Anda di halaman 1dari 26

MATA KULIAH IRIGASI DAN BANGUNAN AIR – BAB IV

Bangunan Irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi,
Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain :

1. Bangunan Utama.
2. Bangunan Pembawa.
3. Bangunan Bagi.
4. Bangunan Sadap.
5. Bangunan Pengatur Muka Air.
6. Bangunan Pembuang ( drainase )
7. Bangunan Pelengkap.

1. Bangunan Utama

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh
daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, yaitu :

a. Bendung.
b. Pengambilan bebas ( free intake ).
c. Pengambilan dari waduk.
d. stasiun pompa.

a. Bendung :
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau
sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila
muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke tempat-tempat yang memerlukannya.

Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah :


a1. Bendung tetap ( weir ).

a2. Bendung gerak ( barrage ).

a3. Bendung karet ( inflamble weir ).

Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak dan peredam energi,
bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

b. Pengambilan bebas :
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air sungai untuk dialirkan
ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan
bebas tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara
gravitasi, muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk :
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air dan mengalirkannya
pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna.

Pada umumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik,
peredam banjir, pariwisata, dan perikanan.

Sebagai referensi disini dijelaskan secara singkat bagaimana PLTA bekerja pada waduk ( lihat gambar
dibawah ).
PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai berikut :

1. Bendungan, berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan tinggi jatuh air.
Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan tujuan untuk menyimpan energi.
2. Turbine, gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air
kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar
baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kinetik yang
disebabkan gaya jatuh air menjadi energi mekanik.
3. Generator, dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling turbin
berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari
turbin menjadi energi elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit
listrik lainnya.
4. Jalur Transmisi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju rumah-rumah dan pusat
industri.

Semakin tinggi air jatuh, maka semakin besar tenaga yang dihasilkan. Biasanya, tinggi air jatuh
tergantung tinggi dari suatu bendungan. Semakin tinggi suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh maka
semakin besar tanaga yang dihasilkan.
Semakin banyak air yang jatuh menyebabkan turbin akan menghasilkan tenaga yang lebih banyak.
Jumlah air yang tersedia tergantung kepada jumlah air yang mengalir di sungai. Semakin besar sungai
akan mempunyai aliran yang lebih besar dan dapat menghasilkan energi yang banyak.

d. Stasiun Pompa :
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air
secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah
satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar
namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

Sistim pemompaan dimana sumber air di


bawah pusat pompa, dan keluar secara
gravitasi

Sistim pemompaan dimana sumber air di


bawah pusat pompa, dan keluar lewat
sprinkler bertekanan
2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa / mengalirkan air dari sumbernya menuju petak
irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran
kuarter.

Termasuk dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring.

Gambar Bangunan Pembawa ( Saluran )

Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan
saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder
tersebut.

Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :

2.1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

2.2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder
adalah bangunan sadap terakhir.

2.3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-
petak kuarter yang dilayani oleh saluran tersier tersebut. batas akhir dari saluran tersier adalah
bangunan boks tersier terakhir.

2.4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-
petak sawah yang dilayani oleh saluran kuarter tersebut. batas akhir dari saluran kuarter adalah
bangunan boks kuarter terakhir.

3. Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang
berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan.
Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini masing-masing disebut boks tersier dan
boks kuarter.
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier
penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung menjadi satu
rangkaian bangunan.

Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 ( tiga ) bagian utama, yaitu :

3.1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan
yang direncanakan.

3.2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang.
Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong.
Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur, agar debit yang masuk saluran dapat diatur.

3.3. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit
yang mengalir.

Bangunan Bagi Primer Bangunan Bagi Sekunder Bangunan Sadap Tersier

4. Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan
pengukuran aliran di bangunan sadap ( awal saluran primer ), cabang saluran jaringan primer serta
bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat
mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan
dan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan pengatur.

