Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI

( INVESTASI DAN INFLASI )

DISUSUN OLEH :

1. RAFI MAULANA ( 191010503197 )


2. RANI SURYANI ( 191010503216 )
3. REGITA CAHYANI ( 191010503183 )
4. RESDIANA ( 191010503245 )
5. ROBY DINUR ( 191010503172 )
6. RIZKY RIYADI ( 191010503209 )
7. SAMSUDIN ( 191010503238 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Hidayah-nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi. Selain itu, makalah
ini dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dari lanjut
mengenai Invesatasi dan Inflasi. Makalah ini disusun berdasarkan kepentingan -
kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan Investasi dan Inflasi.
Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami
tentang Inverstasi dan Inflasi sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan
ekonomi dalam kehidupan ekonomi manusia. Selain itu, setelah pembaca mampu
memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan pemahamannya tentang
Investasi dan inflasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pamulang, 05 Desember 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ....... ............................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 4
D. Manfaat Makalah ........................................................................... 4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Inflasi .............................................................................................. 5
B. Investasi .......................................................................................... 16
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 22
B. Saran ......................................................................................... 22
Daftar Pustaka .......................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat yang sudah sangat berkembang yang dibarengi


dengan kebutuhan yang sangat banyak membuat masyarakat harus cermat
menyimpan uang atau modalnya untuk kebutuhan dimasa mendatang yang tidak
terduga. Salah satu cara yaitu berinvestasi, Investasi adalah kegiatan memanfaatkan
modal saat sekarang untuk dikelolah dan mendapatkan keuntungan untuk hari esok.
Investasi sudah merambat kesemua lapisan masyarakat tidak terkecuali masyarakat
biasa yang tidak banyak paham investasi. Mereka terkadang tergiur dengan
Investasi yang ditawarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dengan
keuntungan yang besar tapi modal yang sedikit. Bahkan seseorang sering tidak
menyadari dirinya telah melakukan Investasi, misalnya dengan menabung,
membeli emas dan sebagainya.
Ada banyak jenis Investasi dan resiko setiap Investasi yang diambil, namun
terkadang kita tidak paham. Agar tidak terjerumus pada investasi yang salah, maka
perlu adanya pemahaman tentang investasi yang sesungguhnya yang
mengedepankan rasionalitas, namun tidak hanya itu kita juga harus tahu resiko dan
manfaat setiap invetasi
Inflasi merupakan masalah ekonomi yang sangat menyedot perhatian para
pengamat ekonomi. Seperti sebuah penyakit, inflasi timbul karena berbagai alasan.
Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan dan sebagian lagi timbul dari sisi
penawaran. Secara teoritis pengertian inflasi merujuk kepada perubahan tingkat
harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus akibat adanya
kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Untuk itu inflasi
harus dapat segera diatasi, karena inflasi yang buruk akan mengurangi investasi
diikuti dengan berkurangnya kegiatan ekonomi dan bertambahnya pengangguran
sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

1
Pada Agustus 1997, mata uang rupiah mulai bergerak di luar batas normal.
Rupiah tidak saja bergeliat negatif, tetapi lebih dari itu rupiah bergerak mundur,
kemudian September 1997, Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia)
bersujud di titik terendahnya. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus
menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk membayar utang.
Padahal beberapa bulan sebelumnya tepatnya Juni 1997, nilai tukar rupiah
terhadap dolar masih sangat baik hanya Rp 2.380 per dolar. Mendadak pada Januari
1998, dolar meningkat ke level Rp 11.000. Kemudian pada Juli 1998, rupiah terus
menurun hingga US$1 setara dengan Rp 14.150. Pada 31 Desember 1998, rupiah
menguat perlahan tapi hanya mampu meningkat hingga Rp 8.000 untuk US$1.
Pada Juni 1997, banyak yang berpendapat bahwa Indonesia masih jauh dari
krisis. Karena beberapa pandangan ketika itu menyatakan bahwa Indonesia berbeda
dengan Thailand. Indonesia memiliki inflasi yang rendah, surplus neraca
perdagangan lebih dari US$900 juta, cadangan devisa cukup besar, lebih dari
US$20 miliar, dan sektor perbankan masih baik-baik saja. Walaupun sebenarnya di
tahun-tahun sebelumnya, cukup banyak perusahaan Indonesia yang meminjam
dalam bentuk dolar. Karena sebelum 1997 memang tercatat bahwa rupiah menguat
atas dolar Amerika. Jadi, pinjaman dalam bentuk dolar dianggap jauh lebih murah.
Faktor yang mempercepat efek bola salju krisis moneter adalah rontoknya
kepercayaan pasar dan masyarakat, ditambah kondisi kesehatan Presiden Soeharto
saat memasuki tahun 1998 yang kian memburuk sehingga melahirnya
ketidakpastian terkait suksesi kepemimpinan nasional. Yang tak kalah penting
adalah sikap plin-plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan. Kondisi tersebut
berkelindan dengan besarnya utang luar negeri yang segera jatuh tempo, situasi
perdagangan Internasional yang kurang menguntungkan, dan bencana alam La
Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.
Tercatat, dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138
miliar dolar AS, sekitar 72,5 miliar dolar AS adalah utang swasta yang dua
pertiganya jangka pendek, di mana sekitar 20 miliar dolar AS akan jatuh tempo
pada 1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar
dolar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada
level Rp 4.850/dolar AS pada 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp

