Anda di halaman 1dari 143

Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB I
PENDAHULUAN

A. ISTILAH DAN DEFINISI


1. Pengertian Ilmu Kenegaraan
Pemahaman yang sama mengenai suatu istilah demikian
pentingnya. Agar terdapat titik berangkat yang sama, pada saat
memperbincangkan sesuatu hal. Demikiannya pada saat kita
memulai membincangkan Ilmu Negara. Karena dalam
kepustakaan Indonesia terdapat istilah Ilmu Negara dan Ilmu
Kenegaraan, selain ada juga istilah Teori Negara, Teori
Kenegaraan dan Teori Bernegara.
Pada Bab ini berturut-turut dipergunakan subbab Ilmu
Kenegaraan lalu Ilmu Negara. Ilmu kenegaraan ditempatkan
mendahului lalu dilanjutkan tentang pengertian Ilmu Negara.
Pengertian Ilmu Kenegaraan. Jika ditinjau dari segi
istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan
(Staatswetenschap/General State Science) merupakan istilah
yang tertua di samping Ilmu Negara (Staatsleer) dan Ilmu
Politik (Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu
kenegaraan yang ditinjau dari sudut hukum saja, tetapi juga
dari sudut ekonomi sebagai akibat dari pengaruh
merkantilisme. Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa
Barat yang menyamakan uang dengan kekayaan, berusaha
memperoleh emas, meningkatkan hasil produksi pabrik dan
ekspor, pembea-an impor dan memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca
perdagangan karena berusaha untuk membuat neraca

1
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

perdagangan lebih aktif, artinya volume ekspor harus lebih


besar dari impor sehingga mendapatkan keuntungan.

2. Pengertian Ilmu Negara


Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda,
Staatsleer yang diambil dari istilah bahasa Jerman Staatslehre.
Dalam bahasa Inggris disebut The General Theory of State atau
Political Theory.
Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh
George Jellinek yang disebut sebagai Bapak Ilmu Negara.
George Jellinek memandang ilmu negara sebagai suatu
keseluruhan dan membaginya ke dalam bagian-bagian yang
berhubungan satu sama lain.
Di Indonesia, universitas yang pertama kali
menggunakan istilah Ilmu Negara adalah Universitas Gadjah
Mada – Yogyakarta.
Mengenai definisi Ilmu Negara dalam pandangan
Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara, dimana
diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk,
asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan di sekitar negara.
Sementara itu, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu
Negara merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang masih
muda walaupun menurut sifat dan hakekatnya merupakan
cabang ilmu pengetahuan yang tua karena sebenarnya Ilmu
Negara sudah dikenal sebagai suatu ilmu pengetahuan sejak
zaman Yunani Kuno.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari negara dan
hukum negara pada umumnya. Pengertian menitik beratkan

2
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

pada suatu pengetahuan, sedangkan sendi menitikberatkan


pada suatu asas atau kebenaran.
Apa yang dipelajari oleh Ilmu Negara. Banyak penulis
menyebutkan bahwa Ilmu negara mempelajari negara secara
umum, mengenai asal-usulnya, wujudnya, lenyapnya,
perkembangannya dan jenis-jenisnya.
Sementara itu, M. Nasroen, menyatakan bahwa Ilmu
Negara Umum adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum
akan mencari dan menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran
terhadap pokok penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu
Negara Umum harus menjawab pertanyaan mengenai negara.

B. OBJEK ILMU NEGARA


Menurut Kranenburg, obyek penyelidikan Ilmu Negara
adalah negara, dimana dalam ilmu negara diselidiki asal mula,
sifat, hakekat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan negara.
Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada pengertian
negara secara umum.
M. Nasroen, dalam hal ini sependapat dengan Kranenburg,
menurutnya, sebab wujud dari Ilmu Negara Umum adalah
menyelidiki dan menetapkan asal mula, inti sari dan wujud
negara pada umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara
umum, sehingga ia sering disebut sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek
penyelidikan Ilmu Negara adalah negara dalam pengertian
abstrak, terlepas dari waktu dan tempat, bukan suatu negara
tertentu yang secara positif ada pada suatu waktu dan tempat
tertentu. Ilmu Negara menyelidiki pengertian-pengertian pokok

3
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

(grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok (grondbeginselen) dari


negara yang berlaku untuk dan terdapat pada setiap negara.

1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang
berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,
bahwa: Negara sebagai pribadi hukum internasional
seharusnya memiliki kualifikasi sebagai berikut:
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-
negara lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya, baik militer, politik, ekonomi maupun sosial
budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah
tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang
berbeda dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak
negara untuk mencabut nyawa seseorang.
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu
masyarakat politik yang diorganisir secara tetap, yang
menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam batas-
batas daerah tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan
negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang
merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara
adalah kelompok politis persekutuan hidup orang yang banyak

4
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib dan


seperjuangan. Membicarakan negara berarti membicarakan
masyarakat dan manusia.
Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa
syarat atau unsur yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan
organisasi ini.
Oppenheim – Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat
adalah kumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang
hidup bersama merupakan suatu masyarakat, meskipun
mereka berasal dari keturunan yang berlainan, menganut
kepercayaan yang berlainan, memiliki warna kulit yang
berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau
cita-cita untuk bersatu merupakan sesuatu hal yang sangat
penting untuk dapat membentuk suatu bangsa yang akan
hidup dalam suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang
mempunyai cita-cita untuk bersatu merupakan unsur yang
sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya
dapat dibentuk oleh suatu masyarakat yang berasal dari
satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat, namun
pendapat ini tidak dapat dipertahankan karena tidak
terbukti kebenarannya. Misalnya : bangsa India, Swiss, USA
dll terdiri dari masyarakat yang memiliki adat istiadat dan
bahasa yang berbeda. Demikian halnya dengan Bangsa
Indonesia, juga mempunyai suku, adat, dan agama
kepercayaan yang berbeda-beda pula.

5
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

b. Wilayah tertentu tempat negara itu berada


Antara wilayah satu negara dengan wilayah negara yang lain
dibatasi oleh batas tertentu.
Batas daerah suatu negara dapat terjadi dengan dua cara,
yaitu :
1) Terjadi secara alamiah (dibatasi oleh gunung, sungai dll).
2) Ditentukan dengan mengadakan perjanjian dengan
negara lain yang berbatasan langsung dengan negara
tersebut.
Dalam traktat/perjanjian internasional yang diadakan di
Paris pada tahun 1919 ditetapkan bahwa udara di atas
tanah suatu negara, termasuk wilayah negara tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk daerah suatu
negara adalah:
1) Daratan
2) Lautan. Pada umumnya, lebar laut teritorial adalah 3 mil
(5,5 km) yang dihitung dari garis pasang surut atau
garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar suatu
kepulauan.
3) Udara di atas teritorium daratan dan lautan tersebut.
Menempuh atau melintasi wilayah negara asing tanpa ijin
dari negara yang bersangkutan dianggap sebagai
pelanggaran atas kedaulatan negara tersebut dan tindakan
tersebut dapat ditindak secara hukum oleh negara yang
bersangkutan.
c. Pemerintahan yang berdaulat
Pemerintah adalah orang atau beberapa orang yang
memerintah menurut hukum negaranya.
Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah meliputi 3
pengertian yang berbeda, yaitu :

6
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

1) Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan


kenegaraan yang berkuasa memerintah, dalam arti kata
yang luas. Jadi, termasuk semua badan-bnadan
kenegaraan yang bertugas menyelenggarakan
kesehajahteraan umum yang meliputi eksekutif,
yudikatif, legislatif.
2) Pemerintah sebagai gabungan dari badan-badan
kenegaraan yang tertinggi yang berkuasa memerintah di
suatu wilayah negara, misalnya : Raja, Presiden, Yang
Dipertuan Agung (Malaysia).
3) Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama-
sama dengan menteri-menterinya, yang berarti organ
eksekutif yang umumnya disebut dengan Dewan Menteri
atau Kabinet.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu
kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan yang
lain.
Pemerintah yang berdaulat berarti :
1) Ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya,
dapat melaksanakan recthsorde (ketertiban hukum)
dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat terjamin.
2) Ke luar, pemerintah negara tersebut mampu
mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan
dari pihak lain.
Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni
bahwa negara diakui oleh warganya sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat
negara itu berada.
d. Pengakuan dari negara lain

7
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Unsur ini bukan merupakan unsur atau syarat mutlak


terjadinya negara karena unsur ini bukan merupakan unsur
pembentuk bagi negara tetapi hanya bersifat menerangkan
saja tentang adanya negara.
Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara dapat
berdiri. Misalnya:
1) Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaannya
pada tahun 1776, walaupun Inggris baru mengakuinya
pada tahun 1873.
2) Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun
1945, Belanda baru mengumumkan pengakuannya pada
tahun 1949.
Berkaitan dengan pengakuan dari negara lain, di kalangan
ahli hukum internasional terdapat dua teori yang
bertentangan, yaitu :
1) Declaratory Theory/Evidentiary Theory (Teori Deklaratif)
golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa
apabila semua unsur-unsur negara dimiliki oleh suatu
masyarakat politik, maka otomatis ia merupakan suatu
negara dan harus diperlakukan sebagai negara oleh
negara lain.
Dengan kata lain, hukum internasional secara ipso facto
harus menganggap masyarakat politik yang
bersangkutan sebagai suatu negara dengan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang dengan sendirinya melekat
padanya. Pengakuan hanya bersifat ‘pencatatan’ dari
negara-negara lain bahwa negara baru tersebut telah
ada.
2) Constitutive Theory (Teori Konstitutif)

8
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa


walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh
suatu masyarakat politik, namun ia tidak secara
otomatis diterima sebagai suatu negara di antara
masyarakat internasional. Jika ada pernyataan dari
negara-negara lain yang mengakui masyarakat politik
tersebut sebagai suatu negara barulah masyrakat politik
tersebut benar-benar telah memenuhi semua syarat
sebagai suatu negara dan dapat menikmati hak-haknya
sebagai suatu negara baru.
Unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat
merupakan unsur konstitutif, sedangkan pengakuan dari
negara lain merupakan unsur deklaratif.
Selain itu, Wright juga mengemukakan syarat-syarat
yang harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu :
a. Daerah dengan batas-batas yang ditentukan secara
tegas dengan prospek yang wajar untuk
mempertahankannya.
b. Kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk
memerintah daerah tersebut.
c. Undang-undang atau lembaga-lembaga yang dapat
memberikan perlindungan yang layak kepada orang
asing, golongan minoritas dan dapat menjamin
ukuran keadilan yang patut diantara seluruh
penduduk.
d. Pendapat umum dengan lembaga-lembaga yang
menyalurkannya yang memberikan petunjuk yang
layak mengenai keinginan untuk merdeka dan
jaminan yang wajar bahwa syarat-syarat yang

9
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

terpenting yang dikemukakan di atas mempunyai sifat


yang tetap.
Keberadaan negara,seperti organisasi secara umum,
adalah untuk memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai
tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini
dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai
Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Sebagai dokumen
yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya
negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada
suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara
dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-
Undang Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan
keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama
dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit
pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik,
yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama
sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan
kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling
dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat
merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan
yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat
seluruh warga negara, atau hukum, baik yang merupakan
penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi
maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan jaman
atau keinginan masyatakat, semua kebijakan ini tercantum

10
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam


proses pembentukan Undang Undang haruslah dilakuakan
secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat
mereka itu. Seperti juga dalam organisasi biasa, akan ada
orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam
suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan
rakyat banyak ini dipilih secara demokratis pula.
Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04
km2 kemudian diikuti oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru
seluas 21 km2, Tuvalu seluas 26 km2 dan San Marino seluas
61 km2.

2. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli


a. George Jellinek: Negara adalah organisasi kekuasaan
dari sekelompok manusia yang telah berkediaman di
wilayah tertentu.
b. Logemann: Negara adalah suatu organisasi
kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan
untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu
masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel: Negara merupakan
organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
d. Krannenburg: Negara adalah suatu organisasi yang
timbul karena kehendak dari suatu golongan atau
bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau: Negara adalah alat atau wewenang
yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama
atas nama masyarakat.

11
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

f. Prof. R. Djokosoetono: Negara adalah suatu


organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada
di bawah suatu pemerintahan yang sama.
g. Prof. Mr. Soenarko: Negara ialah organisasi
manyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah
kedaulatan.

C. RUANG LINGKUP ILMU NEGARA


Ilmu Negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak
zaman Yunani Purba. Ilmu Negara menitikberatkan
penyelidikannya kepada negara sebagai organisasi dalam
pengertian umum.
Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :
a. Teori Sifat Hakekat Negara
b. Teori Pembenaran Hukum Negara
c. Teori Terjadinya Negara
d. Teori Tipe-tipe Negara
2. Sisi Tinjauan Yuridis
a. Teori Bentuk (Susunan) Negara, Bentuk dan Sistem
Pemerintahan
b. Teori Kedaulatan
c. Teori Unsur-unsur Negara
d. Teori Fungsi Negara
e. Teori konstitusi
f. Teori Lembaga Perwakilan
g. Teori Sendi-sendi Pemerintahan
h. Teori Alat-alat Perlengkapan Negara
i. Teori Kerjasama antar Negara

12
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

D. HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU LAIN


Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan
ilmu pengetahuan lainnya. Tidak mungkin suatu ilmu
pengetahuan berdiri sendiri tanpa berhubungan atau dipengaruhi
oleh ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu Negara merupakan salah
satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial seperti halnya Politik,
Hukum, Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya
akan berinduk pada ilmu pengetahuan induk (mater scientarium)
yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu Negara juga tidak dapat berdiri
sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu
pengetahuan lainnya, maka Ilmu Negara juga memiliki hubungan
yang bersifat khusus dengan ilmu pengetahuan sosial tertentu
yang memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu negara. Dalam
hal ini maka Ilmu Negara memiliki hubungan yang khusus
dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu Perbandingan
Hukum Tata Negara

1. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum


Hubungan antara ilmu negara dengan hukum
sebenarnya agak sederhana dalam Teori Kedaulatan Negara.
Hukum merupakan kemauan negara yang telah dinyatakan.
Negara memiliki wewenang untuk memerintah, yaitu
memaksakan kemauannya kepada orang lain secara tidak
terbatas, seperti yang dikemukakan oleh Jellineck bahwa
negara mempunyai kekuasaan untuk memerintah. Hanya
negara yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan
dengan tiada bersyarat kemauannya kepada yang lain. Negara
adalah bentuk ikatan manusia-manusia yang tinggal di

13
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

dalamnya yang dilengkapi dengan kekuasaan untuk


memerintah.

2. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik


Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu polis. Polis adalah kota yang dianggap negara yang
terdapat dalam kebudayaan Yunani kuno. Jean Bodin adalah
orang pertama yang menggunakan istilah ilmu politik.
Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
bersifat teoritis dan seluruh hasil penyelidikan yang telah
dilakukan oleh Ilmu Negara dipraktekkan oleh Ilmu Politik yang
merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat praktis.
Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada kepada hal-hal
yang bersifat teoritis oleh karena itu kurang dinamis. Ilmu
Negara lebih memperhatikan unsur-unsur statis dari negara
yang mempunyai tugas utama untuk melengkapi dan
memberikan pengertian-pengertian pokok yang jelas tentang
negara.
Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-
faktor yang konkret yang terutama terpusat pada gejala
kekuasaan, baik yang mengenai organisasi negara maupun
yang mempengaruhi tugas-tugas negara. Oleh karena itu Ilmu
Politik bersifat lebih dinamis dibandingkan Ilmu Negara.

3. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-
peraturan yang mengatur organisasi negara dari tingkat atas
sampai bawah, stsruktur, tugas dan wewenang alat
perlengkapan negara,hubungan antar alat perlengkapan

14
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

tersebut secara hirarki maupun horizontal, wilayah negara,


kedudukan warga negara serta hak asasinya.
Hubungan Tata Negara dengan Ilmu Negara dapat dilihat
dari dua segi, yaitu :
a. Segi Sifat
Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan
yang bersifat praktis, sehingga dapat diterapkan
langsung. Sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu
pengetahuan yang bersifat teoritis sehingga tidak
dapat digunakan secara langsung.
b. Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya
suatu hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu
ilmu negara lebih mementingkan negara secara teoritis
sedangkan Hukum Tata Negara dan Hukum
administrasi Negara lebih mementingkan segi
prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan
pendapat mereka mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu
Negara, diantaranya adalah :
a. Dasril Radjab
a menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian
pokok dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat
umum bagi Hukum Tata Negara. Oleh karena itu
untuk dapat mengerti Hukum Tata Negara harus
terlebih dahulu memiliki pengetahuan secara umum
tentang negara (Ilmu Negara). Dengan demikian, Ilmu
Negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk
Hukum Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara

15
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

merupakan penerapan di dalam kenyataan bahan-


bahan teoritis dari Ilmu Negara.
b. Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah
hubungan antara HTN dengan ilmu negara, yaitu
keduanya merupakan bagian dari staatswissenschaft
dalam arti luas.

4. Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan Hukum


Tata Negara
Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara bertugas untuk
menganalisis secara teratur, menetapkan secara sistematis
mengenai sifat-sifat yang melekat pada negara, faktor-faktor
yang menimbulkan, mengubah atau menghilangkan suatu
negara dll.
Selain itu, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara juga
bertugas untuk mengadakan perbandingan antara negara-
negara, menyelidiki dan menetapkan bagian-bagian atau
unsur-unsur, sifat-sifat, corak umum dari negara yang
merupakan genus suatu bangsa.
Hasil penyelidikan dari ilmu negara yang bersifat umum
akan menjadi dasar bagi penyelidikan Ilmu Perbandingan
Hukum Tata Negara selanjutnya yang akan menerangkan,
menjelaskan dan membandingkan antara negara yang satu
dengan yang lainnya.

E. SISTEMATIKA ILMU NEGARA


Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine
Staatslehre menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan

16
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

teratur dari Ilmu Negara. Menurut Jellinek, Ilmu Kenegaraan


(Staatswissenschaft) dapat dibedakan dalam dua : yaitu :
1. Staatswissenschaft dalam arti sempit
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik
berat pembahasannya terletak pada negara sebagai
objeknya.
Staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibedakan
lagi ke dalam :
a. Beschreibende staatswissenschaft atau lebih dikenal
sebagai statenkunde
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang
melukiskan negara dari segi
masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.
b. Theoritische staatswissenschaft atau lebih dikenal
sebagai Ilmu Negara (Staatsleer)
Ilmu pengetahuan mengenai negara yang
menganalisa dan mengolah bahan-bahan dari
Beschreibende staatswissenschaft untuk kemudian
disusun dalam suatu sistematika serta melengkapinya
dengan sendi-sendi pokok dan pengertian pokok dari
negara.
Theoritische staatswissenschaft dapat dibagi lagi ke
dalam :
1) Allgemeine staatslehre
Yaitu ilmu negara umum yang membahas teori-
teori tentang negara yang berlaku umum terhadap
semua negara.
Jellinek membahas Ilmu Negara Umum dengan
menggunakan Teori Dua Segi atau zweiseiten

17
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

theori. Berdasarkan teori tersebut maka Jellinek


membedakan lagi Allgemeine Staatslehre dalam :
a) Allgemeine soziale staatslehre (peninjauan dari
sudut sosiologis).
Melakukan peninjauan dari segi sosiologis. Yang
termasuk ke dalam Allgemeine Soziale adalah :
 Teori mengenai sifat hakekat negara
 Teori mengenai pembenaran hukum atau
penghalalan negara
 Teori mengenai terjadinya hukum negara
 Teori mengenai tujuan negara
 Teori mengenai penggolongan tipe-tipe
negara dll.
b) Allgemeine staatsrechtslehre (peninjauan dari
sudut yuridis). Termasuk di dalamnya adalah :
 Teori mengenai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan
 Teori mengenai kedaulatan negara.
 Teori mengenai unsur negara
 Teori mengenai fungsi negara
 Teori mengenai konstitusi negara.
 Teori mengenai lembaga perwakilan
 Teori mengenai alat-alat perlengkapan
negara
 Teori mengenai sendi-sendi pemerintahan
 Teori mengenai kerjasama antar negara
2) Besondere Staatslehre
Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-
teori tentang negara yang hanya berlaku pada
suatu negara tertentu.

18
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

c. Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal


dengan politiek
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang
menguraikan tentang tata cara mempraktekkan teori-
teori ilmu negara.
Ilmu Politik dalam sistematika Jellinek mempunyai
arti yang berbeda dengan Political Science yang dikenal
di negara-negara Anglo Saxon.
Di negara-negara Anglo Saxon, ilmu politik
merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sedangkan di negara-negara Eropa Kontinental, ilmu
politik tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan erat
dengan staatswissenschaft. Pelaksanaan ilmu politik
merupakan hasil penyelidikan dari theoritical science.
Negara-negara Eropa Kontinental adalah negara-
negara di daratan Eropa kecuali Inggris. Sedangkan
negara-negara Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah
jajahannya.
2. Rechtswissenschaft
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat
pembahasannya terletak pada segi yuridis/hukum dari
suatu negara.
Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara,
Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Administrasi Negara
dan Hukum Antar Negara.

