Anda di halaman 1dari 60

Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An.

F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di


Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kedokteran keluarga adalah upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin
pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. (Azwar, 1996)
Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan saja masalah medis tetapi meluas hingga
masalah sosial, ekonomi, budaya dan ketahanan nasional. (Kemenkes, 2012)
Penyakit kusta umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai
akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai
dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan ekonomi pada masyarakat. Penyakit
kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas
kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, kepercayaan yang keliru
mengenai kusta, dan cacat yang ditimbulkannya. (Kemenkes, 2012)
Kusta merupakan salah satu penyebab kecacatan di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang. Jumlah kasus baru kusta di dunia pada tahun 2011 sekitar 219.075 kasus. Dari
jumlah tersebut, paling banyak di daerah Asia Tenggara 160.132, diikuti regional Amerika
36.832, regional Afrika sebanyak 12.673 kasus, dan sisanya berada pada regional lain di
seluruh dunia. (WHO, 2015)
Sementara di regional di Asia Tenggara distribusi kasus kusta bervariasi berdasarkan
penemuan kasus baru. (WHO, 2015) Menurut penelitian, Indonesia kini menduduki peringkat
kedua penyandang kusta terbanyak setelah India. (WHO-SEARO, 2015)
Jumlah kasus baru di provinsi Banten mengalami kenaikan penderita dari 500 kasus
baru di tahun 2011 menjadi 702 kasus baru di tahun 2013. Banten sendiri menempati urutan
ke-7 kasus baru kusta terbanyak di Indonesia pada tahun 2013. (Kemenkes, 2014)
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, pada tahun 2014 didapatkan 284
kasus baru penyakit kusta, dengan angka prevalensi 0,83 per 10.000 penduduk (Dinkes
Kabupaten Tangerang, 2015). Di Puskesmas Gembong pada bulan Januari 2015 hingga
Agustus 2015 didapatkan 9 kasus (2 kasus lama dan 7 kasus baru) penyakit kusta.
(Puskesmas Gembong, 2015)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 1


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Alasan penulis memilih An. F untuk dilakukan kunjungan dengan pendekatan


kedokteran keluarga dikarenakan An. F menderita kusta pada usia 5 tahun, dan kedua orang
tua beserta paman pasien juga menderita kusta, dan pada bulan kedua, pengobatan sempat
terputus selama dua hari. Apabila kunjungan tidak dilakukan, dikhawatirkan pengobatan
terputus dan penyakit kusta pada An. F menular pada adiknya serta dapat menimbulkan
kecacatan di kemudian hari pada An. F.

I.2. Perumusan masalah


I.2.1. Pernyataan masalah
Terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F.
I.2.2. Pertanyaan masalah
1. Apa saja sumber penularan yang menyebabkan An. F tertular penyakit kusta?
2. Apa saja faktor internal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan
terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F?
3. Apa saja faktor eksternal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan
terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F?
4. Apa saja alternatif jalan keluar yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh An. F?

I.3. Tujuan
I.3.1. Tujuan Umum
Tercapainya kepatuhan pengobatan penyakit kusta pada An. F sehingga tidak timbul
kecacatan di kemudian hari.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya sumber penularan yang menyebabkan An. F tertular penyakit kusta.
2. Diketahuinya faktor internal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan
terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F.
3. Diketahuinya faktor eksternal berdasarkan Mandala of Health yang menyebabkan
terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F.
4. Diketahuinya alternatif jalan keluar untuk penyakit kusta pada An. F.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 2


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Istilah kusta berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni kustha berarti kumpulan gejala-
gejala kulit secara umum. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai
dengan nama penemu kuman tersebut.

Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah


Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan
mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari
luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat secara progresif menyebabkan kerusakan pada kulit,
saraf-saraf, anggota gerak dan mata. (Kemenkes, 2012)

II.2. Definisi Kasus

Definisi kasus kusta menurut WHO adalah seseorang dengan satu atau lebih kriteria
berikut dan belum pernah menyelesaikan terapi :

1. Lesi kulit hipopigmentasi atau kemerahan, disertai hilangnya sensibilitas

2. Kerusakan pada saraf perifer, seperti yang memiliki gejala hilangnya sensibilitas,
mobilitas tangan, kaki atau wajah

3. Hapusan kulit yang positif

Definisi kasus kusta tidak termasuk orang yang telah sembuh tetapi memiliki
disabilitas menetap. (WHO, 2000)

II.3. Epidemiologi

Masalah epidemiologi masih belum terpecahkan, cara penularan belum diketahui pasti
hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antarkulit yang lama dan
erat.

Masa tunasnya sangat bervariasi, antara 40 hari – 40 tahun, umumnya beberapa tahun,
rata-rata 3-5 tahun.

Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai tersebar di seluruh
dunia tampaknya disebabkan oleh perpindahan penduduk yang terinfeksi penyakit tersebut.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 3


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar
keringat dan air susu ibu, jarang didapat dalam urin. Sputum yang banyak mengandung M.
leprae berasal dari traktus respiratorius atas. Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih
rentan daripada orang dewasa. Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun
didapatkan 11,39%, tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang sekali. Frekuensi tertinggi
terdapat pada kelompok umur 25-35 tahun. (FK UI,2013)

Jumlah kasus kusta di seluruh dunia telah menurun. Kasus yang terdaftar pada
permulaan tahun 2009 tercatat 213.036 penderita yang berasal dari 121 negara, sedangkan
jumlah kasus baru pada tahun 2008 tercatat 249.007. Di Indonesia jumlah kasus kusta akhir
tahun 2008 tercatat 22.539 dengan kasus baru sebanyak 16.668 orang. Distribusi tidak
merata, yang tertinggi antara lain di Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Prevalensi
pada tahun 2008 per 10.000 penduduk adalah 0,73. (FK UI,2013)

II.4. Cara Penularan

Kuman kusta banyak ditemukan di mukosa hidung manusia. Telah terbukti bahwa
saluran nafas bagian atas dari pasien tipe lepromatosa merupakan sumber kuman. Di luar
tubuh manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9
hari. Sampai saat ini hanya manusia satu-satunya yang dianggap sebagai sumber penularan.
Kuman kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun-
tahun. Penularan terjadi apabila kuman kusta yang utuh (hidup) keluar dari tubuh pasien dan
masuk ke dalam tubuh orang lain.

Secara teoritis penularan dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan pasien.
Pasien yang sudah minum obat MDT tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain.
Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak dengan pasien kusta, hal ini
disebabkan adanya kekebalan tubuh. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause,
kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis penyakit
kusta. (Kemenkes, 2012)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 4


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

II.5. Faktor Resiko

Kusta terdapat dimana-mana. Makin rendah sosial ekonomi makin berat penyakitnya,
sebaliknya faktor sosial ekonomi tinggi sangat membantu penyembuhan. Ada variasi reaksi
terhadap infeksi M. Leprae yang mengakibatkan variasi gambaran klinis di berbagai suku
bangsa.

II.6. Patogenesis

M. leprae, yaitu bakteri penyebab penyakit kusta, memiliki patogenitas dan daya
invasi yang rendah. Pada infeksi M. leprae, sering didapatkan ketidakseimbangan antara
derajat infeksi dengan derajat penyakit. Hal ini disebabkan respons imun yang berbeda yang
menyebabkan reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri
ataupun bersifat progresif. Akibat sifat ini, kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologis.

Individu dengan respons imun seluler yang adekuat akan menunjukkan tipe penyakit
Tuberkuloid yang menyerang kulit dan sara perifer. Jumlah lesi kulit biasanya terbatas dan
lesi bersifat kering dan hipestesi. Gangguan saraf biasanya bersifat asimetris. Bentuk
penyakit seperti ini juga disebut kusta pausibasiler karena jumlah bakteri yang ditemukan
pada hapusan lesi kulit sedikit. Hasil tes kulit dengan antigen memberikan hasil yang positif
pada tipe ini.

Individu dengan respons imun seluler minimal akan menunjukkan tipe penyakit
lepromatosa, yang ditandai dengan gangguan kulit yang luas. Lesi kulit berupa nodul dan
plak, dan gangguan saraf biasanya bersifat simetris. Tipe ini juga disebut sebagai kusta
multibasiler karena jumlah bakteri yang ditemukan pada lesi dalam jumlah banyak. Tes kulit
dengan antigen memberikan hasil yang negatif.

Organisme M. leprae memiliki suhu optimal untuk tumbuh pada suhu 27-30oC,
sehingga lesi kulit biasanya timbul di daerah tubuh yang suhunya lebih rendah (jarang
ditemukan di daerah inguinal, axilla, dan cranium. (Kosasih A, 2013)

II.7. Klasifikasi

Dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta, misalnya klasifikasi Madrid,


klasifikasi Ridley-Jopling, Klasifikasi WHO dan Klasifikasi Puskesmas. Penentuan
klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah
kuman.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 5


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Tabel 1. Klasifikasi Kusta (FKUI, 2013)

Klasifikasi Zona Spektrum Kusta

Ridley & TT BT BB BL LL
Jopling

Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

Puskesmas PB MB

Pada tahun 1982 sekelompok ahli WHO mengembangkan klasifikasi untuk


memudahkan pengobatan di lapangan. Dalam klasifikasi ini seluruh pasien kusta hanya
dibagi dalam 2 tipe yaitu tipe Pausibasilar (PB) dan tipe Multibasilar (MB).

Tabel 2. Bagan Diagnosis Klinis Kusta Menurut WHO (1995) (FKUI, 2013)

PB MB

1. Lesi kulit  1-5 lesi  > 5 lesi

(makula datar,  Hipopigmentasi/eritema  Distribusi lebih

papul yang  Distribusi tidak simetris simetris

meninggi, nodus)  Hilangnya sensasi yang  Hilangnya sensasi


jelas kurang jelas

2. Kerusakan saraf  Hanya satu cabang saraf  Banyak cabang

(menyebabkan saraf

hilangnya
sensasi/kelemahan
otot yang
dipersarafi oleh
saraf yang terkena)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 6


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

II.8. Gejala Klinis

Terdapat beberapa spektrum klinis kusta dengan gejala, profil bakteriologis dan
imunologis yang berbeda. Gejala klinis tersebut sangat dipengaruhi oleh imunitas seluler
penderita. Imunitas seluler yang baik akan memberikan gejala klinis ke arah tuberkuloid,
sedangkan imunitas seluler yang rendah akan memberikan gejala ke arah lepromatosa.
(Widyaningsih, 2014)

Apabila penyakit mengenai saraf perifer, gejala klinis akan sesuai dengan nervus yang
terkena. Kemudian dilakukan pemeriksaan pembesaran saraf perifer, konsistensi dan nyeri
tekan dari saraf perifer. Saraf yang perlu diperiksa adalah N. fasialis, N. aurikularis magnus,
N. radialis, N. ulnaris, N. medianus, N. popliteal lateralis dan N. tibialis posterior.