Beberapa contoh jenis bangunan alat pengukur debit adalah :


- Ambang Lebar.
- Parshal Flume.
- Cipoletti.
- Romijn.
- Crump de Gruyter.
- Constant Head Orifice.
- Bangunan Sadap pipa sederhana.
5. Bangunan Pembuang ( Drainase )
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun disaluran.
Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran
dibuang melalui bangunan pelimpah.
Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang
tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer.

Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :


5.1. Mengeringkan sawah.
5.2. Membuang kelebihan air hujan.
5.3. Membuang kelebihan air irigasi.

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah atasnya atau dari saluran
pembuang di daerah bawah.
Saluran pembuang tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter, saluran
pembuang sekunder menampung air buangan dari saluran tersier dan saluran pembuang primer
menampung dari saluran pembuang sekunder dan membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan
irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkap berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan
pemeliharaan.
Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum seperti antara lain ; jalan
inspeksi, tanggul, jembatan penyeberangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya

Gorong-gorong adalah bangunan fisik yang dibangun memotong jalan / galengan yang berfungsi
untuk penyaluran air.

Siphon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi
melalui bagian bawah sungai.

Talang adalah bangunan air yang melintas di atas saluran / sungai atau jalan untuk mengalirkan air
irigasi ke seberangnya.
Bendung / Bendungan

Bangunan sadap untuk kepentingan irigasi desa sudah banyak dibangun dan dioperasikan diberbagai
daerah, jenis bangunan sadap yang sering dijumpai adalah bendung / bendungan tetap urugan, bendung
tetap ( weir ) dengan pasangan batu atau pasangan beton, bendung tetap dengan ambang skot balok
beton, bendung bronjong kawat dan bambu, bendung tiang pancang kayu/bambu, bendung karet serta
intake bebas.

Bendung adalah salah satu jenis bangunan air, yang dibangun disungai atau disudetan sungai.

Bendung tetap pasangan batu adalah bendung tetap yang bahannya terbuat dari pasangan batu kali dan
bendung tetap pasangan beton bahannya terbuat dari konstruksi beton,

Bendung cerucuk saringan vertical adalah bangunan berupa cerucuk dari pipa besi yang dibangun
secara vertical dipalung sungai yang dapat berfungsi sebagai pembendung aliran sungai sehingga
alirannya dapat disadap.

1. Bendung Tetap
Bendung tetap adalah suatu bendung yang terdiri dari ambang tetap yang membendung sungai
dimana muka air sungai ( muka air banjir ) di hulu bendung tidak dapat diatur ketinggiannya atau
elevasinya.

1.1. Bendungan urugan ( Fill / Earth Dam ):

Bendungan yang dibangun dari hasil penggalian bahan tanpa tambahan bahan lain yang bersifat
campuran secara kimia.
Pada umumnya ada 3 tipe bendungan urugan :
1. Bendungan urugan serba sama ( homogeneous dam ).
Sering disebut sebagai bendungan urugan tanah, tetapi sesungguhnya kurang tepat, karena
terdapat pula bahan lainnya sebagai bahan saluran drainase dan lapisan untuk menjaga
stabilitas lereng.
Bendungan urugan serba sama merupakan bendungan yang lebih dari setengah volumenya
terdiri atas bahan bangunan ( tanah, pasir atau kerikil ) yang seragam.

• Bendung urugan tanah ( earthfill dam ).


Bendungan yang lebih dari setengahnya volumenya terdiri atas bahan bangunan tanah atau
tanah liat yang seragam, keuntungannya adalah karena bahannya seragam maka cara
pemadatannya relative murah dan relative lebih murah dibandingkan dengan tipe lainnya,
sedangkan kerugiannya adalah karena sifat tanah atau tanah liat sangat dipengaruhi oleh
kadar air, sehingga pada waktu pemadatan kadar air harus diperiksa dengan ketat dan pada
musim hujan pekerjaan sering dihentikan.

