Anda di halaman 1dari 8

Chairul Tanjung

Chairul tanjung lahir di Jakarta 16 Juni 1962. Pada tahun


1981 kiprah Chairul Tanjung sebagai pengusaha dimulai
ketika dia masih menjadi mahasiwa kedokteran gigi di
Universitas Indonesia. Ia lahir dari keluarga yang tak
berada sehingga untuk membiayai kuliahnya ia berdagang
dikampus mulai dari menyediakan jasa fotocopy,
mensuplai perlengkapan kedokteran gigi, sampai melakoni
usaha jual belimobil bekas.

Chairul Tanjung mulai memasuki bidang


manufacturing sandal atau sepatu dan atap baja tahun 1987.
Pada periode ini dia juga mulai mendirikan Para Multi Finance. Dengan pegawai mencapai
500 orang, kini Chairul Tanjung mulai merekrut pemimpin-pemimpin berpengalaman untuk
duduk di manajemen puncak. Bila sebelumnya Chairul Tanjung mengerjakan langsung
berbagai pekerjaan, kini perannya lebih kepada memberikan arahan bagi para manajemen
puncak tersebut

Perusahaannya tumbuh menjadi perusahaan besar tahun 1996. Merasa sulit bersaing
dengan China di bidang manufacturing, Chairul Tanjung mengalihkan fokusnya pada jasa
keuangan yakni melalui Bank Mega dan Para Multifinance. Pada tahun 1998 Ketika banyak
perusahaan mengalami kesulitan di masa krisis keuangan pada tahun ini, Bank Mega dan
Para Multifinance yang telah menerapkan tata kelola yang baik pada waktu itu justru
melebarkan sayapnya. Dengan pegawai mendekati 5000 orang pada akhir tahun 2000. Peran
Chairul Tanjung menjadi lebih banyak dalam hal coaching, delegating, dan membangun tata
kelola perusahaan. Proses membangun kepemimpinan dari dalam pun dia lakukan.

Pada tahun 2000 sampai sekarang adalah periode dimana Chairul Tanjung Group
telah tumbuh menjadi konglomerasi bisnis dengan fokus konsumer. Trans TV, Trans 7,
Metro Department Store, Carrefour, dan CT Agro adalah bisnis-bisnis besar yang berhasil
dia bangun dan akuisisi dalam periode ini. Dengan jumlah pegawai lebih dari 60.000 orang.
Kini peran Chairul Tanjung lebih pada membangun visi, nilai-nilai, dan tata kelola
perusahaan. Ia tidak lagi terlibat dalam hal operasional perusahaan.
Ketika banyak perusahaan besar dan pemimpinnya menjadi birokrasi dan lamban, CT Group
tidak demikian. Chairul Tanjung berhasil melakukan transformasi gaya dan pendekatan
kepemimpinan mulai dari mengerjakan sendiri lalu memberikan pengarahan, kemudian
melakukan coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Setelah mencapai
posisi puncak, kini fokusnya ada pada visi, nilai-nilai, dan governance.

Hal-hal menarik yang terungkap dari Chairul Tanjung di antaranya adalah sikapnya yang
sangat positif dalam menghadapi kegagalan. Baginya, kegagalan adalah teman yang
menemaninya dan menghantarnya pada keberhasilan. Chairul Tanjung juga selalu
menekankan pentingnya inovasi. Ia selalu ingin membuat bisnis yang belum terpikirkan oleh
orang lain, sehingga tidak menjadi korban perang harga. Dia pun sangat optimis dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia 10 tahun ke depan. Baginya, peluang bisnis di Indonesia
sangat besar dan tumbuh cepat. Karena itu pula, untuk sementara ini Chairul Tanjung
memilih untuk fokus pada pasar dalam negeri selagi booming.

 Teori Kepemimpinan Chairul Tanjung

Chairul Tanjung menganut teori kepemimpinan Behaviour Leadership Theory dan


Contingency Leadership Theory.

1. Behaviour Leadership Theory adalah teori yang mengasumsikan bahwa


leadership atau kepemimpinan itu bisa dipelajari, kepemimpinan bukan semata bawaan lahir,
dan dapat dipelajari dengan cara memperhatikan dan mempelajari perilaku para pemimpin
dalam situasi-situasi tertentu.
2. Contingency Leadership Theory adalah teori kepemimpinan yang menyatakan
bahwa terdapat tipe-tipe kepemimpinan yang efektif pada situasi tertentu saja, tidak ada
seorang pemimpin yang efektif dalm segala situasi. Teori ini lebih fokus mengkaji tentang
tipe pemimpin tertentu cocok memimpin situasi tertentu.