2
17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak
mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Risikonya rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan
dolar untuk membayar utang juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN
1998/1999 yang diumumkan 6 Januari 1998. RAPBN dinilai tak realistis krisis yang
menandakan kerapuhan Fundamental Ekonomi tersebut dengan cepat merambah ke
semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan
pasar modal juga rontok, bank-bank nasional mendadak terlilit kesulitan besar.
Peringkat Internasional bank-bank besar tersebut memburuk, tak terkecuali surat
utang pemerintah, peringkatnya ikut lengser ke level di bawah (junk) atau menjadi
sampah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Inflasi ?
2. Bagaimana penyebab timbulnya inflasi ?
3. Apa efek infasi ?
4. Bagaimana cara mengukur inflasi ?
5. Apa dampak inflasi ?
6. Apakah pengertian Investasi ?
7. Apa saja faktor –faktor yang mempengaruhi tingkat investasi ?
8. Apa saja keunggulan dan kekurangan investasi ?
9. Apa resiko dalam investasi ?

3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Inflasi
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya inflasi
3. Untuk mengetahui efek inflasi
4. Untuk mengetahui cara mengukur inflasi
5. Untuk mengetahui dampak inflasi
6. Untuk mengetahui pengertian investasi
7. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengarui tingkat investasi
8. Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan investasi
9. Untuk mengetahui resiko dalam investas

D. Manfaat Makalah
1. Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.
2. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori
yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima kedalam penelitian
yang sebenarnya.
3. dapat digunakan untuk menggambarkan sistem penilaian pelayanan yang
berjalan saat ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. INFLASI

1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum yang berlaku dalam suatu
perekonomian dari satu periode keperiode lainnya. Inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebapkan oleh berbagai faktor antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang.
Laju inflasi merupakan gabungan harga-harga. Harga yang melambung tinggi
tergambar dalam inflasi yang tinggi. Sementara itu, harga yang relatif stabil
tergambar dalam angka inflasi yang rendah. Kenaikan harga ini diukur
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi antara lain:
a. Indeks biaya hidup (consumer price indeks)
Indeks biaya hidup mengukur biayaa atau pengeluaran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk
keperluan hidup. Banyaknya barang dan jasa yang tercakup dapat
bermacam-macam, di Indonesia dikenal dengan indeks 9 bahan pokok, 62
barang serta 162 macam barang. Karena masing-masing barang dan jasa
tersebut bagi masing-masing seseorang tidak sama, maka dalam
perhitungan angka indeksnya diberi angka tertentu. Angka pertimbangan
biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang
tertentu terhadap pengeluatan keseluruhan. Besarnya prosentase ini dapat
diubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata
terdapat perubahan. Misalnya dengan adanya listrik masuk desa, maka
prosentase pengeluaran untuk minyak tanah terhadap pengeluaran total

5
menjadi kecil. Dengan perubahan angka penimbang ini maka indeks
harganyapun akan berubah.

b. Indeks harga perdagangan besar (wholessale price indeks)


Indeks perdagangan besar menitik beratkan pada sejumlah barang
pada tingkat besar. Ini berati harga bahan mentah, bahan baku atau setengah
jadi masuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks
harga ini sejalan atau searah dengan indeks biaya hidup.

c. GNP Deflator
GNP Deflator adalah jenis indeks yang lain, berbeda dengan dua
indeks diatas dalam cangkupan barangnya. GNP Deflator mencangkup
jumlah barang dan jasa yang masuk dalam penghitungan GNP, jadi lebih
banyak jumlanya bila dibanding dengan dua indeks diatas. GNP deflator
diperoleh dengan membagi GNP normal (atas dasar harga berlaku) dengan
GNP Rill (diatas harga konstan).