II.9. Diagnosis
Menurut WHO, diagnosis kusta dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, yaitu lesi
kulit yang hipopigmentasi ataupun kemerahan, berupa makula maupun papul, tidak gatal dan
tidak nyeri, disertai penurunan sensibilitas. (WHO, 2000)
Pada pemeriksaan fisik terdapat hipestesi, lesi kulit dan neuropati perifer. Neuropati
perifer dapat ditemukan gangguan sensoris atau motoris, pembesaran saraf perifer, nyeri
tekan pada saraf perifer. Saraf perifer yang sering terkena adalah: n. ulnaris, n. medianus, m.
radialis, n. poplitea lateralis, n. tibialis posterior, n. facialis, dan n. trigeminus. (Kosasih A,
2013)
Pemeriksaan biopsi kulit, hapusan nasal dapat digunakan untuk memastikan basil
tahan asam. Biopsi kulit diambil dari tepi lesi yang merupakan bagian yang aktif. (Smith DS,
2014)
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang kusta adalah tes
lepromin, yang menguji kemampuan pasien untuk memberikan respons granulomatosa
terhadap bakteri M. leprae yang dimatikan. Pasien dengan kusta tuberkuloid memiliki
respons yang positif (indurasi >5 mm), sedangkan pada kusta lepromatosa memiliki respons
yang negatif. (Smith DS, 2014)
Uji phenolic glycolipid-1 merupakan uji serologis spesifik untuk mendeteksi antibodi
terhadap phenolic glycolipid-1 dengan sensitivitas 95% untuk mendeteksi kusta lepromatosa
tetapi hanya 30% untuk kusta tuberkuloid. (Smith DS, 2014)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 7


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

II.10. Pengobatan

1. Terapi farmakologis

 Dapson (Diaminodifenil sulfon / DDS). Prinsip pemberiannya adalah tidak boleh


diberikan sebagai monoterapi, harus dikombinasikan dengan obat lain. Dosisnya 1-
2mg/kgBB per hari. Efek samping yang timbul dapat berupa nyeri kepala, erupsi obat,
anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropati perifer, sindrom DDS, nekrolisis
epidermal toksik, hepatitis dan hipoalbuminemia.
 Rifampisin. Digunakan sebagai salah satu kombinasi DDS dengan dosis 10mg/kgBB
diberikan setiap hari atau setiap bulan. Efek samping yang dapat timbul berupa
hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, flu like syndrome dan erupsi kulit.
 Klofamizin. Dosis awal adalah 300mg / bulan dilanjutkan 50 mg / hari atau 3 x 100
mg / minggu. Efek sampingnya adalah warna kecoklatan pada kulit, warna
kekuningan pada sklera yang akan hilang setelah 3 bulan obat dihentikan.
 Alternatif obat lainnya antara lain:
o Ofloksasin. Dosis optimal adalah 400mg / hari. Efek samping berupa
gangguan gastrointestinal, insomnia, nyeri kepal, halusinasi dan pusing.
o Minosiklin. Dosis standar adalah 100mg / hari. Efek samping yang dapat
timbul pada anak adalah pewarnaan pada gigi dan terkadang dapat
menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan mukosa. Penggunaan obat ini tidak
dianjurkan pada anak-anak atau ibu hamil. (Widyaningsih, 2014)
 Dosis anak disesuaikan dengan berat badan:
o Rifampisin : 10-15 mg/kgBB
o Dapson : 1-2 mg/kgBB
o Lampren : 1 mg/kgBB
 Sebagai pedoman praktis untuk dosis MDT bagi pasien kusta digunakan tabel sebagai
berikut:

Tabel 3. Pedoman Praktis WHO untuk Dosis MDT Tipe PB (Kemenkes, 2012)
Jenis Obat < 5 th 5-9 th 10-15 th >15 th Keterangan

300 450 600 Minum di


Rifampisin
mg/bln mg/bln mg/bln depan petugas

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 8


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Berdasarkan 25 50 100 Minum di


DDS
berat badan mg/bln mg/bln mg/bln depan petugas

25 50 100 Minum di
mg/hari mg/hari mg/hari rumah

Tabel 4. Pedoman Praktis WHO untuk Dosis MDT tipe MB (Kemenkes, 2012)
Jenis Obat < 5 th 5-9 th 10-15 th >15 th Keterangan

300 mg/bln 450 mg/bln 600 mg/bln Minum di


Rifampisin
depan
petugas

Berdasarkan 25 mg/bln 50 mg/bln 100 mg/bln Minum di


DDS
berat badan depan
petugas

25 mg/bln 50 mg/bln 100 mg/bln Minum di


rumah

100 mg/bln 150 mg/bln 300 mg/bln Minum di


Lampren
depan
petugas

50 mg 2x 50 mg 50 mg per Minum di
seminggu setiap 2 hari rumah
hari

2. Terapi non-farmakologis
 Pasien kusta secara rutin perlu menjaga kebersihan diri terutama pada regio yang
mengalami penurunan fungsi neurologis. Tangan atau kaki yang anestetik dapat
direndam setiap hari selama 10 – 15 menit. Lesi kalus atau kulit di sekitar ulkus dapat
diabrasi. Selanjutnya, untuk menjaga nutrisi dan kelembapan yang adekuat pada kulit
dapat diberikan pelembab topikal.
 Istirahatkan regio yang terlihat kemerahan atau melempuh. Hindari tekanan yang
berlebihan pada regio lesi. (Widyaningsih, 2014)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 9


