Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan

derajat kesehatan masyarakat. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan

sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-

negara berkembang. Jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara

maju dan 51 negara persemakmuran rasio kematian ibu di negara negara berkembang

merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup.

(kemenkes RI,2011)

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,

angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 309 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka ini turun jika di bandingkan pada tahun 2012 yang hanya 359 per 100.000

kelahiran hidup. Target global SDGs (Sustainable Development Goals) tahun 2030

adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab kematian

ibu melahirkan adalah Pendarahan (28%), Eklampsia (24%), dan Infeksi (11%). Pada

tahun 2013 penyebab kematian ibu di Indonesia akibat pendarahan sebanyak (30,3%)

(Kemenkes RI, 2016).

Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah antara 500 ml atau lebih selama

bersalin ataupun masa nifas. Pendarahan post partum pada 24 jam pertama menyebabkan
kematian sebesar 45%, 68%-73% dalam satu minggu setelah bayi lahir, dan 82%-88%

dalam dua minggu setelah bayi lahir . Penyebab pendarahan postpartum yaitu 4T (Tonus,

Tissu, Trauma, dan Trombin). Penyebab lain pendarahan post partum antara lain oleh

plasenta previa, retensio plasenta, atonia uteri, inversio uteri, ruptur uteri, kehamilan

ektopi, abortus, dan laserasi jalan lahir (Prawirohardjo, 2010). Pendarahan post partum

menjadi hal yang menakutkan sebab dalam beberapa kasus merupakan pendarahan yang

hebat dalam waktu singkat sehingga ibu melahirkan mengalami syok dan menurunkan

kesadaran akibat banyak darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi

darah ke saluran tubuh dan dapat menyebabkan hipovolemik berat. Ataupun dalam kasus

lain pendarahan yang perlahan-lahan secara terus menerus membuat ibu menjadi lemas

dan syok hingga menyebabkan kematian

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam

setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat

terjadi polip plasenta. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,

maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan

perdarahan. (Prawirohardjo, 2005).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan retensio plasenta

2. Tujuan Khusus

a. Dapat menjelaskan pengertian retensio plasenta

b. Dapat menjelaskan dan menyebutkan etiologi dari retensio plasenta


c. Dapat menjelaskan dan menyebutkan manifestasi klinis retensio plasenta

d. Dapat menjelaskan patofisiologi retensio plasenta

e. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan retensio plasenta

f. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan retensio

plasenta

g. Dapat menyusun rencana keperawatan klien dengan retensio plasenta

h. Dapat melakukan tindakan dan dan evaluasi dari hasil tindakan yang telah

diberikan pada klien dengan retensio plasenta

Anda mungkin juga menyukai