2. Penyebab Timbulnya Inflasi


Hal-hal yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:
a. Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation)
Inflasi Tekanan Permintaan (Demand-Pull Inflation) timbul karena
adanya permintaan total yang kuat pada masyarakat. Peningkatan
permintaan ini tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran. Sehingga
menyebabkan harga barang-barang menjadi naik yang berkelanjutan, dan
terjadilah inflasi.
b. Inflasi dorongan biaya atau (Cost-Push Inflation)
Inflasi dorongan biaya atau (Cost-Push Inflation) terjadi karena
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terjadi karena adanya
kenaikan harga bahan baku, kenaikan UMR, kenaikan harga BBM. Biaya
produksi yang naik ini akan menyebabkan penawaran agregat menjadi
berkurang. Walaupun tidak terjadi kenaikan permintaan, karena
penawarannya turun maka harga barang-barang akan naik.

6
c. Kekacauan ekonomi dan politik.
Inflasi bisa disebabkan karena adanya kekacauan ekonomi dan
politik suatu Negara. Misalnya ketika suatu Negara sedang mengalami
peperangan, maka harga barang-barang di negara tersebut akan mengalami
kenaikan. Kenaikan harga barang-barang yang sangat tinggi ini pernah
terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Pada saat itu terjadi kekacauan politik
dan ekonomi, sehingga menyebabkan di Indonesia mengalami inflasi
mencapai 70%. Padahal inflasi yang normal berkisar 3% - 4%.
d. Bertambahnya uang yang beredar.
Ketika jumlah uang yang beredar bertambah tanpa diikuti dengan
kenaikan jumlah barang-barang, maka harga barang-barang akan naik. Uang
yang beredar di masyarakat jumlahnya bisa bertambah, jika pemerintah
mencetak uang baru untuk menutupi kekurangan anggaran belanjanya.
e. Campuran (Mixed inflation)
Inflasi ini disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran. Pada saat jumlah permintaan terhadap barang
dan jasa bertambah, sementara persediaan faktor produksi dan barangbarang
jumlahnya turun, ditambah lagi barang substitusi jumlahnya terbatas atau
bahkan tidak ada. Hal ini akanmenyebabkan harga barang-barang dan jasa
menjadi naik, dan menyebabkan inflasi.

3. Efek Inflasi

Kenaikan harga yang tinggi dan terus-menerus dapat menimbulkan beberapa


efek dalam kegiatan ekonomi, antara lain:

a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)


Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Inflasi akan
menurun pendapatan orang-orang yang berpendapatan tetap, mengurangi
nilai kekayaan yang berbentuk uang dan memperburuk pembagian
kekayaan. Contoh lain yang dirugikan dengan adanya inflasi adalah orang
atau pihak yang memberikan pinjaman uang dengan bunga lebih rendah
daripada laju inflasi.

7
Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan
adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan
dengan potensi yang lebih besar laju inflasi, atau mereka yang mempunyai
kekayaan buukan uang dimana nilainya naik dengan prosentase lebih besar
dari laju inflasi. Adanya srikat buruh yang kuat kadang kala berhasil dalam
menuntut kenaikan upah dengan prosentase lebih besar dari laju inflasi.

b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)


Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi.
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akanberbagai
macam barang yang kemudian mendorong terjadinya perubahan dalam
produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan
barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebapkan kenaikan produksi. Alasnya
dalam keadaan inflasi biaya kenaikan harga barang mendahului kenaikan
upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi
(hyper inflation) dapat mempunyai efek sebaliknya, yakni penurunan otput.
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang Rill turun dengan
drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang cas, transaksi lebeih
mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung
antara inflasi dan otput. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi
bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

4. Cara Mengukur Inflasi


Untuk mengukur inflasi ada beberapa indikator ekonomi makro yang sering
digunakan, yaitu sebagai berikut :

a. Indeks Harga Konsumen (IHK)


Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. Nilai IHK memperlihatkan

8
tingkat harga dari barang-barang dan jasa utama yang dibeli konsumen pada
periode tertentu. Barang-barang dan jasa tersebut sudah diberi bobot
berdasarkan tingkat keutamaannya. Perubahan nilai yang terjadi pada IHK
dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat
penurunan (deflasi) dari barang dan jasa.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dari suatu komoditas ialah
harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan
pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama
atas suatu komoditas (Bank Indonesia). Salah satu contoh berdasarkan
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), pada bulan November 2018 untuk
barang umum non migas mengalami kenaikan 0,08% dibandingkan bulan
sebelumnya. Sedangkan untuk sektor Pertambangan dan Penggalian
mengalami kenaikan IHPB tertinggi yaitu sebesar 1,99%.
c. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks Harga Produsen (IHP) merupakan indeks yang digunakan
untuk mengukur perubahan rata-rata harga yang diterima produsen
domestik untuk barang yang mereka hasilkan.

Tabel 2.1 Indeks Harga Produsen Indonesia Triwulanan Menurut Subsektor

Indeks Harga Produsen


Subsektor Harga Produsen 2017
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Indeks Harga Produsen
Subsektor Harga Produsen 2017
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
1. PERTANIAN 135.92 134.94 135.99 138.7
1.1 Tanaman Bahan
141.02 138.94 140.73 145.39
Makanan
1.2 Perkebunan 130.3 127.9 126.29 129.59
1.3 Peternakan 131.6 132.08 133.61 133.61
1.4 Perikanan 131.41 132.76 134.35 135.04
1.5 Kehutanan 144.82 145.62 146.75 146.42
2. PERTAMBANGAN DAN
98.7 95.72 97.31 104.01
PENGGALIAN
2.1 Pertambangan 92.38 89.37 91.25 99.16

9
2.2 Penggalian 132.43 129.62 129.73 129.92
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 140.34 140.58 141.3 142.35
3.1. Industri Pengolahan dan
Pengawetan daging, ikan,
157.74 157.92 159.4 160.19
buah-buahan, sayuran,
minyak dan lemak
3.2. Industri Susu dan
117.93 118.41 118.66 118.82
makanan dari susu
3.3. Industri penggilingan padi,
tepung dan pakan 150.43 149.28 150.3 155.25
ternak
3.4. Industri makanan lainnya 136.94 138.16 138.93 139.56
3.5. Industri minuman dan
147.03 149.16 150.1 150.93
rokok
3.6. Industri pemintalan dan
136.85 138.3 138.74 139.69
pertenunan tekstil
3.7. Industri pakaian jadi dan
153.92 154.84 155.44 156.22
alas kaki
3.8. Industri kayu gergajian
159.94 160.38 160.68 161.22
dan olahan
3.9. Industri kertas, barang
137.13 139.86 141.9 142.76
dari kertas dan cetakan
3.10.Industri pupuk 124.59 124.73 121.01 119.39
3.11. Industri kimia dasar,
bahan kimia dan barang dari 142.74 143.85 144.9 145.2
bahan kimia
3.12. Pengilangan minyak
126.11 126.72 127.37 128.13
bumi dan gas
Indeks Harga Produsen
Subsektor Harga Produsen 2017
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
3.13. Industri karet, plastik
124.67 121.92 120.37 121.59
dan hasil-hasilnya
3.14. Industri barang mineral
144.69 144.16 144.68 145.04
bukan logam
3.15. Industri logam dasar 113.1 113.75 115.63 117.4
3.16. Industri barang -barang
122.44 123.77 124.76 126.06
dari logam

10
3.17. Industri mesin, listrik,
elektronik dan 141.03 140.13 141.33 141.35
perlengkapannya
3.18. Industri alat angkutan 133.24 133.44 133.34 133.5
3.19. Industri perabot rumah
149.77 150.94 151.97 152.16
tangga dan barang lainnya
4. PENGADAAN LISTRIK
132.3 132.8 132.39 132.59
DAN GAS
4.1 Ketenagalistrikan 127.15 127.74 127.29 127.51
4.2 Pengadaan Gas 191.96 191.49 191.49 191.49
5. PENGELOLAAN AIR 119.51 119.55 119.8 119.88
6. ANGKUTAN
210.12 214.34 213.15 213.45
PENUMPANG
6.1 Angkutan Kereta Api
186.28 193.76 184.33 185.05
Penumpang
6.2 Angkutan Darat
152.29 152.79 151.99 152.03
Penumpang
6.3 Angkutan Laut
109.71 110.02 108.73 108.73
Penumpang
6.4 Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan 156.93 160.97 160.39 160.42
Penumpang
6.5 Angkutan Udara
295.33 304.36 303 303.66
Penumpang
7. PENYEDIAAN AKOMODASI
126.04 126.21 126.54 126.68
DAN MAKANAN/MINUMAN
7.1. Penyediaan Akomodasi 141.25 141.25 141.57 141.83
7.2. Penyediaan Makanan
123.81 124 124.33 124.46
dan Minuman
INDEKS UMUM (1+2+3) 133.86 133.41 134.32 136.46
Sumber: Badan Pusat Statistik

d. Indeks Harga Aset


Indeks Harga Aset mengukur pergerakan harga aset yang dapat
dijadikan indikator adanya tekanan terhadap harga secara keseluruhan. Aset
yang digunakan dalam pengukuran adalah properti dan saham.

11
e. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB).
Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) memperlihatkan jumlah
perubahan harga dari semua barang baru, barang jadi, barang produksi lokal,
dan jasa. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) diperoleh dengan
membagi PDB atas dasar harga konstan dengan PDB atas dasar harga
nominal.

5. Dampak-Dampak Inflasi

Adanya inflasi akan memberikan dampak pada perekonomian suatu Negara.


Dampak yang ditimbulkan bisa positif dan bisa negatif tergantung dari tingkat
inflasi tersebut.

a. Dampak Positif
Tingkat inflasi sampai pada angka tertentu diperlukan untuk
mendorong pertumbuhan penawaran agregat. Para ekonom sepakat,
tingkat inflasi yang aman adalah 5% setahun. Dengan adanya inflasi
(terjadi kenaikan harga barang-barang) akan memacu produsen untuk
meningkatkan output-nya. Hal ini akan mendorong perekonomian kearah
yang lebih baik, yaitu dapat meningkatkan orang gemar menabung,
membuat bekerja lebih giat, berinvestasi dan meningkatkan pendapatan
nasional.
b. Dampak Negatif
Jika terjadi inflasi yang tinggi (>10% per tahun), maka akan
menimbulkan dampak negatif, yaitu antara lain :

1) Menurunnya tingkat kesejahteraan

Dengan adanya inflasi, menyebabkan daya beli masyarakat


menjadi rendah, khususnya bagi orang yang berpendapatan kecil dan
tetap. Tingkat daya beli masyarakat, sebanding dengan tingkat
kesejahteraan masyarkat. Sehingga semakin kecil daya beli
masyarakat, menurunkan tingkat kesejahteraan. Misalnya,
Seseorang mempunyai pendapatan tetap 5 juta bisa memenuhi
kebutuhan keluarganya selama satu bulan. Namun karena harga

12
barang-barang secara umum naik, dan pendapatan orang tersebut
tetap, maka dengan pendapatan 5 juta tersebut, ia tidak bisa lagi
memenuhi kebutuhan keluarganya seperti biasa. Agar pendapatnya
bisa cukup memenuhi kebutuhan sebulan, maka orang tersebut harus
mengurangi pengeluaran. Sehingga tingkat kesejahteraannya
menjadi menurun.

2) Memburuknya distribusi pendapatan.

Inflasi bisa diatasi dengan kenaikan pendapatan. Misalnya


jika inflasi setahun adalah 18%, maka kenaikan pendapatan selama
setahun sebaiknya lebih dari 18 %. Namun tidak semua orang dapat
menaikkan pendapatannya sebanyak 18% selama setahun. Sehingga
akan terjadi kesenjangan pendapatan antara orang yang bisa
beradaptasi dengan inflasi dengan orang yang tidak bisa beradaptasi
dengan inflasi. Bagi orang yang bisa beradaptasi, ia bisa menaikkan
pendapatannya di atas inflasi. Sedangkan yang tidak bisa
beradaptasi, pendapatannya masih tetap sama. Dampaknya distribusi
pendapatan atau kesenjangan pendapatan masyarakat menjadi
semakin buruk.

3) Terganggunya stabilitas ekonomi.

Adanya inflasi yang tinggi, menyebabkan orang


berekspektasi bahwa kedepannya tingkat inflasi akan semakin
tinggi. Hal ini menyebabkan konsumen akan membeli barang
sebanyak-banyaknya untuk penghematan. Sedangkan produsen
akan menahan barang dagangannya, karena ingin menjual pada
saat inflasi semakin tinggi. Sehingga permintaan konsumen tidak
terpenuhi, yang menyebabkan laju inflasi menjadi semakin tinggi.
Tentu saja kondisi ekonomi menjadi semakin buruk.