 Tipe Kepemimpinan Sosok Chairul Tanjung

 Tipe kepemimpinan yang dianut Chairul Tanjung adalah : Tipe Demokratik.

Seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku


koordinator dan integrator. Karenanya, pendekatan dalam menjalankan fungsi
kepemimpinannya adalah holistik dan integralistik.
Soichiro Honda
(Wirausaha Sukses Internasional)

Soichiro Honda lahir tanggal 17 November 1906 di


Iwatagun (kini Tenrryu City) yang terpencil di Shizuoka
prefecture. Ayahnya bernama Gihei Honda seorang tukang besi
yang beralih menjadi pengusaha bengkel sepeda, sedangkan
ibunya bernama Mika, Soichiro anak sulung dari sembilan
bersaudara, namun hanya empat yang berhasil mencapai umur
dewasa. Yang lain meninggal semasa kanak-kanak akibat
kekurangan obat dan juga akibat lingkungan yang kumuh.
Di sekolah prestasinya rendah. Honda mengaku ulangan-ulangannya buruk. Ia tidak
suka membaca, sedangkan mengarang dirasakannya sangat sulit. Tidak jarang ia bolos.
“Sampai sekarang pun saya lebih efisien belajar dari TV daripada dari membaca. Kalau saya
membaca, tidak ada yang menempel di otak,” katanya. Ketika sudah kelas lima dan enam,
bakat Soichiro tampak menonjol di bidang sains. Walaupun saat itu baru belasan tahun,
namun dalam kelas-kelas sains di Jepang sudah dimunculkan benda-benda seperti baterai,
timbangan, tabung reaksi dan mesin.
Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel
reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran
Soichiro Honda. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin
menyaksikan pesawat terbang. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah
sepeda pancal dengan model rem kaki. Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja
Hart Shokai Company. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja
disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya
mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.
Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan
kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. . Jepang, karena siap perang, tidak
memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang
untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya
terbakar dua kali. Namun, Honda tidak patah semangat.
Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa
kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan
mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga
diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba
beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal. Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang
kekurangan bensin.
Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat
menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia
memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" – cikal bakal lahirnya
mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan,
sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak
itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi
"raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Teori Kepemimpinan yang dimiliki tokoh tersebut


Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif.
Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya
satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan
petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi
baru. Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal
seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.
5 Kiat dan resep keberhasilan Honda
a. Selalu berambisi dan berjiwa muda.
b. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki
produksi.
c. Senangi pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja senyaman mungkin.
d. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
e. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.
Trial and error Untuk meraih kesuksesan, Anda perlu melakukan trial and error. Hal
ini merupakan salah satu tolok ukur untuk menggapai kesuksesan. Tinggal sejauh mana kita
mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Sebelum mencoba lagi, pikirkan masak-
masak langkah yang akan ditempuh. Kalau pun terjadi kesalahan kembali, jangan ragu-ragu
melakukan perbaikan dan terus mencoba sampai Anda berhasil mengatasinya. Kunci utama
trial and error adalah kerja keras dan tetap semangat.
Warren Buffet
(Wirausaha Sukses Internasional)

