Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENYEHATAN TANAH DAN

PENGELOLAAN SAMPAH (A)


“Konsep Pengelolaan Sampah”

Dosen Pembimbing :
Catur Puspawati, ST., MKM

Disusun Oleh :

1. Bagus Andy Prasetyo P21335118014


2. Fadhila Khoirunnisa P21335118020
3. Salma Nurul Fitria P21335118057
4. Syafira P21335118067

Kelompok 4
Kelas 2 D4 B

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643
Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website : http://poltekkesjkt2.ac.id
I. Dasar Pengelolaan Sampah

Gambar 1. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap sampah


padat, dimulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan,
pengelolaan pendahuluan serta tahap pengelolaan akhir yang berarti pembuangan atau
pemusnahan sampah (Koesnoputranto, 2000)
Menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah (UU RI No.18/2008) yang
dimaksud pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan
sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Di dalam pengelolaan sampah harus diperhitungkan tenaga, alat-alat dan biaya.
Pengelolaan sampah ini sangat penting untuk keberhasilan program penaggulangan
sampah pada suatu daerah.
Soemirat (2005) menyatakan bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas
berbagai pertimbangan yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber
daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi insentif untuk daur ulang atau
pemanfaatan dan bahwa kualitas dan kuantitas sampah akan meningkat.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
pengelolaan sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan
sampah.
II. Tahap Pengelolaan Sampah
2.1 Tahap Pewadahan
 Phase Storage (pewadahan)
- Proses pengelolaan sampah, dimulai dari sampah yang dihasilkan diletakkan pada
tempat pewadahan sampah.
- Tempat pewadahan sampah harus memenuhi persyaratan yang berlaku (bebas
vektor, kuat, kedap air).
- Pada tahap ini sebaiknya telah dilakukan pemilahan berdasarkan jenis sampahnya
- Proses yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan sumber sampahnya : sampah
permukiman, sampah perkantoran, sampah TTU.

Gambar 2. Macam macam wadah sampah

Contoh pada permukiman :


- Sampah yang dihasilkan di tiap ruangan diletakkan oleh penghuni ruangan kedalam
suatu wadah.
- Tempat pewadahan sesuai dengan kemampuan rumah tangga, bisa berbentuk tong,
ember, kantong plastik dll.
- Syarat pewadahan harus tertutup dan kedap air.
- Tempat sampah dapat ditempatkan di dalam atau di dalam rumah

Contoh pada perkantoran :


- Sampah yang dihasilkan di tiap ruangan diletakkan oleh penghuni ruangan ke dalam
suatu wadah.
- Tempat pewadahan harus terpisah/ dilakukan pemilahan berdasarkan jenisnya
- Biasanya tempat pewadahan diletakkan di dalam ruangan.
- Tempat pewadahan di tiap tiap ruangann disesuaikan dengan jenis sampah yang
dihasilkan
Syarat Tempat Pewadahan yang saniter
Persyaratan kesehatan penampungan atau pewadahan sampah adalah :
1. Setiap sampah yang dihasilkan harus di tampung pada tempat sampah
2. Sampah – sampah yang cepat membusuk dan berbau sebelum ditampung ditempat
sampah agar dimasukan dalam kantong kedap air dan diikat.
3. Tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah harus :
a. Terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah dilubangi tikus dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotorkan tangan
c. Mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan
4. Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di permukiman tidak
dianjurkan
5. Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air menjadi
tempat perindukan serangga dan binatang pengerat.
6. Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah melebihi 2 ekor perbiok grill, perlu
dilakukan pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampahnya.

2.2 Tahap Pengumpulan (Phase Collection)

Gambar 3. Tempat Pengumpulan Sampah

Pengumpulan dan penempatan sampah ke tempat sampah pengumpulan sehingga


mudah diangkut ke tempat pengolahan atau langsung diolah. Pengumpulan sampah
dimulai ditempat sumber dimana sampah dihasilkan. Dari sana sampah diangkut dengan
alat angkut beupa gerobak, truk atau truk pemadat yang selanjutnya akan diangkut
ketempat pemusnahan sampah.
Sebelum sampah diangkut ketempat pemusnahan, dapat pula disediakan tempat
pennampungan sementara atau TPS karna kondisi daerah atau kota yangn menyebabkan
semakin kompleksnya sistem pengangkutan. Pada TPS ini dapat dipindahkan ke alat
angkut yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya gerobak ke truck.
Sampah yang telah dikumpulkan dari timbulan sampah diangkut dan ditempatkan
pada suatu tempat atau lokasi. Tempat ini biasanya dinamakan Tempat Penampungan
Sementara (TPS). TPS disesuaikan berdasaarkan sumber sampah yang dihasilkan.
Pengumpulan tidak hanya pengumpulan sampah saja, tetapi termasuk juga
pengangkutannya setelah sampah dikumpulkan untuk selanjutnya dibawa ke suatu
tempat (transfer station, processing station/ disposal station) sampai alat pengangkut
dikosongkan. Dikota kecil TPA tidak terlalu jauh tidak masalah, tetapi kota yang
memuliki TPA relatif membutuhkan jarak tempuh yang lama, pengangkutan dapat
menjadi masalah.