Inflasi yang tinggi menyebabkan orang enggan untuk


menabung. Karena keuntungan atau bunga yang didapatkan dari
menabung akan lebih kecil dari tingkat inflasi. Jika orang enggan
menabung, produsen kesulitan mendapatkan modal pinjaman.

13
Dampaknya perusahaan-perusahaan bisa bangkrut, defisit neraca
pembayaran, ketidakstabilan ekonomi, kegagalan pelaksanaan
pembangunan dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahteraan masyarakat.

6. Cara Mencegah Inflasi

Pengendalian inflasi secara umum oleh pemirintah terbagi melalui


kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter. Untuk mengatasi
inflasi pemerintah melakukan beberapa kebijakan sebagai berikut:

a. Kebijakan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai memalui pengaturan jumlah
uang yang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demond deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, yang pertama
apabilaa seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima
kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua
sifatnya lebih inflatoir daripada cara pertama, sebab cara pertama hanya
pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
Bank sentral dapat mengukur uang giral melalui penetapan
cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah jumlah uang menjadi lebih kecil. Di samping
cara ini, bank sentral dapat menggunakan apa yang disebut dengan tingkat
diskonto (diskonto rate). Diskonto rate adalah tingkat diskonto untuk
pinjaman yang diberikan kepada bank sentral untuk bank umum. Pinjaman
ini biasanya berujud tambahnya cadangan bank umum yang ada pada bank
sentral. Dinkonto rate ini bagi bank umum merupakan biaya untuk pinjaman
yang diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikkan (oleh
bank sentral) maka gairah bank umum untuk meminjam makin kecil
sehingga cadangan yang ada pada bank sentral makin kecil. Akibatnya,
kemampuan bank umum memberikan pinjaman pada masyarakat makin
kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

14
b. Kebijan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi
permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi
dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiska
yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak
akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijakan yang Berkaitan Dengan Output
Kenaikan otutput dapat menperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai mislanya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah
barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
d. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Kebijakan ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta
mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan
demikian gaji atau upah secara Rill tetap). Kalau indeks harga naik, maka
gaji atau upah juga dinaikkan.

7. Peran Bank Sentral


Salah satu tugas Bank sentral yang dalam hal ini adalah bank Indonesia
adalah memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi pada tingkat
yang wajar. Bank Sentral dalam melakukan pengendalian inflasi, umumnya
dengan mengatur tingkat suku bunga, mengatur jumlah uang yang beredar,
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
mempunyai kewajiban untuk mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini karena nilai mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh
tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).

15
B. INVESTASI

1. Pengertian Investasi
Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi diartikan
sebagai penanaman uang atau disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memproleh keuntungan. Pada dasarnya Investasi adalah membeli suatu asset yang
diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi.
Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi saat ini untuk
konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan dimasa datang merupakan
kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan suatu investasi yang
dilakukan.
Menurut Sunariyah, dalam Investasi adalah penanaman modal untuk satu
atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Bahwa saat ini banyak
negara-negara yang melakukan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi baik domestik atau pun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu Negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa
atau bahkan penambahan devisa.

2. Investasi Langsung dan Investasi Tidak Langsung


Investasi atau penanaman modal mempunyai dua pengertian yaitu investasi
langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment).
Dan penulisnya memisahkan investasi langsung (direct investment) dan investasi
tidak langsung (indirect investment) menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah
mengenai investasi langsung, kemudian untuk investasi tidak langsung diuraikan
dalam bagian kedua.

a. Investasi Langsung (Direct Investment)


Dalam konteks ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya
mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal secara
langsung ini dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan (joint

16
venture company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerjasama operasi
(joint operation) tanpa membentuk perusahaan baru, dengan
mengkonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam
perusahaan lokal, dengan memberikan bantuan teknis dan manajerial
(technical and management assistance), dengan memberikan lisensi dll.
b. Investasi Tidak Langsung (Indirect Invesment)
Yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung ini
mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman
modal tersebut disebut penanaman modal jangka pendek karena pada
umumnya mereka melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam
jangka waktu yang relatif singkat tergantung fluktuasi nilai saham dan/atau
mata uang yang hendak mereka perjual-belikan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi, antara lain sebagai berikut :
a. Keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan.
Suatu investasi, pasti mengharapkan tingkat pengembalian yang
tinggi. Tingkat pengembalian atau keuntungan ini sangat dipengaruhi oleh
bagaimana keadaan di dalam perusahaan (internal) dan di luar perusahaan
(eksternal) tersebut.