19
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

F. ILMU NEGARA DALAM KONTEKS INDONESIA


Dalam klasifikasi Jellineck, ilmu negara umum (algemeine
staatsleer) bersifat teoritis, abstrak dan universal, sedangkan ilmu
negara khusus lebih dekat kepada realitas ketatanegaraan suatu
negara.
Ilmu negara khusus adalah ilmu negara teoritis yang
khusus berlaku hanya untuk satu negara tertentu saja. Melalui
pendekatan deduktif, ilmu negara khusus menjangkau permulaan
dari HTN positif sehingga ada hubungan antara ilmu negara
umum dan HTN positif.
Menurut Padmo Wahyono, teori ilmu negara umum yang
bersifat universal merupakan hasil perbandingan dari teori-teori
ilmu negara khusus dengan menghilangkan sifat-sifat khusus
yang akan diperoleh suatu abstraksi universal. Ilmu negara
khusus merupakan embrio dari HTN positif. Dalam konteks
pengajaran Ilmu Negara Umum, maka Ilmu negara khusus
merupakan komplementer (pelengkap) bagi ilmu negara umum.
Menurut penyusun, dalam konteks implementasi, maka
Ilmu Negara Umum, merupakan dasar-dasar bagi pemahaman
lebih lanjut pada saat bagi pengajaran Ilmu Negara Khusus dan
embrio bagi pemahaman Hukum Tata Negara. Sesuai dengan
subjudul ‘Bahan Ajar’ ini, maka Ilmu Negara Umum (teks),
memberikan dasar bagi Ilmu Negara Khusus dalam konteks
keindonesia, dan ilmu Negara khusus merupakan embrio bagi
pemahaman Hukum Tata Negara Indonesia.

20
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN (ILMU) NEGARA

Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil


pemikiran manusia dan manusia mempunyai kebebasan untuk
menyatakan pemikirannya. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan dapat dikatakan sebagai lambang utama dari
kemajuan.
Sedangkan sejarah berasal dari history (Bahasa Inggris),
historiai (bahasa Yunani) mengandung arti awal ‘hasil penelitian’,
oleh Heroditus (abad 5 SM). Lalu Historia (Spanyol), historie
(Belanda), histoire (Perancis), storia (Italia). Sejarah merupakan
penulisan secara sistematis dari gejala-gejala tertentu yang
berpengaruh pada suatu bangsa, suatu lembaga atau kelompok
sosial, yang biasanya disertai dengan suau penjelasan mengenai
sebab-sebab timbulnya gejala tersebut. Sejarah tidak hanya
sekedar pencatatan yang bersifat penggamaran (deskriptif) saja.
Sejarah merupakan pencatatan secara deskriptif dan intepretatif
mengenai kejadian-kejadian yang dialami manusia pada masa
lampau yang ada hubungannya dengan masa kini.
Berikut ini akan diuraikan mengenai penyelidikan tentang
negara mulai sejak zaman Yunani Purba.

A. ZAMAN YUNANI PURBA


Pengetahuan dan penyelidikan tentang negara mulai ada
sejak zaman Yunani Purba. Bangsa Yunani memang dikenal
sebagai bangsa yang pertama kali memiliki peradaban yang sangat
tinggi. Sejak Yunani Purba mengenal pemerintahan yang
demokratis, setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya.

21
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Saat itu, negara masih bersifat polis-polis atau the Greek


State. Keberadaan polis pada awalnya merupakan suatu tempat di
puncak bukit dimana orang-orang mendirikan rumah dan tempat
tersebut kemudian dikelilingi dengan tembok untuk menjaga
penduduknya terhadap serangan musuh dari luar.
Polis merupakan organisasi yang tertinggi. Polis tidak hanya
mengatur hubungan antar organisasi yang ada dalam polis, tetapi
juga mengatur kehidupan pribadi warganya. Oleh karena polis
identik dengan masyarakat negara atau negara maka polis
merupakan negara kota (standstaat/citystate).
Pemerintahan di dalam polis merupakan demokrasi
langsung (directe democratie/direct democracy/klassieke
democratie) dimana rakyat dalam polis ikut secara langsung
menentukan kebijaksanaan pemerintah (direct government by all
the people). Hal ini dapat terjadi karena dua alasan, yaitu :

1. Pengertian kota identik dengan negara dengan wilayah


yang sangat terbatas.

2. Jumlah penduduk masih sangat sedikit.

Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut
sertanya rakyat dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat
secara langsung berasal dari zaman Yunani Purba. Dengan turut
serta secara langsung dalam pemerintahan berarti rakyat
melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pada
saat itu, yang disebut ”rakayt” adalah warga kota (citizen) yang
merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.

Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government,


citizen adalah city dwellers yang berada di daerah Athena.

22
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Sedangkan pengawasan rakyat dijalankan dengan musyawarah


rakyat (Yunani : ecleseia, Romawi : cometia).

Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang


pemikirannya banyak mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan
di dunia saat ini, diantaranya adalah:

1. Socarates (  470 – 399 AD)

Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia


meninggikan martabat dan menimbulkan perasaan bangga
pada diri bangsa Yunani. Di samping itu, bangsa Yunani mulai
menikmati kemakmuran yang dihasilkan dari perdagangan.
Namun, para pejabat negara Yunani mulai melupakan tugas
mereka, bertindak sewenang-wenang, korupsi dan tindakan-
tindakan lainnya yang dirasakan oleh warga negaranya sebagai
tindakan yang sangat tidak adil.

Pada saat itu banyak bermunculan filsuf dari luar negeri


terutama dari Asia kecil yang datang ke Yunani untuk menjual
ilmunya. Mereka termasuk ke dalam golongan kaum Sophis,
dan aliran mereka disebut Sophisme. Sophis berasal dari kata
sofia/sophia yang artinya bijaksana/kebijaksanaan. Namun,
tindakan kaum Sophis sangat tidak bijaksana karena mereka
menyebarkan dan menganjurkan paham mengenai hukum,
keadilan serta negara yang bersifat merusak masyarakat.
Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus bahwa keadilan
merupakan keuntungan atau apa yang berguna daripada yang
lebih kuat.

Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan


metode dialektis/tanya jawab (dialog) yang mencoba mencari

23
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

pengertian-pengertian tertentu, dasar hukum dan keadilan


objektif yang dapat diterapkan kepada setiap orang. Menurut
Socrates, dalam hati kecil setiap manusia terdapat hukum dan
keadilan sejati sebab setiap manusia adalah bagian dari
nur/cahaya Tuhan. Walaupun seringkali tertutup oleh sifat-
sifat buruk namun rasa hukum dan keadilan sejati dalam hati
kecil manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab dalam
ajaran agama Islam dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya
kepada manusia, berarti dalam diri manusia ada sebagian kecil
ruh Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa manusia
adalah anak Allah dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena
itu dalam diri setiap manusia pasti ada unsur kebaikan.

Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara


bukanlah organisasi yang dibuat untuk kepentingan pribadi.
Negara adalah suatu susunan yang objektif bersandarkan
kepada sifat hakikat manusia dan bertugas untuk
melaksanakan hukum yang objektif yang memuat keadilan bagi
masyarakat umum. Oleh karena itu negara harus berdasarkan
keadilan sejati agar manusia mendapatkan ketenangan.

Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan


negara dan Socrates dijatuhi hukuman mati dengan
diperintahkan untuk meminum racun.

2. Plato ( 429 – 347 AD)

Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan


sekolah mengenai ilmu filsafat yaitu Academia. Berbeda dengan
Socrates, Plato meninggalkan beberapa buku, termasuk buku
yang berisi tanya jawabnya dengan Socrates. Buku karangan
Plato yang terpenting adalah :

24
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

a. Politeia (The Republic) tentang Negara

b. Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara

Dalam Politikos dibedakan antara penguasa dengan


ahli Negara. Ahli Negara yang sejati harus
menjalankan pendidikan ke arah kebijaksanaan,
keadilan dan berpendirian sesuai dengan Politeia.

c. Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.

Buku karangan Plato lainnya adalah :

a. Gorgias mengenai kebahagiaan

b. Sophist mengenai hakikat pengetahuan

c. Phaedo mengenai keabadian jiwa

d. Phaedrus mengenai cinta kasih.

e. Protogoras mengenai hakikat kebajikan.

Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran


tunggalnya, yaitu Politeia digambarkan adanya suatu negara
sempurna (ideale staat). Oleh karena itu ajaran Plato disebut
Idealisme. Menurut ajara Plato, dunia dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

a. Dunia cita yang bersifat immateriil  idea atau


kenyataan sejati berada di alam cita yang berada di
luar ’dunia palsu’.

b. Dunia alam yang bersifat maeriil  dunia fana yang


bersifat palsu.

25
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Dunia cita bersifat sempurna dan sejati, sedangkan


dunia alam bersifat palsu dan tidak sempurna oleh karena itu
apa yang ada di dunia alam harus diusahakan mendekati
bentuk yang sempurna yang ada dalam dunia cita. Pandangan
Plato bersifat normatief karena ia menghendaki bangunan di
dunia alam sama dengan dunia cita.

Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat


dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)

b. Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian


(idee der schoonheid)

c. Etika (ethica) atau cita kesusilaan

Menurut Plato, asal mula negara adalah karena


banyaknya kebutuhan hidup dan keinginan manusia dan
manusia tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan
keinginannya. Oleh karena itu kemudian manusia bekerja
sama dan mendapat pembagian tugas sesuai kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhannya. Negara merupakan satu
keluarga besar, satu kesatuan,oleh karena itu negara harus
dapat memelihara dirinya sendiri. Agar dapat memelihara
dirinya sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu
negara tidak boleh memiliki luas yang tidak diketahui.

Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena


hanya merupakan bayangan dari negara yang sempurna (de
ideale staat) yang ada dalam dunia cita. Dunia cita merupakan
bagian dari filsafat. Tujuan negara adalah untuk mempelajari,
mengetahui dan mencapai cita yang sebenarnya. Tujuan

26
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

manusia dalam negara adalah mencapai good life (kebahagiaan,


sempurna),

Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa


syarat yang harus dipenuhi. Socrates mengemukakan dua
buah syarat, kemudian Plato menambahkan satu syarat lagi.
Syarat-syarat tersebut adalah:

a. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang


terdidik khusus.

b. Pemerintahan harus dijalankan untuk


kepentingan umum.

c. Rakyat harus mencapai kesempurnaan


kesusilaan.

Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato


menguraikan tentang bentuk negara, dimana negara dapat
dibedakan dalam lima macam, yaitu :

a. Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy)  Aristoi ≈


cerdik pandai/golongan ningrat dan Archien/cratia ≈
memerintah. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan
yang dipegang oleh sejumlah cerdik pandai yang
memerintah berdasarkan keadilan. Jika ternyata
kemudian golongan tersebut memerintah demi
kepentingan golongannya sendiri

Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh


sejumlah kecil cerdik pandai yang memerintah
berdasarkan keadilan.

27
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

b. Oligarhi (Oligarchie/oligarchy)  oligos ≈ sedikit, kecil


dan archien ≈ memerintah. Apabila golongan kecil itu
memerintah dan memperoleh kekayaan yang
berlimpah sehingga timbul hak-hak milik pribadi,
maka lahirlah timokrasi.

c. Timokrasi (timocratie/timocraty)  berasal dari kata


plutos (kekayaan) dan criteria (memerintah)

d. Demokrasi (democratie/democracy)  berasal dari


kata demos (rakyat) dan cratein (memerintah). Jika
rakyat salah dalam menggunakan hak dan
kemerdekaannya maka hal tersebut akan melahirkan
apa yang disebut anarki (anarchie). Anarki berasal
dari kata a artinya tidak dan archien artinya
memerintah. Jadi, tanpa ada pmerintahan maka
keadaan akan kacau balau (chaos). Keadaan ini
memerlukan seorang pemimpin yang dapat bertindak
dengan keras dan tegas dan hal ini melahirkan tirani.

e. Tirani (tyranie/tyrany)  yaitu suatu pemerintahan


yang dipegang oleh seorang tiran yang bertindak
sewenang-wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita
tentang keadilan.

Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena


saling membutuhkan, oleh karena itu masyarakat saling
bertukar jasa. Masyarakat adalah susunan manusia dimana
setiap anggota harus memberi dan menerima. Negara harus
memperhatikan pertukaran timbal balik tersebut dan harus
berusaha sebaik-baiknya. Dalam sistem ini, manusia
bertindak sebagai penyelenggara berbagai macam tugas yang

28
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

diperlukan dan harga mereka bagi masyarakat tergantung dari


nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi
setiap individu adalah suatu kedudukan yang memungkinkan
mereka untuk berbuat sesuatu.

Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan


pengkhususan tugas yaitu diferensiasi kerja dan spesialisasi.
Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, oleh karena itu
pekerjaannya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.

Keadilan sosial menurut Plato adalah suatu prinsip dari


suatu masyarakat yang terdiri dari manusia yang berbeda-
beda yang bersatu karena saling membutuhkan dimana setiap
orang harus melakukan pekerjaannya dan menerima apa yang
menjadi haknya. Pembagian kerja dan spesialisasi tugas di
lapangan merupakan syarat bagi kerjasama dalam masyarakat.

Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar


alasan Plato mengemukakan negara utopia tentang asal usul
negara. Berkaitan dengan asal mula negara maka dapat ditarik
garis paralel antara sifat negara dengan sifat manusia yang
menimbulkan tiga macam sifat yaitu kebenaran, keberanian
dan kebutuhan. Hal ini pada akhirnya menimbulkan tiga kelas
dalam negara utopia (ideal-etis), yaitu:

a. The Rulers (penguasa)  yaitu golongan pegawai


yang terdidik khusus yang merupakan pemimpin
negara yang mengusahakan tercapainya
kesempurnaan. Para penguasa disebut juga
Philosopher King. Oleh karena itu menurut Plato,
negara harus dipimpin oleh orang yang bijaksana.

29
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

b. The Guardians (pengawal negara)  yaitu mereka


yang menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan
keselamatan negara.

c. The Artisan (para pekerja)  yaitu mereka yang


menjamin tersedianya makanan bagi golongan
penguasa dan pengawal negara.

Berkaitan dengan asal-usul negara, menurut Plato,


negara tumbuh dibaginya atas berbagai taraf, yaitu :

a. Plato
berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri, untuk hidup manusia memerlukan bantuan
dari mahluk lain.

b. Karena
manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia
berkumpul untuk merundingkan cara untuk
memperoleh bahan-bahan primer (sandang,pangan
dan papan). Kemudian terjadilah pembagian pekerjaan
dimana setiap orang harus menghasilkan sesuatu
lebih dari yang diperlukan sendiri untuk kemudian
ditukarkan dengan orang lain. Hal in imenimbulkan
berdirinya desa.

c. Antara desa
dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya
sehingga kemudian terbentuk negara. Antara negara
yang satu dengan negara yang lainnya juga saling
membutuhkan sehingga terjadilah hubungan
internasional.

30
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Menurut Plato, ada tiga masalah penting yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Harus ada an
organic unity in social life.

Dalam masyarakat harus ada satu kesatuan yang


organis. Namun, kesatuan ini sering terganggu oleh
adanya dua penyakit masyarakat, yaitu penyakit
property dan family relationship. Penyakit inilah yang
seringkali menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat.

b. Harus ada
systematic education

Stabilitas negara terletak dalam sistem pendidikan.


Watak yang baik diperoleh dengan memulai
pendidikan di masa kanak-kanak dan meneruskan
pendidikan sesuai dengan taraf umur dan jiwanya.

c. Harus ada
rational basic of aristocracy government

Pemerintahan harus dikendalikan oleh manusia-


manusia yang berilmu dan berpengetahuan.

3. Aristoteles (384-322 AD)

Aristoteles adalah murid Plato. Ia seorang filsuf yang


mempunyai banyak pengaruh pada abad pertengahan.
Aristoteles pernah ditugaskan oleh Raja Philippus untuk

31
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

mendidik Iskandar Dzulkarnain (342 AD). Pada tahun 335 AD


ia kembali ke Yunani dan mendirikan sekolah Lyceum di
Yunani.

Aristoteles melanjutkan pemikiran idealisme Plato ke


realisme. Oleh karena itu filsafat Aristoteles adalah ajaran
tentang kenyataan (ontology) yaitu suatu cara berfikir yang
realistis dan metode penyelidikannya bersifat induktif empiris.
Aristoteles dijuluki sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Empiris
(Vader der Empirische Wetenschap).

Aristoteles tidak membagi dunia ke dalam dua bagian


seperti Plato. Ia hanya mengakui adanya satu dunia. Buku
yang dikarang oleh Aristoteles berdasarkan penyelidikannya
adalah:

a. Ethica atau Nicomachean Etics

Ethica merupakan pengantar bagi politica

b. Politica

Politica terdiri dari 8 buku, antara lain membicarakan


tentang bentuk Negara, undang-undang, hubungan
sosial dan hal lain yang bersifat riil.

c. Rhetorica

Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa


tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan.
Hukum mempunyai tugas murni, yakni memberikan
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.

32
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai tujuan


Negara. Dimana Negara bertujuan untuk :

a. Menyelenggarakan kepentingan warga Negara

b. Berusaha supaya warga Negara hidup baik


dan bahagia (good life) didasarkan atas keadilan.
Keadilan itu memerintah dan harus ada dalam
Negara.

Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut


Aristoteles, manusia berbeda dengan hewan sebab hewan
dapat hidup sendiri sedangkan manusia sudah dikodratkan
untuk hidup dengan manusia lain. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan manusia lain.
Manusia merupakan Zoon Politicon.

Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena


Negara. Oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari
Negara karena merupakan bagian dari Negara atau
masyarakat. Dengan demikian, negaralah yang utama. Paham
ini disebut universalism bukan collectivism.

Oleh karena itu tujuan Negara adalah kesempurnaan


warga yang berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah
dan harus menjelma di dalam Negara. Selain itu, hukum
berfungsi untuk memberi kepada manusia setiap apa yang
menjadi haknya.

Artistoteles berpendapat bahwa dalam setiap negara


yang baik, hukumlah yang mempunyai kedaulatan tertinggi,
bukan orang perorangan. Aristoteles menyukai penguasa yang

33
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

memerintah berdasarkan konstitusi dan memerintah dengan


persetujuan warganegaranya, bukan pemerintah diktatur.

Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan


konstitusi mengandung tiga unsur, yaitu :

a. Pemerintahan untuk
kepentingan umum, bukan untuk kepentingan
perorangan atau golongan saja.

b. Pemerintahan yang dijalankan


menurut hukum, bukan sewenang-wenang.

c. Pemerintahan yang
mendapatkan persetujuan dari warga negaranya,
bukan suatu despotisme yang hanya dipaksakan.

Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan


bentuk Negara, terdapat 3 bentuk dasar, yaitu :

a. Bentuk cita (ideal form)  bentuk cita dapat


terjadi jika pemerintahannya ditujukan kepada
kepentingan umum yang berdasarkan atas keadilan,
dan keadilan tersebut harus menjelma di dalam
Negara.

Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke


dalam bentuk cita yang didasarkan pada ukuran
kuantitatif, yaitu mengenai jumlah orang yang
memerintah, yaitu :

1) Pemerintahan satu orang (one man rule)


 monarchi.

34
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

2) Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a


few man rule)  aristokrasi.

3) Pemerintah orang banyak dengan tujuan


untuk kepentingan umum (the many man or the
people rule)  politeia, polity atau republic.

b. Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate


form)  bentuk pemerosotan dapat terjadi apabila
pemerintahannya ditujukan kepada kepentingan
pribadi dari pemegang kekuasaan, timbulnya
kesewenang-wenangan dan diabaikannya kepentingan
umum dan keadilan.

Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk


pemerosotan juga ada 3 macam yang didasarkan pada
ukuran kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan
yang hendak dicapai, yaitu:

1) Bila kepentingannya didasarkan pada


kepentingan satu orang secara sendiri untuk
kepentingan pribadi  tirani/despotie

2) Bila tujuannya didasarkan pada


kepentingan segolongan orang atau beberapa orang
 oligarchi, clique form atau plutocrasi (plutos:
kekayaan, cratein/cratia: memerintah 
pemerintahan dimana pimpinan Negara berada di
tangan segolongan orang kaya).

3) Bila tujuannya didasarkan tidak untuk


kepentingan rakyat seluruhnya tetapi nama rakyat
yang dipakai  demokrasi.

35
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

c. Bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk


cita dengan bentuk pemerosotan

Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah


terlaksana, melainkan selalu menjadi bentuk campuran. Oleh
sebab itu dalam kenyataannya bentuk Negara dibedakan
menjadi dua, yaitu :

a. Bentuk Negara campuran (mixed


form)

b. Bentuk Negara pemerosotan


(corruption or degenerate form).

4. Epicurus (342-271 AD)

Pendapat Epicurus menyimpang dari pendapat umum


yang ada di Yunani saat itu. Menurut pendapat Epicurus,
masyarakat ada karena adanya kepentingan manusia sehingga
yang berkepentingan bukanlah masyarakat sebagai satu
kesatuan tetapi manusia-manusia itu yang merupakan bagian
dari masyarakat. Manusia sebagai warga di dalam Negara
dimisalkan sebagai sebutir atom atau sebutir pasir, jadi bersifat
atomistis, hanya memikirkan hidup untuk diri sendiri.
Pandangan ini disebut pandangan yang bersifat individualistis.

