Anda di halaman 1dari 2

Senin, 4 Maret 2019

Bacaan I :Sir. 17:24-29


Bacaan Injil :Mrk. 10:17-27

Melepaskan Diri dari Kelekatan Material

Segala sesuatu yang kita miliki tentu sangat berarti bagi kita, apalagi jika untuk
memperoleh hal-hal tersebut butuh pejuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Namun,
terkadang kita menjadi terlampau terikat dengan apa yang kita miliki hingga menutup diri bagi
orang lain. Ketertutupan diri ini juga diakibatkan oleh karena kegagalan kita untuk melihat segala
apa yang kita miliki merupakan karunia Allah yang Maha Kuasa. Kita seolah menyatakan diri
sebagai satu-satunya pihak yang berusaha. Sampai pada titik ini, kita menutup diri terhadap rahmat
Allah maupun gagal membuka tangan kita untuk kesusahan orang lain.

Dalam Bacaan Pertama yang diambil dari Kitab Putra Sirakh, dinasehatkan kepada kita
untuk senantiasa bertobat kepada Tuhan dan menghentikan dosa-dosa kita. Tuhan senantiasa
membuka jalan pulang bagi orang yang ingin bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Dosa
biasanya menimbulkan kenikmatan semu yang mengikat diri kita. Oleh karena itu, bertobat
mengandung arti bahwa kita perlu melepaskan ikatan dosa-dosa kita. Kita perlu bepaling kepada
Allah sebab “Alangkah besarnya belas kasihan serta pengampunan Tuhan bagi semua yang
berpaling kepadaNya.”

Kelekatan kepada hal-hal duniawi menjadi sangat jelas dalam kisah yang diangkat oleh
Bacaan Injil hari ini. Dalam warta suci, ditampilkan tokoh Yesus dan seorang kaya yang ingin
megikuti Yesus. Si kaya tentulah seorang yang taat pada perintah Tuhan. Hal ini diungkapan
dengan jawaban tegas dan jelas si kaya kepada pernyataan Yesus tentang pelbagai kewajiban untuk
mentaati perintah Allah, yakni: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Nampak
bahwa ia juga menghitung-hitung segala kebaikan yang telah ia lakukan seturut perintah Allah.
Namun, Yesus menyentuhnya tepat pada titik penting dalam hidupnya sebagai jalan untuk
mengikuti Tuhan. “Pergilah juallah apa yang kaumiliki, dan berikanlah itu kepada orang miskin.
Maka engkau akan memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah ke mari, dan ikutlah Aku.”
Perkataan Yesus bagaikan tamparan bagi kesadaran si kaya sehingga ia merasa sedih dan kecewa
karena banyaklah hartanya. Ia belum bisa melepaskan kelekatan material yang dimilikinya untuk
mengikuti Tuhan.

Dalam konteks hidup kita sehari=hari, sadar atau tidak, kita juga punya kelekatan-
kelekatan tertentu. Misalnya, hp, sinetron TV, dan lain sebagainya. Jika kita menutup diri pada
kelekatan hal-hal duniawi tersebut sampai mengabaikan kebutuhan rohani kita seperti berdoa,
berekaristi, pun menjalin relasi dengan sesama, maka kita telah terjebak dalam kelekatan material
yang menjauhkan diri kita dari intimitas relasi dengan Tuhan dan sesama. Semoga dalam
perjuangan hidup iman, kita berupaya melepaskan diri dari kelekatan-kelekatan material kita
supaya dengan tobat yang sungguh kita dapat berpaling kepada Allah yang penuh belas kasih.
Semoga. Amin. (Fr. Giovanni Arum)

Anda mungkin juga menyukai