1) Kondisi Internal Perusahaan


Kondisi internal perusahaan sangat mempengaruhi tingkat
pengembalian yang diharapkan suatu investasi. Kondisi internal
perusahaan ini meliputi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
teknologi yang digunakan dan tingkat efisiensi dari perusahaan
tersebut. Aspek-aspek tersebut mempunyai hubungan searah dengan
tingkat pengembalian yang diharapkan. Hal ini berarti, semakin tinggi
tingkat kualitas SDM, teknologi dan efisiensi perusahaan, maka tingkat
pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi juga akansemakin
tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas SDM, teknologi rendah dan
perusahaan kurang efisien, maka tingkat keuntungan yang akan
diperoleh nanti juga akan rendah.

17
2) Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi luar perusahaan yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan tingkat pengembalian atau keuntungan, antara lain
kebijakan yang ditempuh pemerintah, faktor sosial politik dan faktor
keamanan, pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional.
Misalnya, jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang medukung
investasi, maka diharapan tingkat pengembalian investasi tersebut akan
tinggi. Contoh yang lainnya lagi, jika perusahaan barada di Negara yang
sedang mengalami masalah keamanan seperti peperangan, maka
biasanya tingkat keuntungan dari perusahaan tersebut akan kecil.

b. Biaya investasi
Ketika akan melakukan investasi, individu atau perusahaan akan
mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan pada saat awal kegiatan
investasi dan biasanya dalam jumlah yang besar disebut dengan biaya
investasi. Dalam suatu investasi, selain biaya investasi ada juga biaya
operasional. Biaya operasional merupakan biaya yang harus dikeluarkan
rutin setiap tahun selama umur investasi.
Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap atau (fixed cost) merupakan biaya yang jumlahnya tetap yang harus
dikeluarkan pada kegiatan produksi. Contoh dari biaya tetap adalah biaya
untuk gaji, untuk membayar sewa gedung dll. Sedangkan biaya variabel
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang jumlahnya berubah,
tergantung dari jumlah barang yang akan diproduksi. Contoh dari biaya
variabel adalah biaya untuk pembelian bahan baku. Ketika perusahaan
memproduksi 100 barang dengan 500 barang, maka biaya bahan baku yang
akan dikeluarkan untuk produksi tidak akan sama.

c. Marginal Efficiency of Capital (MEC), tingkat bunga dan Marginal


Efficiency of investment (MEI)
1) Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan tingkat bunga

18
Marginal Efficiency of Capital (MEC) menyatakan besarnya
keuntungan yang akan diperoleh dengan ditanamnya modal.Sedangkan
suku bunga adalah imbalan yang harus dibayarkan karena telah
menggunakan sejumlah uang (biasanya dalam bentuk persen). Marginal
Efficiency of Capital (MEC) dan tingkat bunga merupakan hal yang
saling berpengaruh dalam menentukan tingkat investasi.

Hubungan antara Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan


tingkat bunga dapat digunakan oleh investor untuk membantu dalam
mengambil keputusan :

a) Jika tingkat bunga lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan


(MEC) maka investasi dilaksanakan.

b) Jika tingkat bunga lebih besar dari keuntungan yang diharapkan


(MEC) maka investasi tidak dilaksanakan.

c) Jika tingkat bunga sama dengan keuntungan yang diharapkan


(MEC) maka investasi bisa dilaksanakan dan bisa juga tidak.

2) Marginal Efficiency of Capital dan Marginal Efficiency of Investment


Marginal Efficiency of Capital (MEC) adalah suatu kurva yang
menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap
tambahan barang modal. Sedangkan Marginal Efficiency of Invesment
(MEI) adalah suatu kurva yang menunjukkan hubungan di antara tingkat
pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan. MEC
dan MEI akan sama pada tingkat bunga tertentu.

4. Keunggulan dan Kekurangan Investasi


a. Produk perbankan tabungan
Digunakan untuk menyimpan dana nasabah dan dapat memberikan banyak
kemudahan, antara lain :
Keuntungan :
 Likuiditas yang tinggi dapat diambil kapan saja seperti, counter, bank dan
ATM.

