Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian sebagai warga Negara indonesia

Pengertian Warga negara adalah orang – orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi
unsur negara, yang memiliki hubungan yang tidak terputus dengan tanah airnya, dengan UUD
negaranya, sekalipun yang bersangkutan berada di luar negeri, selama yang bersangkutan tidak
memutuskan hubungannya atau terikat oleh ketentuan hukum internasional.

Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari
negara itu.

Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Tetapi pada kenyataannya istilah
warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang yang merdeka dibandingkan
dengan istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota
atau warga dari suatu negara, yaitu peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama.

Menurut AS Hikam warga negara sebagai terjemahan dari citizenship, yaitu anggota dari sebuah
komunitas yang membentuk negara itu sendir.

Menurut Koerniatmanto S. warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota negara,
seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

Menurut Purwadarminta Warga negara adalah orang yang secara hukum merupakan anggota dari
suatu negara.

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU sebagai warga negara
Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten
atau Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan
mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai
bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
2. Pengertian sebagai makhluk tuhan yang maha esa

Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan
(takdir-Nya). Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik
secara duniawi dan surgawi kebahagiaan itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan
dirinya. Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna
dan semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial,

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara
logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak harus dilakukan, dan
kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri.
Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa maka dalam pengalaman
hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M. I.
Soelaeman: 1998). Fenomena kemakhlukan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan
adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya
begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia
mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha
Perksa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana,
sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu
pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap TuhanNya
begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri
kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya sehingga kepadaNya-
lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu
muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam
hidupnya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara
duniawi dan surgawi kebahagiaan itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan dirinya.
Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna dan
semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial,
budaya, akal budi, emosi, religiositasnya dan semua segi itu perlu dikembangkan secara
seimbang.

Daftar pustaka

Rahmat et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan


Kewarganegaraan UPI

Anda mungkin juga menyukai