• Bendung urugan pasir dan kerikil


Bendungan yang lebih dari setengah volumenya terdiri atas bahan bangunan pasir dan
kerikil, memerlukan pemadatan yang cukup hingga sedikit lebih mahal, namun karena kadar
airnya tidak begitu besar maka pemadatan tidak begitu dipengaruhi oleh iklim.

2. Bendungan urugan berlapis-lapis ( zone dam, rockfill dam ).


Terdiri atas beberapa lapisan ; lapisan kedap air ( water tight layer ), lapisan batu ( rock zone,
shell ), lapisan batu teratur ( rip-rap ) dan lapisan penyaring ( filter zone ).

3. Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air dimuka ( impermeable face rockfill dam ).
Lapisan kedap air ( umumnya aspal dan beton bertulang ) diletakkan disebelah hulu bendungan.

Lapisan-lapisan pada bendung urugan :


• Lapisan Batu Teratur ( rip-rap ).
Untuk menjaga stabilitas lereng dengan menahan permukaan bendungan sebelah hulu agar tidak
rusak akibat naik turunnya muka air diwaduk, rip-rap dipasang dari puncak bendungan sampai ± 2
m dibawah permukaan air terendah untuk operasi ( MOL, Minimum Operation Level ).
Tebal lapisan tergantung pada kekuatan batu, tinggi bendungan, frekuensi muka air dan tinggi
perkiraan gelombang, umumnya apabila menggunakan tenaga manusia ± 30 cm, dan bila
menggunakan alat berat ± 50 cm ~ 100 cm.

• Bahan Tanah ( soil material ) dan Tanah Liat ( clay ).


Untuk penimbunan tubuh bendungan dan lapisan kedap air untuk bendungan urugan batu, yang
sering digunakan untuk lapisan kedap air adalah tanah liat dengan beberapa syarat ;
- Bahan organik ≤ 5%, untuk mencegah penurunan yang terlalu besar akibat banyaknya pori-pori.
-5
- Koefisien permeabilitas ≤ 10 cm/det, untuk mengurangi rembesan.
- Kuat tegangan geser yang cukup untuk menghindari terjadinya penggeseran bendungan.
- Pelaksanaan pemadatan yang mudah agar seragam.
- Memenuhi gradasi tertentu sehingga dapat tahan terhadap gejala pembuluh ( piping action ).
- Tahan terhadap gempa.
• Lapisan Pasir dan Kerikil ( gravel pebble layer ).
Untuk alasan biaya biasanya diambil langsung dari sumbernya seperti dari sungai atau darat,
tetapi apabila kadar airnya tinggi harus dikeringkan dahulu.

• Lapisan Hilir ( downstream ).


Apabila kesulitan dalam membuang tanah hasil penggalian, biasanya ditimbun dibagian hilir
setelah sebelumnya di analisa ke stabilannya, lapisan hilir dapat ditutup dengan batu belah ( rock
zone ) atau dengan gebalan rumput ( sod facing ).

Saluran Drainase ( pengering ) :


Dibuat dari pasir dan kerikil yang memenuhi gradasi tertentu dan bersih.

Perkuatan Lereng Sebelah Hilir ( Downstream )


Karena tanah liat, tanah atau pasir umumnya mudah longsor, maka harus diberi perkuatan agar stabil
terhadap tiupan angin dan erosi dari air hujan, bahan untuk perkuatannya antara lain ; batu belah,
batu bulat dan gebalan rumput.

Untuk lebih jelasnya macam-macam bendungan urugan berdasarkan klasifikasinya dapat dilihat pada
keterangan dibawah ini :

Klasifikasi Umum Bendungan Urugan


Pada bendungan urugan selalu ada bagian yang kedap air, baik yang berupa zona kedap air ( di inti
bendung ) maupun yang berupa sekat yang langsung menghalangi air yang dibendung, tujuan
adanya zona kedap adalah untuk menghalangi rembesan ( seepage ), dan karena menghindari
terjadinya erosi dalam bendungan .

