Perusahaannya tumbuh menjadi perusahaan besar tahun 1996. Merasa sulit bersaing
dengan China di bidang manufacturing, Chairul Tanjung mengalihkan fokusnya pada jasa
keuangan yakni melalui Bank Mega dan Para Multifinance. Pada tahun 1998 Ketika banyak
perusahaan mengalami kesulitan di masa krisis keuangan pada tahun ini, Bank Mega dan
Para Multifinance yang telah menerapkan tata kelola yang baik pada waktu itu justru
melebarkan sayapnya. Dengan pegawai mendekati 5000 orang pada akhir tahun 2000. Peran
Chairul Tanjung menjadi lebih banyak dalam hal coaching, delegating, dan membangun tata
kelola perusahaan. Proses membangun kepemimpinan dari dalam pun dia lakukan.
Pada tahun 2000 sampai sekarang adalah periode dimana Chairul Tanjung Group
telah tumbuh menjadi konglomerasi bisnis dengan fokus konsumer. Trans TV, Trans 7,
Metro Department Store, Carrefour, dan CT Agro adalah bisnis-bisnis besar yang berhasil
dia bangun dan akuisisi dalam periode ini. Dengan jumlah pegawai lebih dari 60.000 orang.
Kini peran Chairul Tanjung lebih pada membangun visi, nilai-nilai, dan tata kelola
perusahaan. Ia tidak lagi terlibat dalam hal operasional perusahaan.
Ketika banyak perusahaan besar dan pemimpinnya menjadi birokrasi dan lamban, CT Group
tidak demikian. Chairul Tanjung berhasil melakukan transformasi gaya dan pendekatan
kepemimpinan mulai dari mengerjakan sendiri lalu memberikan pengarahan, kemudian
melakukan coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Setelah mencapai
posisi puncak, kini fokusnya ada pada visi, nilai-nilai, dan governance.
Hal-hal menarik yang terungkap dari Chairul Tanjung di antaranya adalah sikapnya yang
sangat positif dalam menghadapi kegagalan. Baginya, kegagalan adalah teman yang
menemaninya dan menghantarnya pada keberhasilan. Chairul Tanjung juga selalu
menekankan pentingnya inovasi. Ia selalu ingin membuat bisnis yang belum terpikirkan oleh
orang lain, sehingga tidak menjadi korban perang harga. Dia pun sangat optimis dengan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia 10 tahun ke depan. Baginya, peluang bisnis di Indonesia
sangat besar dan tumbuh cepat. Karena itu pula, untuk sementara ini Chairul Tanjung
memilih untuk fokus pada pasar dalam negeri selagi booming.
Pendidikan
Boenjamin Setiawan sebelum menjalankan bisnisnya dalam bidang farmasi, beliau
merupakan lulusan dari Universitas Indonesia. Boenjamin Setiawan meraih gelar dokter di
Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan studinya di University of California dan
berhasil meraih gelar Ph.D di bidang farmakologi. Beliau juga sampat menjadi dosen selama
beberapa tahun, namun akhirnya dirinya memilih untuk terjun di dunia bisnis farmasi.
Bisnis
Setelah menyelesaikan studinya di University of California, Boenjamin Setiawan
akhirnya memilih untuk menjalani bisnis di dunia farmasi. Pada tahun 1966 Boenjamin
Setiawan resmi mendirikan Grup Kalbe. Tepatnya pada tanggal 10 September 1966 Kalbe
Group resmi berdiri. Sebenarnya Boenjamin Setiawan tidak sendiri dalam mendirikan
perusahaan yang saat ini menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Ia dibantu oleh 5
saudaranya dalam membangun usaha ini. Saudara dari beliau yang membantunya antara lain
adalah: Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Maria Karmila, dan F. Bing
Aryanto.
Boenjamin sangat paham bagaimana caranya untuk membuat obat dengan dosis yang
pas namun dengan harga yang terjangkau. Selain itu, beliau juga mengerti dengan
perkembangan di dunia farmasi global. Hal ini membuat Boenjamin Setiawan menjadi
seorang pria yang matang dalam urusan farmasi dan yang paling penting adalah dia langsung
terjun dalam mengembangkan jenis obat-obatan dan makanan kesehatan di perusahaannya
yaitu PT Kalbe Farma Tbk.
Ia menggabungkan 3 perusahaannya untuk memperkuat posisinya di dunia farmasi
Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut adalah Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan PT
Enseval Putra Megatrading yang merupakan perusahaan distribusinya. Tak hanya itu,
Boenjamin Setiawan juga membangun perusahaan baru yang bergerak dalam bidang riset
dan pengembangan yaitu PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd dan juga bekerja sama dengan
Morinaga dalam mendirikan perusahaan susu dengan investasi mencapai 500 miliar rupiah.
Majalah Forbes pada tahun 2011 lalu menafsirkan harta kekayaan Boenjamin
Setiawan mencapai 2 milliar dollar Amerika Serikat. Perusahaannya juga semakin
berkembang dan menghasilkan produk yang berkualitas dan disukai masyarakat Indonesia.
Beberapa produk yang sudah beredar di Indonesia antara lain adalah Promag, Mixagrip,
Woods, Komix, Extra Joss, dan Prenagen. Tentu saja omset dari perusahaan ini sangat besar.
Bahkan saat ini Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi yang terbesar di Asia Tenggara
dan sahamnya mencapai lebih dari 1 milliar dollar dengan penjualan lebih dari 7 triliun
rupiah. Demikian biografi singkat Boenjamin Setiawan.