Berdasarkan pandangan individualistis, Epicurus


berpendapat bahwa terjadinya Negara disebabkan karena
adanya kepentingan perorangan. Dan tujuan Negara adalah
menjaga tata tertib dan keamanan dalam masyarakat dan tidak
memperdulikan macam, sifat atau bentuk Negara. Sedangkan

36
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

tujuan masyarakat adalah kepentingan pribadi. Agar tidak


timbul perselisihan diantara warga maka dibuatlah undang-
undang sebagai hasil dari suatu perjanjian.

5. Zeno (  300 AD)

Zeno merupakan pemimpin aliran filsafat Stoazijnen


(stoa: jalan pasar yang bergambar/beschilderde marktgaanderij)
yang hidup dalam zaman yang serba sulit, sama dengan
Epicurus. Zeno mengajarkan pahamnya kepada murid-
muridnya di jalan yang bergambar. Aliran stoazijnen
menimbulkan hukum alam (natuurrecht) atau hukum asasi
dalam kebudayaan Yunani.

Ajaran hukum alam membedakan alam menjadi dua


bagia, yaitu :

a. Kodrat manusia (natuur van de mens)

Kodrat manusia dilihat kepada sifat-sifat manusia.


Yaitu kodrat yang terletak dalam budi manusia yang
merupakan zat hakikat sedalam-dalamnya dari
manusia, dan budi itu bersifat tradisional.

Agama bersifat pantheistisch (pan : dimana-mana;


theos :Tuhan  Tuhan ada dimana-mana). Dengan
demikian, agama meyakini bahwa Tuhan ada dimana-
mana. Tuhan merupakan kodrat itu sendiri. Manusia
merupakan bagian dari kodrat, otomatis, manusia
merupakan bagian dari Tuhan sehingga budi manusia
merupakan bagian dari budi Tuhan. Oleh karena

37
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Tuhan bersifat abadi maka budi Tuhan juga bersifat


abadi, budi manusiapun abadi. Hal ini mengakibatkan
hukum sebagai ciptaan budi manusia juga bersifat
abadi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hukum


alam bersifat abadi, meliputi segala-galanya karena
berlaku bagi setiap orang dalam waktu, tempat dan
keadaan bagaimanapun.

Manusia dilukiskan secara statis sehingga hukum


bagi manusia juga tidak mengalami perubahan. Oleh
karena itu tidak ada perbedaaan antara hukum yang
berlaku sekarang (ius constitutum) dan hukum yang
akan datang (ius constituendum).

Oleh karena itu paham kenegaraan didasarkan pada


sifat tersebut, yaitu cosmo politis yang tidak mengenal
perasaan kebangsaan. Negara tidak usah berdasarkan
perasaan kebangsaan, harus diusahakan suatu
Negara ayang meliputi seluruh dunia atau Negara
yang merupakan Negara dunia.

b. Kodrat benda (natuur van de zaak)

Yaitu kodrat benda yang timbul dalam kebudayaan


Yunani. Yaitu kodrat yang mempunyai pengertian
sentral kosmos, sebagai lawan dari chaos.

Menurut Socrates, Plato dan Aristoteles, pelukisan


dunia sebagai kosmos merupakan satu kesatuan
yang teratur sedangkan di dunia dalam bentuk chaos,
tidak ada paksaan terhadap suatu aturan, tidak

38
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

terdapat suatu tatanan sehingga dalam masyarakat


terdapat kekacauan.

6. Polybios (204-122 AD)

Mengenai negara, Polybios melanjutkan paham


Aristoteles. Menurut Polybios, proses perkembangan,
pertumbuhan dan kemerosotan bentuk-bentuk negara secara
psikologis bertalian dengan sifat-sifat manusia menurut ajaran
Aristoteles, yaitu bahwa tidak adanya bentuk negara yang
abadi disebabkan karena terkandung benih-benih
pengrusakan, seperti pemberontakan, revolusi dll.

Benih-benih tersebut disebabkan karena sifat-sifat


manusia, yaitu:

a. Keinginan akan persamaan

Yaitu terdapatnya hasrat persamaan terhadap mereka


yang merasa dirinya sama dengan orang-orang lain.

b. Keinginan akan perbedaan

Yaitu terdapatnya hasrat perbedaan terhadap mereka


yang merasa dirinya berbeda dengan orang lain.

B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara
adalah monarki dan dipimpin oleh seorang raja.
2. Masa Republik

39
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan)


dan publica (umum). Republik adalah pemerintahan yang
dijalankan untuk kepentingan umum.
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada
saat itu, raja-raja Romawi belum mempunyai kewibawaan,
namun pada hakekatnya mereka memerintah secara
mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya
perwakilan yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap
kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam
lapangan ilmu negara digunakan konstruksi Ulpianus yang
menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada
prinsep atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat
dalam undang-undang yang disusun olehnya dan diatur
dalam Lex Regia. Jadi, landasan hukumnya adalah
perjanjian yang terletak dalam lapangan hukum perdata.
Setelah kekuasaan diberikan kepada Prinsep maka rakyat
pada kenyataannya tidak dapat meminta pertanggung
jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu
adalah Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan
Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex
(kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est
(Rajalah yang menentukan kepentingan umum).

40
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum


tersebut dirumuskan dalam undang-undang sehingga
derajat kepentingan umum lebih tinggi dari undang-undang.
Namun, yang merumuskan kepentingan umum adalah raja.
Otomatis, dalam merumuskan kepentingan umum tersebut
raja bertindak demi kepentingan pribadinya.
Dengan demikian, princep dengan berkedok kedaulatan
rakyat memerintah demi kepentingan umum, sebenarnya
memerintah dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah
Kaisar Justinianus (527-565) dikodifikasi dan dinamakan
Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4 bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga
hukum Romawi dan berlaku sebagai himpunan undang-
undang.
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat
para ahli hukum Romawi. Jika hakim ragu-ragu
mengenai putusan atas suatu hal maka putusannya
harus didasarkan pada pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan
ditetapkan oleh raja-raja Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan
keterangan bagi codex.
4. Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara
terang-terangan menjadi raja mutlak, bertindak

41
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

menyeleweng, menginjak-injak hukum dan kemanusiaan.


Hal ini terlihat dengan adanya manusia dibakar hidup-
hidup, manusia diadu dengan manusia lain atau dengan
singa (gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat
kelaparan sementara raja dan pengikutnya berpesta pora.

C. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN


1. Agustinus
Bukunya yang terkenal ialah :
a. Civitas Dei (Negara Tuhan)
Civitas dei merupakan kerajaan Tuhan yang abadi, tetapi
semangat keduniawian terdapat dalam Gereja Kristus
sebagai wakil dari civitas dei di dunia yang fana.
b. Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan
Merupakan hasil kerja setan atau keduniawian. Jika
sudah mendapat ampunan dari Tuhan, barulah civitas
terrena menjadi baik.
Civitas terrena mengabdikan diri pada civitas dei. Oleh
karena itu dalam civitas terrena terjadi percampuran
antara agama, ilmu pengetahuan dan kesenian. Civitas
terrena merupakan persiapan menuju civitas dei.
Imperium Romawi dapat dimisalkan dengan civitas
terrena yang tumbuh, berkembang dan akhirnya
musnah karena keserakahan. Agar jangan sampai hal
tersebut terulang kembali, maka pemimpin negara harus
memimpin dengan semangat civitas dei yaitu
mempraktekkan dan menganjurkan agar agama Kristen
dimasukkan ke dalam negara seperti yang telah
dijalankan oleh Konstantin Theodisius di Konstatinopel

42
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Kesimpulannya adalah bahwa pada waktu itu yang


memegang peranan penting adalah negara, segala
sesuatu harus tunduk pada agama. Negara dipersiapkan
untuk menjadi negara Tuhan. Keberadaan negara-negara
di dunia adalah untuk memberantas musuh-musuh
gereja.

2. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.
Dalam buku-bukunya yang sangat terkenal, Summa
Theologica dan De Regimene Principum, Thomas Aquino
membentangkan pemikiran hukum alamnya yang banyak
mempengaruhi gereja dan bahkan menjadi dasar pemikiran
gereja hingga saat ini.
Thomas Aquino membagi hukum ke dalam 4 golongan
hukum, yaitu :
a. Lex Aeterna
Merupakan rasion Tuhan sendiri yang mengatur segala
hal dan merupakan sumber dari segala hukum. Rasio ini
tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Lex Divina
Merupakan bagian dari rasio Tuhan yang dapat
ditangkap oleh manusia berdasarkan waktu yang
diterimanya.
c. Lex Naturalis
Merupakan hukum alam yaitu yang merupakan
penjelmaan dari lex aeterna di dalam rasio manusia.

43
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

d. Lex Positivis
Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan
dari hukum alam oleh manusia berhubung dengan syarat
khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh
Tuhan, seperti yang terdapat dalam kitab suci dan
hukum positif buatan manusia.
Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas
Aquino membagi asas-asas hukum alam dalam dua jenis,
yaitu :
a. Principia Prima (asas-asas umum)
Yaitu asas-asas yang dengan sendirinya dimiliki oleh
manusia sejak kelahirannya, berlaku mutlak dan tidak
dapat berubah dimanapun dan dalam keadaan apapun.
Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat
baik dan dilarang melakukan kejahatan, sebagaimana
yang terdapat dalam 10 perinta Tuhan.
b. Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari
asas-asas umum)
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De
Monarchia, salah satu karya besarnya dan merupakan satu-
satunya peninggalan Dante yang merupakan karya kenegaraan.
Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia
yang melawan kerajaan Paus. Kerajaan dunia tersebut yang
akan menyelenggarakan perdamaian dunia. Tujuan negara
menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan perdamaian
dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang
sama bagi semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :

44
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.


Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan
dunia, yaitu untuk kepentingan dunia itu sendiri
dalam rangka menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan
keadilan tertinggi. Rakyat yang hidup dengan berbagai
peraturan yang berbeda diatasi dengan peraturan
yang dapat menciptakan kerjasama diantara
masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan
kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka akan
musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu
merupakan kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau
berasal dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori
Innocentius III untuk Teori Cahayanya sebagai kunci
kekuasan Paus yang berasal dari Mattheus, Teori Dua
Belah Pedang dari Bernard Clairvaux, demikian pula
ajaran Hadiah dari Constantin.
semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga
akhirnya dia menyimpulkan bahwa kaisar
memperoleh kekuasaan langsung dari Tuhan untuk
memerintah dan mengurus negara, dan tidak
bergantung pada perantara yang menjelma dalam diri
Paus. Paus hanya berkuasa dalam segala hal yang
berkaitan dengan rohani.
Pendapat Dante didukung oleh golongan Franciskaan,
yaitu para paderi yang menganjurkan agar Paus

45
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

bersifat pendeta kembali yang hidup dengan


sederhana dan semata-mata untuk kesucian Tuhan.
oleh karena itu, Paus jangan mencampuri urusan
kemewahan dunia yang dapat merusak kepercayaan
rakyat.
Teori Cahaya :
Golongan Canonist berpendapat bahwa Paus
memperoleh kekuasaan yang asli di atas dunia ini.
Raja tidak memiliki kekuasaan yang asli sebab
kekuasaannya berasal dan diturunkan dari Paus yang
asli. Seperti halnya matahari dan bulan, Paus adalah
matahari yang bersinar sedangkan bulan adalah raja
yang mendapat sinar dari matahari.

4. Marsiglio di Padua (Marsilius dari Padua)


Pada tahun 1324, terbit karya Marsiglio yang terkenal,
yaitu Defenser Pacis, yang terdiri dari tiga buku atau dictiones,
yaitu :
a. Dictio Pertama menguraikan dasar-dasar negara.
Pada dictio pertama diuraikan asal usul negara
didasarkan pada perkembangan alam. Oleh karena
itu, negara merupakan badan iudicialis seu
consiliativa yang hidup dan bebas. Tujuan tertinggi
negara adalah mempertahankan perdamaian,
memajukan kemakmuran dan memberi kesempatam
kepada rakyat untuk mengembangkan dirinya secara
bebas. Tugas utama negara untuk mencapai hal

46
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

tersebut adalah menciptakan undang-undang demi


kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara dan pemerintahan
terletak pada pembuat undang-undang sehingga
pemerintahan hanya alat dari pembuat undang-
undang.
Pembuat undang-undang adalah rakyat sebab
kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat dan sumber
undang-undang adalah rakyat secara keseluruhan.
Pemerintahan berada di tangan rakyat dan
bertanggung jawab kepada rakyat. Rakyat boleh
menghukum penguasa jika ternyata penguasa
melanggar undang-undang.
b. Dictio Kedua menguraikan dasar-dasar gereja dan
hubungannya dengan negara.
Marsilius menentang teori cahaya, ajaran dua belah
pedang dan hadiah dari Constantin. Marsilius
menginginkan agar Paus dipillih oleh rakyat sehingga
kekuasaan tertinggi diletakkan di tangan badan
permusyawaratan gereja-gereja (concilie).
Dalam hubungan antara negara dan gereja, Marsilius
berpendapat bahwa kedudukan gereja adalah di
bawah negara sehingga gereja tidak berhak membuat
undang-undang sebab hanya rakyat yang berhak
untuk membuat undang-undang.
c. Dictio Ketiga menguraikan kesimpulan-kesimpulan.

D. ZAMAN RENAISSANCE

Zaman ini selalu dipertentangkan dengan zaman pertengahan

47
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

karena pada zaman pertengahan berlaku beberapa kebenaran


yang mutlak dan tertentu menurut agama, pandangan dunia
bersifat universalitas dan manusia merupakan bagian dari
dunia Kristen yang umum dengan kekuatan gereja serta wahyu
sebagai sandarannya.

Alam pemikiran zaman pertengahan mengandung hal yang


bertentangan, pada masa itu orang menyusun sintesis-sintesis
falsafah teologie yang menerangkan dan mengandalikan
segenap kebenaran, tidak ada ilmu pengetahuan yang bebas,
falsafah turun derajatnya menjadi pembicaraan abstrak
menurut aturan yang telah ditentukan (a ancilla theologiae /
babu teologi), pengetahuan empiris nyaris tidak ada yang
menjalankan dan eksprimen pun jarang diketengahkan,
bahkan Galileo Galilei yang bersikeras tidak mau mancabut
teori heleosentrisnya dalam memandang susunan tata surya
yang bertentang degan teori geosentris gereja, akhirnya harus
menjalani hukuman mati oleh gereja. Kemudian datang zaman
renaissance yang diselingi reformasi atas hegemoni gereja
Katholik Roma, seperti gerakan Martin Luther yang kemudian
dalam bidang agama juga melahirkan Kristen Protestan.
Beberapa pakar yang merupakan anak zaman dari masa
renaissance ini, antara lain:
1. Nicollo Machiavelli (1469-1527); seorang ahli sejarah dan
negarawan Italia, yang di tempat pengasingannya menulis
buku yang berjudul Discorsis opra la prima desa di Titus
Livirus (Discourses on first Ten Books of Titus Livius) dalam
tiga jilid di tahun 1512-1517, serta Il Principe (The Prince)
pada tahun 1513, yang pada bab XVIII dinyatakannya
bahwa “penguasa, yaitu pimpinan negara harus mempunyai

48
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

sifat-sifat seperti kancil dan singa, ia harus menjadi kancil


untuk mencari lubang jaring dan menjadi singa untuk
mengejutkan serigala”.
2. Jean Bodin (1530-1596); seorang sarjana hukum dan
pengacara dari Toulouse dan pada tahun 1551 datang ke
Paris serta tinggal di dekat istana, karya tulis terkenalnya
‘Les Six Livres de la Republique’ pada tahun 1576, dan juga
‘Heptaplomeres’. Pada masanya, kekuasaan raja Prancis
makin meluas dan bertambah meskipun pada tahun 1614
telah terjadi permusyawaratan terakhir dari Majelis
Perwakilan, namun pemerintahan absolut Henri IV (1589-
1610) telah berurat berakar dengan kuatnya. Maka dasar
pemerintahan absolut itulah yang dirumuskan dan
dibenarkan Jean Bodin lewat bukunya Lex Six Livres de la
Republique. Kekuasaan yang berpusat pada negara, makin
lama makin tegas tampak dalam bentuk kekuasaan raja,
sehingga dasar pemerintahan absolut terletak dalam
kedaulatan yaitu kekuasaan raja yang superior. Kedaulatan
berarti kekuasaan tertinggi untuk memerintah, yaitu
kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh negara terhadap para
warga negaranya dan penduduk lainnya di wilayah negara,
jadi kedaulatan itu adalah kekuasaan mutlak yang terletak
di dalam tangan raja dan tidak dibatasi oleh Undang-
undang. Karena yang membuat Undang-undang itu adalah
raja, maka tidak mungkin pembuatnya diikat oleh
buatannya sendiri, namun berhubung adanya hukum alam,
maka tidaklah ada kedaulatan yang bersifat mutlak,
melainkan kedaulatan terbatas di dalam maupun di luar
wilayah negara, atau juga di batasi oleh hak-hak pokok
manusia dan oleh hukum yang berlaku dalam pergaulan
antara negara-negara (hukum antar bangsa).Dengan

49
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

demikian, maka pengertian kedaulatan yang bersifat


komparatif diubah menjadi superlatif, raja lah yang
berdaulat serta kedaulatan itu menjadi sifat dan tanda
negara. Atas ajarannya ini, maka Jean Bodin mendapat
julukan ‘Bapak Ajaran Kedaulatan’.
3. Aliran Monarchomachen. Monarchomachen artinya pembenci
raja atau para musuh raja, namun pengertian ini menurut
Prof. Dr. Syahran Basah, S.H., C.N. tidaklah mengenai
sasarannya, karena hanya ditujukan pada perlawanan
terhadap keburukan-keburukannya yang tertentu saja juga
tidak kepada pemerintahan yang bersifat absolute atau
terhadap rajanya sendiri. Dua hal pokok dari ajaran
golongan monarchomachen, ialah:
a. memberi dasar baru kekuasaan raja, berhubung raja
tidak lagi seperti Tuhan Yang Maha Adil.
b. memberi landasan bagi rakyat bilamana raja bertindak
sewenang-wenang dan melampaui batas-batas
kekuasaannya. Maka rakyat diberi dasar untuk
mengadakan perlawanan Para tokoh gologan ini, yaitu
antara lain:
- Hotman; dengan karya ‘Franco Gallia’; yang
menetang absolutisme berdasar histories bukan
teologis, tahun 1573,
- Brutus; dengan buah tangan ‘Vindiciae contra
Tyranos’; alat-alat hukum melawan raja-raja yang
sewenang-wenang, tahun 1579
- George Buchanan; dengan tulisan ‘De Jure regni
apud Scotos’; tentang kekuasaan raja pada bangsa
Skot,
- Johan Althaus / Johannes Althusius; dengan tajuk
karangan ‘Pilitica Methodice Digesta’; susunan
ketatanegaraan yang sistematik,

50
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

- Juan de Mariana; dengan karangan ‘De Rege ac Regis


Institutione’; tentang hal raja dan kedudukannya,
tahun 1599,
- Bellarmin (1542-1621); yang menyatakan bahwa
menurut bentuk teori negara yang baik adalah
monarkhi absolute, akan tetapi kenyataan dalam
praktek menimbulkan keadaan yang sebaliknya
karena kemerosotan akhlak manusia,
- Francesco Suarez (1548-1617); sarjana Spanyol
dengan buku ‘Tractatus de Legibus as De
Regislatore’; uraian tentang Undang-undang dan
Tuhan, Pembentuk Undang-undang, tahun 1613,
- John Milton; yang menyetujui pelaksanaan hukuman
mati terhadap raja Inggris Charles I, dan
- John Knox; pemimpin aliran Kalvin di Skotlandia.

E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF

Dengan timbulnya ajaran atau paham kedaulatan negara,


maka perkembangan memasuki babak kelima, di mana dari
paham kedaulatan negara itu kemudian timbul adanya ilmu
pengetahuan mengenai hukum kenegaraan positif. Hal ini di
antaranya dipengaruhi aliran ‘Legisme’ yang pada masa pikiran
rasionalistik banyak pengikutnya disebabkan dasar ajarannya
sesuai dengan dan dapat diterima rasio waktu itu, yaitu:

1. Bahwa peraturan perundang-undangan menjadi hukum


sebab merupakan hasil pekerjaan badan pembentuk
Undang-undang atau badan legislatif yang
mempergunakan rasionya.
2. bahwa hukum kebiasaan tidak dapat diterima sebagai
hukum yang sungguh-sungguh karena tidak sesuai dengan

51
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

sifat hukum alam yang berlaku di mana-mana dan tidak


berubah, sedangkan hukum kebiasaan itu sifatnya
berbeda-beda bergantung kepada tempat dan waktu
Anggapan di atas sesuai dengan ajaran-ajaran perjanjian
masyarakat (social contract) dari Thomas Hobbes (1588-
1679), John Locke (1632-1704), dan Jean Jacques
Rousseau (1712-1778). Pada pokoknya ajaran itu
mendasarkan pahamnya berlandaskan hukum alam yang
bersifat ‘rasionalistis individualistis’ dan logis, yang pada
masa sebelumnya telah dirintis oleh Hugo de Groot atau
Grotius yang mengubah landasan hukum alam berasal dari
agama ke rasio. Kemudian lewat trias politica Charles
Secondat baron de Labrede et de Montesquieu (1688-1755)
yang pada dasarnya bahwa suatu kaidah baru merupakan
kaidah hukum bilamana kaidah tersebut dibuat dan
ditentukan oleh badan kenegaraan yang diserahi tugas dan
kekuasaan legislatif.