Dibatas antara tubuh bendung dengan bahan inti, terjadi pencampuran bahan selama pelaksanaan
dan membentuk suatu zona transisi. Zona transisi ini bisa menjadi bagian terlemah dari bendung dan
kelongsoran bendung dapat terjadi melalui zona ini.

Hal yang harus diperhatikan pada bendungan urugan adalah pada saat penggenangan waduk yang
merupakan tahapan yang kritis. Pada tahapan ini bahan timbunan bendungan akan mengalami
perubahan karena pengaruh tambahan beban air didalam waduk. Penggenangan akan
mempengaruhi fondasi bagian hulu ( upstream ) bendungan, yang mendapatkan tambahan beban air
diatasnya, sekaligus akan menimbulkan gaya angkat ( uplift ) pada timbunan rockfill.

Pada timbunan rockfill bagian upstream juga akan terjadi proses collapsed, yaitu tambahan
settlement yang terjadi karena proses loosening pada timbunan batuan oleh karena pengaruh air.

Pada inti kedap air ( core ) dibagian hulu akan terjadi tekanan hidraulik akibat beban air, yang
menyebabkan perubahan tegangan dan regangan pada inti kedap air.

Inti kedap air juga akan mengalami perubahan dari kondisi tidak jenuh ( unsaturated ) menjadi jenuh
( saturated ) oleh karena terjadi aliran ( seepage ) didalamya.

Gaya angkat ( uplift ) pada rockfill dibagian hulu inti kedap air akan mengurangi tekanan kekang
( confining pressure ), sehingga akan terjadi deformasi tambahan didalam inti kedap air dalam
mencapai keseimbangan dan stabilitas barunya.

Pengaruh penggenangan pada bendungan tipe urugan


Perubahan-perubahan tersebut dapat berakibat fatal pada bendungan, seperti terjadinya hydraulic
fracturing, crack ( retakan ) dan piping yang besar didalam inti kedap air, dan bahkan beberapa
bendungan tipe urugan mengalami keruntuhan pada saat penggenangan pertama.

Oleh karena aliran air didalam inti kedap air pada saat penggenangan, terjadi dalam kondisi tidak jenuh
( unsaturated ), sehinggga masalah pengaliran didalam inti kedap air pada penggenangan pertama harus
ditinjau dalam formulasi “Unsaturated Soil Mechanic”.

1.2. Bendung Tetap ( weir ) pasangan batu atau beton :


Bangunan bendung terdiri atas :
- Tubuh bendung yang terdiri dari mercu bendung, ambang tetap dan bangunan peredam energi
bendung.
- perlengkapan pokok bendung yaitu tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir, lantai udik dan
dinding tirai dan lain lain.
- Bangunan intake terdiri atas pintu intake, dinding banjir, ambang dasar, jembatan pelayan, pilar
jembatan, rumah pintu dan perlengkapan lainnya.
- Bangunan pembilas terdiri dari pintu-pintu pembilas, pilar pembilas, jembatan pelayan, tembok,
undersluice, rumah pintu dan perlengkapan lainnya.

Contoh bangunan sadap jenis bendung tetap pasangan batu


Bangunan Intake ( Pengambilan ) :
Bangunan intake bendung merupakan bangunan yang berfungsi untuk menyadap aliran sungai dan
mengatur pemasukan air kedalam saluran pembawa irigasi.
Sumbu bangunan intake diletakkan 90 derajat terhadap sumbu bangunan pembilas bendung, pada
keadaan tertentu sumbu intake dapat dibuat menyudut lebih kecil dari 90 derajat terhadap sumbu
bangunan pembilas, tetapi tidak boleh lebih kecil dari 45 derajat. Kapasitas dibuat 120% kebutuhan air
sekarang, untuk fleksibilitas dan antisipasi penambahan kebutuhan

Bangunan Pembilas :
Bangunan Pembilas berfungsi untuk mencegah sedimen dasar dan benda hanyut/layang masuk ke
bangunan pengambilan ( intake ). Plat horizontal dihulu pintu pembilas membagi 2 aliran. Aliran atas
untuk air masuk ke saluran, yang bawah untuk mengendapkan sedimen dan secara berkala dibilas ( 60
menit/hari ). Bila benda terapung cukup mengganggu, diperlukan dua pintu. Buka bawah untuk bilas
sedimen, dan buka atas untuk menghanyutkan benda terapung.