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Gambar 1. Alur Tatalaksana Kusta (Widyaningsih, 2014)

II.11. Komplikasi

Kusta dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:

 Neuropati, mencakup penurunan fungsi sensorik, motorik atau otonom saraf perifer
 Ulkus atau fissura yang dapat mengakibatkan osteomyelitis hingga amputasi
 Pembentukan kalus akibat penurunan aktivitas kelenjar keringat
 Kontraktur sendi akibat paralisis otot
 Kelainan oftalmologis berupa penurunan sensoris kornea (trigeminal neuropati),
lagoftalmus (neuropati fasial). (Widyaningsih, 2014)
II.12. Prognosis
Seseorang kusta yang telah terganggu fungsi neurologisnya memiliki kemungkinan
perbaikan yang terbatas, tetapi lesi kulit umumnya menghilang dalam tahun pertama
pengobatan. Diskolorasi kulit dan kerusakan kulit biasanya menetap. Deformitas yang paling
umum berupa penurunan sensibilitas kaki.
Terapi fisik, operasi rekonstruktif, transplan saraf dan tendon, dan surgical release
kontraktur dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien dengan kusta. (Smith
DS, 2014)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 10


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Gambar 2. Kerangka Teori Kusta.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 11


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB III
DATA KLINIS
III.1. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. F
Umur Pasien : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Sukamurni RT 01/RW 03
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku : Sunda
Pendidikan : Siswa PAUD
III.2. Anamnesis
Alloanamnesis dengan penanggung jawab kusta Puskesmas Gembong pada hari
Senin, 21 September 2015 pukul 10.00 WIB di Puskesmas Gembong.
Autoanamnesis dengan An. F dan alloanamnesis dengan ibu pasien pada hari Sabtu,
26 September 2015 pukul 12.00 WIB di rumah pasien.
Alloanamnesis dengan ayah pasien pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 17.30
WIB di rumah pasien.
 Keluhan utama
Bercak putih pada lutut kiri.
 Keluhan tambahan
Demam dan menggigil.
 Riwayat perjalanan penyakit
Menurut penanggung jawab penyakit kusta Puskesmas Gembong, terdapat
seorang anak laki-laki berusia 5 tahun penderita kusta tipe PB yang sempat putus obat
selama 2 hari. Saat ini, anak tersebut sedang menjalani pengobatan bulan ke-3. Kedua
orang tua dan paman anak tersebut juga terdiagnosa kusta tipe MB sejak 6 bulan
sebelumnya. Selama pengobatan penyakit kusta, kunjungan ke puskesmas tidak teratur.
Ibu pasien menyampaikan bahwa pada lutut kiri anaknya terdapat bercak bulat
berwarna keputihan, yang tidak terasa sakit sejak 7 bulan yang lalu. Bercak tidak terasa
gatal dan tidak terasa nyeri, berukuran kurang lebih 5 cm. Pasien juga mengeluh demam
dan menggigil sejak 3 bulan yang lalu. Demam naik turun tanpa pola tertentu.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 12


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Setelah membawa An. F ke puskemas Gembong, ibu An. F diberitahu bahwa


anaknya didiagnosa sebagai kusta tipe PB.
Menurut pengakuan ayah pasien, ia saat ini bekerja sebagai buruh pabrik baja
selama 2 tahun terakhir. Sebelumnya, ayah pasien bekerja sebagai supir bahan bangunan
selama 6 tahun dan jarang pulang ke rumah. Riwayat rekan kerja ayah pasien yang
menderita kusta disangkal. Riwayat sering berpergian ke kampung kusta diakui untuk
mengantar bahan bangunan kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Riwayat BAK lancar, 4-5x/hari, warna kekuningan, jernih, tidak nyeri, tidak ada
darah. Riwayat BAB lancar, 1x/hari, warna coklat, konsistensi normal, tidak ada lendir,
tidak ada darah, tidak terasa nyeri.
Pasien merupakan siswa PAUD di dekat rumah pasien. Keluhan yang dirasakan
pasien tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya, sehingga pasien dapat tetap bermain
seperti biasa dan pergi ke PAUD setiap hari.

 Riwayat penyakit dahulu


Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit kulit lain : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat asma : disangkal

 Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit kusta : ayah, ibu dan paman pasien menderita kusta tipe MB
sejak 1 tahun yang lalu, sedang menjalani pengobatan
bulan ke 6.
Riwayat flek paru : kakek (alm.) dan nenek (alm.) dari sisi ibu pasien
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat penyakit paru : disangkal
Riwayat asma : disangkal
 Riwayat imunisasi
Menurut ibu pasien, pasien sudah menerima imunisasi dasar lengkap.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 13