Masa hukum kenegaraan positif terdiri dari tiga fase yaitu:

1. Fase pertama yang bereaksi terhadap hukum Romawi dan


hukum alam dipelopori oleh K.F. von Gerber dan Paul Laband,

2. Fase kedua dipelopori oleh Bluntschli dan George Jellinek yang


keduanya merupakan mahaguru mata kuliah ilmu negara pada
universitas Heidelberg Jerman, kemudian

3. Fase ketiga yang diwakili oleh Hans Kelsen selaku pemimpin


mazhab atau aliran hukum Wina yang merupakan kelanjutan
dari mazhab Malburg yang dipimpin Cohen. Mazhab Malburg
sendiri merupakan pecahan dan kelanjutan dari Neo-
Kantiaanserichting atau aliran Neo Kantsian, yang merupakan

52
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

pembaharuan dari ajaran Immanuel Kant, yang pada pokoknya


membedakan tajam sekali antara Welt das Sein dengan Welt das
Solens.

F. MASA ILMU POLITIK SEBAGAI ILMU YANG BERDIRI SENDIRI

Ilmu politik dianggap sebagai ilmu yang berdiri sendiri


dikemukakan oleh Hermann Heller, seorang sarjana abad XX yang
terkenal dan berani melancarkan serangan dan kritik, baik
terhadap George Jellinek maupun muridnya, Hans Kelsen. Secara
keseluruhan reaksinya itu ditujukan kepada aliran positivisme
yang selama itu pendapatnya didukung sebagai ‘Communis opinie
doctorum’ yang telah menjadi pendapat umum di kalangan para
cerdik pandai (cendekiawan). Dikatakan menentang pendapat yang
telah menjadi pendapat umum, karena pada waktu itu pengaruh
George Jellinek yang juga disebut sebagai Bapak Ilmu Negara
sangatlah besar.

Karena keberanian, kesadaran akan teori dan keasliannya itulah,


maka Paul Scholten selaku nestor (grootmeester) pertama di
lapangan ilmu hukum dari Universitas Amsterdam berkata
tentang diri Hermann Heller, di dalam bukunya yang berjudul
‘Verzemelde Geschriften’ bahwa Hermann Heller adalah politikus
asli yang paling baik di dalam lapangan teori hukum dan teori
negara.

Hermann Heller termasuk salah seorang pemimpin mazhab Baden


yang dipimpin oleh Dilthey, yang merupakan pecahan dari Neo
Kantiaan serichting sebagaimana mazhab Malburg.

F. ILMU NEGARA DI INDONESIA

53
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Universitas Gajah Mada, dipandang sebagai universitas pertama di


Indonesia yang mengajarkan Ilmu Negara sebagai mata kuliah
tersendiri. Meski demikian sejarah pengajaran Ilmu Negara di
Belanda tetap member pengaruh besar pada perkembangan (Ilmu)
Negara di Indonesia.

54
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)

Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang


mempunyai pendapat sendiri tentang sifat hakikat suatu negara
berkaitan dengan pandangan hidup yang dianutnya. Diantaranya
adalah:

1. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang
aman dan tentram. Oleh karena itu kemudian mereka
membentuk suatu kelompok dan tinggal di atas bukit. Socrates
menyebut kelompok tersebut sebagai polis dan ia berpendapat
bahwa ‘polis’ identik dengan masyarakat dan masyrakat
identik dengan negara.

2. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja
sama untuk memenuhi kepentingan mereka. Plato adalah
peletak dasar ajaran idealisme tentang negara.

3. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya
diantaranya adalah Eticha yang berisi ajaran tentang keadilan.
Ajaran tentang negara ditulisnya dalam Politica.
Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga
sehingga menjadi kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam
negara akan tercapai jika kebahagiaan individu sudah tercipta.

55
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia maka ia harus


bernegara karena manusia saling membutuhkan dalam
kepentingan hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah
kesatuan manusia dan manusia tidak dapat terlepas dari
kesatuannya. Negara harus menyelenggarakan kemakmuran
bagi warganya, namun negara juga merupakan organisasi
kekuasaan yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur agar
tingkah laku manusia sesuai dengan tata tertib dalam
masyarakat.

4. F. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk
melaksanakan suatu tertib masyarakat.

5. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah
orang lemah. Bahkan dalam negara modern, kekuasaan orang
kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.

6. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan,
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa.
Jadi, menurut Krannenburg, yang harus ada lebih dahulu
adalah sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran
untuk mendirikan suatu organisasi dengan tujuan untuk
memelihara kepentingan kelompok tersebut. Jadi, yang
terpenting (primer) adalah kompok manusia, sedangkan yan
sekunder adalah negara.

7. Logemann

56
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan


maka organisasi itu memiliki kewibawaan. Artinya, negara
dapat memaksakan kehendaknya pada semua orang yang
ada dalam organisasi.

TEORI BERNEGARA DALAM KONTES INDONESIA –


PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Teori Sifat Hakikat Negara dapat memberikan pemahaman
mengenai suatu negara, apa sebenarnya suatu negara. Jika
dilihat dari sisi sosiologis maka negara dapat dipahami sebagai
anggota masyarakat atau zoon politicon. Negara merupakan wadah
bagi suatu bangsa untuk menggambarkan cita-cita kehidupan
bangsanya.
Secara historis, peninjuan masalah sifat hakikat negara
dapat dilihat dari perkembangan istilah ’negara’ itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan sejarah mengenai istilah
negara, terdapat beberapa istilah yang sering dijadikan padanan
kata ’negara’ yang masing-masing memiliki karakter tersendiri,
antara lain :
1. Polis (city state)
2. Country (country state)
3. Civitas/civiteit
4. Land (mis : England, Deutschland)
Sejak bangsa-bangsa di Eropa sudah menetap dan tidak
mengembara (nomaden) lagi, maka bernegara umumnya
diartikan memiliki atau menguasai sebidang tanah atau
wilayah tertentu.
Dengan kata lain, penguasaan atas tanah menumbuhkan
kewenangan kenegaraan (teori patrimonial) dimana

57
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

struktur sosial yang dihasilkan disebut feodalisme atau


landlordisme.
Negara dalam keadaan demikian disebut sebagai tanah
(land). Hal ini tampak pada sebuta England, Holland,
Deutchland dll.
5. Rijk/reich
Pengertian tanah (land) berkembang lebih lanjut, yaitu
bahwa tanah tersebut mendatangkan kemakmuran atau
kekayaan (reichrijk-dom), dimana negara diartikan
sebagai rijk (Belanda) atau reich (Jerman) artinya
kekayaan sekelompok manusia (dinasti), misalnya
Frankrijk, Oostenrijk dll.
6. La stato, staat,state (nation-state)
Keadaan pra-liberal berakhir dengan tumbuhnya paham
liberalisme yang dipelopori oleh John Locke, Thomas
Hobbes dan J.J. Rouseau.
Negara tidak lagi dipandang sebagai suatu tanah atau
kekayaan (land atau reich) melainkan sebagai suatu
status hukum (staat – state), suatu masyarakat hukum
(legal society) sebagai hasil dari perjanjian masyarakat
(social contract).
Jadi, negara adalah hasil dari perjanjian masyarakat,
dari individu-individu yang bebas, sehingga hak asasi
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Negara.
7. Kerajaan (monarchy)
8. Negara/nagara/negeri
9. Desha, desa,desh (mis : Bangladesh)
Negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sanskerta (Jawa Kuno), yaitu Nagara. Secara historis-geopolitik,
keberadaan negara Indonesia bukanlah sebagai suatu bentuk

58
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

negara kecil (city state/polis) melainkan sebagai suatu archipelagic


state (negara kepulauan) yang disebut sebagai nusantara
(rangkaian nusa)
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dapat
diketahui bahwa Indonesia pernah ditata dalam bentuk kerajaan-
kerajaan besar yang dikuasai oleh dinasti-dinasti (wangsa). Dua
kerajaan besar yang ada di Indonesia saat itu yang dapat disebut
sebagai nagara adalah Sriwijaya dan Majapahit, selain itu
Mataram dan Demak juga dapat disebut sebagai negara. Istilah
negara pada masa itu menunjuk pada suatu pemerintahan yang
berbentuk monarki atau kerajaan.
Kerajaan-kerajaan besar tersebut selain diarahkan sebagai
civitas terena (duniawi) juga diarahkan sebagai civitas dei
(keagamaan). Para raja, ratu atau sultan umumnya berkuasa
secara absolut. Dalam keadaan demikian maka tidak seluruh hak
asasi rakyat terjamin secara penuh karena masih didominasi oleh
kekuasaan absolut dari raja yang masing-masing memiliki
karakter yang berbeda, ada yang bijaksana dan ada pula yang
tiran.
Berdasarkan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa
hakikat negara adalah suatu ikatan sosial atau dalam status
hidup bersama sebagai komunitas politik dimana hak-hak warga
negaranya mendapatkan jaminan dari penguasa.

Secara sosiologis, hakikat suatu negara dapat dilihat sebagai:


1. Ikatan suatu bangsa
Maksudnya adalah suatu komunitas sosiologis yang
hidup bersama dalam suatu wilayah, senasib
sepenanggungan dalam menjalankan hidupnya.
2. Organisasi kewibawaan

59
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk


memutuskan hal-hal yang penting bagi kehidupan
bersama. Kewibawaan ini ditunjukkan dengan adanya
kepatuhan komunitas untuk melaksanakan putusan
bersama tersebut.
3. Organisasi jabatan (ambten organisatie)
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan
fungsi-fungsi tertentu. Organisasi ini muncul karena
organisasi kewibawaan mengasumsikan adanya jabatan-
jabatan untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara
bersama.
4. Organisasi kekuasaan (dwang organisatie)
Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan
dalam arti luas. Kekuasaan ini dapat memaksakan
kehendak orang yang berkuasa. Oleh sebab itu banyak
orang yang ingin menjadi pejabat negara untuk
memperoleh kekuasaan.

Secara yuridis, hakikat suatu negara adalah sebagai :


1. Pemilik atau penguasa atas tanah (teori Patrimonial-
Feodal)
2. Pihak yang menguasai atau memerintah
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia
Teori Perjanjian Masyarakat (Social Contract-Pactum
Unionis) menempatkan hakikat negara sebagai pelindung
hak asasi manusia dimana negara merupakan pelaksana
dari kehendak umum (volente generale).
4. Penjelmaan tata hukum nasional
Hans Kelsen berpendapat bahwa hakikat negara sebagai
penjelmaan tata hukum nasional, personificatie van het

60
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

rechtorde karena eksistensi negara tampak dari adanya


sistem hukum yang berlaku dalam mengatur kehidupan
komunitas bangsa tersebut.
Berdasarkan pendapat para founding fathers dan framers of
the constitution of the Republic of Indonesia, hakikat Negara RI
adalah sebagai :
1. Ikatan sosiologis bangsa Indonesia yang terdiri dari
beraneka ragam suku bangsa, bahasa dan budaya.
2. Organisasi kewibawaan yang menunjukkan eksitensi
pemerintahan yang secara efektif mengambil keputusan-
keputusan nasional bagi berlangsungnya kehidupan
bangsa Indonesia.
3. Organisasi jabatan yang mengatur struktur jabatan-
jabatan dalam pemerintahan guna menjalankan fungsi
dan tujuan negara yang telah ditetapkan dalam
konstitusi.
4. Organisasi kekuasaan yang menentukan segala bentuk
kekuasaan di bawahnya (forma-formarum) dan
memaksakan berlakunya norma-norma yang ada dalam
masyarakat (norma-normarum).
5. Penguasa atas cabang-cabang produksi yang penting dan
yang menguasai hajat hidup o0rang banyak.
6. Penguasa atas bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
7. Organisasi publik yang melindungi hak asasi warga
negaranya, baik di dalam maupun di luar negeri.
8. Organisasi yang melaksanakan cita-cita hukum dalam
kehidupan bernegara, menciptakan kepastian hukum,
keadilan dan kedamaian hidup warga negaranya. Dalam

61
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

hal ini negara merupakan alat untuk merealisasikan


keadilan sosial.
Hal yang terpenting dari hakikat negara adalah bahwa
negara merupakan alat untuk mengantarkan bangsa Indonesia
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian
hakikat negara tidak hanya untuk merealisasikan kemakmuran
duniawi tetapi juga untuk memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai
ketuhanan keberagaman setiap individu dan kelompok warga
negara yang religius (teosentrism). Pelaksanaan kebebasan
beragama dalam menjalankan ajarannya dan berkelompok
tertentu diperbolehkan selama bukan merupakan aliran sesat
yang akan menyesatkan umat beragama itu sendiri.

62
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)

Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang


tindakan penguasa (Rechtvaardiging theorieen) membahas tentang
dasar-dasar yang dijadikan alasan sehingga tindakan penguasa
negara dapat dibenarkan.
Keberadaan negara (existence) dapat dibenarkan
berdasarkan sumber-sumber kekuasaan, antara lain :
1. Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan
yang diterapkan dalam bentuk konstitutif dan
kepercayaan yang diformalkan dalam ketentuan negara
(Teori Teokrasi).
2. Kekuatan jasmani dan rohani serta materi (finansial)
yang diefektifkan sebagai alat berkuasa. Dalam bentuk
yang modern seperti kekuatan militer yang represif,
kharisma para rohaniawan yang berpolitik atau dalam
bentuk money politics (Teori Kekuatan).
3. Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun
publik serta adanya pandangan dari perspektif hukum
kekeluargaan dan hukum benda (Teori Yuridis).
Secara rasional, suatu pemerintahan tidak mungkin lagi
menyandarkan wewenang dan kekuasaannya atas dasar kekuatan
fisik angkatan perang (militer) yang represif, mitos-mitos
feodalistik maupun teokratik. Hal-hal yang bersifat irrasional dan
dipaksakan semakin lama semakin ditinggalkan sejalan dengan
perkembangan pemikiran filsafat dan politik serta teknologi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tanpa ada legitimasi yang rasional
maka suatu negara tidak mungkin akan berjalan secara efektif.

63
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang


penting karena walaupun memiliki kekuasaan namun suatu
pemerintahan negara tidak mungkin berjalan efektif tanpa adanya
legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat-alat
perlengkapannya sebagai instrumen penataan masyarakat yang
memegang kekuasaan politik utama harus memiliki pembenaran
atau pendasaran yang sah (legitimasi) atas kekuasaan yang
dijalankan agar ia dapat melaksanakan fungsinya secara efektif.
1. Pembenaran Negara dari Sudut Ke-Tuhanan
(TheoCratische Theorieen)
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara
selalu benar karena negara diciptakan oleh Tuhan.
Tuhan menciptakan negara dengan dua cara, yaitu :
a. Secara langsung → cirinya adalah seseorang
berkuasa karena mendapat wahyu dari Tuhan.
b. Secara tidak langsung → seseorang berkuasa
karena kodrat Tuhan.
Tokoh-tokoh penganut paham ini antara lain adalah :
a. Agustinus
Agustinus dalam bukunya De Civitate Dei menjelaskan
bahwa negara pada dasarnya terdiri dari dua macam,
yaitu :
2) Civitas Dei (Negara Tuhan)
Yaitu negara yang langsung dipimpin oleh Tuhan.
Negara Tuhan di dunia diwakili oleh gereja dan
atau oleh kerajaan-kerajaan lain yang tunduk pada
pimpinan gereja yang otomatis tunduk pada
Tuhan.
3) Civitas Terrana/Civitas Diaboli

64
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Civitas terrana adalah negara duniawi. Menurut


Agustinus, Civitas terrana disebut juga civitas
diaboli karena dibuat oleh setan.
Negara dunia hanya mengejar kepuasan duniawi
sehingga menimbulkan keserakahan, kebencian,
peperangan, penderitaan dan akhirnya
keruntuhan.
b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun
bukan buatan setan tetapi tetap diakui sebagai
perwujudan kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara
timbul dari pergaulan antara manusia yang
ditentukan oleh hukum dan tata alam. Hukum tata
alam juga terjadi dari kehendak Tuhan dan menurut
hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang
bergaul dan memberikan seorang pemimpin (raja).
Oleh karena itu, kekuasaan raja dalam memimpin
negara juga berasal dari Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah
ketertiban. Dalam negara ada tuan dan hamba, ada
yang kuat dan yang lemah, ada yang tinggi dan
rendah serta ada yang kaya dan miskin. Yang kuat
berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini merupakan
kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan diatur
oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya
tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak

65
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Tuhanlah asal segala kekuasaan dan asal berdirinya


negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia
berpendapat bahwa negara timbul dari takdir ilahi.
Kekuasaan dapat tampak sebagai penyusunan
kekuasaan oleh manusia, baik dalam keluarga,
kelompok, suku, bangsa atau gereja. Namun, pada
hakekatnya, kekuasaan terjadi karena kehendak dan
kekuasaan Tuhan. Peperangan,
penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi
karena kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga
berpendapat bahwa negara adalah The March of God
in the World (laku Tuhan di dunia).
2. Pembenaran Negara dari Sudut
Kekuatan
Berdasarkan teori ini, siapa yang memiliki kekuatan akan
mendapatkan kekuasaan dan memegang pemerintahan.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. Kekuatan jasmani (physic)
b. Kekuatan rohani (phychis)
c. Kekuatan materi (kebendaan)
d. Kekuatan politik.
Charles Darwin
Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan
di alam semesta merupakan suatu perjuangan untuk
mempertahankan hidup, yang kuat akan menindas yang
lemah. Oleh karena itu semua orang berusaha untuk
kuat dan unggul.

66
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini,


misalnya Napoleon, Hitler, Mussolini dan Stalin.
Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah
pihak yang kuat (lesplus forts). Kekuatan tersebut
mengandung beberapa faktor, misalnya keistimewaan
fisik, intelegensia, ekonomi dan agama.
Paul Laband, George Jellineck, von Jhering
Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar
harus diterima bahwa kekuasaan dan kedaulatan
sepenuhnya ada di tangan negara dan pemerintahan.
Franz Oppenheimer
Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara
adalah suatu susunan masyarakat yang oleh golongan
yang menang dipaksakan kepada golongan yang
ditaklukan dengan maksud untuk mengatur kekuasaan
golongan yang satu atas golongan yang lain dan
melindungi terhadap ancaman pihak lain. Tujuan dari
semuanya adalah pemerasan ekonomi dari golongan
yang menang terhadap yang kalah.