Bangunan pembilas harus terletak berdekatan dengan bangunan intake, hal ini untuk menghindari
masuknya sediman kedalam saluran.
Kantong Lumpur :
Meskipun sudah ada bangunan pembilas di depan intake, biasanya masih ada butir halus partikel yang
dapat masuk kesaluran, dan untuk mencegah masuknya butiran halus / pasir ke dalam saluran
diperlukan kantong lumpur.

Kantong lumpur pada prinsipnya adalah untuk memperbesar saluran sehingga kecepatan air berkurang
dan mengakibatkan mengendapnya sedimen.

Untuk menampung sedimen tersebut biasanya saluran diperdalam ( dibuat seperti kolam ) dan dibilas
tiap 1 ~ 2 minggu.

Biasanya panjang kantong lumpur adalah 200 m untuk sedimen kasar, dan 500 m untuk sedimen halus,
namun panjang kantong lumpur juga tergantung pada topografi dan keperluan pembilasan.
Bangunan Pelimpah dan Peredam Energi :
Spillway / pelimpah bendung harus berbentuk sedemikian rupa sehingga air dapat membawa material
(pasir,kerikil, batu, kayu) ke belakang (sebelah hilir) bendung dengan tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti pada bendung yang bersangkutan.

Pada bagian hilir bangunan pelimpah ( spillway ) terletak kolam olak yang bertujuan sebagai peredam
energi akibat adanya loncat air dari pelimpah.

Loncat air terjadi akibat adanya perubahan aliran dari aliran super kritis menjadi aliran kritis. Umumnya
loncat air terjadi pada saat bukaan pintu air berada dibawah kedalaman kritis suatu aliran, atau pada saat
air keluar dari pelimpah.

Loncat air yang terjadi dihilir bangunan bendung dapat merusak dasar saluran ataupun bagian sungai
yang tak terlindungi, untuk itu diperlukan kolam olak dengan peredam enegi.
Pada loncat air, dapat dilihat olakan yang sangat besar yang disertai dengan pengurangan energy yang
sangat besar, sehingga setelah loncat air aliran menjadi tenang oleh karena kecepatan berkurang secara
mendadak dan kedalaman aliran bertambah secara cepat.
Pintu Air :
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pintu air adalah beban yang bekerja, alat
pengangkat ( mesin atau manusia ), sekat kedap air, dan bahan bangunan.

Alat pengangkat pintu bisa berupa pintu kecil dan ringan pakai setang dengan cara manual. Atau bila
tersedia tenaga listrik bisa dengan mesin.

Supaya kedap air pada pintu air dipakai pelat perunggu, pintu sorong dan radial biasanya memakai karet,
Bahan bangunan biasanya adalah gabungan dari kayu dan kerangka baja, atau pelat dan kerangka baja.
Pada bangunan intake pintu biasanya dari kayu, kalau kayu mahal bisa diganti baja.

Kalau posisi pintu terlalu tinggi, dimana operasinya sulit, maka sebaiknya digunakan pintu radial.
Mercu Bendung :
Di Indonesia umumnya mercu bendung berbentuk bulat dan Ogee.. Kedua bentuk ini cocok untuk beton
atau pasangan batu kali dengan kkemiringan bagian hilir 1:1.

Bentuk bulat memberikan harga koefisien jauh lebih tinggi ( 44% ) dibandingkan dengan ambang lebar.