Contoh pada permukiman


 Sampah yang dihasilkan oleh tiap tiap rumah dikumpulkan dalam satu lokasi / TPS.
 TPS sebaiknya di pisahkan berdasarkan jenis sampah
 Di permukiman biasanya ada satu lokasi RT/RW.
 Untuk rusun / apartement biasanya penghuninya sendiri yang meletakan di TPS.

2.3 Tahap Pengangkutan Sampah

Gambar 4. Pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan

 Sistem Pengangkutan Sampah


Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik
pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada
pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat pemindahan (Transfer
Depo, transfer station), penampungan sementara (TPS, LPS, TPS 3R) atau tempat
penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir
(TPA/TPST). Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan
yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai berikut :
 Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien.
 Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat.
 Rute pengangkutan yang tidak efisien.
 Tingkah laku petugas.
 Aksesbilitas yang kurang baik.

 Pengelola Sistem Pengangkutan Sampah


Berdasarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka pengangkutan ini
merupakan tanggung jawab dari pemerintah kota atau kabupaten. Sedangkan
pelaksana adalah pengelola kebersihan dalam suatu kawasan atau wilayah, badan
usaha dan kemitraan. Sangat tergantung dari struktur organisasi di wilayah yang
bersangkutan. Sebagai contoh misalkan dalam suatu wilayah kota terdapat Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, maka tanggung jawab pengelolaan sampah ada dibawah
dinas ini. Khusus untuk pengangkutan sampah ada Seksi Pengangkutan. Sebagai
contoh Seksi Pengangkutan dan Pemanfaatan Sampah di Kota Surabaya mempunyai
fungsi :
 Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
pengangkutan dan pemanfaatan sampah
 Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang
pengangkutan dan pemanfaatan sampah
 Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain
di bidang pengangkutan dan pemanfaatan sampah
 Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang pengangkutan dan
pemanfaatan sampah
 Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
 melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Operasional
Kebersihan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
 Peraturan Terkait dengan Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, merupakan bagian dari penanganan sampah. Pengangkutan di definisikan
sebagai dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan
sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir.
Beberapa acuan normatif juga mencantumkan tentang pengaturan pengangkutan
sampah, antara lain :

1. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan


Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan
Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001). Pedoman ini mencakup pelayanan minimal untuk
pengelolaan sampah secara umum dalam wilayah pemukiman perkotaan dimana
80% dari total jumlah penduduk terlayani terkait dengan pengelolaan sampah.
Khusus untuk pengangkutan dicantumkan bahwa jenis alat angkut mempengaruhi
pelayanan, sebagai berikut:
a. Truk Sampah dengan kapasitas 6 m3 dapat melayani pengangkutan untuk 700
KK-1000 kk sedangkan dengan kapasitas 8m3 untuk 1500 KK – 2000 (jumlah
ritasi 2-3/hari)
b. Arm roll truck dengan kontainer 8 m3 juga dapat melayani 2000 KK-3000
(jumlah ritasi 3-5/hari)
c. Compactor truck 8 m3 mampu melayani 2500 KK
2. SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan.
SNI ini mengatur tentang pola pengangkutan dan operasional pengangkutan.
3. SNI 03-3243-2008, Pengelolaan sampah pemukiman. SNI mengatur tentang
kebutuhan sarana untuk pengangkutan sampah yang dipengaruhi oleh tipe rumah
dan tingkat pelayanan serta jenis alat angkut.

 Pola Pengangkutan
Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan
sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem
pemindahan (transfer depo) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya
dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS)
ataupun sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer Sistem = SCS). Sistem kontainer
tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan
truk compactor dan kontainer yang kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan
sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau
jenis penampungan lainnya.
a. Sistem Kontainer Angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS)
Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat (Hauled
Kontainer Sistem = HCS), pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara:
1) Sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar 1.

Proses pengangkutan:
 Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
 Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
 Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
 Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
 Demikian seterusnya sampai rit akhir.

2) Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap (Stationary Kontainer Sistem


= SCS)
Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat
angkut berupa truk kompaktor secara mekanis atau manual
Pola pengakutan dengan cara mekanis yaitu :
 Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan
kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang
kosong.
 Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk
kemudian menuju TPA.
 Demikian seterusnya sampai rit terakhir

Proses pengangkutan dengan manual adalah:


 Kendaraan dari poll menuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk
kompaktor atau truk biasa.
 Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian
menuju TPA.
 Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Gambar 5. Pengangkutan dengan SCS manual

2.4 Tahap Pemusnahan Sampah (Phase Dispoal)


Sampah-sampah yang bersal dari TPS TPS atau dari transfertation dikummpulkan
dalam satu lokasi yang disebut tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Pada TPA ini
kegiiatan yang dilakukan adalah pengolahan dan pemusnahan sampah. Pengolahan dan
pemusnahan sampah yang dilakukan di TPA bervariasi tergantung jenis sampah yang
akan di musnahkan.
Pengelolahan TPA adalah tanggung jawab pemerintah daerah, oleh karenanya
setiap daerah harus mempunyai TPA. TPA harus jauh dari permukiman penduduk dan
mempunyai izin resmi sebagai tempat pemusnahan sampah. Sebelum dilakukan
pemusnahan, biasanya sampah di pilah sesuai jenisnya kemudian dimusahkan.
Di indonesia TPA yang ada melibatkan pada pemulung untuk memilah sampah,
dimana apabila masih terdapat barang yaang mempunyai nilai ekonomis atau laku jual
diambil oleh pemulung. Pemusnahan yang dilakukan di TPA antara lain : sanitary
landfill, incenerasi dan biogas. Tetapi kenyataannya TPA di indonesia tidak ada yang
menerapkan sistem sanitary landfill dengan tepat.
Pemusnahan yang dilakukan di TPA antara lain :
1) Sanitary landfill
Sanitary landfill, adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode
ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah
yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada diruang
terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.
Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut :

 Tersedia tempat yang luas,


 Tersedia tanah untuk menimbunnya
 Tersedia alat-alat besar

Lokasi Sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat
dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya.
2) Incineration
Incineration atau insineraasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas
pabrik.
Manfaat sistem ini adalah :
 Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
 Tidak memerlukan ruang yang luas.
 Panas yang dihasilkan dapat dihasilkan dapat dipakai sebagai uap.
 Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat
diatur sesuai kebutuhan
Adapun kerugian yang dapat ditimbulkan akibat penerapan metode ini :
 Biaya besar
 Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk
3) Composting
Composting,merupakan pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan
proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembususk pada kondisi ttertentu.
Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.
4) Hot feeding
Pembersihan sejenis garbage kepada hewan ternak. (mis. Babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk
mencegah penularan penyakit cacing Trichinosis kehewan ternak.
5) Discharge to sewers
Pengolahan sampah dengn cara sampah dihaluskan kemudian dimasukan kedalam
sistem pembuangan air limbah. Metode ini efektif asalkan sistem pembuangan air
limbah memang baik.
6) Dumping
Sampah dibuang atau diletakan begitu saja di tanah lapangan, jurang, atau
tempat sampah.
7) Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungan atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran
pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
8) Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasanya dilakukan oleh penduduk
terutama di daerah pedesaan.
9) Recyclin
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau
daur ulang. Contoh bagaian sampah yang dapat didaur ulang, antara lain plastic, gelas,
kaleng, besi dan sebagainya.
10) Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis
garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan
lemak.

.
III. Sarana dan Peralatan Pengolahan Sampah

3.1 Jenis Sarana Sampah


Jenis sarana pewadahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 berupa pewadahan:
a. Individual, contohnya seperti bak sampah, keranjang sampah, atau wadah lain yang
memenuhi persyaratan
b. Komunal, contohnya sepeti Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

1. Dump Truck

Gambar 5. Dump Truck


 Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan
membongkar muatannya.
 Pengisisan muatan masih secara manual dengan tenaga kerja
 Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 𝑚3, 8 𝑚3, 10 𝑚3, 14 𝑚3
 Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip perhari minimum 3 dan jumlah awak
maksimum 3
 Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, dump truck sebaiknya
dilengkapi dengan tutup terpal

2. Arm Roll Truck

Gambar 6. Arm Roll Truck


 Merupakan kendaraan angkut yang dilengkap sisitem hidrolis untuk mengangkat bak dan
membongkar muatannya
 Pengisian muatan masih secara manual dengan tenaga kerja
 Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip perhari minimum 5 dan jumlah awak
maksimum 5
 Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya
memiliki tutup dan tidak rembes sehingga lindi tidak mudah tercecer

3. Compactor Truck

Gambar 7. Compactor Truck


 Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk memadatkan dan
membongkar muatannya
 Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja
 Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6 𝑚3, 8 𝑚3, dan 10 𝑚3
 Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip perhari minimum 3 dan jumlah awak
maksimum 3

4. Trailer Truck
Gambar 8. Trailer Truck
 Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut sampah dalam
jumlah besar hingga 30 ton
 Trailer truck terdiri atas prime over dan kontainer beroda. Kontainer dilengkapi sistem
hidrolis untuk membongkar muatannya
 Pengisian muatan dilakukan secara hidrolisis dengan kepadatan tinggi di transfer station
 Trailer memiliki kapasitas 20 sampai dengan 30 ton
 Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila
memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip perhari minimum 5 dan jumlah awak
maksimum 5