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Riwayat olahraga
Pasien gemar bermain bola dengan temannya.
 Riwayat kehamilan dan persalinan
Saat hamil, ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke posyandu. Tidak ada
penyulit saat hamil. Proses persalinan dilakukan di rumah, ditolong oleh bidan desa.
Pasien cukup usia gestasi. Berat badan lahir 3300 g. Ibu pasien mengaku sudah lupa
panjang badan dan lingkar kepala lahir An. F.
 Riwayat pertumbuhan
Data antropometri anak F pada tanggal 26 September 2015:
Berat badan = 16 kg
Tinggi badan = 110 cm
IMT = 13,22 kg/m2

Gambar 3. Kurva WHO Berat Badan Berdasarkan Usia (WHO, 2007)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 14


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Gambar 4. Kurva WHO Tinggi Badan Berdasarkan Usia (WHO, 2007)

Gambar 5. Kurva WHO Indeks Massa Tubuh Berdasarkan Usia (WHO, 2007)
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 15
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Kurva WHO : BB/U = -1 s/d -2 (normal)


: TB/U = 0 s/d -1 (normal)
: IMT/U = -1 s/d -2 SD (normal)
Kesimpulan : Riwayat pertumbuhan normal.
 Riwayat perkembangan
Usia Kemampuan Motorik
3 bulan Sudah bisa mengangkat dan menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri,
terkejut dan tersenyum.
6 bulan Sudah bisa tengkurap dan memegang benda dengan tangan sendiri
9 bulan Sudah bisa duduk, memindahkan barang dari satu tangan ke tangan yang
lain
12 bulan Sudah dapat mengangkat barang untuk berdiri
18 bulan Sudah bisa berdiri tanpa berpegangan dan dapat membungkuk untuk
mengambil mainan
24 bulan Sudah bisa berjalan dengan stabil, bertepuk tangan, memegang alat tulis
dan belajar makan dan minum sendiri
36 bulan Sudah bisa menaiki tangga, menendang bola, dan melepas pakaiannya
sendiri
Kesimpulan : Riwayat perkembangan normal sesuai dengan usianya.

 Riwayat pengobatan
Ibu pasien mengaku anaknya jarang berobat ke Puskesmas Gembong.

III.3. Pemeriksaan Fisik


Tanggal : 26 September 2015
Pukul : 12.30 WIB
Tempat : Rumah pasien

Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Generalis : Nadi : 104 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 16


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
TD : 100/60 mmHg
Data Antropometri
Berat badan : 16 kg
Tinggi badan : 110 cm
IMT : 13,22 kg/m2
Kurva WHO : BB/U = -1 s/d -2 (normal)
: TB/U = 0 s/d -1 (normal)
: IMT/U = -1 s/d -2 SD (normal)
Kesan : Status gizi normal
Pemeriksaan Fisik (dilakukan tanggal 26 September 2015, pukul 12.30 WIB)
Status Generalis :
 Kepala
Bentuk dan ukuran : Normocephali, tidak terdapat benjolan
Rambut dan kulit : Rambut warna hitam, terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut
 Wajah : Simetris
 Mata : Palpebra superior et inferior tidak edema, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, pupil bulat, isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya +/+, jarak
antar mata normal, pemeriksaan visus tidak dilakukan
 Hidung : Bentuk normal, deviasi septum nasi (-), sekret -/-, napas cuping hidung (-).
 Telinga : Bentuk normal, sekret -/-, serumen -/-
 Mulut dan bibir : Bibir sianosis (-), lidah bersih, uvula di tengah, T1-T1 tenang,
faring tenang, mukosa mulut tidak ada kelainan, stomatitis (-),
caries gigi (+) di gigi M1 kanan kiri atas dan bawah
 Kelenjar getah bening : Tidak teraba membesar
 Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
 Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris saat diam dan pergerakan napas, retraksi dinding
dada (-)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 17


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Palpasi : Stem fremitus tidak diperiksa


Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus kordis
Palpasi : Teraba pulsasi ictus kordis di ICS V midclavicular line
sinistra, kuat angkat 1 jari
Perkusi : Batas jantung kanan di sternal line dextra ICS IV. Batas
jantung kiri di MCL sinistra ICS IV
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan di keempat kuadran (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar, turgor kulit kembali cepat
 Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-, atrofi otot -/-
 Kulit : Warna sawo matang, bercak hipopigmentasi di lutut kiri
 Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologis:
 Regio : Lutut kiri
 Distribusi : Lokalisata
 Warna : Hipopigmentasi
 Ukuran : Plakat ± 5 cm
 Jumlah : Soliter
 Efluoresensi : Plak
 Konfigurasi : -
 Batas : Tegas
Kuku:
 Jaringan sekitar kuku tidak ditemukan kelainan
Status neurologis:
 Kesadaran : Compos mentis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 18


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Sensorik : Baik
 Motorik : Baik
 Refleks fisiologis : +/+
 Refleks patologis : -/-
Status saraf perifer:
 N. ulnaris : tidak ada kelainan
 N. medianus : tidak ada kelainan
 N. radialis : tidak ada kelainan
 N. poplitea lateralis : tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan
 N. tibialis posterior : tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan
 N. fasialis : tidak ada kelainan
 N. trigeminus : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Sensibilitas
 Di daerah lesi:
 Halus-kasar : Hipestesi di daerah lutut kiri
 Panas-dingin : Tidak dilakukan pemeriksaan (karena tidak ada alat)
 Tajam-tumpul : Hipestesi di daerah lutut kiri
III.4. Diagnosis
Diagnosis kerja : Kusta tipe PB
Diagnosis tambahan : -
Diagnosis banding : Pityriasis versicolor
III.5. Terapi yang Diberikan:
 Farmakologis
Blister obat kusta tipe PB yang berisi Rifampisin 300 mg setiap bulan, DDS 25
mg awal dan 25 mg setiap hari di rumah. Pengobatan diberikan selama 6 bulan
 Non-farmakologis
Kontrol ke puskesmas untuk mengambil obat sekali tiap bulan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 19