Mercu berbentuk Ogee adalah berbentuk lengkung yang didesain memakai persamaan matematis dan
sedikit rumit dalam pelaksanaan
laksanaannya, tetapi memberikan sifat hidraulis yang baik,
baik dimana bentuk gemuk
dan kekar, menambah stabilitas dari bendung.

Mercu tipe bulat dengan dua jari


jari-jari
jari Mercu tipe bulat dengan satu jari-jari
jari
Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee (U.S Army Corps of Engineers, Waterways Experimental Station)
Station

Foto bendung
bend tetap ( weir ), dengan bangunan pembilas
2. Bendung Gerak ( Barrage )
Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu air yang dapat dibuka / ditutup,
sehingga muka air sungai ( muka air banjir ) di hulu bendung dapat diatur ketinggian atau elevasinya..

Operasi pintu ( barrage ) adalah sebagai berikut :


- Bila elevasi air kecil maka pintu barrage ditutup, kemudian akibat dibendung air naik dan membelok
ke saluran pengambilan.
- Bila air banjir, pintu barrage dibuka, pintu pengambilan ditutup, mencegah sedimen masuk ke
saluran.

Keuntungan dari bendung gerak adalah tanggul banjir rendah sehingga mengurangi daerah
genangan.

Foto bendung gerak ( barrage ) dengan pintu radial

Gambar potongan melintang bendung gerak dengan pintu air radial ( Tainter Gate ).
Skema bendung gerak dengan pintu air radial Type pintu air radial tainter gate

Jenis-jenis Pintu Pengendali Banjir ( Flood Gate ) :

Bulkhead gates
Bulkhead gates adalah dinding vertikal dengan bagian
yang bisa digerakkan ataupun tidak bisa digerakkan.
Bagian yang bergerak dapat diangkat untuk
membiarkan air lewat di bawahnya ( sama seperti sluice
gate ).

Hinged crest gates


Hinged crest gates adalah bagian dinding yang dapat
digerakkan dari vertikal ke horisontal tergantung dari
tinggi bendungan. Bangunan ini dikontrol dengan tenaga
hidraulik.
Radial gates
Radial gates adalah bagian yang dapat berputar (rotary)
terdiri dari bagian berbentuk silindris. Bangunan ini
dapat berputar secara vertikal maupun horisontal. Salah
satu jenisnya adalah tainter gates. Tainter gates
didesain untuk mengangkat ke atas dan membiarkan air
lewat di bawahnya. Bangunan ini dapat menutup sendiri
berdasarkan beratnya.

Drum Gates
Drum gates adalah sebuah bangunan yang dapat
mengambang di air dengan membiarkan air masuk ke
flotation chamber sehingga bangunan ini akan
mengambang dan menaikkan puncak spillway.

Roller Gates
Roller gates merupakan silinder yang besar yang
diangkat dengan menggunakan rantai.

Clamshell Gates
Bangunan ini mempunyai bukaan berbentuk clamshell.
3. Bendung Karet ( inflamble weir ).

Pembangunan bendung karet di Indonesia baru dimulai tahun 1990 yaitu bendung karet Menturus di
sungai Berantas bagian hilir. Sementara jenis bendung kembang-kempis ini pertama kali dibangun tahun
1957 di Amerika Serikat yang menggunakan bahan tekstil untuk membentuk tubuh bendung. Pada tahun
1978 bahan tersebut dikembangkan menjadi serabut nylon yang di bungkus dengan karet sintetik.

Bendung karet adalah bendung gerak yang mercu bendungnya terbuat dari tabung karet yang
mengembang sebagai sarana pembendungan air atau mengempis untuk meniadakan pembendungan.

Bendung karet merupakan hasil pengembangan jenis bendung gerak dengan membuat tubuh bendung
dari tabung karet yang dikembangkan. Pembukaan bendung bisa dilakukan secara otomatis dengan
pengempisan tabung karet tersebut, sedangkan pengembangannya hanya bisa dilakukan secara manual.

