleh pemeriksa pajak, di meja kantor pajak, atau pada kunjungan ke
pembayar pajak. Jika ada kesalahan pada laporan yang dinyatakan apabila Wajib Pajak
harus membayar pajak yang direvisi. Dalam menangani kasus penghindaran pajak yang
serius, pemeriksa memiliki tim investigasi untuk menangani kasus pidana, yang dirujuk
ke otoritas penegak hukum pidana seperti jaksa umum.

2.2 KINERJA KEGIATAN VERIFIKASI PAJAK

Tabel 23 menampilkan dua indikator kinerja kegiatan verifikasi pajak, yaitu: (1)
Jumlah tindakan verifikasi yang telah diselesaikan, dan (2) jumlah pajak dan denda

3
tambahan yang diajukan oleh tindakan verifikasi sebagai persentase bersih dari
pengumpulan pajak. Hal itu menunjukkan jumlah tindakan verifikasi sangat bervariasi di
seluruh yurisdiksi dan tidak selalu sebanding dengan populasi ekonomi. Alasan yang jadi
penyebab terhadap perbedaan yang begitu besar mungkin terjadi karena administrasi
perpajakan menerapkan definisi yang berbeda dari aktivitas audit atau verifikasinya,
karena kegiatan verifikasi dapat mencakup pemeriksaan sederhana berdasarkan laporan
pajak yang diajukan, verifikasi melalui korespondensi dengan pembayar pajak, dan
bidang mengaudit di mana auditor atau pemeriksa pajak benar-benar mengunjungi wajib
pajak.

Tabel 23 Kinerja Kegiatan Verifikasi Pajak

Value of Completed
Number of Completed Verification
Actions to Net Tax
Jurisdiction Actions (thousands)
Collections (%)
2010 2011 2010 2011
Australia 808 898 3.70 3.80
Brunei Darussalam … … … …
Cambodia … … … …
People’s Republic of China 313 (2009) … 0.2 (2009) …
Hong Kong, China 81 92 2.10 2.70
India 331 355 0.04 0.10
Indonesia 69 (2009) … 2.4 (2009) …
Japan 1,270 1,216 2.00 1.50
Republic of Korea 18 18 0.03 0.03
Kyrgyz Republic’ 8 9 3.80 3.00
Lao People’s Democratic Republic … … … …
Malaysia 1,732 1,911 3.60 2.60
Maldives … 0.18 … 0.30
Mongolia 10 11 1.00 0.60
Myanmar … … … …
New Zealand 8 8 6.20 3.10
Papua New Guinea 0.6 0.3 2.20 2.50

4
Philippines 45 32 1.60 3.20
Singapore 8 10 0.90 0.80
Taipei, China … … … …
Tajikistan 3 3 4.20 4.80
Thailand … … … …

16 Badan pendapatan telah memberikan informasi tentang jumlah pajak tambahan


dan denda pajak yang diajukan oleh tindakan verifikasi sebagai persentase dari
pengumpulan pajak bersih. Enam dari 16 badan pendapatan ditingkatkan pendapatan
tambahannnya lebih dari 3% dari keseluruhan pajak bersih yang terkumpul di tahun 2010
dan atau tahun 2011, lima dari badan pendapatan mengumpulkan sekitar 1.0%-2.7%,
sementara 5 yurisdikasi pajak yang tersisa, kegiatan verifikasinya ditambahkan kurang
dari 1% untuk pengumpulan pajak bersih pada tiap tahun pembayaran pajak.

2.3 PENGUMPULAN INFORMASI DAN PENCARIAN KEKUASAAN

Secara umum, sebagian besar yurisdiksi memiliki kekuatan umum untuk


memperoleh informasi dari wajib pajak dan pihak ketiga untuk tujuan pemeriksaan pajak.
Ada tujuh yurisdiksi di mana administrasi pajak ini memiliki kekuasaan untuk meminta
informasi dari pihak ketiga selain wajib pajak langsung yang terbatas. Di beberapa
yurisdiksi, termasuk Kamboja dan Indonesia, kekuatan auditor pajak untuk mendapatkan
informasi terhambat oleh hukum lainnya seperti hukum bank, yang menyediakan
kerahasiaan klien.