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB IV
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN
IV.1. Struktur Keluarga
Pasien merupakan laki-laki berusia 5 tahun dengan status anak pertama dari dua
bersaudara. Saat ini pasien tinggal serumah bersama kedua orangtua, paman dan adik
perempuannya.
Tabel 5. Daftar Anggota Keluarga An. F
No Nama. L/ Umur Pekerjaan Pendidikan Hub Ket.
P Pokok Terakhir Dengan
Pasien
36 Buruh pabrik Penderita
1. Tn. Ag L SD Ayah
tahun baja kusta MB
26 Ibu Rumah Penderita
2. Ny. Su P SMP Ibu
tahun Tangga kusta MB
Tertular
16 Buruh Paman dari
3. Tn. N L SD kusta tipe
tahun bangunan sisi ibu
MB
5
4. An. F L - Siswa PAUD Pasien
tahun
2
5. An. Sa P - - Adik pasien
bulan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 20


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

IV.2. Genogram

Gambar 6. Genogram Keluarga An. F.

IV.3. Riwayat Imunisasi Keluarga

Tabel 6. Riwayat Imunisasi Keluarga An. F.


Daftar JK Umur Vaksinasi
Keluarga (thn) Campak BCG DPT Polio HB
Tn. Ag L 36 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa
Ny. Su P 26 Lupa Lupa, Lupa Lupa Lupa
scar
(-)
Tn. N L 16 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa

An. F L 5 1x 1x 3x 4x 4x
(pasien)
An. Sa P 2 - - - 1x 1x
(bulan)
Keterangan:
JK = Jenis Kelamin HB = Hepatitis B
BCG = Bacille-Calmette Guerin L = Laki-laki
DPT = Diphteria Pertussis Tetanus P = Perempuan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 21


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Kesimpulan: An. F mendapatkan imunisasi lengkap, sedangkan orang tua pasien tidak
diketahui status imunisasinya. Adik pasien belum mendapat imunisasi lengkap karena
usianya belum sesuai jadwal imunisasi.
IV.4. Kondisi Ekonomi
Penghasilan keluarga berasal dari ayah pasien yang bekerja sebagai buruh pabrik baja,
penghasilan tiap bulan Rp. 2.400.000,-. Ibu pasien tidak bekerja. Paman pasien bekerja
sebagai buruh bangunan namun tidak bekerja dalam 6 bulan terakhir.
Perincian pengeluaran rutin tiap bulan :
Listrik Rp. 150.000,-
Makan sehari- hari Rp. 1.100.000,-
Air minum (air galon) Rp. 100.000,-
Biaya transportasi Rp. 250.000,-
Pulsa Rp. 100.000,-
Biaya keperluan sekolah Rp. 50.000,-
Cicilan koperasi desa Rp. 500.000,-
Kebutuhan lain-lain Rp. 250.000,- +
Total Rp. 2.500.000,-

Tidak terdapat sisa untuk ditabung sehingga setiap bulan pasien kekurangan Rp.
100.000,-. Untuk menutupi kekurangan biayanya, ibu pasien meminta ke ibu mertuanya (Ny.
J).
Seluruh keluarga telah terdaftar sebagai anggota Jamkesmas, sehingga tidak ada biaya
tambahan untuk pengobatan, kecuali obat yang dibeli sendiri.
IV.5. Pola Berobat
Pasien dan keluarganya memiliki kebiasaan berobat ke Posyandu menggunakan kartu
Jamkesmas. Keluarga pasien hanya sesekali berobat ke Puskesmas bila ingin berobat dan
tidak ada Posyandu.
IV.6. Pola Makan Sehari-hari
Bahan makanan dibeli oleh ibu pasien di pasar. Pasien sering makan masakan rumah
yang dimasak oleh ibu pasien sendiri dan kadangkala pasien jajan di luar rumah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 22


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Pola makan keluarga dan variasi makanan


Makan pagi: Nasi putih + tempe/tahu/telur + susu segar
Makan siang: Nasi putih + tempe/tahu/telur + bayam/sawi/kangkung
Makan malam: Nasi putih + tempe/tahu/telur + bayam/sawi/kangkung
Makanan selingan : Teh manis + pisang/pepaya

Tabel 7. Pola Makan Keluarga An. F


MENU
Sumber Sumber protein Sayur- Buah-
kalori sayuran buahan
Makan Pagi Nasi putih Tempe, tahu, - -
telur, susu

Makan Siang Nasi putih, Tempe, tahu, Bayam, sawi, -


telur kangkung

Makan Malam Nasi putih Tempe, tahu, Bayam, sawi, -


telur kangkung

Makan Selingan Teh manis Pisang,


pepaya

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 23


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Menu Makan An. F Sehari-hari