Komponen bendung karet :


Bendung karet terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
a. tubuh bendung yang terbuat dari karet.
b. pilar, tembok pangkal dan sayap.
c. bangunan dasar, yang terdiri atas fondasi, lantai hulu dan lantai hilir.
d. rumah operasi.
e. instalasi pipa pengembangan dan pengempisan.
f. pompa udara dengan motornya.
g. bangunan pengambilan.
h. pintu dan saluran pembilas (opsional).
i. jembatan penyeberangan (opsional).

Kriteria bendung karet :


Dalam kaitannya dengan operasi dan pemeliharaan, bendung karet mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Bisa dikembangkan dengan baik tanpa mengalami kebocoran dengan mercu sesuai dengan elevasi
yang direncanakan.

b. Bisa mengempis secara otomatis pada kondisi yang direncanakan dan bisa di kempiskan secara
manual.

c. Tersedia landasan yang bisa dilakukan dewatering dengan mudah untuk keperluan penambalan karet.

d. Tubuh bendung terlindungi dari sengatan sinar matahari, misalnya dengan jembatan penyeberangan.

e. Tubuh bendung aman terhadap gangguan publik dan transportasi sungai.

f. Tubuh bendung tahan terhadap abrasi sedimen aman terhadap arus air dan angkutan
sedimen/sampah.

Pengoperasian Bendung Karet :


Operasi bendung karet isi udara ditujukan untuk menjalankan fungsinya, yang bisa dicapai pada 2 (dua)
kondisi, yaitu :

a. Kondisi mengembang, yang berfungsi untuk membendung muka air hulu sehingga bisa memenuhi
fungsinya sebagai pelayanan bangunan pengambilan maupun menahan intrusi air laut.
b. Kondisi mengempis, yang berfungsi untuk meniadakan pembendungan ketika terjadi debit besar
dengan elevasi muka air melampaui batas tertentu, sehingga bisa menghindari peningkatan ancaman
banjir akibat adanya bendung.

Pada dasarnya bendung karet berada dalam keadaan mengembang untuk memenuhi fungsinya sebagai
pelayanan bangunan pengambilan maupun menahan intrusi air laut.
Tekanan udara dalam tubuh bendung harus dipertahankan diatas batas minimum agar bendung cukup
kaku dan tidak boleh melampaui tekanan maksimum agar bendung terhindar dari kerusakan.

Apabila terjadi banjir, untuk menghindari peningkatan ancaman banjir, bendung di kempiskan secara
otomatis melalui sensor muka air hulu mencapai muka air pengempisan.
Bendung karet bisa di kempiskan secara manual untuk melayani suatu keperluan tertentu.

Pengembangan kembali bendung karet diperlukan apabila muka air sungai turun hingga di bawah muka
air normal. Pada bendung karet yang berfungsi untuk menahan intrusi air laut, pengembangan kembali
harus segera dilakukan sebelum terjadi aliran air asin ke hulu bendung.
Gambar 1. Bendungan Karet

Gambar 2. Bendungan Karet


Data Perencanaan Bendung

1. Topografi :
a. Peta dasar 1 : 25.000 atau 1 : 50.000 dengan kontur 25 m, untuk gambaran DAS.
b. Peta situasi sungai 1 : 2.000, peta kontur 0.5 m -1.0 m, 1 km ke hulu dan ke hilir sungai, 250 m ke
kanan dan ke kiri tebing sungai.
c. Potongan memanjang dan melintang tiap 50 m, skala 1 : 200.
d. Pengukuran detail situasi bendung 1 : 200 atau 1 : 500, kontur 0.25 m.

2. Data Hidrologi :
a. Debit banjir, diperlukan untuk perhitungan banjir rencana.
Perhitungan debit rendah andalan, perhitungan neraca air. Debit banjir dihitung dengan periode
ulang ( tahun ) : 100, 50, 25, 5.

b. Neraca Air, dihitung untuk rencana alokasi air untuk berbagai keperluan, dihitung dengan
keandalan 80%. Hak atas air, penyadapan hulu dan hilir, keperluan air hilir untuk lingkungan harus
dipertimbangkan.