3.2 Jenis Peralatan Pengolahan Sampah

1. Mesin Pirolisis Plastik

Gambar 9. Mesin Pirolisis Plastik

Mesin pirolisis plastik merupakan mesin yang berfungsi untuk mengolah limbah
atau sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak. Mesin ini dapat menjadi solusi dalam
menangani masalah sampah plastik, pastik bisa dimanfaatkan menjadi salah satu sumber
energi alternatif
Sebagaimana kita ketahui, plastik sendiri terbuat dari minyak bumi, sehingga
proses mengkonversi sampah plastik menjadi bbm hanya mengembalikan plastik ke
bentuk aslinya. Teknologi ini menggunakan metode pirolisis, yaitu memanaskan plastik
pada suhu tertentu tanpa oksigen. Pada suhu tertentu plastik akan mencair dan kemudian
berubah menjadi gas. Gas dari hasil pemanasan tersebut mengalami proses pendinginan
dan membentuk cairan. Sehingga cairan inilah yang menjadi bahan bakar berupa minyak
plastik yang setara dengan solar dan premium
2. Mesin Pencacah Sampah

Gambar 10. Mesin Pencacah Sampah

Masin pencacah sampah organik merupakan mesin yang berfungsi untuk memecah
berbagai jenis sampah organik seperti rumput, limbah sayur, limbah buah,daun, dan
sampah organik lainnya menjadi ukuran kecil kecil. Mesin ini merupakan salah satu
mesin yang paling sering digunakan oleh pelaku usaha pengolahan pupuk organik atau
kompos. Salah satu cara untuk mempercepat proses pengomposan, maka bahan baku
pupuk organik harus dicacah terlebih dahulu menjadi ukuran kecil. Setelah proses
pencacahan bahan baku sampah organik, selanjutnya bahan baku dicampur dan
difermentasi. Setelah proses pengomoposan selesai dan sudah menjadi kompos,
selanjutnya pupuk disortasi dengan menggunakan mesin pengayak kompos

3.3 Persyaratan sarana dan peralatan pengolahan sampah yang saniter


Persyaratan peralatan dan perlengkapan untuk sarana pengangkutan sampah
dalam skala kota :
1. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di jalan
2. Tinggi bak maksimum 1.6 meter
3. Sebaiknya ada alat pengungkit
4. Tidak bocor, agar lindi tidak berceceran selama pengangkutan
5. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang dilalui
6. Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemeliharaan
Daftar Pustaka

Chandra, Budiman,2007, Pengantar kesehatan Lingkungan , EGC, Jakarta.


Depkes RI, Pembuangan Sampah APK-TS, Pusdiknakes, 1987.
Soemirat, Juli, 2005, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
Puspawati, Catur, dkk. 2012. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah Padat (A).
Jakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Jakarta II.
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 (2008)
https://www.slideshare.net/metrosanita/persyaratan-teknis-pengumpulan-pemindahan-
dan-pengangkutan-sampah
https://anekamesin.com/produk/mesin-pencacah-sampah-organik
https://pengolahsampah.com/produk/mesin-pirolisis-plastik/

Daftar Pustaka Gambar

Gambar 1 : http://infopublik.id/kategori/nusantara/329319/masyarakat-kotawaringin-
timur-diajak-mengelola-sampah?video=
Gambar 2 : https://www.hipwee.com/list/5-jenis-warna-tempat-sampah-yang-perlu-
kita-tahu/
Gambar 3 : https://buletinonline.net/v7/index.php/tempat-pengumpulan-sampah-
ganggu-keselesaan-kedai-makan/tempat-sampah-jerangau2/
Gambar 4 :https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/18/12/28/pkfin7370-6800-petugas-kebersihan-siap-angkut-sampah-tahun-
baru
Gambar 5 : https://jabar.sindonews.com/read/10692/1/pengadaaan-61-unit-truk-sampah-di-
kabupaten-bogor-dipersoalkan-1569323387
Gambar 6 : http://nugrahakaroseri007.blogspot.com/2016/02/arm-roll.html
Gambar 7 : https://www.indiamart.com/proddetail/semi-automatic-garbage-
compactor-truck-20666941430.html
Gambar 8 : https://kensingtonprospect.com/trailer-truck-indonesia/1505/new-trailer-
truck-indonesia-ratings/
Gambar 9 :
https://kencanaonline.com/index.php?route=product/product&product_id=235
Gambar 10 : https://www.bukalapak.com/p/industrial/mesin/mesin-pertanian-
taman/1qzizv-jual-mesin-pencacah-sampah-kompos

Anda mungkin juga menyukai