Tabel 8. Dietary recall Keluarga An. F (Perhitungan Nilai Gizi Diambil dari Daftar Analisis
Bahan Makanan, Oey Kam Nio, 2012)
Makanan pagi: Nasi putih + tempe orek + susu
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45
Tempe 50 80 9,15 2,0 6,35
Minyak sawit 5 45 0 5 0
Susu (cc) 200 124 6,4 7 8,6
Jumlah 423,5 18,95 14,35 54,4
Selingan siang: Pisang + Teh manis
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Pisang 70 68,6 0,84 0,14 15,96
Gula 30 112,8 0 0 28,2
Jumlah 181,4 0,84 0,14 44,16
Makanan siang : Nasi putih + telur dadar + tempe goreng
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45
Tempe 25 40 4,57 1,0 3,18
Telur 50 79 6,4 5,65 0,35
Minyak sawit 7,5 67,5 0 7,5 0
Jumlah 361 14,37 14,5 42,98

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 24


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Makanan malam : Nasi putih + tahu goreng + sayur bayam


Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,75 39,45
Tahu 50 39,5 3,9 2,3 0,8
Bayam 50 22,5 1,75 0,25 3,25
Minyak sawit 5 45 0 5 0
Jumlah 281,5 9,05 8,3 43,5
Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
TOTAL 1247,4 43,21 37,29 185,04

Perhitungan kebutuhan kalori An. F


IMT = 16 = 13,22 (status gizi normal)
(1,10)²
Kurva WHO : BB/U = -1 s/d -2 (normal)
: TB/U = 0 s/d -1 (normal)
: IMT/U = -1 s/d -2 SD (normal)
Kebutuhan nutrien:
Kebutuhan energi: 90kkal/kgBB/hari  16x90kkal = 1440 kkal
Kebutuhan protein: 1,8g/kgBB/hari  16x1,8g = 28,8 g
P/E ratio = 28,8 x 4 x 100 % = 8,0%.
1440
Namun, karena sedang dalam masa pertumbuhan dan dalam keadaan terdapat inflamasi,
maka P/E ratio dapat dinaikkan hingga 12%.
P/E ratio = 12% = a x 4 x 100 %  a = 43,2 g/hari
1440
Kebutuhan lemak: hingga 35% total energi  35% x 1440 kkal = 504 kkal/hari
= 56 g/hari.
Kebutuhan karbohidrat: Kebutuhan kalori - kebutuhan protein – kebutuhan lemak.
= 100 % - 12 % - 35 % = 53 %
= 53 % x 1440 kkal = 763,2 kkal = 190,8 g/hari

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 25


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Tabel 9. Selisih Kebutuhan dengan Pola Makanan Sehari-hari


Yang dikonsumsi Yang dibutuhkan Selisih
Energi 1247,4 1440 -192,6 kkal/hari
Protein 43,21 43,2 -0,01 g/hari
Lemak 37,29 56 -18,71 g/hari
Karbohidrat 185,04 190,8 -5,76 g/hari

IV.7. Kondisi Rumah


 Perumahan
a. Status rumah : Milik pribadi (warisan dari orang tua ibu pasien).
b. Lokasi rumah : Kurang lebih 3 km dari Puskesmas. Tidak ada transportasi
umum, tetapi keluarga punya motor untuk pergi ke puskesmas. Letak rumah
pasien dengan tetangga kanan-kiri tidak berdempetan.
c. Kondisi bangunan
o Luas bangunan : 8 m x 9 m = 72 m2
o Rumah terdiri dari : 1 lantai
o Jumlah ruangan : 7 ruangan (1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar
mandi, 3 kamar tidur, dan 1 kamar cuci).
o Kebersihan rumah : Kurang terjaga dengan baik
o Dinding rumah : Sebagian terbuat dari batu bata yang disemen,
sebagian terbuat dari anyaman bambu
o Atap rumah : Terbuat dari rumbia
o Langit-langit : Seluruh ruangan tidak menggunakan plafon.
o Lantai rumah : Sebagian ruangan menggunakan keramik
(kamar mandi dan sebagian dapur), sebagian
hanya disemen (ruang tidur, ruang tamu,
sebagian dapur)
Jumlah orang dalam rumah : 5 orang.
Jumlah keluarga dalam rumah : 1 keluarga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 26


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Alat Kesejahteraan dalam Keluarga


Di dalam rumah terdapat 2 buah televisi tabung berukuran 21 inch, 3 buah
kasur kapuk,1 buah kulkas, 1 buah kipas angin, 1 buah kompor gas, 3 buah
handphone, 1 buah rice cooker, 1 buah setrika, dan 1 buah sepeda motor.
 Ventilasi
Insidentil :
Pintu depan : 1 x 2 m x 1 m = 2 m2
Pintu belakang : 1 x 2 m x 1 m = 2 m2
Pintu pekarangan : 1 x 2 m x 1 m = 2 m2
Jendela rumah (8 buah) : 8 x 0,5 x 0,5 = 2 m2
Permanen :
Lubang angin dekat WC : 1 x 0,5 m x 0,2 m = 0,1 m2
Lubang angin di langit-langit dapur : 1 x 3 m x 1 m = 3 m2
Lubang angin di belakang dapur: 1 x 0,8 m x 0,3 m = 0,24m2
Lubang angin di atas masing-masing jendela : 8 x 0,3 x 0,5 m = 1,2 m2
Lubang angin di atas pintu depan : 1 x 1 m x 0,3 m = 0,3 m2