3. Data Morfologi sungai :


a. Kandungan dan ukuran sedimen.
b. Tipe dan ukuran sedimen.
c. Distribusi ukuran butir.
d. Banyaknya sedimen.
e. Pembagian sedimen secara vertikal dalam sungai.

4. Data Geologi Teknik :


Peta Geologi.
a. Peta daerah skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000.
b. Peta semi detail 1 : 25.000 atau 1 : 5.000.
c. Peta detail 1 : 2.000 atau 1 : 100.

Kalau perlu dilakukan pemboran untuk mengetahui lapisan dan tipe batuan. biasanya paling tidak lima
titik berupa salip. kedalaman sampai batuan atau sekitar 15 ~ 20 m.

Penyelidikan tambahan.adalah :
- mencari bahan material ; batu, kerikil, pasir.
- kualitas & jumlah bahan material.
- penyelidikan Mekanika Tanah perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah, seperti ; sudut
geser, kohesi, kelulusan air, sifat konsolidasi tanah.

5. Tubuh Bendung dan Bangunan Pengelak :


Pemilihan lokasi :
a. Pilih bagian sungai lurus, tidak ada gerusan.
b. Pilih lembah yang sempit ( biaya murah ).
c. Fondasi bendung harus kokoh.
d. Perencanan keperluan elevasi muka.air.
e. Ketersediaan bahan bangunan.
f. Keperluan elevasi muka air tergantung luas sawah yang diairi, semakin naik ke hulu maka sawah
yang terairi lebih luas, semakin turun ke hilir maka luas areal sawah yang terairi jadi berkurang.
6 Sungai :
Faktor yang dipertimbangkan :
a. Kemiringan dasar sungai.
b. Sedimen / bahan yang terangkut.
c. Jumlah air dan distribusi sepanjang tahun.
d. Morfologi sungai dan geologinya.
geologinya

A : Bila membawa batu, maka dasar sungai kuat, batu diterjunkan langsung
langsung.
B : Bila membawa endapan pasir,
pasir krikil, maka dasar sungai tidak kuat.
kuat
C : Bila membawa endapan batu besar, di rolling, loncat ke hilir;
D : Bila beda tinggi hulu – hilir > 7 m,dibuat double jump.

7. Metode Pelaksanaan :

Alternatif A - Di sungai : Pelaksanaan separuh-separuh, memerlukan kistdam panjang dan


mahal, resiko banjir besar.

Alternatif B : Di Kopur/sudetan : Pelaksanaan penuh tanpa kistdam hanya coffer dam, resiko banjir
kecil.
8. Analisa Stabilitas :
a. Gaya-gaya
gaya yang bekerja pada bendung :
- Tekanan air, luar dan dalam, hidrostatik dan hidrodinamik.
- Tekanan lumpur, menekan horizontal dan membebani vertical.
vertical
- Gaya gempa, tergantung peta gempa di Indonesia.
- Berat bangunan, tubuh bending.
- Reaksi fondasi, gaya tekan ke atas terhadap bendung dari reaksi fondasi.

b. Stabilitas, bendung harus stabil dalam 3 keadaan yakni


yakn :
- Stabil terhadap amblasnya bendung, Daya dukung fondasi tidak boleh dilampaui oleh tekanan
akibat berat bendung.
- Stabil terhadap gelincir, Gaya horizontal tidak boleh melebihi gaya geser yang melawan pada dasar
bendung.
- Stabil terhadap guling, Momen yang menggulingkan harus bisa ditahan momen yang melawannya.

C. Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah :


Bendung harus dicek stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah,
tanah naiknya dasar galian dan patahnya
pangkal hilir bangunan.

Anda mungkin juga menyukai