3. Pembenaran Negara dari Sudut Hukum


Teori ini menyatakan bahwa tindakan pemerintah
dibenarkan karena didasarkan kepada hukum.
Teori ini merinci lagi hukum ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Hukum Keluarga (Teori Patriarchal)
Teori patriachal berdasarkan hukum keluarga karena
pada zaman dulu masyarakat masih sangat sederhana
dan negara belum terbentuk. Masyarakat hidup

67
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

dalam kesatuan-kesatuan keluarga besar yang


dipimpin oleh kepala keluarga.
b. Hukum Kebendaan (Teori Patrimonial)
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang
berarti hak milik. Raja mempunyai hak milik
terhadap daerahnya, oleh karena itu semua penduduk
di daerahnya harus tunduk pada raja. Raja biasanya
mendapat bantuan dari kaum bangsawan untuk
mempertahankan wilayahnya. Jika perang berakhir
maka raja memberikan hak atas tanah kepada
bangsawan. Hak atas tanah berpindah dari raja
kepada bangsawan sehingga para bangsawan
mendapat hak untuk memerintah (overheidsrechten).
c. Hukum Perjanjian (Teori Perjanjian)
Tokohnya antara lain adalah :
1) Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, manusia harus selalu
mempunyai kekuatan karena memiliki rasa takut
diserang oleh manusia lain yang lebih kuat. Oleh
karena itu rakyat mengadakan perjanjian dan
dalam perjanjian tersebut, raja tidak
diikutsertakan. Oleh karena itu raja mempunyai
kekuasaan mutlak setelah hak-hak rakyat
diserahkan kepadanya (Monarchie Absoluut).
2) Jhon Locke
Rakyat dan raja mengadakan perjanjian. Oleh
karena itu raja berkuasa untuk melindungi
rakyatnya. Jika raja bertindak sewenang-wenang
maka rakyat dapat meminta pertanggung
jawabannya. Perjanjian antara raja dengan

68
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

rakyatnya menimbulkan monarki terbatas


(monarchie constitusionil) karena kekuasaan raja
dibatasi oleh konstitusi.
Dalam perjanjian masyarakat tersebut terdapat
dua macam pactum, yaitu :
e. Pactum Uniones  perjanjian untuk
membentuk suatu kesatuan (kolektivitas)
antara individu-individu.
f. Pactum Subjectiones  perjanjian untuk
menyerahkan kekuasaan antara rakyat dengan
raja.
Jhon Locke berpendapat bahwa pactum uniones
dan pactum subjectiones memiliki pengaruh yang
sama kuatnya sehingga dalam penyerahan
kekuasaah, raja harus berjanji akan melindungi
hak asasi rakyatnya.
Ajaran Jhon Locke hampir sama dengan ajaran
Monarchemachen yaitu suatu aliran yang timbul
dalam abad pertengahan yang memberikan reaksi
atas kekuasaan raja yang mutlak. Aliran tersebut
mengadakan perjanjian untuk membatasi
kekuasaan raja. Hasil perjanjian tersebut
diletakkan dalam Leges Fundamentalis yang
menetapkan hak dan kewajiban bagi kedua belah
pihak. Oleh karena itu ajaran Jhon Locke sering
disebut sebagai warisan Monarchemachen.
3) J.J. Rousseau
Menurut Rousseau, kedaulatan dan kekuasaan
rakyat tidak pernah diserahkan kepada raja. Jika

69
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

raja memerintah maka raja hanya merupakan


mandataris rakyat.
Menurut Rousseau, hal yang pokok dari perjanjian
masyarakat adalah menemukan suatu bentuk
kesatuan, membela dan melindungi kekuasaan
bersama disamping kekuasaan pribadi dan milik
setiap orang sehingg semua orang dapat bersatu,
namun setiap orang tetap bebas dan merdeka.
Rouseeau tidak mengenal adanya hak alamiah, hak
dasar atau hak asasi.
Dalam perjanjian masyarakat berarti setiap orang
menyerahkan semua haknya kepada masyarakat.
Akibat adanya perjanjian masyarakat adalah :
a) Terciptanya kemauan umum (Volonte Generale)
Yaitu kesatuan dari kemauan orang-orang yang
telah menyelenggarakan perjanjian
masyarakat.Volonte generale merupakan
kekuasaan yang tertinggi atau kedaulatan.
b) Terbentuknya masyarakat (Gemeinschaft)
Gemeinschaft merupakan kesatuan dari orang-
orang yang menyelenggarakan perjanjian
masyarakat. Masyarakatlah yang memiliki
kemauan umum, kekuasaan tertinggi atau
kedaulatan yang tidak dapat dilepaskan yang
disebut sebagai kedaulatan rakyat.
Perjanjian masyarakat telah menciptakan negara.
Berarti, ada peralihan dari keadaan bebas ke
keadaan bernegara.
4. Pembenaran Negara dari Sudut Lain
a. Teori Ethis/Teori Etika

70
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Berdasarkan teori ini, suatu negara ada karena


adanya suatu keharusan susila.
Berdasarkan teori ini maka ada 3 pendapat dari para
ahli ilmu negara, yaitu :
1) Plato dan Aristoteles
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia tidak akan
berarti bila belum bernegara. Negara merupakan
sesuatu hal yang mutlak, tanpa negara maka tidak
ada manusia. Oleh karena itu seluruh tindakan
negara dapat dibenarkan.
2) Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tanpa adanya negara
maka manusia tidak dapat tunduk pada hukum
yang dikeluarkan. Negara adalah ikatan manusia
yang tunduk pada hukum, akibatnya tindakan
negara dibenarkan.
3) Wolft
Wolf berpendapat bahwa keharusan untuk
membentuk negara merupakan keharusan moral
yang tertinggi.
b. Teori Absoulut dari Hegel
Menurut Hegel, tujuan manusia adalah kembali pada
citacita yang abolut. Penjelmaan cita-cita yang absolut
dari manusia adalah negara. Tindakan negara
dibenarkan karena negara adalah sesuatu yang dicita-
citakan oleh manusia.
c. Teori Psychologis
Teori ini menyatakan bahwa alasan pembenaran
negara didasarkan pada unsur psychologis manusia,

71
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

seperti rasa takut, rasa sayang dll sehingga segala


tindakan negara dapat dibenarkan.

TEORI PEMBENARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Jika dikaikan dengan Negara Keatuan Republik Indonesia,
maka berdasarkan teori legitimasi yang menjadi pembenaran
(dasar pembenar) kekuasaan negara d Indonesia , yaitu :
a. Legitimasi Sosiologis
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan
negara terlihat dari kenyataan politik yang
menunjukkan adanya kekuatan kelembagaan negara
yang menguasai kehidupan warga negaranya.
Legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses
artikulatif dalam institusi-institusi politik yang
artikulatif dipahami sebagai legitimasi politik. Proses
tarik menarik kepentingan antara pihak yang
berkuasa yang terwujud dalam keputusan politik
dianggap telah memiliki legitimasi politik.
b. Legitimasi Yuridis
Pembenaran dari sudut yuridis (hukum) terlihat dari
adanya dasar hukum yang jelas atas keberadaan
suatu negara.
Dasar hukum dari keberadaan negara Repubik
Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan. Jika
dilihat dari Teori Kontrak maka proklamasi
merupakan Unilateral Contract yang mendapat
pengakuan dari dunia internasional. Karena sudah
mendapat pengkuan dari dunia internasional maka

72
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum


internasional yang memiliki hak dan kewajiban
tertentu sebagai anggota masyarakat hukum
internasional.
Keberadaan konstitusi negara yaitu UUD 1945
menegaskan dasar yuridis eksistensi ketatanegaraan
sebagai komunitas politik yang mandiri, tidak berada
di bawah kedaulatan negara lain dan mampu
mempertahankan kemerdekaan secara politis dan
sosiologis. Selain itu, keberadaan unsur-unsur negara
menjadi dasar legitimasi de jure bagi Republik
Indonesia.

c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa pembentukan
negara merupakan keharusan moral yang tertinggi
untuk mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia
dalam suatu lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan
wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral,
bukan dari kekuatan politik riil yang ada dalam
masyarakat, bukan pula atas dasar ketentuan hukum
(legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan
akhir dari kemauan dan kemampuan pihak penguasa.
Walaupun suatu pemerintahan memiliki banyak
legitimasi sebagai dasar kekuasaannya, namun tanpa
adanya legitimasi etis yang berpihak pada kepentingan
kepentingan kemanusiaan maka pemerintahan

73
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

tersebut pasti akan dijatuhkan, baik melalui


pemberontakan sosial, demonstrasi people power,
revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena
negara merupakan cita-cita manusia yang
membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia,
keberadaan negara dimaksudkan untuk
merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan
negara seharusnya berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh,
di atas seluruh legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis,
sosiologis (mendapat pengkuan masyarakat) dan yuridis
(berlaku sebagai hukum positif dalam format yuridis
ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau
lembaga yang memiliki legitimasi tersebut tidak memiliki
kecakapan (skill) yang cukup untuk mengelola negara secara
keseluruhan. Oleh karena itu legitimasi harus pula diikuti
oleh capability dan capacity untuk mengimplementasikan
program yang langsung menyentuh rakyat karena pada
dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi yang tertinggi.
Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran utama
untuk menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu
negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah
(legitimated) tidak selalu berbanding lurus dengan kecakapan
pemerintahannya. Pemerintah yang sah (legitimated
government) tidak selalu cakap dalam mengelola negara.

74
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan


tangan dari kekuasaan Tuhan yang memerintahkan
hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi
kepada-Nya. Bernegara merupakan manifestasi
pengabdian hamba terhadap Khaliqnya. Pandangan
ini umumnya disebut teokratis. Namun sebenarnya
lebih tepat teosentris (berorientasi kepada Tuhan)
sebagai wujud bangsa yang religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya
sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa
(Pembukaan UUD 1945 : ”Dengan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa...”)
Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah
memberikan rahmat dan berkahnya bagi bangsa
Indonesia, dan hal ini merupakan wujud legitimasi
teologis.

75
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA

Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu


proses dengan dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya
sehingga pada akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan
dipenuhinya seluruh unsur tersebut maka kapasitas negara
sebagai entitas politik tidak diragukan lagi sebagai subjek hukum
(legal entity). Dalam hukum internasional disebut sebagai subjek
hukum internasional yang berkapasitas penuh dalam
kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang tidak
dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer
melalui 4 phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang
yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan
bersama dan disadarkan pada persamaan. Mereka
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan
yang sama. Kepemimpinan dipilih secara Primus Inter
Pares (yang terkemuka diantara yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah
menggabungkan diri tersebut telah sadar akan hak

76
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

milik atas tanah sehingga kemudian muncul tuan-


tuan tanah yang berkuasa atas tanah dan orang-orang
yang menyewa tanah. Hal ini menimbulkan sistem
feodalisme .
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur wilayah.
c. Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak
memiliki negara menjadi memiliki negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga
unsur dari negara (bangsa, wilayah dan pemerintahan
yang berdaulat) telah terpenuhi.
d. Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang
tertinggi.
Fase ini dapat dibagi dua lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar
kesadaran demokrasi nasional, kesadaran akan
adanya kedaulatan di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman,
bentuk diktator merupakan perkembangan
lebih lanjut dari democtatische natie.
b) Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur
merupakan penyelewengan dari democratische
natie.

2. Terjadinya Negara Secara Sekunder (Scundaire Staats


Wording)

77
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Teori terjadinya negara secara sekunder membahas


terjadinya negara dihubungkan dengan negara-negara
yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan teori ini,yang
terpenting adalah adanya pengakuan (erkening).
Pengakuan (erkening) dapat dibedakan dalam tiga
macam, yaitu :
a. Pengakuan De Facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat
sementara terhadap terbentuknya suatu negara baru. Hal
ini disebabkan karena pada kenyataannya memang telah
terbentuk suatu negara baru namun apakah terbentuknya
negara baru tersebut telah melalui prosedur hukum atau
tidak masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Oleh
karena itu pengakuan yang diberikan masih bersifat
sementara. Pengakuan de facto dapat meningkat kepada
pengakuan de jure jika ternyata terbentuknya negara baru
tersebut memang telah melalui prosedur hukum yang
sebenarnya.
b. Pengakuan De Jure (Pengakuan Yuridis)
Pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya
dan bersifat tetap terhadap timbulnya suatu negara baru
karena terbentuknya negara baru tersebut berdasarkan
hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah
pengakuan hanya terhadap pemerintahan suatu negara
sedangkan wilayahnya tidak diakui.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah
pemerintahan, wilayah dan rakyat. Dengan demikian jika

78
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

yang ada hanya pemerintahannya maka itu bukanlah


negara karena tidak seluruh unsurnya terpenuhi.
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat
runtuh atau lenyap. Runtuh atau lenyapnya suatu negara dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor
alam. Alam menyebabkan wilayah suatu negara menjadi
hilang lenyap. Misalnya : negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan
karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
2. Hilangnya negara karena faktor sosial.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu
negara yang semula ada dan diakui oleh negara lain tetapi
hilang karena factor social. Factor social tersebut
diantaranya adalah :
a. Penaklukan
b. Revolusi (kudeta yang berhasil)
c. Perjanjian
d. Penggabungan.

Teori terjadinya negara, baik terjadinya Negara secara


primer maupun sekunder berhubungan erat dengan syarat
keberadaan sebuah negara. Syarat adanya entitas hegara harus
memenuhi unsur-unsur primer dan sekunder.
1. Unsur primer, meliputi :
a. Penduduk (rakyat)
b. Wilayah

79
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

c. Pemerintahan
Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi
negara. Tanpa adanya unsur primer maka tidak mungkin
ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini
merupakan unsur tambahan yang akan menguatkan
keberadaan suatu negara dalam masyarakat hukum
internasional. Negara yang baru muncul dalam
komunitas hukum internasional memerlukan pengakuan
dari negara lain atas eksistensinya sebagai suatu negara.
Walaupun merupakan unsur tambahan namun
pengakuan juga akan menentukan secara signifikan
kelanjutan hidup suatu negara. Seperti halnya manusia,
negara juga tidak akan bisa hidup tanpa adanya
hubungan dengan manusia atau negara lain. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi keperluan hidupnya,
bertukar kebudayaan dan teknologi etc.

TERJADINYA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Jika dikaitkan dengan teori terjadinya Negara, maka
terjadinya Negara Republik Indonesia secara teoritis-historis telah
memenuhi unsur primer dan sekunder.
Pada awalnya komunitas suku bangsa di Indonesia hidup
dalam suatu bentuk kelompok-kelompok kekeluargaan
(genossenschaft-gemeinschaft). Kemudian muncul wilayah-wilayah
yang diperintah oleh kerajaan-kerajaan kecil dan kerajaan-
kerajaan besar yang memiliki kekayaan yang luar biasa (reick,
rijk). Kemudian kelompok-kelompok kehidupan bersama di
nusantara ini memunculkan kesadaran bersama sebagai bangsa

80
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

melalui Kongres Pemuda 1928. hal ini merupakan embrio dalam


memasuki tahap bangsa-bangsa (staat--state). Tahap selanjutnya
adalah terbentuknya suatu nation-state dimana rakyat Indonesia
memegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kedaulatan (rakyat
berdaulat-democratische natie)
Melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
dan perjuangan panjang Perjanjian Linggarjati, Roem-Royen,
KMB dan diplomasi internasional. Kemudian pada akhirnya
Negara Republik Indonesia diakui keberadaannya sebagai subjek
hukum internasional yang baru, sebagai negara baru yang
sederajat dengan negara lainnya dalam komunitas internasional.
Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno
dan Soeharto merupakan pemerintahan yang dictatuur-
dictatorship. Bentuk ini tidak dianggap sebagai perkembangan
selanjutnya dari democratische natie tetapi merupakan anomalia
sejarah dan merupakan bentuk penyimpangan atau
penyelewengan kedaulatan rakyat. The rule of law and the people
menyimpang menjadi the rule of man. Bentuk akhir yang hingga
saat ini terus diperjuangkan adalah bentuk Negara hukum yang
demokratis.

81
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)

Setiap negara pasti memiliki tujuan tertentu yang berbeda


antara satu negara dengan negara lainnya. Para ahli ilmu negara
sebagian berpendapat bahwa tujuan negara dihubungkan dengan
tujuan akhir manusia dan ada pula yang menghubungkan antara
tujuan negara dengan kekuasaan.
Tujuan negara menurut pendapat para ahli, antara lain
adalah :
1. Hegel
Menurut Hegel, negara mempunyai kemampuan sendiri
dalam mengejar pelaksanaan idee umumu. Oleh karena
itu tujuan negara adalah negara itu sendiri. Negara
memelihara dan menyempurnakan diri sendiri.
Kewajiban tertinggimanusia adalah menjadi warga negara
sesuai dengan undang-undang.
Hegel menciptakan teori dialektika : melalui tese, antitese
dan sintese lahir dan timbullah kemajuan.
2. Agustinus
Menurut Agustinus, tujuan negara dihubungkan dengan
cita-cita manusia hidup di alam yang kekal yaitu sesuatu
yang diinginkan Tuhan.
3. Shang Yang
Shang Yang menghubungkan tujuan negara dengan
mencari kekuasaan semata sehingga negara identik
dengan penguasa.
4. John Locke

82
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Menurut John Locke, pembentukan political or civil


society menyebabkan manusia tidak melepaskan hak
asasinya.
Tujuan negara adalah memelihara dan menjamin hak
asasi,yaitu :
a. Hak hidup/nyawa (leven)
b. Hak atas badan (lijf)
c. Hak atas harta benda (vermogen)
d. Hak atas kehormatan (eer)
e. Hak kemerdekaan (vrij heid)
5. Rousevelt
Rousevelt membagi hak kemerdekaan ke dalam :
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
6. Mahatma Gandhi
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
7. Soekarno
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
f. Freedom to be free
8. Kaum dikatator

83
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Kaum dikatator menganut paham bahwa negara


merupakan tujuan. Warga negara harus mengorbankan
apapun yang diperintahkan pemegang kuasa. Jadi
penjelmaannya adalah negara kekuasaan.
9. Zaman modern
Umumnya, pada zaman modern, tujuan negara adalah
menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan
rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Tujuan suatu negara dapat dibedakan berdasarkan filosofi,
situasi-kondisi dan sejarah dari negara yang bersangkutan. Secara
garis besar, teori tujuan negara membagi arah tujuan negara
menjadi tiga, yaitu :
1. Mencapai kekuasaan politik
Negara identik dengan penguasa. Oleh sebab itu tujuan
negara adalah membangun kekuasaan secara efektif.
Penguasa (pemerintah) menggunakan kekuasaannya
untuk memaksakan kepentingannya. Setiap penguasa
selalu ingin mempertahankan, memperkuat dan
memperluas kekuasannya. Setelah memiliki kekuasaan
yang kuat (langgeng-absolut) maka penguasa menjadi
korup, tiran dan despotik (semena-mena dan kejam).
Lord Acton berpendapat bahwa karakter kekuasaan yang
demikian adalah: Power tends to corrupt; absolute power
corrupts absolutely.
2. Mencapai kemakmuran material
Negara bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran atau
kesejahteraan material karena negara sebagai organisasi
masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan
materialnya secara terstruktur melalui pemerintahan
yang ada.

84
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Dalam ilmu negara umum, tujuan negara untuk


mencapai kemakmuran melahirkan tipikal negara yang
berbeda, yaitu :
a) Polizei Staat → negara yang bertujuan untuk
mencapai kemakmuran bagi raja/negara.
b) Formele Rechtstaat → tujuan negara adalah
mencapai kemakuran individu.
c) Materiele Rechtstaat → tujuan negara adalah mencapai
kemakmuran rakyat (Social Service State – negara
kesejahteraan).
3. Mencapai kebahagiaan akhirat (konsep eksatologis →
eksatologis : akhir zaman)
Negara memberikan fasilitas kepada rakyatnya agar
dapat bebas melaksanakan kaidah agamanya untuk
mempersiapkan kehidupan sesudah kematian (life after
death).
Penguasa negara berpendapat bahwa kehidupan di dunia
hanya sementara dan kehidupan akhirat adalah
kehidupan yang abadi. Oleh karena itu seluruh warga
negara harus mempersiapkan dirinya untuk ”kehidupan
yang sesungguhnya”. Negara harus mengarahkan warga
negranya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
berilmu dan berteknologi.
Konsekuensi logisnya negara melarang adanya kegiatan
yang bertentangan dengan norma/kaidah agama (nilai-
nilai ketuhanan).

TUJUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Tujuan hakiki dari negara Republik Indonesia termuat
dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :

85
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

1. Mencapai ketuhanan (kemerdekaan, perdamaian abadi)


Negara mengarahkan warga negaranya untuk selamat di
dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agamanya.
Negara juga harus sepenuhnya memberikan kebebasan
warga negaranya untuk melaksanakan ajaran agamanya
dan membuat hukum nasional yang mendukung ajaran
agama yang dianut oleh warganegaranya.
Negara mengatasi pertikaian yang mungkin muncul
melalui mufakat lintas agama, ras dan antar golongan.
Negara melarang kegiatan yang bertentangan nilai-nilai
ketuhanan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kemanusiaan univesalitas yang melindungi
segenap bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia
Negara harus mewujudkan kehidupan yang manusiawi,
adil dan beradab yang berkorelasi positif dengan upaya
perlindungan hak asasi manusia.
Tujuan ini menjadi tugas inti dari negara, yaitu
melindungi nilai-nilai kemanusiaan (tidak hanya bagi
warga negaranya tetapi juga bagi seluruh umat manusia).
Kemanusiaan harus didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang universal. Kemanusiaan juga harus
didasarkan pada pembentukan masyarakat yang beradab
(civilized society) sebagaimana yang dikonstruksikan
dalam masyarakat madani (civil society)
3. Mencapai kesatuan bangsa dan mencerdaskan
kehidupan bangsa
Mencapai kesatuan sebagai suatu nation state yang
komprehensif. Kesatuan komunitas yang sadar dalam
lokalitas dan globalitas kemanusiaan. Nasionalisme yang

86
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

rasional dan humanisme yang religius. Pemerintah


dibentuk untuk menyadari cita-cita tersebut sehingga
rakyat cerdas dan memahami hidupnya dan dapat
menjalani hidupnya dengan baik.
4. Mencapai kerakyatan hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
Mencapai kerakyatan dimaksudkan sebagai kolektivitas
yang melaksanakan aspirasi rakyat dengn tuntutan
hikmah kebijaksanaan. Konkretnya melalui lembaga
permusyawaratan (MPR) dan lembaga perwakilan (DPR
dan DPD).
Demokrasi Indonesia berkaitan secara menyeluruh
dengan sila-sila lainnya dalam Pancasila.
5. Mencapai keadilan sosial (memajukan kesejahteraan
umum)
Mencapai keadilan sosial merupakan tugas negara untuk
memberikan kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan
spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi negara dikonstruksikan dalam penataan
keadilan sosial. Kemakmuran material harus dicapai
melalui penataan keadilan. Keadilan harus lebih
diutamakan daripada keadilan. Keadilan tanpa
kemakmuran lebib berarti daripada sebaliknya. Negara
harus menjadi alat untuk mencapai keadilan. Keadilan
akan menyelamatkan seluruh warga negara.