Banyak administrasi pajak diberikan kekuasaan investigasi wajib, yang


memungkinkan auditor pajak atau peneliti untuk masuk dan mencari tempat dan menyita
dokumen yang relevan dan artikel. Namun, sering ada pembatasan yang diberlakukan
untuk latihan kekuatan-kekuatan investigasi wajib, seperti persyaratan untuk
mendapatkan surat perintah pencarian yang dikeluarkan oleh pengadilan yudisial. Hal ini
karena dalam kasus penggelapan pajak serius, kerjasama sukarela dari wajib pajak
hampir tidak diharapkan, dan ada risiko bahwa Wajib Pajak dapat menghancurkan
dokumen-dokumen dan informasi lain yang dapat menguatkan penggelapan pajak. Lebih
5
dari setengah dari yurisdiksi yang disurvei (12 yurisdiksi), auditor pajak atau peneliti bisa
masuk ke tempat usaha tanpa persetujuan pembayar pajak dan surat perintah
penggeledahan. Di India, meskipun surat perintah penggeledahan diperlukan bagi pejabat
pajak untuk memasuki tempat pembayar pajak, ini surat perintah penggeledahan
dikeluarkan oleh pejabat pajak penghasilan senior.

Dalam 10 yurisdiksi lain, surat perintah penggeledahan diminta untuk


memasukkan tempat usaha tanpa persetujuan pembayar pajak. pembatasan yang lebih
ketat berlaku untuk memasuki tempat tinggal pembayar pajak daripada untuk memasuki
tempat bisnis . Hanya dalam delapan yurisdiksi pajak auditor atau penyidik masuk
pembayar pajak tempat tinggal tanpa pembayar pajak persetujuan dan surat perintah
penggeledahan. Dalam sembilan yurisdiksi, auditor pajak atau peneliti dapat menyita
dokumen wajib pajak dan informasi lainnya tanpa persetujuan dan surat perintah
penggeledahan. surat perintah penggeledahan biasanya diterbitkan oleh pengadilan.
Dalam 10 yurisdiksi, administrasi pajak dapat meminta surat perintah penggeledahan
langsung dari pengadilan tanpa keterlibatan pemerintah lainnya lembaga seperti polisi
atau jaksa penuntut umum.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit pajak adalah suatu komponen
yang sangat penting dalam administrasi pajak, karena audit bertujuan untuk menguji
kepatuhan dan kebenaran dari pemenuhan kewajiban oleh Wajib Pajak. Audit dilakukan oleh
pemeriksa pajak, dan apabila terdapat kesalahan pada laporan seperti keterlambatan atau
kekurangan pembayaran maka akan dikenakan sanksi. Jika kasus penghindaran pajak yang
dilakukan cukup serius, maka akan berhubungan dengan otoritas penegak hukum pidana
seperti jaksa umum. Dengan demikian, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak hanya dapat
dilakukan dengan kehadiran fungsi audit yang baik dalam administrasi perpajakan.

Data menunjukan bahwa yurisdiksi di asia pasifik mendapatkan nilai tambah


pendapatan dari sektor pajak yang berupa sanksi tambahan yaitu berkisar kurang dari 1%
sampai dengan 3%. Hal ini menandakan bahwa audit pajak dapat menambah nilai
pendapatan negara dalam sektor perpajakan.

Dalam hal pengambilan informasi atau pemeriksaan terhadap Wajib Pajak, hak – hak
yang dimiliki dari pemeriksa pajak cukup bervariasi dari berbagai yurisdiksi di asia pasifik.
Sebagian besar, pemeriksa memiliki hak untuk mencari informasi terkait dengan harta yang
dimiliki oleh Wajib Pajak tanpa memerlukan izin. Namun juga terdapat sebagian yurisdiksi
membatasi hak dari pemeriksa untuk memperoleh informasi dari pihak ketiga. Sedangkan di
Kamboja dan Indonesia memiliki konstitusi yang tidak memperbolehkan pemeriksa untuk
memperoleh informasi mengenai Wajib Pajak dari pihak bank. Sebagian besar dari
yurisdiksi di asia pasifik memperbolehkan pemeriksa pajak untuk mencari informasi terkait
usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tanpa persetujuan dari Wajib Pajak ataupun
izin penggeledahan. Namun terkait menggeledah tempat tinggal Wajib Pajak, sebagian besar
dari yurisdiksi menyatakan dibutuhkan izin penggeledahan dan persetujuan dari Wajib
Pajak.

7
3.2 SARAN

1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya perbandingan tax audits tidak hanya dari
Negara- Negara asia tetapi bisa membandingkan lebih luas dengan Negara- Negara
di dunia.
2. Diharapkan sumber penelitian selanjutnya bisa lebih lengkap lagi
3. Bagi pemerintah diharapkan dengan adanya perbandingan ini bisa mengevaluasi tax
audits yang dijalankan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai