Disusun oleh:
Frastio Saputra
1102012094
Pembimbing:
AKBP dr. Karjana Sp. KJ
I. IDENTITAS PASIEN
1
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesis : 3 Februari 2020 di Ruang Dahlia
Alloanamnesis : Dilakukan kepada perawat di Ruang Dahlia
A. Keluhan Utama
Pasien mendengar suara-suara hewan.
B. Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh tidak bisa makan.
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien Ny. IMP 23 tahun, dibawa ke RS Bhayangkara Tk. I R. Said
Sukanto oleh ibunya pada tanggal 12 Januari 2020 karena mengeluh
mendengar suara suara hewan. Ketika di berikan pertanyaan pasien menjawab
dan diikuti dengan cekikikan (giggling), senyum sendiri dan tertawa
menyeringai.
Pasien sehari-hari tinggal bersama keluarga besar suaminya di Surabaya,
tetapi apabila penyakit pasien kambuh pasien di pulangkan ke rumah orang
tuanya. Pasien tidak bekerja, kegiatan sehari hari pasien dirumah adalah
makan, tidur dan menonton televisi.
Pasien pernah tidak sadarkan diri selama lima jam ketika pertama masuk
RS POLRI tetapi tidak ada riwayat kejang. Pasien juga tidak pernah merokok,
mengkonsumsi alkohol ataupun zat psikoaktif lainnya. Selama pasien dirawat
di RS POLRI dari tanggal 12 Januari 2020 pasien pernah mendengar suara-
suara hewan pada malam hari dan membuat pasien sulit tidur. Setelah itu
pasien tidak menunjukkan gejala afektif yang berarti.
D. Riwayat Gangguan Dahulu
1. Gangguan Psikiatrik
2
rawat pada tahun 2017 karena gelisah, sedih terus menerus dan
berprilaku seperti anak kecil suka bermain air liur, ketika ditanya
mengapa memainkan air liur pasien menjawab bahwa ada suara yang
mengatakan ia harus meludahi orang orang sekitarnya. Pasien juga
BAK dan BAB sembarangan walaupun sudah di bertahu untuk tidak
BAK dan BAB sembarangan.
Perjalanan Penyakit
Keterangan:
0 : Baseline. Sudah tidak terdapat gejala yang dikeluhkan pasien
1 : Terdapat gejala minimal
2 : Muncul gejala sedang yang cukup mengganggu kehidupan
pribadi pasien
3 : Muncul gejala berat yang mengganggu kehidupan pasien
2. Gangguan Medik
3
Berdasarkan Alloanamnesi dari perawat di Ruang Dahlia Pasien pernah
tidak sadarkan diri selama lima jam ketika pertama kali di bawa ke RS
POLRI, tetapi tidak menimbulkan gejala yang bermakna. Pasien tidak
memiliki riwayat kejang, trauma, dan tumor.
3. Gangguan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak memiliki riwayat merokok, meminum alkohol, ataupun zat
psikoaktif lainnya.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Perkembangan Kepribadian
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien lahir di Jakarta, 08 Maret 1996. Pasien lahir dengan
persalinan normal. Keadaan pasien dan ibu pasien baik.
b. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh orang tuanya. Selama masa ini, proses
perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan anak sebaya. Pasien tidak
pernah mengidap penyakit berat, demam tinggi, kejang ataupun trauma
kapala.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Masa ini dilalui dengan baik, tumbuh kembang baik dan normal
seperti anak seusianya. Pasien sering main dan menonton televisi di rumah
temannya, dan harus di telfon ibunya untuk menyuruhnya pulang.
d. Masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)
Pasien tumbuh dalam lingkungan yang sederhana. Pasien sering
bermain dengan teman-teman sebayanya, pasien berteman dengan laki-laki
dan perempuan. Pasien setelah lulus SMP melanjutkan ke SMA
Malahayati.
e. Masa dewasa (>18 tahun)
Pasien masih dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Pasien dulu
tinggal bersama orang tua dan dua orang kakaknya. Lebaran tahun 2017
pasien pindah ke Surabaya untuk menikah dengan suaminya di sana, dan
4
tinggal dengan keluarga besar suaminya. Pasien telah menikah selama dua
tahun tetapi belum memiliki anak.
f. Riwayat Pendidikan
a. SD : tuntas
b. SMP : tuntas
c. SMA : tuntas
g. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja di rumah makan dekat kantor PLN di Ciracas
sebagai pencuci piring. Sekarang pasien tidak berkerja, kegiatan sehari-
hari pasien makan, tidur dan menonton tv.
h. Kehidupan Beragama
Pasien percaya dengan adanya Tuhan, pasien meyakini agama Islam,
pasien mengerti tentang ajaran Islam. Tetapi pasien jarang beribadah.
i. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien menikah tahun 2017 ketika berusia 21 tahun. Pasien menikah di
Surabaya, ikut dengan keluarga besar suami dan pasien belum memiliki
anak.
j. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan
tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.
F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Bapak pasien telah
meninggal dunia, tetapi pasien tidak mengingat tahun berapa bapaknya
meninggal dunia . Pasien mempunyai dua orang kakak. Kakak pertama pasien
berumur 30 tahun sudah menikah dan mempunyai satu orang anak berumur 5
tahun. Kakak kedua pasien berumur 27 tahun dan belum menikah. Pasien
tinggal Bersama ibu dan kakaknya di Ciracas. Kemudian pasien menikah pada
tahun 2017 dan tinggal Bersama suaminya di Surabaya. Pasien telah menikah
selama dua tahun tetapi belum memiliki anak. Hubungan pasien dengan ibu
dan kakak–kakaknya baik.
5
Genogram keluarga pasien
= = Laki-laki Meninggal
6
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 23 tahun dengan penampakan fisik sesuai
dengan usianya. Kulit berwarna kuning langsat dan berambut pendek.
Pada saat wawancara, pasien tampak berpakaian tidak rapih dan perawatan
diri kurang baik
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien terlihat sedang tidur
b. Selama wawancara : Pasien terlihat tenang dan dapat menjawab
pertanyaan
c. Sesudah wawancara : Pasien tidur kembali
4. Sikap terhadap pemeriksa
Selama wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan tenang.
5. Pembicaraan
Pasien tidak dapat berbicara dan menjawab pertanyaan secara spontan, dan
ketika pasien menjawab kadang kurang jelas, dan diikuti dengan cekikikan
(giggling).
B. Mood dan Afek
1. Mood : Hipertim (saat pemeriksaan)
2. Afek : Sempit (saat pemeriksaan)
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Ada (Halusinasi Auditorik)
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
7
D. Pikiran
1. Arus pikir
a. Kontinuitas : Koheren
b. Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Miskin isi pikir : Tidak ada
c. Waham : Tidak ada
d. Obsesi : Tidak ada
e. Kompulsi : Tidak ada
f. Fobia : Tidak ada
E. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf pendidikan : SMA
2. Pengetahuan umum : Cukup Baik
3. Kecerdasan : Cukup Baik
4. Konsentrasi : Kurang baik
5. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien dapat menyebutkan pemeriksaan
dilakukan pada pagi hari dan dapat menyebutkan sudah berapa lama ia
dirawat
b. Tempat : Baik, pasien dapat memberitahukan bahwa
sekarang pasien sedang berada di RS
c. Orang : Baik, pasien mengenali orang-orang di sekitarnya
6. Daya ingat
a. Jangka panjang : Baik, pasien dapat menyebutkan sd dan smp nya
dimana
b. Jangka pendek : Baik, pasien dapat menyebutkan menu sarapan
pasien
c. Segera : Baik, pasien dapat menyebutkan kembali 3 benda
yang disebutkan oleh pemeriksa
8
7. Pikiran abstraktif : Baik, pasien dapat menyebutkan perbedaan jeruk
dan apel
8. Visuospasial : Baik, pasien dapat menggambar bentuk yang
pemeriksa minta
9. Kemampuan menolong diri: Pasien tidak membutuhkan bantuan untuk
makan, tetapi pasien harus diberi perintah untuk mandi dan berganti
pakaian. ADL pasien adalah 70.
F. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien tampak tenang dan tidak menunjukkan gejala
agresif.
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Kurang baik, pasien tidak dapat membedakan
perbuatan baik dan buruk
2. Uji daya nilai : Baik, pasien menjawab ketika diberikan simulasi
jika berada di ruangan yang terbakar apa yang harus dilakukan.
3. RTA : Terganggu
H. Tilikan
Derajat 2 (Ambivalensi terhadap penyakitnya).
I. Reliabilitas (Tarif Dapat Dipercaya)
Pemeriksa mendapat kesan bahwa keseluruhan jawaban pasien dapat
dipercaya.