87
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA

Teori tipe-tipe negara bermaksud membahas tentang


penggolongan negara didasarkan pada ciri-ciri khas yang ada
pada suatu negara. Berdasarkan sejarah teori kenegaraan Eropa
Barat maka pembagian tipe-tipe negara secara kronologis adalah
sebagai berikut :
1. Tipe Negara Menurut Sejarah
a. Tipe Negara Timur Purba (Alt Orientalische Staaten)
Negara Timur Purba bertipe tirani dimana raja
berkuasa mutlak.
Ciri-ciri negara Timur Purba adalah :
1) Bersifat terokratis/theocraties
(keagamaan)
Negara teokrasi adalah negara yang hanya
mendasarkan satu agama saja dalam negaranya.
Negara teokrasi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a) Teokrasi langsung → raja dianggap juga
sebagai Tuhan atau dewa oleh warganegaranya.
b) Teokrasi tidak langsung
2) Pemerintahan bersifat absolut.
b. Tipe Negara Yunani Kuno
Pada intinya, tipe negara Yunani Kuno :
1) Adanya negara kota (polis/city state)
a) Besarnya negara kota hanya sebesar kota yang
dilingkari benteng pertahanan.
b) Jumlah penduduknya sedikit, hanya sekitar 300
ribu penduduk.

88
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

1) Demokrasi langsung.
Dalam pelaksanaan demokrasi langsung, rakyat
diberi pelajaran ilmu pengetahuan (encyclopaedie).
Pemerintahan berjalan dengan mengumpulkan
rakyat di suatu tempat yang disebut acclesia.
Dalam rapat dikemukakan kebijaksanaan
pemerintah dan rakyat ikut memecahkan masalah.
Pemerintahan selalu dipegang oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam negara Yunani Kuno demokrasi dapat
dilaksanakan secara langsung, hal ini disebabkan
karena :
a) Wilayahnya tidak terlalu luas
b) Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari
jumlah yang sedikit tersebut hanya warga polis
saja yang berhak ikut demokrasi, para
pedagang dari luar polis dan budak belian tidak
mempunyai hak untuk ikut melaksanakan
demokrasi.
c. Tipe Negara Romawi
Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani sendiri
kemudian menjadi negara jajahan Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah :
1) Primus inter pares (yang
terkemuka diantara yang sama)
2) Adanya raja-raja yang
absolut (Caesar)
Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar
yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat
(Caesarismus). Pemerintahan Caesar adalah mutlak
atau absolut.

89
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

3) Adanya kodifikasi hukum.


Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.
d. Tipe Negara Abad Pertengahan
Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :
1. Teokratis
2. Feodalisme
3. Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme
(pertentangan) antara:
a) Penguasa dengan rakyat.
b) Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan
timbulnya feodalisme).
c) Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan
sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari
rakyat untuk membatasi hak dan kewajiban raja
dan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh aliran
monarchomachen (golongan anti raja yang mutlak).
Perjanjian yang mereka sepakati diletakkan dalam
leges fundamentalis yang berlaku sebagai undang-
undang.
e. Tipe Negara Modern
Ciri-ciri negara modern adalah :
1. Berlakunya asas demokrasi
Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi
menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
2. Dianutnya paham negara hukum
3. Susunan negaranya adalah kesatuan.
Di dalam satu negara hanya ada satu
pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat yang
mempunyai wewenang tertinggi.

90
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

2. Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum.


Jika ditinjau dari sisi hukum maka penggolongan tipe
negara didasarkan pada hubungan antara penguasa dan
rakyat. Tipe negara dapat dibedakan dalam :
a. Tipe Negara Policie (Polizei Staat)
Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib,
dengan kata lain negara penjaga malam.
Pemerintahan bersifat monarchi absolut.
Pengertian policie mencakup dua arti, yaitu :
1) Penyelenggara negara positif (bestuur)
2) Penyelenggara negara negatif (menolak
bahaya yang mengancam negara)
b. Tipe Negara Hukum (Rechstaats)
Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari
rechstaat. Istilah rechtstaat mulai populer di Eropa
sejak abad XIX. Konsep rechtstaat lahir dari suatu
perjuangan menentang absolutisme.
Ciri-ciri rechtstaat adalah :
1) Adanya UUD atau Konstitusi
yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan
antara penguasa dengan rakyat.
2) Adanya pembagian
kekuasaan negara.
3) Diakui dan dilindunginya
hak-hak kebebasan rakyat.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa ide pokok dari
rechstaat adalah adanya pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia yang
bertumpu pada prinsip kebebasan dan persamaan.

91
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Adanya pembagian kekuasaan bertujuan untuk


menghindari penumpukan kekuasaan dalam satu
tangan yang cenderung akan disalahgunakan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum berarti
suatu negara yang di dalam wilayahnya adalah :
1) Semua alat-alat perlengkapan negara
dalam tindakannya baik terhadap warganegara
maupun dalam hubungannya dengan alat-alat
perlengkapan yang lain tidak boleh sewenang-
wenang dan harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Semua penduduk dalam hubungan
kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan
hukum yang berlaku.
Jika dilihat dari segi ilmu politik, Franz Magnis
Suseno mengambil 4 ciri negara hukum yaitu :
1) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif
yang berlaku.
2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol
kekuasaan kehakiman yang efektif.
3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin HAM.
4) Menurut pembagian kekuasaan.
Salah satu asas penting dalam negara hukum adalah
asas legalitas. Substansi dari asas legalitas adalah
menghendaki agar setiap tindakan badan/pejabat
administrasi harus berdasarkan undang-undang.
Tanpa dasar undang-undang maka badan/pejabat
administrasi tiak berwenang melakukan suatu
tindakan yang dapat mempengaruhi atau mengubah
keadaan hukum warga negaranya.

92
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Asas legalitas berkaitan erat dengan dua gagasan,


yaitu :
1) Gagasan demokrasi
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk
undang-undang dan berbagai keputusan mendapat
persetujuan dari wakil rakyat.
2) Gagasan negara hukum.
Gagasan negara hukum menuntut agar
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan
harus didasarkan pada undang-undang dan
memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar
rakyat yang tertuang dalam undang-undang.
Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya
mewujudkan paham kedaulatan hukum dan paham
kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip
monodualistis yang sifat hakikatnya konstitutif.
Menurut Indroharto, penerapan asas legalitas akan
menunjang berlakunya kepastian hukum dan
berlakunya persamaan perlakuan.
Ada tiga bentuk tipe negara hukum :
1) Tipe Negara Hukum Liberal
Tipe negara ini menghendaki agar negara
berstatus pasif, artinya adalah bahwa warga negara
harus tunduk pada peraturan-peraturan negara.
Penguasa dalam bertindak harus sesuai dengan
hukum. Kaum liberal menghendaki agar antara
penguasa dan rakyat harus ada persetujuan dalam
bentuk hukum.
2) Tipe Negara Formil

93
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan


dari rakyat. Segala tindakan penguasa memerlukan
suatu bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan
undang-undang. Negara hukum formil disebut
pula sebagai negara demokratis yang
berlandaskan negara hukum.
Menurut Stahl, negara hukum formil harus
memenuhi empat unsur,yaitu :
a) Harus ada jaminan terhadap hak asasi
manusia
b) Adanya pemisahan kekuasaan
c) Pemerintahan didasarkan pada undang-
undang
d) Harus ada peradilan administrasi.
3) Tipe Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan
lebih lanjut dari negara hukum formil. Jika pada
negara hukum formil tindakan penguasa harus
berdasarkan undang-undang (asas legalitas) maka
dalam negara hukum materiil untuk kepentingan
warga negara dalam hal keadaan yang mendesak
maka penguasa dibenarkan bertindak
menyimpang dari undang-undang (asas
opportunitas).
c. Tipe Negara Kemakmuran
Pada tipe negara kemakmuran,negara mengabdi
sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam negara
kemakmuran, negara merupakan satu-satunya alat
untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat. Negara

94
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

aktif menyelenggarakan kemakmuram untuk


kepentingan seluruh rakyat dan negara.
Jadi, pada tipe negara ini maka tugas negara semata-
mata adalah menyelenggarakan kemakmuran untuk
rakyat semaksimal mungkin.

TIPE NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Dalam sejarah teori ketatanegaraan tersebut kita dapat
menemukan tipe negara modern yaitu adanya demokrasi
perwakilan dan merupakan bangunan negara hukum yang
demokratis. Bentuk negara hukum yang demokratis
(democratische-rechstaat/welfare state) menjadi cita-cita seluruh
negara modern saat ini.
Berdasarkan karakteristik tipe negara tersebut maka kita
dapat menyimpulkan bahwa Negara Republik Indonesia dapat
dikategorikan sebagai negara modern. Konstitusi negara Republik
Indonesia yang telah diamandemen dalam Pasal 1 ayat (1,2 dan 3)
telah dengan jelas menyebutkan karakteristik cita-cita negara
modern tersebut, yaitu :
Pasal 1 UUD 1945
(1) Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang-undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Selain itu, alasan bahwa Indonesia dapat dikategorikan
sebagai negara modern adalah sebagai berikut :
1. Negara RI tidak memiliki ciri-ciri seperti yang
terdapat dalam tipe negara Timur Kuno, Yunani Kuno,

95
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Romawi Kuno dll yang berciri teokrasi, absolut, negara


kota dengan demokrasi langsung, kerajaan yang absolut
atau feodalistis.
2. Konstitusi negara RI baik sebelum maupun
setelah amandemen telah mencanangkan adanya
demokrasi perwakilan dan berupaya menciptakan
bangunan negara hukum yang demokratis.
Pemilihan presiden secara langsung dalam sistem pemilu
di Indonesia tidak berarti bahwa kita melaksanakan
demokrasi secara langsung. Wujud demokrasi langsung
yang sesungguhnya adalah dengan sistem referendum
dimana rakyat terlibat secara langsung dan merupakan
subjek yang langsung memutuskan berbagai kebijakan.
Dalam sistem pemilu di Indonesia, rakyat memilih
presiden secara langsung namun presiden yang nanti
terpilihlah yang bertindak sebagai eksekutif yang akan
memutuskan kebijaksanaan yang akan dijalankan
dalam pemerintahan. Oleh karena itu lebih tepat jika
Indonesia menjalankan demokrasi perwakilan atau
menjalankan republik.
3. Negara RI mensyaratkan rakyat untuk pada
hukum dan nilai-nilai Ketuhanan yang dianutnya. Hal
ini memunculkan konsep bahwa negara kita berciri
negara nomokratis yaitu nomokratis Pancasila.
Nomokratis → nomoi (hukum) dan kratein
(pemerintahan atau kekuasaan).
Penegasan Indonesia sebagai negara hukum terdapat
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandement yaitu
Negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi
dari negara hukum adalah bahwa seluruh sikap,

96
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

kebijakan, perilaku alat negara dan penduduk harus


berdasar dan sesuai hukum. Dalam negara hukum,
hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara.
Dengan demikiran dapat disimpulkan bahwa dalam teori
tipe-tipe utama negara yang berkembang dalam sejarah kita
dapat mengetahui bahwa negara RI dikonstruksikan untuk
menjadi negara modern, yaitu negara hukum yang demokratis
dan merupakan nomokrasi Pancasila.

97
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA, BENTUK PEMERINTAHAN
DAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. BENTUK NEGARA

Berbicara mengenai bentuk negara seringkali juga disebut


dengan susunan negara. Susunan negara menyatakan struktur
organisasi dan fungsi pemerintahan dengan tidak menyinggung
struktur daerah maupun bangsa. Dalam kalimat lain, bentuk
negara adalah diskusi mengenai hubungan antara susunan
pemerintahan pusat dengan pemerintahan bawahannya atau
dengan bagian-bagiannya.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang
ditinjau dari segi susunannya yaitu berupa :
1. Negara kesatuan  yaitu negara yang
bersusunan tunggal.
2. Negara Federasi  yaitu negara yang
bersusunan jamak.

1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau
eenheistaat, yaitu suatu negara yang merdeka dan
berdaulat dimana di seluruh negara yang berkuasa
hanyalah satu pemerintah yaitu pemerintah pusat.
Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh daerah. Jadi
tidak terdiri dari beberapa negara yang berstatus negara
bagian (deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu
pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai

98
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang


pemerintahan negara, menetapkan kebijakan-kebijakan
pemerintah dan melaksanakan pemerintahan negara baik
di pusat maupun di daerah serta di dalam atau di luar
negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal,
kesatuan (unity) dan monosentris (berpusat pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
maka semua urusan diurus oleh pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk
mengatur daerahnya, pemerintah daerah hanya
melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
Contoh : Jerman di bawah Hitler.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
maka kepada daerah diberi kesempatan dan
kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
(otonomi daerah).
Contoh : Republik Indonesia.

1. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian
atau persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat
(bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih
kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara
berjanji untuk bersatu dalam suatu ikatan politik,

99
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

dimana ikatan tersebut akan mewakili mereka secara


keseluruhan. Jadi merupakan suatu negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat, karena yang berdaulat
adalah persatuan dari negara-negara tersebut yaitu
negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka, berdaulat serta berdiri
sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara
serikat maka negara yang tadinya berdiri sendiri,
sekarang menjadi negara bagian dan melepaskan
sebagian kekuasaan yang dimilikinya dan
menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu
sehingga hanya kekuasaan yang disebutkan saja yang
diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).
Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal
yang berhubungan dengan luar negeri, pertahanan
negara, keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat
terbatas karena kekuasaan yang asli tetap ada pada
negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang
sesungguhnya karena federasilah yang berdaulat.
Anggota suatu federasi disebut negara bagian (deelstaat,
state, anton, lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno
maupun abad pertengahan, namun baru dikenal sekitar
tahun 1787 ketika pembentuk konstitusi Amerika Serikat
memilih federasi sebagai bentuk pemerintahan mereka.

100
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political


Institution diperlukan dua syarat untuk mewujudkan
suatu negara federasi, yaitu :
a. Harus ada perasaan nasional (a sense of
nationality) diantara anggota-anggota kesatuan-
kesatuan politik yang hendak berfederasi.
b. Harus ada keinginan dari anggota-anggota
kesatuan politik akan persatuan (union).

Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :


a. Adanya supremasi konstitusi federasi.
b. Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power)
antara negara bagian dengan negara federal.
c. Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas
menyelesaikan sengketa yang mungkin timbul antara
negara bagian dengan negara federal.

B. BENTUK PEMERINTAHAN

Perbincangan mengenai bentuk pemerintahan (Negara)


adalah perbincangan mengenai bagaimana pengisian jabatan
Kepala Negara dalam Negara yang bersangkutan. Bagaiamana
Raja atau Kaisar, atau Kanselir, atau Sultan atau Presiden atau
apa pun namanya diisi.

Teori bentuk pemerintahan (Negara), meliputi:

1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara
yang dikepalai oleh seorang raja, bersifat turun temurun

101
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala


negara monarki dapat berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan
China sebelum dijajah Inggris), Syah (Syah Iran) dan Sultan
(Sultan Brunei).
Bentuk pemerintahan negara monarki dapat dibedakan
dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja
dimana raja mempunyai kekuasaan dan wewenang
mutlak dan tidak terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan
undang-undang).
Yaitu suatu negara monarki dimana kekuasaan raja
dibatasi oleh konstitusi/UUD.

Misalnya :
1) Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang
bersumber pada kebiasaan (konvensi).
b) Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu
parlemen dimana para menteri bertanggung jawab
sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.

2. Republik

102
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya


kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat
yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang
dipilih dari dan oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di
AS, presiden menjabat selama 4 tahun dan di Indonesia
selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik
Indonesia, Republik Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
b. Republik dengan sistem pemerintahan secara
langsung (system referendum) → Yunani Kuno dan
Romawi Kuno.
c. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan
rakyat (system parlementer) → Republik Indonesia pada
saat berlakunya UUD 1950.
d. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan
(system presidensil) → Republik Indonesia.

Pendapat beberapa ahli tentang bentuk (pemerintahan)


negara adalah sebagai berikut:
1. Niccolo Machiavelli
Dalam bukunya Il Principe (Sang Raja), Niccolo
Machiavelli menyatakan bahwa bentuk negara adalah
republik dan monarki.
2. Jellinek
Dalam bukunya Algemeine Staatslehre, Jellinek
membedakan bentuk negara monarki dan republik
berdasarkan pembenukan kemauan negara.

103
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Bila pembentukan kemauan negara ditentukan oleh


seorang saja maka bentuk negaranya adalah monarki.
Sedangkan jika kemauan negara ditentukan oleh lebih
dari satu orang maka negara yang terbentuk adalah
republik.
Namun, jika bertitik tolak pada pendapat Jellinek, maka
negara Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Nederland
dan Belgia harus dikategorikan sebagai negara republik
sebab negara-negara tersebut terbentuk karena kemauan
orang banyak, namun kenyataannya menurut HTN,
negara-negara tersebut berbentuk monarki.
Dengan demikian, alasan Jellinek kurang dapat diterima.
3. Leon Duguit
Dalam bukunya, Traitede Droit Constitutionel, ia
berpendapat bahwa untuk menentukan apakah suatu
negara berbentuk republik atau monarki adalah dengan
menggunakan ’cara penunjukkan/pengangkatan kepala
negara’.
Jika kepala negara diangkat berdasarkan keturunan
maka bentuk negaranya adalah monarki. Sedangkan jika
kepala negara diangkat berdasarkan pemilihan maka
bentuk negaranya adalah republik.
4. Otto Koellreuter
Otto menggunakan ukuran kesamaan dan
ketidaksamaan dalam membedakan bentuk negara.
Sebenarnya ia setuju dengan Duguit tetapi karena ia
seorang fasis Jerman,maka Ia membagi negara ke dalam
tiga bentuk, yaitu :
a. Monarki

104
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh


suatu dinasti, dimana kepala negara diangkat
berdasarkan keturunan. Oleh karena itu ia
beranggapan bahwa pada dasarnya adalah
ketidaksamaan karena tidak setiap orang dapat
menjadi kepala negara.
b. Republik
Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan,
kepala negara diangkat berdasarkan kemauan orang
banyak dan setiap orang memiliki hak yang sama
untuk menjadi kepala negara. Kepala negara dalam
negara republik tidak diangkat berdasarkan
keturunan atau kepribadian melainkan karena
kemauan rakyat secara politis dan kenegaraan.
c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat
atas dasar pikiran bahwa yang dapat berkuasa
disebut ’ger Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya
adalah ketidaksamaan. Namun, asas
ketidaksamaannya berbeda dengan monarki. Asas
ketidaksamaan dalam monarki bertitik tolak pada
keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren
Fuhrerstaat, ketidaksamaannya bertitik tolak pada
pikiran yang dapat menguasai negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan
ukuran kuantitas untuk bentuk ideal dan ukuran
kualitas untuk bentuk pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :

105
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang
banyak maka bentuk negaranya adalah monarki, jika
merosot dimana ia memerintah berdasarkan
kepentingan sendiri maka bentuknya adalah diktatur
atau tirani.
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk
kepentingan orang banyak maka bentuk negara
tersebut adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk
aristokrasi adalah jika beberapa orang memerintah
untuk kepentingan golongan sendiri maka bentuk
negara menjadi oligarkhi, sedangkan jika untuk
kepentingan orang kaya maka dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya
dipegang oleh beberapa orang, biasanya dari golongan
feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat
dibedakan berdasaran :
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi
kepentingan seluruh orang pula maka bentuk
negaranya adalah politiea. Jika merosot menjadi

106
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

perwakilan maka bentuk negaranya dinamakan


demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal
sedangkan bentuk pemerosotannya adalah ochlocratie
atau mobocratie.
Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein
(kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan
yang tertinggi terletak di tangan rakyat dan setiap gerak
langkah negara ditentukan oleh rakyat.
Syarat-syarat demokrasi antara lain adalah :
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara
ikut secara langsung memilih serta ikut memikirkan
jalannya pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua
warga negaranya diikutsertakan secara langsung
dalam pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-
wakil mereka yang duduk dalam badan-badan
perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia
dengan DPR-nya.
7. C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat
bentuk negara, yaitu :

107
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

a. Melihat negara tersebut, bagaimana bangunannya,


apakah kesatuan atau negara serikat.
b. Melihat bagaimana konstitusinya.
c. Melihat badan eksekutifnya, apakah bertanggung
jawab kepada parlemen atau tidak.
d. Mengenai badan perwakilan, bagaiaman disusunnya
dan siapa saja yan berhak duduk di badan
perwakilan tersebut.
e. Bagaimana hukum yang berlaku di negara tersebut.

C. SISTEM PEMERINTAHAN
Teori mengenai sistem pemerintahan meninjau bentuk
negara secara yuridis. Bermaksud untuk mengungkapkan sistem
yang menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan
negara dalam menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui
dalam konstitusi negara. Berbicara mengenai sistem
pemerintahan sebenarnya melihat hubungan antara Kepala
Pemerintahan dengan parlemennya. Melihat hubungan antara
eksekutif dengan legislatif dalam konstitusinya.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua
istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu
keseluruhan terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional baik diantara bagian-
bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya. Sehingga hubungan tersebut
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian. Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya.

108
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan
rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem
pemerintahan pada dasarnya adalah membicarakan
bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara
lembaga-lembaga negara menjalankan kekuasaan-
kekuasaan negara itu, dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan rakyat.

Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam


:
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan
dimana hubungan antara eksekutif dan legislative
(badan perwakilan) mempunyai hubungan yang erat. Hal
ini disebabkan karena adanya pertanggungjawaban para
menteri kepada parlemen. Setiap kabinet yang dibentuk
harus mendapat dukungan kepercayaan dengan suara
terbanyak dari parlemen. Dengan demikian kebijakan
parlemen atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa
yang dikehendaki oleh parlemen.
Ciri-ciri umum dari sistem pemerintahan parlementer
adalah :
a. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri
dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan dan atau
kekuasaan-kekuasaan yang menguasai parlemen.
b. Para kabinet mungkin seluruhnya atau para
anggota kabinet mungkin seluruh anggota parlemen,

109
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

atau tidak seluruhnya dan mungkin pula seluruhnya


bukan anggota parlemen.
c. Kabinet dengan ketuanya (eksekutif)
bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran PM dapat
membubarkan kabinet.
e. Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak
digantungkan kepada lembaga eksekutif dan legislatif.

2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif
tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan
rakyat. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di
luar pengawasan parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin
kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya dan
bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus
merupakan kepala negra (lambang negara) dengan
masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh
UUD.
b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi
dipilih oleh sejumlah pemilih. Oleh karena itu ia
bukan bagian dari badan legislatif seperti dalam
sistem pemerintahan parlementer.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan
legislatif dan tidak dapat dijatuhkan oleh badan
legislatif. Sebaliknya, Presiden tidak dapat
membubarkan legislatif.

110
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

d. Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan


Sistem Pemerintahan Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut
disebabkan karena perbedaan latar belakang sejarah politik
masing-masing negara.
Secara umum perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut adalah:
Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Parlementer Presidensiil
1. Latar Belakang 1. Latar Belakang
Timbulnya Timbulnya
Timbul dari bentuk Timbul dari keinginan
negara monarki yang untuk melepaskan diri
kemudian mendapat dominasi kekuasaan
pengaruh dari raja dengan mengikuti
pertanggungjawaban ajaran Montesquieu
menteri. Raja berfungsi dengan ajaran Trias
sebagai faktor stabilisasi Politika.
jika terjadi perselisihan Misalnya : negara USA
antara eksekutif dan timbul sebagai reaksi
legislatif. kebencian terhadap raja
Misalnya : kerajaan George III (Inggris).
Inggris, Belanda,
Perancis. 2. Keuntungan
2 Keuntungan Pemerintahan untuk
Penyesuaian antara pihak jangka waktu yang
eksekutif dan legislatif ditentukan itu stabil.
dapat lebih mudah 3. Kelemahan
dicapai. Dapat terjadi
3. Kelemahan kemungkinan tujuan
a. Pertentangan antara negara yang telah
eksekutif dan legislatif ditetapkan oleh
dapat terjadi sewaktu- eksekutif berbeda
waktu, menyebabkan dengan legislatif.
kabinet harus
mengundurkan diri
dan akibatnya
pemerintahan tidak
stabil.
b. Sebaliknya, Presiden
dapat membubarkan
legislatif.
c. Pada sistem

111
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

parlementer dengan
multi partai (kabinet
koalisi) apabila terjadi
mosi tidak percaya dari
beberapa partai politik
sehingga sering terjadi
pergantian kabinet.

3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi
dari sistem pemerintahan presidensiil dan parlementer.
Dalam sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan
dibantu oleh kabinet (ciri presidensiil) tetapi dia
bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia
bertanggung jawab sehingga lembaga ini (legislatif)
dapat menjatuhkan presiden/eksekutif (ciri sistem
parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan
oleh rakyat untuk memberikan keputusan setuju atau
tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh
parlemen atau setuju atau tidak setuju terhadap
kebijaksanaan yang dimintakan persetujuan kepada
rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari
sistem quasi (quasi presidensiil) dan sistem presidensiil
murni. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah
pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih.
Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk

112
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara


eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk
referendum maka dikenal tiga macam sistem
referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan
dalam suatu pembuatan peraturan perundang-
undangan yang akan mengikat rakyat seluruhnya.
Misalnya : persetujuan yang dibuat oleh rakyat dalam
pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta
disahkannya suatu undang-undang (melalui
referendum) yang telah dibuat oleh parlemen setelah
diumumkan. Hal ini biasanya dilakukan terhadap
undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang
teknisnya rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam
setiap masalah negara, rakyat ikut serta
menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil
sehingga pemerintah akan memperoleh pengalaman yang
baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Kelamahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat
tidak mampu menyelesaikan setiap masalah yang timbul
karena untuk mengatasi suatu persoalan diperlukan
pengetahuan yang luas dari rakyat. Selain itu, sistem ini
tidak dapat dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan

113
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

faham antara rakyat dan eksekutif yang menyangkut


kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.

C. SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA


1. Sistem Pemerintahan Pra-Amandemen UUD 1945
a. Sistem Pemerintahan Menurut Sifatnya
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan
Indonesia adalah presidensiil, namun bukan sistem
presidensiil yang murni jika diukur dari syarat-syarat yang
harus ada dalam sistem presidensiil.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 menunjukkan bahwa
pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensiil
dimana presiden menjadi kepala eksekutif (pemerintahan)
dan mengangkat serta memberhentikan para menteri yang
bertanggung jawab kepadanya.
Namun, jika dilihat dari Pasal 5 ayat (1) dan dalam
kaitannya dengan Pasal 21 ayat (2) UUD 1945, dapat
disimpulkan bahwa sistem pemerintahan presidensiil
tersebut tidak sepenuhnya presidensiil karena berdasarkan
pasal tersebut presiden dan DPR bersama-sama membuat
UU. Hal ini berarti bahwa sistem presidensiil di Indonesia
tidak berdasarkan pelaksanaan ajaran Trias Politika.
Ciri-ciri parlementer yang ada pada pemerintahan di
Indonesia :
1. Pertanggung jawaban Presiden kepada
MPR
2. Kedudukan Presiden sebagai mandataris
pelaksana GBHN

114
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Dengan demikian berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan


Pasal 17 UUD 1945, sistem pemerintahan di Indonesia
adalah presidensiil karena presiden adalah eksekutif dan
menteri-menteri adalah pembantu presiden. Tetapi jika
dilihat dari sudut pertanggungjawaban presiden kepada
MPR maka eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga negara
lain (kepada siapa presiden bertanggung jawab, hal ini
merupakan ciri pemerintahan parlementer). Maka sistem
pemerintahan di Indonesia berdasarkan UUD 1945 dapat
disebut quasi presidensiil.
b. Sistem Pemerintahan Menurut Pembagian Kekuasaan
UUD 1945 tidak menganut sistem pemisahan
kekuasaan berdasarkan Trias Politika sebagaimana
diajarkan oleh Montesquieu, tetapi menganut sistem
pembagian kekuasaan, karena :
1) UUD 1945 tidak membatasi secara tegas
bahwa setiap kekuasaan harus dilakukan oleh satu
organ/badan tertentu yang tidak boleh saling
campur tangan.
2) UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan
dibagi atas tiga bagian saja.
3) UUD 1945 tidak membagi habis
kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR (Pasal
1 ayat 2) kepada lembagalembaga negara lainnya.
UUD 1945 menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga
negara, yaitu :
1) Kekuasaan eksaminatif (Inspektif) → BPK
2) Kekuasaan legislatif → DPR, DPD
3) Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara) →
Presiden dan Wakil Presiden.

115
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

4) Kekuasaan yudikatif (kehakiman) → MA


(Mahkamah Agung), MK (Mahkamah Konstitusi)
dan MY (Mahkaham Yudikatif)
Lembaga-lembaga lain yang tidak diatur oleh UUD
1945 termasuk dalam organisasi pemerintahan yang disebut
sebagai lembaga pemerintah (regering-organen) dan lembaga
administrasi negara (administrative-organen). Misalnya
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa.
c. Pokok Pikiran Pemerintahan Negara Indonesia
Menurut Penjelasan UUD 1945
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil.
Hal ini dijelaskan secara sistematis dalam Penjelasan UUD
1945 yang memuat 7 buah kunci pokok, yaitu :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum (rechstaat)
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum dan bukan kekuasaan belaka. Hal ini
berarti bahwa negara dalam melaksanakan
tindakan apapun harus selalu dilandasi oleh
hukum atau segala tindakannya harus dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum.
Negara hukum yang dimaksud oleh UUD 1945
bukanlah negara hukum dalam arti formal (sebagai
polisi lalu lintas atau penjaga malam) tetapi negara
hukum dalam arti material (dalam arti luas) yaitu
negara tidak hanya melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga
harus memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2) Sistem Konstitusional

116
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi


(hukum dasar) dan tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak tak terbatas).
Sistem ini menegaskan bahwa pemerintahan
negara dibatasi oleh konsitusi dan otomatis
dibatasi juga oleh ketentuan hukum yang
merupakan produk konstitusional lainnya seperti
GBHN, UU dll.
Sistem ini juga memperkuat dan menegaskan
sistem negara hukum.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat
tercapai mekanisme hubungan tugas dan hukum
antara lembaga-lembaga negara yang dapat
menjamin terlaksananya sistem itu sendiri.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan
MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, MPR
mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
a) Menetapkan UUD dan GBHN.
b) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.
Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara
dan Wakil Kepala Negara, oleh karena itu Kepala
Negara dan Wakil Kepala Negara harus tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR.
4) Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan
negara yang tertinggi di bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan
tertinggi di bawah MPR. Dalam menjalankan

117
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

pemerintahan, kekuasaan dan tanggung jawab ada


pada Presiden (concentration of power and
responsibility upon the President).
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi
Presiden tidak bertanggun jawab kepada
DPR,artinya kedudukan Presiden tidak tergantung
dari DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR
untuk membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan
DPRpun tidak dapat menjatuhkan presiden.

6) Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri


Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR
tetapi pada Presiden. Pengangkatan dan
pemberhentian menteri merupakan wewenang
sepenuhnya Presiden (Pasal 17 ayat 2).
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden,
menteri-menterilah yang sebenarnya menjalankan
pemerintahan di bidangnya masing-masing.
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala negara bukanlah dikatator karena ia harus
mempertanggungjawabkan tindakannya kepada
MPR.

2. Sistem Pemerintahan Pasca-Amandemen UUD 1945


b. Perubahan Pertama UUD 1945

118
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Perubahan terhadap UUD 1945 terjadi setelah timbulnya


tuntutan reformasi, yang diantaranya berkaitan dengan
reformasi konstitusi (constitutional reform)
Sebelum terjadinya amandemen terhadap UUD 1945,
kedudukan dan kekuasaan presiden sangat dominan. Hal
ini terlihat dalam kurun waktu demokrasi terpimpin
1959-1967 dimana MPR (S) yang merupakan lembaga
tertinggi dikendalikan oleh presiden. Sedangkan dalam
kurun waktu 1967-1998, DPR yang berdasarkan UUD
1945 mempunyai hak inisiatif (mengajukan usul RUU)
tidak dapat melakukan haknya karena semua RUU
berasal dari pemerintah.
Oleh karena itu, amandemen terhadap UUD 1945
dilakukan dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi/mengendalikan kekuasaan presiden.
2) Mengembalikan hak legislasi kepada DPR, sedangkan
presiden berhak untuk mengajukan RUU kepada DPR.
c. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada
substansi yang meliputi pemerintahan daerah, wilayah
negara, warganegara dan penduduk, hak asasi
manusia, pertahanan dan keamanan negara, bendera,
bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan, serta
DPR, khususnya tentang keanggotaan, fungsi, hak
maupun tentang tata cara pengisiannya. Berkaitan
dengan pengisian keanggotaan DPR, maka semua
anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat.
d. Perubahan Ketiga UUD 1945
Perubahan ketiga dilakukan menurut teori konstitusi,
terhadap susunan ketatanegaraan yang bersifat

119
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

mendasar. Dari perubahan terhadap UUD 1945 terlihat


bahwa sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem
pemerintahan pr
esidensiil.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil terlihat pada :
2) Prosedur pemilihan presiden dan wakil presiden
3) Pertanggung jawaban presiden dan wakil presiden
atas kinerja kerjanya sebagai lembaga eksekutif.
e. Perubahan Keempat UUD 1945
Ada sembilan item pasal substansial pada perubahan
keempat UUD 1945, antara lain :
1) Keanggotaan MPR
Berkaitan dengan keanggotaan MPR dinyatakan
bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang
dipilih melalui pemilu. Hal ini berarti tidak ada
satupun anggota MPR yang keberadaannya diangkat
sebagaimana yang terjadi sebelum amandemen,
dimana anggota MPR yang berasal dari unsur utusan
daerah dan ABRI melalui proses pengangkatan,
bukan pemilihan.
2) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua
3) Kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden
berhalangan tetap.
4) Kewenangan Presiden
Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan
dan kepala negara mengalami perubahan mendasar
dimana setiap kebijakan Presiden harus mendapat
persetujuan atau sepengetahuan DPR.
Perubahan keempat ini membatasi kewenangan
Presiden yang sebelumnya.

120
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

5) Keuangan negara dan bank sentral


6) Pendidikan dan kebudayaan
7) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial
8) Aturan tambahan dan aturan peralihan
9) Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terjadi pada
perubahan terhadap UUD 1945, langsung atau tidak langsung
mempengaruhi sistem pemerintahan, diantaranya pada :
a. Konsep Negara Hukum
UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara
hukum, dari yang semula hanya ada dalam Penjelasan,
menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia
adalah sistem pemilihan umum secara langsung oleh rakyat
sehingga mereka bebas dalam menentukan sikap dan
pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan
hal yang sangat fundamental bagi negara hukum karena
melalui pemilu langsung, akuntabilitas anggota parlemen
semakin tinggi.
b. Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan
kekuasaan Presiden sangat dominan, terutama dalam
praktek penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD
1945 maka kekuasaan Presiden dikurangi dengan
mengembalikan kekuasaan legislatif kepada DPR. Selain itu,
periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas,
dimana seseorang hanya dapat dipilih sebagai Presiden
maksimal untuk dua kali periode jabatan.
c. Sistem Pemerintahan

121
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas


mengenai sistem presidensiil dalam sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam
UUD 1945 pasca amandemen antara lain adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR
karena lembaga ini tidak lagi bertindak sebagai
pelaksana kedaulatan rakyat.
d. Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara dan
pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu
memiliki kedudukan strategis, melalui amandemen maka
kewenangannya menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD 1945.

E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ”....maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada.....”
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : ”Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik”.

122
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Kemudian, sesuai dengan musyarawarah Badan PPKI


menyimpulkan bahwa bentuk negara adalah republik. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa definisi, yaitu :
1. Bentuk negara bukan monarki (kerajaan)
→ Pasal 1 ayat (1) : ”Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik dan bukan kerajaan.
2. Kepala negara dipilih dan tidak turun
temurun → Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 : ”Presiden dan
wapres dipilih oleh rakyat dan tidak turun termururun.
3. Masa jabatan kepala negara ditentukan
dalam jangka waktu tertentu → Pasal 7 UUD 1945 :
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama
lima tahun.

123
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB IX
TEORI KEDAULATAN

Teori kedaulatan (Souvereiniteit) pertama kali dikemukakan


oleh Jean Bodin. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk
menentukan hukum dalam negara. Sifat-sifat kedaulatan adalah
tunggal, asli dan tidak terbagi.
Setiap masyarakat dalam suatu negara mengakui adanya
kekuasaan yang paling tinggi dalam hidup mereka kekuasaan
tertinggi inilah yang mendominasi hidup mereka, menjadi alasan
yang menguasai hidup mereka. Demikian pula dengan suatu
negara yang merupakan pencerminan rakyat mengakui adanya
kekuasaan yang tertinggi. Kekuasaan adalah kemampuan
seseorang atau golongan untuk dapat merubah sikap dari
kebiasaan orang lain.
Pada intinya, hanya ada tiga hal yang dianggap berdaulat
dalam suatu masyarakat atau negara, yaitu :
1. Tuhan
Tuhan dikatakan memiliki kekuasaan tertinggi atau
berdaulat karena Tuhanlah yang menciptakan segala
sesuatu dan berkuasa atas segala sesuatu.
2. Raja
Raja dikatakan berdaulat karena secara konkret dapat
memerintah dan mengatur rayat yang hidup dalam
naungan kekuasaannya secara bijaksana. Namun
seringkali kekuasaan raja yang absolut menyebabkan
tirani dan menindas rakyat sehingga timbul pemikiran

124
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

bahwa raja tidak pantas berdaulat, rakyatlah yang harus


berdaulat atas dirinya sendiri.
3. Rakyat
Rakyat diletakkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
(berdaulat) untuk menghindari penindasan dari raja yang
absolut dan orang yang mengatasnamakan agama.
Pada masa renaissance atau aufklarung (abad
pencerahan), para pendeta yang mengatasnamakan
agama Kristen dan kaum Monarch di Eropa berebut
kekuasaan untuk menguasai kehidupan rakyat.
Keduanya berusaha meyakinkan rakyat sebagai wakil
Tuhan di muka bumi (cari : teori Dua Pedang).
Pemikiran bahwa rakyatlah yang berdaulat menimbulkan
ide kedaulatan rakyat dan pemerintahan dari rakyat dan oleh
rakyat melalui parlemen (demokrasi perwakilan). Pelaksanaan
teori kedaulatan rakyat berikutnya melahirkan teori kedaulatan
hukum. Sedangkan pelaksana teori kedaulatan raja dalam
suasana kedaulatan rakyat memunculkan teori kedaulatan
negara.
Pada awalnya, dalam Ilmu Negara umum terdapat lima teori
kedaulatan namun pada perkembangan terakhir kaum pluralis
memunculkan teori kedaulatan plural yang meletakkan
kedaulatan secara fungsional kepada beberapa hal/instansi.
Teori kedaulatan yang dikenal saat ini adalah :
1. Teori Kedaulatan Tuhan  melahirkan sifat
Teosentris = Teokrasi.
2. Teori Kedaultan Raja  melahirkan sifat
Monarkis.
3. Teori Kedaulatan Rakyat  melahirkan sifat
Demokratis

125
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

4. Teori Kedaulatan Negara  melahirkan sifat


Fascistis/Otoritarian.
5. Teori Kedaulatan Hukum  melahirkan sifat
Nomokratis (rechstaat dan rule of law).
6. Teori Kedaulatan Pluralis  melahirkan sifat
Pragmatis-Pluralis.

A. TEORI KEDAULATAN TUHAN


Teori Kedaulatan Tuhan mengatakan bahwa kekuasaan
tertinggi dalam satu negara adalah milik Tuhan. Teori ini
berkembang pada abad pertengahan (abad V – XV).
Perkembangan teori ini berkaitan erat dengan perkembangan
agama Katolik yang baru muncul yang diorganisir oleh gereja.
Sehingga pada saat itu ada dua organisasi kekuasaan, yaitu
organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh raja dan
organisasi kekuasaan gereja yang dikepalai oleh Paus.
Awalnya perkembangan agama Katolik/Kristen ditentang
dengan sangat kuat karena bertentangan dengan kepercayaan
yang dianut yaitu pantheisme (penyembahan kepada dewa-dewa).
Namun pada akhirnya agama Kristen/Katolik dapat berkembang
dengan baik dan bahkan diakui sebagai satu-satunya agama
resmi, agama negara.
Sejak saat itu, gereja mempunyai kekuasaan yang nyata dan
dapat mengatur kehidupan negara, tidak saja yang bersifat
keagamaan tetapi juga yang bersifat keduniawian. Hal ini
seringkali menimbulkan permasalahan karena baik gereja
maupun negara kadang-kadang mengeluarkan peraturan
tersendiri untuk mengatasi masalah yang sama. Selama
peraturan tersebut tidak bertentangan tentu saja tidak
menimbulkan masalah, namun jika peraturan tersebut saling

126
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

bertentangan maka timbul persoalan, peraturn mana yang akn


ditaati.
Penganut teori teokrasi antara lain adalah Augustinus,
Thomas Aquinas dan Marsilius.

B. TEORI KEDAULATAN RAJA


Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam negara ada
pada raja karena raja adalah wakil Tuhan untuk melaksanakan
kedaulatan di dunia. Oleh karena itu raja berkuasa mutlak dan
merasa bahwa seluruh tindakannya adalah kehendak Tuhan.
teori ini terutama dipakai pada zaman renaissance.

C. TEORI KEDAULATAN NEGARA


Menurut George Jellineck, hukum diciptakan oleh negara.
Adanya hukum karena adanya negara. Jellineck mengatakan
bahwa hukum merupakan penjelmaan kemauan negara. Negara
adalah satu-satunya sumber hukum, oleh karena itu kekuasaan
tertinggi harus dimiliki oleh negara.

D. TEORI KEDAULATAN HUKUM


Leon Duguit dalam bukunya, Traite de Droit Constitutionel
berpendapat bahwa hukum merupakan penjelmaan dari kemauan
negara tetapi negara tunduk pada hukum yang dibuatnya.
Menurut Krabbe, yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara
adalah hukum.
Atas kritik Krabe, Jellineck yang berpendapat bahwa
kekuasaan tertinggi dimiliki oleh negara, mempertahankan
pendapatnya dengan mengemukakan teori Selbstbindung yaitu
teori yang menyatakan bahwa negara tunduk pada hukum secara
sukarela. Tetapi menurut Krabbe, selain negara masih ada faktor

127
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

kesadaran hukum dan rasa keadilan, dengan demikian, yang


berdaulat tetap hukum dan bukan negara.
Paham Krabbe dipengaruhi aliran historis yang dipelopori
oleh Von Savigny yang menyatakan bahwa hukum timbul
bersama-sama dengan kesadaran hukum masyarakat. Hukum
tidak tumbuh atas kehendak negara atau kemauan negara, oleh
karena itu berlakunya hukum terlepas dari kemauan negara.

E. TEORI KEDAULATAN RAKYAT


Ajaran dari kaum Monarchomachen khususnya ajaran dari
Johannes Althusius diteruska oleh sarjana dari aliran hukum
alam, tetapi sarjana dari aliran hukum alam ini mempunyai
kesimpulan baru yaitu bahwa semua individu melalui perjanjian
masyarakat membentuk masyarakat dan kepada masyarakat
inilah para individu menyerahkan kekuasaannya. Selanjutnya,
masyarakat menyerahkan kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi
sesungguhnya raja mendapatkan kekuasaan dari individu-individu
tersebut.
Individu-individu tersebut mendapatkan kekuasaan dari
hukum alam. Hukum alam inilah yang menjadi dasar kekuasaan
raja. Dengan demikian kekuasaan raja dibatasi oleh hukum alam
dan karena raja mendapatkan kekuasaan dari rakyat maka yang
memegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Jadi, yang
berdaulat adalah rakyat, raja hanya merupakan pelaksana dari
apa yang telah diputuskan atau dikehendaki oleh rakyat. Hal ini
menimbulkan ide baru tentang kedaulatan, yaitu kedaulatan
rakyat yang dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Menurut pendapat Rousseau, rakyat bukanlah
penjumlahan dari individu-individu di dalam negara tetapi
kesatuan yang dibentuk oleh individu-individu dan yang

128
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

mempunyai kehendak. Kehendak diperoleh dari individu melalui


perjanjian masyarakat. Kehendak tersebut oleh Rousseau disebut
kehendak umum (volonte generale) yang dianggap mencerminkan
kehendak umum.
Jika yang dimaksud rakyat adalah penjumlahan individu-
individu dalam negara maka kehendak yang ada padanya bukan
kehendak umum (volonte generale) tetapi volonte de tous. Jika
pemerintahan negara dipegang oleh beberapa/segolongan orang
yang merupakan kesatuan tersendiri dalam negara dan
mempunyai kehendak sendiri (volonte de corps), maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte de corps.
Jika pemerintahan hanya dipegang oleh satu orang yang
mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte
particuliere. Oleh karena itu pemerintahan harus dipegang oleh
rakyat, rakyat mempunyai perwakilan dalam pemerintahan agar
volonte generale dapat terwujud.
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya
adalah cara untuk memecahkan masalah berdasarkan sistem
tertentu yang memenuhi kehendak umum. Kehendak umum
bersifat abstrak (hanya khayalan) dan kedaulatan adalah
kehendak umum.
Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang
mengatakan bahwa tujuan negara adalah untuk menegakkan
hukum dan menjamin kebebasan warga negaranya. Kebebasan
disini adalah kebebasan dalam batas perundang-undangan dan
yang berhak membuat undang-undang adalah rakyat. Oleh karena
itu undang-undang merupakan penjelmaan kemauan rakyat
sehingga yang memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat adalah
rakyat.

129
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

F. TEORI KEDAULATAN NEGARA


KONTEKS INDONESIA
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Amandemen ketiga menyatakan
bahwa:”Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut undang-undang dasar”. Berdasarkan pasal tersebut
jelaslah bahwa negara Republik Indonesia menganut teori
kedaulatan rakyat. Rakyatlah yang memegang kekuasaan
tertinggi. Di samping itu, karena negara Republik Indonesia
menganut demokrasi yang berdasarkan konstitusi (constitutional
democracy), maka kedaulatan harus dilaksanakan berdasarkan
konstitusi (menurut UUD).
Frasa ’menurut UUD’ menimbulkan tafsiran lebih lanjut
bahwa kedaulatan harus dijalankan berdasarkan pembagian
kekuasaan yang ada dalam konstitusi. Kedaulatan harus
dijalankan secara fungsional oleh lembaga-lembaga yang
disebutkan oleh konstitusi. Hal ini berarti bahwa masing-masing
lembaga menjalankan kedaulatan berdasarkan fungsinya masing-
masing. Dengan demikian kedaulatan tidak lagi berada pada satu
lembaga tetapi secara plural berada pada lembaga-lembaga yang
dibentuk UUD. Hal inilah yang menimbulkan teori kedaulatan
pluralis dimana kekuasaan tertinggi diletakkan menurut fungsi
kelembagaan masing-masing, mekanisme hubungan tata kerja
antar lembaga dapat berjalan dengan demokratis.
Sebagian pakar termasuk Ismail Sunny berpendapat bahwa
selain menganut kedaulatan rakyat, negara Republik Indonesia
menganut teori kedaulatan Tuhan dan kedaulatan Hukum
sekaligus.
Pernyataan bahwa negara Republik Indonesia menganut
teori kedaulatan Tuhan didasarkan pada Pembukaan UUD 1945

130
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

(”Atas berkat rahmat Allah). Selain itu, Pasal 29 UUD 1945


menyebutkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh sendi kehidupan
negara harus mengacu pada nilai-nilai Ketuhanan. Pilihan norma
dan keputusan politik tidak boleh menyimpang dari nilai
ketuhanan (ajaran agama) yang diakui oleh seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mendudukkan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan
pernyataan bahwa Indonesia menganut teori kedaulatan hukum
terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ketiga
yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum
(rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara
Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan,
kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum sekaligus. Dalam
operasionalisasi kedaulatan, negara Republik Indonesia menganut
teori kedaulatan pluralis karena masing-masing lembaga berdaulat
atas fungsinya yang telah diberikan oleh konstitusi. Dikatakan
pluralis karena tidak ada lagi lembaga tunggal yang memegang
kedaulatan.

131
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB X
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
(Die Rechtliche Stellung der Elemente des Staates)

A. PENDAHULUAN
Unsur-unsur negara adalah hal-hal yang menjadikan
negara itu ada, atau hal-hal yang diperlukan untuk terbentuknya
negara. Terdapat tiga sudut pandang erkaitan dengan unsur-
unsur negara, yaitu :
1. Unsur-unsur Negara Secara Klasik
a. Wilayah tertentu
Wilyah tertentu ialah batas wilayah dimana
kekuasaan negara itu berlaku. Kekuasaan suatu
negara tidak berlaku di luar batas wilayahnya karena
dapat menimbulkan sengketa internasional.
Pengecualian atas hal ini adalah daerah eksteritorial,
artinya kekuasaan negara dapat berlaku di luar
daerah kekuasaannya.
Misalnya :
1) Di kediaman kedutaan asing berlaku kekuasaan
negara asing. Oleh karena itu orang yang meminta
suaka politik ke kedutaan asing tidak dapat
diganggu gugat.
2) Kapal perang atau pesawat yang berbendera negara
asing merupakan wilayah eksteritorial.
Batas wilayah negara tidak terdapat dalam konstitusi
tetapi merupakan perjanjian (traktat) antara dua
negara atau lebih yang memiliki kepentingan dan
biasanya bertetangga.

132
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Wilayah mempunyai arti yang luas, meliputi udara,


darat. Ketiga hal tersebut ditentukan oleh perjanjian
internasional.
b. Rakyat
Rakyat adalah sekumpulan orang yang hidup di
suatu tempat. Istilah rumpun (ras), bangsa (natie) dan
suku, erat pengertiannya dengan rakyat.
Rumpun (ras) adalah kumpulan orang yang
mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama (warna
kulit, rambut, bentuk muka, bentuk badan dll).
Misalnya rumpun Melayu.
Bangsa (natie) adalah rakyat yang sudah memiliki
kesadaran untuk membentuk negara.
Suku yaitu orang yang memiliki kesamaan dalam
kebudayaan.
Rousseau membagi pengertian bangsa ke dalam dua
macam, yaitu :
1) Citoyen  golongan atau bangsa yang berstatus
aktif.
2) Suyet  bangsa yang tunduk pada kekuasaan di
atasnya atau bangsa yang bersifat pasif.
Jellineck mengemukakan 4 macam status bangsa,
yaitu :
1) Status Positif
Warga negara diberi hak untuk menuntut
tindakan positif dari negara mengenai
perlindungan atas jiwa, raga, milik, kemerdekaan
dll. Untuk itu negara membentuk badan-badan
pengadilan, kepolisian, kejaksaan dll yang akan
melaksanakan kepentingan warga negaranya serta

133
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

menindak pelanggaran-pelanggaran yang


berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas.
2) Status Negatif
Dengan adanya status negatif maka negara
menjamin bahwa hak asasi warga negaranya tidak
akan diintervensi oleh negara. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah tindakan sewenang-
wenang dari negara. Namun, dalam keadaan
tertentu, negara dapat melanggar hak asasi rakyat
jika tindakan tersebut dilakukan untuk
kepentingan umum. Misalnya dalam hal negara
mengambil tanah milik rakyat untuk pembuatan
jalan, namun sebagai imbalannya maka negara
harus memberikan ganti rugi kepada warga negara
ybs.
3) Status Aktif
Status aktif memberikan hak kepada setiap warga
negara untuk ikut serta dalam pemerintahan. Hak
ini diwujudkan dengan memberikan hak kepada
setiap warga negaranya untuk memilih dan dipilih
sebagai anggota DPR.
4) Status Pasif
Status pasif merupakan kewajiban bagi setiap
warga negaranya untuk mentaati dan tunduk
kepada perintah warga negaranya. Misalnya : jika
negara dalam keadaan perang maka semua warga
negara menurut syarat-syarat tertentu wajib
membela negara.
Berkaitan dengan kewarganegaraan, ada dua asas
yang dikenal, yaitu :

134
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

1) Ius Sanguinis
Ius sanguinis adalah suatu asas dimana seseorang
menjadi warga negara berdasarkan keturunan.
Jadi, seseorang menjadi warga negara Indonesia
karena ia dilahirkan dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia.
2) Ius Soli
Yaitu suatu asas dimana seseorang menjadi warga
negara berdasarkan tempat kelahiran. Jadi,
seseorang menjadi warga negara karena ia
dilahirkan di wilayah Indonesia.
Namun, ada juga negara yang memberlakukan asas
campuran, yaitu jika kedua asas tersebut
diberlakukan sekaligus. Hal ini seringkali
menimbulkan permasalahan yaitu seseorang dapat
memiliki lebih dari satu kewarganegaraan atau tidak
memiliki kewarganegaraan.
c. Pemerintahan yang berdaulat
Sebagai suatu organisasi, negara memiliki badan
pengurus atau badan pimpinan yang mengurus atau
memimpin negara yang disebut pemerintah,
sedangkan fungsinya disebut pemerintahan.
Pemerintah dapat diartikan secara luas dan sempit,
yaitu :
1) Pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan
dari badan pengurus negara dengan seluruh
organisasi, bagian-bagiannya dan pejabat-
pejabatnya yang menjalankan tugas negara dari
pusat sampai ke pelosok daerah.

135
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

2) Pemerintah dalam arti sempit adalah suatu badan


pimpinan yang terdiri dari seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai peranan pimpinan dan
menentukan dalam pelaksanaan tugas negara.
Dengan kata lain, pemerintah dalam arti sempit
adalah kepala negara dengan para menteri
(kabinet).
Sedangkan pemerintahan adalah fungi atau tugas dari
pemerintah baik dalam arti sempit atau luas.
Fungsi pemerintahan dalam arti luas meliputi tiga
bidang, yaitu :
1) Eksekutif  pelaksana pemerintahan menurut
undang-undang.
2) Legislatif  pembuatan undang-undang.
3) Yudikatif  peradilan menurut undang-undang.
Pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan ke luar
dan dan ke dalam. Pemerintahan yang berdaulat ke
dalam dibatasi oleh hukum positif sedangkan ke luar
dibatasi oleh hukum internasional.
2. Unsur-unsur Negara Secara Yuridis
Logemann mengemukakan unsur-unsur negara secara
yuridis, yaitu :
a. Wilayah hukum (gebiedsleer)  mneliputi
darat, laut, udara serta orang dan batas
wewenangnya.
b. Subjek hukum (persoonsleer) 
pemerintah yang berdaulat.
c. Hubungan hukum (de leer van de
rechtsbetrekking)  hubungan hukum antara
penguasa dan yang dikuasai termasuk hubungan

136
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

hukum ke luar dengan negara lainnya secara


internasional.
3. Unsur-unsur Negara Secara Sosiologis
Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang
melanjutkan ajaran Ratzel dalam bukunya Der Staat als
Lebensform. Menurutnya, unsur-unsur negara adalah :
a. Faktor sosial, meliputi :
1) Unsur masyarakat
2) Unsur ekonomis
3) Unsur kulturil
b. Faktor alam, meliputi :
1) Unsur wilayah
2) Unsur bangsa
Konvensi Montevideo 1933 disebutkan bahwa sebuah
negara baru dapat dikatakan eksis jika telah memenuhi 4 unsur,
yaitu :
1. Rakyat (people/population)
2. Wilayah (territory)
3. Pemerintahan (government)
Unsur rakyat yang sadar bernegara (nation, natie,
staatsvolk) merupakan syarat primer selain adanya
wilayah yang dikuasai dan diatur oleh pemerintahan
yang efektif.
Adanya effective diplay atas suatu wilayah dipersyaratkan
sebagai wujud dari sifat memiliki dan menguasai atas
wilayah tersebut. Indonesia tidak dapat menunjukkan
kekuasaan efektifnya atas pulau Sipadan dan Ligitan
sehingga pulau tersebut jatuh ke tangan Malaysia.
4. Pengakuan (recognition)

137
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

Unsur pengakuan merupakan unsur tambahan


(sekunder) yang cenderung merupakan aspek politis
dibandingkan aspek yuridis. Pengakuan internasional
dipersyaratkan untuk melihat apakah kapasitas
pemerintahannya sudah dapat berjalan efektif dan dapat
menjalin hubungan dengan negara lain.
Pengakuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pengakuan secara de facto (faktual)
Pengakuan de facto hanya melihat fakta-fakta politik
yang ada (sementara) dan belum merupakan
pengkuan yang sempurna atas negara tersebut.
b. Pengakuan secara de jure (yuridis)
Pengakuan de jure merupakan pengakuan yang
sempurna dan bersifat tetap (permanen).

B. Konteks di Indonesia
Bagi negara Republik Indonesia, keempat unsur tersebut
terbentuk secara bertahap melalui proses sejarah perjuangan
kemerdekaan yang panjang, sbb :
1. Rakyat
Unsur rakyat atau bangsa sudah mulai terbentuk sejak
bahasa Melayu menjadi lingua franca bagi penduduk di
wilayah nusantara.
Embrio kenegaraan sudah terbentuk sejak adanya
kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Demak, Samudra Pasai,
Banten, Mataram dll.
Kesadran sebagai suatu nation dikonkretkan dalam
momentum Sumpah Pemuda tahun 1928. Disinilah
mulai terbentuk Indonesia sebagai nation dan
selanjutnya memproklamirkan diri sebagai nation-state
Indonesia.

138
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

2. Wilayah
Secara fisik, wilayah negara Republik Indonesia
merupakan bekas wilayah jajahan kerajaan Belanda
yang disebut dalam administrasi Hindia Belanda.
Pemerintah Indonesia menjalankan administrasi
pemerintahan secara efektif kepada seluruh penduduk
dalam wilayahnya.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Pemeritah Indonesia melakukan hubungan internasional
yang sederajat dan menjadi anggota organisasi-organisasi
dalam lingkup regional atau internasional. Hal ini
menunjukkan adanya pemerintahan yang berdaulat
baik ke dalam maupun ke luar.
4. Pengakuan
Berdasarkan teori unsur-unsur negara maka Negara
Kesatuan Republik Indonesia sudah dapat disebut sebagai negara
berdaulat atau berkedudukan sebagai subjek hukum internasional
penuh.

139
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

BAB XI
TEORI FUNGSI NEGARA
A. PENDAHULUAN
Tugas suatu negara akan diuraikan dalam Teori Fungsi
Negara. Fungsi negara untuk pertama kali dilekatkan pada
kekuasaan yang melekat pada Raja atau Kaisar sebagai Kepala
Negara (Kerajaan), semua fungsi ada pada tangan satu orang.
Pada perkembangannya kemudian fungsi-fungsi ini berkembang.
Dan secara teori fungsi itu bisa dibedakan ke dalam: semua fungsi
seluruhnya berada pada satu tangan, dua fungsi pada badan yang
berbeda, ada juga tiga atau empat fungsi, dan seterusnya. Karena
itu dalam konteks keilmuan di Indonesia dikenal dengan sebutan:
Ekapraja, Dwipraja, Tripraja (Triaspolitica), Caturpraja, Dasapraja
dan Sadpraja.
Dalam Teori Fungsi Negara terdapat beberapa pandangan,
yaitu:

1. Fungsi Negara pada Abad ke-XVI di Perancis


Fungsi negara pertama kali dikenal pada abad XVI di
Perancis, yaitu :
a. Diplomacie  tugasnya adalah penghubung antar
negara, dulu penghubung antar raja.
b. Difencie  tugas yang dijalankan adalah masalah
keamanan dan pertahanan negara.
c. Financie  bertugas menyediakan keuangan negara.
d. Justicie  tugasnya adalah menjaga ketertiban
perselisihan antar warganegara dan urusan dalam
negara.

140
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

e. Policei  bertugas mengurus kepentingan negara


yang belum menjadi wewenang keempat fungsi
negara lainnya.

2. Fungsi Negara menurut John Locke


John Locke membagi fungsi negara menjadi 3, yaitu :
a. Fungsi legislatif  membuat peraturan.
b. Fungsi eksekutif  melaksanakan peraturan.
Menurut John Locke, fungsi mengadili termasuk tugas
eksektutif.
c. Fungsi federatif  mengurusi urusan luar negeri,
urusan perang dan damai.

3. Fungsi Negara menurut Montesquieu (Trias Politica)


Teori John Locke disempurnakan oleh Montesquieu
yang membagi fungsi negara menjadi 3 namun masing-
masing fungsi tersebut terpisah dan dilaksanakan oleh
lembaga yang terpisah pula.
Tiga fungsi negara tersebut adalah :
a. Fungsi legislatif  membuat undang-undang
b. Fungsi Eksekutif  melaksanakan undang-undang
c. Fungsi Yudikatif  mengawasi agar semua peraturan
ditaati.
Tujuan Montesquieu memperkenalkan Trias Politica
adalah untuk kebebasan berpolitik, melindungi hak
asasi manusia yang hanya dapat dicapai dengan
kekuasaan yudikatif yang berdiri sendiri.

4. Fungsi Negara menurut Van Vollen Hoven


Menurut Van Vollen Hoven, fungsi negara adalah :
a. Membuat peraturan (regeling)
b. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur)

141
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

c. Fungsi mengadili (rechtspraak)


d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie)
Ajaran dari Van Vollen Hoven dikenal dengan Catur
Praja.

5. Charles E. Merriam
Menurut Charles E. Merriam, fungsi negara meliputi
1) keamanan ekstern;
2) ketertiban intern;
3) keadilan;
4) kesejahteraan umum;
5) kebebasan.

6. Fungsi Negara menurut Goodnow


Menurut Goodnow, fungsi negara ada dua, yaitu :
a. Policy Making: kebijakan negara dalam menyusun
perencanaan kebijakan
b. Policy Eksekuting; kegiatan negara dalam rangka
menjalankan kebijakan.

B. FUNGSI NEGARA DALAM KONTEKS INDONESIA

Dalam konteks keindonesiaan, fungsi-fungsi dalam Negara


Kesatuan Republik Indonesia melekat atau berada pada lembaga-
lembaga Negara, yang diatur dalam Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Pascaamandemen UUD 1945, lembaga-
lembaga negara di Indonesia, meliputi:

1. Presiden dan Wakil Presiden, menjalankan fungsi


pemerintahan Negara berdasarkan UUD 1945, termasuk
juga mempunyai mempunyai kewenangan menyiapkan
rancangan undang-undang, menerbitkan Peraturan
Pemerintah pengganti Undang-undang (Perpu) dalam

142
Ilmu Negara: Teks dan Konteks

keadaan genting/memaksa. Dan kewenangan, fungsi-fungsi


lain.

2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjalankan fungsi


pembuatan undang-undang, fungsi penyusunan anggaran,
dan fungsi pengawasan jalannya pemerintahan.

3. Dewan Perwakilan Daerah, menjalankan fungsi pembuatan


undang-undang.

4. Majelis Permusyawaratan Rakyat menjalankan fungsi


pembuatan UUD 1945, perubahan UUD 1945, dan
pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden.

5. Mahkamah Agung menjalankan fungsi yudikatif.

6. Mahkamah Konstitusi menjalankan fungsi kekuasaan


kehakiman dan menjaga konstitusi Indonesia, dan

7. Komisi Yudisial.

143

Anda mungkin juga menyukai