19
 Kemudahan bertransaksi, Pengiriman uang, pembayaran(telepon, kartu
kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain.
Kekurangan :
 Suku bunga yang diberikan sangat rendah dibawah tingkat inflasi.
 Bunga kena pajak 20% untuk yang diatas Rp 7.5 jt

b. Rekening Koran
Dipergunakan secara luas oleh perusahaan dan perorangan untuk melakukan
transaksi keuangan.
Keuntungan :
 Likuiditas tinggi dapat diambil kapan saja seperti, konter, bank pencairan
cek.
 Kemudahan dalam bertransaksi pembayaran kepihak lain tanpa
menggunakan uang tunai dan tanpa harus datang ke bank.
Kekurangan :
 Tidak ada bunga, hanya terdapat jasa giro yang sangat rendah
 Bunga kena pajak 20%

c. Deposito berjangka
Dipergunakan untuk menabung atau menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu.
Keuntungan :
 Suku bunga yang lebih tinggi, sekitar 6 %
 Likuiditas tinggi dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu
tertentu.
 Dapat dijaminkan untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama.
Kekurangan :
 Terkena Penalti bila diambil sebelum jatuh tempo
 Bunga kena pajak 20% diatas Rp 7,5 juta

20
5. Resiko Dalam Investasi
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu resiko dalam
return. Resiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang
diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar ritern yang diharapkan
semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam
melakukan investasi khususnya pada sukuritas saham, return yang diperoleh berasal
dari dua sumber, yaitu deviden dan capital gain, sedangkan resiko investasi saham
tercermin pada variabilitas pendapatan return saham yang diperoleh.
Jorion, menyatakan resiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak di
ekspektasi, secara general, nilai dari asset atau kewajiban dari bunga. Gup,
mengemukakan bahwa resiko adalahpenyimpan dari return yang diharapkan
(Expected return) sedangkan menurut jones resiko adalah kemungkinan pendapatan
yang diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda dengan
pendapatan yang diharapkan (expected return). Brigham dan Gapenski,
berpendapat bahwa resiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima
lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan :
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum secara
terus – menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat terjadi
karena tekanan permintaan, dorongan biaya, kekacauan ekonomi dan politik, dan
bertambahnya uang yang beredar, dan inflasi ini dapat di ukur dengan cara Indeks
Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), Indeks Harga
Produsen (IHP), dan Deflator Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan adanya
inflasi memberikan dampak positif dan negatif pada perekonomian suatu negara.
Investasi adalah suatu membeli aset yang diharapkan dimasa yang akan
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Faktor – faktor yang
mempengaruhi Investasi antara lain keuntungan atau tinggkat pengembalian, biaya
investasi, marginal efficiency of capital (MEC) tingkat bunga dan marginal
efficiency of invesment (MEI). Keuntungan dan keunggulan dari investasi antara
lain adanya Produk Perbankan Tabungan, Rekening Koran, dan Deposito
Berjangka. Dalam berinvestasi dapat menimbulkan resiko yang dapat mempunyai
hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi,
sehingga semakin besar ritern yang diharapkan semakin besar pula resiko yang
harus ditanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan investasi khususnya
pada sukuritas saham, return yang diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu deviden
dan capital gain, sedangkan resiko investasi saham tercermin pada variabilitas
pendapatan return saham yang diperoleh.

B. Saran :
Dalam melakukan investasi kita harus bisa membaca banyak referensi serta
mencari informasi yang terbaru yang berkaitan dengan kegiatan investasi tersebut.
Upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi inflasi menggunakan kebijakan
moneter (Politik Diskonto, Politik Pasar terbuka, Politik Persediaan Kas,
Pengawasan Kredit secara selektif ) dan kebijakan fiscal ( Pengaturan Pengeluaran
Pemerintah, Kenaikan Pajak ).

22
DAFTAR PUSTAKA

David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana


Prenada Media Group, 2013. hal 16-17.
Rahardja, P., dan Manurung, M., 2016, Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit FE UI.
Sukirno, S., 2016,Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
T. Gilarso SJ, 2003, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Penerbit Kanisius –
Yogyakarta.
Nurhayati, I.,2016, Pengantar Ekonomi Mikro, Khalifah Mediatama, Depok Jawa
Barat.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Cetakan Ke-22,
(Bandung: Alfabeta, 2015),

23

Anda mungkin juga menyukai