B. Status Neurologik
Nervus Kranial :
Kanan Kiri
N.I Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.II
Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
+ +
10
Motorik Mengigit Normal Normal
Membuka rahang
N.VII
Sensorik (pengecapan 2/3 Tidak dilakukan
anterior lidah)
Motorik Mengerutkan dahi = Normal
Mengangkat alis = Normal
Memejamkan mata = Normal
Meringis/senyum = Normal
Menggembungkan pipi = Normal
N.VIII
Gesekan tissue Normal
Garpu tala Rhinne Weber
Swabach Tidak dilakukan
N.IX
Refleks Menelan Normal
Pengecapan 1/3 Posterior Tidak dilakukan
lidah
N.X
Refleks muntah Tidak dilakukan
Letak uvula Normal
Disfoni (-)
Disatria (-)
Disfagi (-)
11
N.XI
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan kepala Normal Normal
N.XII
Deviasi lidah (menjulur) Normal
Atrofi (-)
Fasikulasi (-)
Tremor (-)
Fungsi Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan
Ekstremitas atas Normal
Ekstremitas bawah
Tonus
Ekstermitas atas Normotonus Normotonus
Ekstremitas bawah Normotonus Normotonus
Klonus
Patella Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Achiles Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Fungsi Sensorik :
Refleks Fisiologis
Biceps Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Triceps Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Patella Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Achilles Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Refleks Patologis
Hoffman Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
12
Tromner Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Babinski Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Chaddock Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Gordon Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Gorda Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Oppenheim Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Otonom :
BAB Normal
BAK Inkontinentia (-), frekuensi BAK normal
Hidrosis Normal
Koordinasi :
Romberg Tidak Dilakukan
Disdiadokokinesis Tidak Dilakukan
Tes jari- hidung Tidak Dilakukan
Tes tumit- lutut Tidak Dilakukan
Rebound phenomenon Tidak Dilakukan
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakuan pemeriksaan penunjang
Evaluasi multiaksials
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF 50-41 (gejala berat (serious), disabilitas berat
VII. DIAGNOSIS
a. Diagnosis : F20.0 Skizofrenia Paranoid
b. Diagnosis Banding : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
15
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam.
Ad Sanationam : Dubia ad malam.
Ad Functionam : Dubia ad malam.
Prognosis tersebut mengacu pada:
Faktor penghambat
16
TINJAUAN PUSTAKA
SKIZOFRENIA
I. DEFINISI
Menurut Rusdi (2013) skizofrenia adalah suatu dekripsi sindrom dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak bersifat
kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia pada
umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran persepsi serta afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat dapat berkembang
kemudian.
Menurut Buku ajar psikiatri (2018) Klasifikasi Simtom dibagi dalam
empat ranah utama yaitu:
1. Simtom positif yaitu sangat berlebihannya fungsi normal, misalnya
halusinasi, waham, pembicaraan dan prilaku disorganisasi.
2. Simtom negatif yaitu berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental,
misalnya afek tumpul, avolisi, alogia, anhedonia, dan defisit interaksi
sosial.
3. Simtom afektif, misalnya mood depresi dan ansietas,
4. Simtom Kognitif, nisalnya defisit memori kerja, episodic, atensi,
verbalisasi, dan fungsi eksekutif. Defisit memori kerja berhubungan
kuat dengan fungsi pekerjaan.
II. ETIOLOGI
A. Faktor Genetik
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,
kom- pleks dan poligen. Sesuai dengan pnelitian hubungan darah (konsanguinitas)
skizofrenia adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya; terdapat dalam
keluarga). Semakin dekat hubungan kekerabatan makin tinggi risiko. Pada
penelitian anak kembar, kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih
17
sering menjadi sakit bila dibandingkan dengan kembar dizigot. Pada penelitian
adopsi, anak yang mempunya orang tua skizofrenia diadopsi, waktu lahir, oleh
keluarga normal, peningkatan angka sakitnya sama dengan bila anak-anak
tersebut diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia.
B. Faktor Kehamilan
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranana penting dalam
terjadinya kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke
rumah sering kambuh pada tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien
yang ditempatkan di residensial. Pasien yang beresiko adalah pasien yang tinggal
Bersama keluarga yang holistilitas tinggi, memperlihatkan kecemasan berlebihan,
sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik, (keluarga
dengan Ekspresi Emosi tinggi). Pasien skizofrenia sering tidak dibesarkan oleh
keluarganya.
D. Gangguan Neurotransmiter
A. Hipotesa dopamine
Adanya peningkatan aktivitas dopamine sentral. Hipotesis ini didasarkan
berbagai penemuan utama yaitu:
1. Efek obat obat neuroleptic semisal fenotiazine pada skizofrenia.
Fenotiazine bekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (D2)
2. Terjadinya psikosi akibat penggunaan amfetamin. Amfetamine
melepaskan dopamin sentral.
18
3. Peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus
akumben, dan putamen pada skizofrenia. Dopamin terlibat dalam
mengontrol pergerakan, kognisi, afek, dan neuroendokrin.