Warren Edward Buffett lahir di Omaha,


Nebraska, Amerika Serikat, pada tanggal 30 Agustus 1930.
Kemampuannya menciptakan nilai tambah ini sudah
kelihatan sejak kecil. Ketika berumur 11 tahun misalnya, ia
hanyalah seorang loper koran. Tapi ia memanfaatkan
waktunya juga untuk keliling lapangan golf, mencari bola
golf yang hilang, dan menjualnya dengan harga murah ke
pemain golf di sekitar lapangan golf tersebut. Pada umur
14 tahun, saat Buffet masih duduk di banku SMA, dia
memulai bekerja sehingga memiliki uang sebesar $ 1,200 untuk membeli 40 ha tanah
pertanian yang akhirnya dia sewakan pada petani lokal. Dari sini ia sudah menciptakan
passive income dari sewa lahan.
Perusahaan yang tadinya mau bangkrut, di tangannya bisa berubah menjadi
perusahaan sukses yang menarik minat banyak investor lain. Harga saham Berkshire
Hathaway medio Juli 2007 – Januari 2008 misalnya, melejit sebesar 35%. Bahkan Desember
lalu, harga sahamnya menembus level tertinggi sepanjang masa, menjadi US$ 150.000 per
lembar. Citra pemain saham biasanya tak jauh-jauh dari citra seorang spekulan: beli saat
harga rendah, jual saat harga tinggi..
Buffet sadar, permainan jangka pendek tidak menguntungkan. Hal ini ia pelajari
sejak umur 11 tahun — saat ia membeli saham pertamanya, Cities Services, seharga $38,25
per lembar. Setelah itu, dia menjual kembali saham tersebut seharga $40. Ternyata, harga
saham yang dijualnya naik terus dan beberapa tahun kemudian mencapai $200 per lembar. .
Buffett tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business
not share). Meski saham Coca-Cola sempat ambruk pada 1998-1999, ia tetap bersandar pada
tren jangka panjang. Ia pertahankan saham Coca-Cola hingga kini.
. Ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar tiga tahun kemudian. Ia secara cerdik
menginvestasikan uang nganggur perusahaan. Ia misalnya membeli perusahaan asuransi,
perusahaan permata, utilitas, dan makanan melalui Berkshire. Lewat perusahaan ini pula ia
menguasai beberapa perusahaan kelas dunia seperti Coca Cola, WellsFargo dan Kraft Food.
Langkah terbarunya, Desember lalu ia mengakuisisi perusahaan manufaktur dan jasa Momon
Holding sebesar US$ 4,5 miliar.
Teori Kepemimpinan yang dimiliki tokoh tersebut
Pertama, tidak pernah menghabiskan waktu dengan sia-sia. . Ia selalu mengambil
keputusan dengan cepat, termasuk juga ketika memutuskan untuk terjun di bisnis investasi,
Warren membeli saham untuk pertama kalinya pada umur 11 tahun. Dan Ia mulai membeli
sebuah kebun kecil ketika Ia masih berusia 14 tahun, tentunya umur yang masih cukup belia
untuk bisa terjun di bisnis investasi.
Kedua, tak pernah takut untuk menjadi yang berbeda. Ketika Anda memutuskan
terjun di dunia usaha, maka hal terpenting yang perlu Anda ingat adalah jangan pernah
mengambil keputusan berdasarkan apa yang dikatakan atau dilakukan banyak orang.
Pengalaman seperti ini pernah dialami Warren Buffet, meskipun dahulu banyak orang
memprediksikan Ia akan gagal, namun dengan cara yang Ia miliki investasi Warren
meningkat hingga lebih dari US$ 100 juta dengan strategi bisnis yang telah Ia rencang
sebelumnya.
Ketiga, boleh gigih tapi juga harus tau kapan waktunya harus berhenti. Sebagai
seorang pelaku usaha, tentunya kegigihan atau ketekunan menjadi salah satu kunci sukses
untuk bisa mencapai keberhasilan bisnisnya. Namun dibalik kegigihan tersebut, tentunya kita
juga harus jeli dan teliti untuk menganalisa kapan waktunya kita harus berhenti dan mencari
pintu kesuksesan lainnya apabila bisnis yang kita jalani sudah tidak potensial lagi
kedepannya. Jika memang sudah tidak ada peluang, maka coba cari celah baru untuk bisa
menjadi seorang pemenang.
Keempat, rencanakan dengan matang sebelum akhirnya mengambil sebuah resiko. .
Namun ada baiknya bila Anda merencanakan dan membuat kesepakatan dengan matang
sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko tersebut. Sebab, dengan perhitungan
yang matang, segala resiko yang ada di depan mata bisa diatasi dengan sempurna.
Kelima, selalu menciptakan nilai tambah. Ketatnya persaingan pasar dan pesatnya
perubahan minat konsumen, menjadi salah satu alasan mengapa setiap pengusaha harus
memiliki nilai tambah. Hal ini pula yang dilakukan Warren Buffet ketika menjalankan
kerajaan bisnisnya, Ia selalu membeli perusahaan-perusahaan yang hampir bangkrut
kemudian memperbaiknya sebagus mungkin.
Boenjamin Setiawan
(Wirausaha Sukses Nasional)

Boenjamin Setiawan merupakan pendiri dan


Komisaris Utama dari PT Kalbe Farma Tbk. Pasti Anda
sudah mengenal produk yang sudah diproduksi oleh
perusahaan tersebut. PT Kalbe Farma Tbk memang
sudah banyak memproduksi obat-obatan dan sudah
tersebar luas di Indonesia.