B. Hipotesa serotonin dan norepinefrin
Peningkatan serotonin di SSP dan kelebihan norepinefrin di forebrain
limbik terjadi pada beberapa penderita skizofrenia.
E. KLASIFIKASI
Menurut PPDGJ-III dan DSM-5, Skizofrenia (F20-) dibedakan menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:
F20 Skizofrenia
19
.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun
F. DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ-III dan DSM-V, Panduan diagnosa seseorang dengan
skizofrenia (F20-) dapat dilakukan dengan melihat gejala – gejala sebagai berikut:
1. Harus ada setidaknya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila bila gejala-gejala ini kurang tajam atau kurang
jelas)
(a) - “thought echo” = isi pikiran dirirnya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = is pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
(b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar; atau
20
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
prilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
- jenis suara halusinasi lain dari salah satu bagian tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
:
(e) Halusinasi yang menetap dari panca-indra apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme.
(g) Prilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibiltas cerea, negativism, mutisme,
dan stupor:
(h) gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
21
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak belaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek prilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorded
attitude), dan penarikan diri secara social.
G. TATALAKSANA
1. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan
atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan
psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan
pembentukan hubungan profesional antara terapis dengan penderita.
22
Ciri dari obat antipsikosis antara lain :
Memiliki efek antipsikosis terhadap gejala positif (halusinasi, waham,
bicara kacau dan agitasi) dan selain itu juga dapat mengatasi gejala negatif
(apatis, miskin ide/motivasi (avoliation) dan miskin kata (alogia)), dan
gangguan kognitif.
Batas keamanan obat antipsikosis besar, dosis besar tidak menyebabkan
keadaan koma dalam ataupun anestesia.
Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau
ireversibel.
Menurut cara kerjanya terhadap reseptor dopamin dibagi menjadi
Dopamine receptor Antagonis (DA) dan Serotonine Dopamine Antagonist
(SDA). Obat-obat DA juga sering disebut antipsikotik tipikal atau
antipsikotik generasi I (APG-I). Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal
atau APG-I mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin
2, hal inilah yang diperkirakan menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang
kuat. Sedangkan, obat-obat SDA disebut sebagai atipsikosis atipikal atau
antipsikotik generasi II (APG-II). Obat golongan atipikal umumnya
mempunyai afinitas yang lemah terhadap dopamin 2, selain itu juga memiliki
afinitas terhadap reseptor dopamin 4, serotonin, histamin, reseptor muskarinik
dan reseptor alfa adrenergik. Golongan antipsikosis atipikal diduga efektif
untuk gejala positif maupun gejala negatif pasien skizofrenia. Golongan
antipsikosis tipikal umumnya hanya berespon untuk gejala positif.
Obat APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif
sedangkan untuk gejala negatif hamper tidak bermanfaat. Obat APG-II
berguna untuk gejala positif dan negatif. Saat ini standar emas adalah APG-II.
Meskipun harganya lebih mahal tetapi manfaatnya sangat besar. Sebaiknya
dipilih SPG-II yam efektif dengan efek samping yang lebih ringan
23
Tabel 1. Penggolongan Obat Antipsikotik
Golongan Jenis Nama Obat Dosis
200-800
Chlorpromazine
mg/hari
12-24
Perphenazine
mg/hari
Phenotiazine
10-15
APG-I Trifluoperazine
mg/hari
10-15
Fluphenazine
mg/hari
Butyrophenone Haloperidol 5-15 mg/hari
Diphenylbutylpiperidine Pimozide 2-4 mg/hari
300-600
Benzamide Sulpiride
mg/hari
300-450
Clozapine
mg/hari
10-20
Dibenzodiazepin Olanzapine
APG-II mg/hari
300-800
Quetiapine
mg/hari
Risperidone 2-8 mg/hari
Benzisoxazole 10-30
Aripiprazole
mg/hari
3. Terapi kejang listrik
dapat juga bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut.
Beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat-obatan dapat
membaik dengan TKL
H. PROGNOSIS
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik. Pasien secara
berangsur- angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak mampu berfungsi
24
setelah bertahun- tahun. Pasien dapat mempunyai waham dengan taraf ringan dan
halusinasi yang tidak begitu jelas (samar-samar). Sebagian gejala akut dan gejala
yang lebih dramatik hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien membutuhkan
perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di dalam rumah sakit
Skizofrenia tipe paranoid (dan beberapa katatonik) mempunyai prognosis baik.
Prognosis menjadi lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam
keluarga yang tak harmonis.
25
PEMBAHASAN KASUS
26