Pendidikan
Boenjamin Setiawan sebelum menjalankan bisnisnya dalam bidang farmasi, beliau
merupakan lulusan dari Universitas Indonesia. Boenjamin Setiawan meraih gelar dokter di
Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studinya di University of California dan
berhasil meraih gelar Ph.D di bidang farmakologi. Beliau juga sampat menjadi dosen selama
beberapa tahun, namun akhirnya dirinya memilih untuk terjun di dunia bisnis farmasi.
Bisnis
Setelah menyelesaikan studinya di University of California, Boenjamin Setiawan
akhirnya memilih untuk menjalani bisnis di dunia farmasi. Pada tahun 1966 Boenjamin
Setiawan resmi mendirikan Grup Kalbe. Tepatnya pada tanggal 10 September 1966 Kalbe
Group resmi berdiri. Sebenarnya Boenjamin Setiawan tidak sendiri dalam mendirikan
perusahaan yang saat ini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Ia dibantu oleh 5
saudaranya dalam membangun usaha ini. Saudara dari beliau yang membantunya antara lain
adalah: Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Maria Karmila, dan F. Bing
Aryanto.
Boenjamin sangat paham bagaimana caranya untuk membuat obat dengan dosis yang
pas namun dengan harga yang terjangkau. Selain itu, beliau juga mengerti dengan
perkembangan di dunia farmasi global. Hal ini membuat Boenjamin Setiawan menjadi
seorang pria yang matang dalam urusan farmasi dan yang paling penting adalah dia langsung
terjun dalam mengembangkan jenis obat-obatan dan makanan kesehatan di perusahaannya
yaitu PT Kalbe Farma Tbk.
Ia menggabungkan 3 perusahaannya untuk memperkuat posisinya di dunia farmasi
Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut adalah Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan PT
Enseval Putra Megatrading yang merupakan perusahaan distribusinya. Tak hanya itu,
Boenjamin Setiawan juga membangun perusahaan baru yang bergerak dalam bidang riset
dan pengembangan yaitu PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd dan juga bekerja sama dengan
Morinaga dalam mendirikan perusahaan susu dengan investasi mencapai 500 miliar rupiah.
Majalah Forbes pada tahun 2011 lalu menafsirkan harta kekayaan Boenjamin
Setiawan mencapai 2 milliar dollar Amerika Serikat. Perusahaannya juga semakin
berkembang dan menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai masyarakat Indonesia.
Beberapa produk yang sudah beredar di Indonesia antara lain adalah Promag, Mixagrip,
Woods, Komix, Extra Joss, dan Prenagen. Tentu saja omset dari perusahaan ini sangat besar.
Bahkan saat ini Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi yang terbesar di Asia Tenggara
dan sahamnya mencapai lebih dari 1 milliar dollar dengan penjualan lebih dari 7 triliun
rupiah. Demikian biografi singkat Boenjamin Setiawan.

Teori Kepemimpinan yang dimiliki tokoh tersebut


Salah satu ciri menonjol yang mengantarkan Kalbe berhasil menjadi nomor satu di
pentas bisnis farmasi nasional seperti sekarang adalah sosok Boen sendiri. Sedari awal, Boen
selalu menandaskan bahwa perusahaan farmasi harus didukung riset yang kuat. Dan ia tidak
berhenti pada kata-kata, melainkan langsung mewujudkannya dengan memperkuat divisi
riset dan pengembangan -- hal yang tidak mungkin dilakukan perusahaan Indonesia di era
1960-an.
Ciri menonjol lainnya, sejak dini (awal 1970-an) Boen juga menyadari bahwa jika
ingin bergerak lincah dan sehat, perusahaan harus dijalankan para profesional yang andal.
Andal dalam pengertian Boen adalah bahwa profesional tersebut bukan semata-mata encer
otaknya, melainkan juga harus dipadu dengan sikap dan perilaku yang baik. Dalam bahasa
Boen, mereka harus the brightest dan the best. Untuk mendapatkan kandidat seperti ini,
Kalbe menjalin kerja sama dengan LPPM sebagai konsultan manajemennya. Kesadaran
seperti ini, lagi-lagi, masih langka bagi generasi pebisnis seangkatan Boen.
Bersamaan dengan itu, Boen juga mulai berkenalan dengan konsep nilai-nilai dan
budaya perusahaan, yang kemudian melahirkan lima falsafah Kalbe yang dituangkan dalam
Panca Krida, juga prinsip kerja yang dirumuskan dalam konsep DJITU.

Anda mungkin juga menyukai