Presentase ventilasi total : 12,84 m2 x 100% = 17,83 %


72 m2
Presentase ventilasi insidentil : _8 m2 x 100% = 11,11%
72 m2
Presentase ventilasi permanen : 4,84 m2 x 100% = 6,72 %
72 m2

Karena ventilasi total rumah yang ideal minimal 15% dari luas lantai, maka
ventilasi rumah pasien sebesar 17, 83 % telah memenuhi kriteria ventilasi rumah yang
ideal, dan secara fungsional baik karena jendela sering dibuka. Ventilasi insidentil
juga telah memenuhi kriteria dengan jumlah minimal 10%. Sedangkan ventilasi
permanen juga telah memenuhi kriteria dengan jumlah minimal 5%.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 27


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Pencahayaan
Pencahayaan rumah cukup baik, karena cahaya matahari dapat masuk ke
dalam seluruh ruang rumah melalui jendela. Di dalam rumah terdapat 1 buah
incadescent lamp, 5 fluorescent lamp dengan daya masing-masing 15 watt. Lampu
tidak dinyalakan sepanjang hari.
 Air bersih
Keperluan minum dan memasak sehari-hari didapat dari air isi ulang galon,
kurang lebih 1 galon untuk minum dan memasak selama 5 hari. Kriteria air bersih :
kualitas air jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari air tanah yang
dipompa dengan jet pump dan digunakan untuk mandi, mencuci motor dan mencuci
pakaian.
 Kamar mandi
Kamar mandi berjumlah satu dan berada di dalam rumah yang letaknya di
samping dapur. Kamar mandi terdiri dari kran beserta ember berisi air dan jamban
jongkok tipe leher angsa. Terdapat lampu (fluorescent lamp dengan daya 15 watt) di
kamar mandi. Lantai kamar mandi terbuat dari keramik dan tidak licin. Kebersihan
kamar mandi kurang terjaga dan pencahayaan kurang terang.
 Jamban
Jamban berupa jamban jongkok leher angsa berada dalam kamar mandi yang
berukuran 1,8 m x 1,8 m dan dialirkan ke septic tank. Septic tank berjarak  12 m dari
sumber air.
 Pembuangan sampah
Sampah rumah tangga dikumpulkan di bak sampah depan rumah dan dibakar
seminggu sekali. Sampah di lingkungan rumah tampak berserakan sehingga kurang
terjaga kebersihan rumahnya.
 Pembuangan limbah
Air limbah yang berasal dari kamar mandi dan dapur dialirkan melalui pipa
yang berada di dalam tanah dan mengalir sampai ke selokan di samping rumah.
Selokan tidak mengalir dengan lancar, kotor, dan tetapi tidak ada sampah yang
menumpuk.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 28


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

IV.8. Denah Lokasi

Gambar 7. Denah Lokasi Rumah An. F

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 29


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

IV.9. Denah Rumah

Gambar 8. Denah Rumah An. F


IV.10. Mandala of Health
Body:An. F, 5 tahun, dengan kusta tipe PB, siswa PAUD.
Mind:
 An. F tidak merasa dirinya sakit.
Spirit:
 Jika sakit, An. F ingin cepat sembuh agar bisa kembali bermain bola.

Level 1
 Human biology: Tidak diketahui adanya faktor genetik pada An. F
 Family: An. F tinggal bersama orangtua (kusta), paman (kusta) dan adik
perempuannya.
 Personal behavior:
o An. F mandi tidak teratur dan jarang mengganti pakaian
 Psycho-socio-economic environment:
Lingkungan psikososial:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 30


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

o An. F mau bermain dengan teman di sekolah, di rumah bermain dengan


tetangganya
Lingkungan sosial ekonomi:
o An. F dari golongan menengah ke bawah.
 Physical environment:
o An. F tinggal di rumah yang kurang terjaga kebersihannya.
o Rumah An. F tidak berhimpitan dengan rumah tetangganya sehingga cahaya
yang masuk cukup.

Level 2
 Sick care system:
o Kurangnya edukasi mengenai penyakit kusta, terutama tentang cara penularan dan
mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
o Tidak adanya kunjungan tenaga kesehatan ke rumah pasien
o Jarak ke puskesmas 3 km, tidak ada akses ke puskesmas dengan kendaraan umum
 Work: -
 Life style:
o Kebiasaan main bola di sawah setelah pulang sekolah.

Level 3
 Community: -
 Human made environment:
o Rumah: Lingkungan rumah pasien tidak padat, tidak terkena polusi, sirkulasi
udara di rumah baik.
 Culture:
o Masyarakat beranggapan bahwa kusta penyakit kutukan dan tidak dapat sembuh.
 Biosphere: Global warming.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 31


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Gambar 9. Mandala of health An. F

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 32


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB V
DIAGNOSIS HOLISTIK
V. 1. Resume
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dengan keluhan bercak
putih pada lutut kiri yang tidak terasa sakit sejak 7 bulan yang lalu. Bercak tidak terasa
gatal dan tidak terasa nyeri, berukuran kurang lebih 5 cm. Pasien juga mengeluh demam
dan menggigil sejak 3 bulan yang lalu. Demam naik turun tanpa pola tertentu.
Menurut pengakuan ayah pasien, ia saat ini bekerja sebagai buruh pabrik baja
selama 2 tahun terakhir. Sebelumnya, ayah pasien bekerja sebagai supir bahan bangunan
selama 6 tahun dan jarang pulang ke rumah. Riwayat rekan kerja ayah pasien yang
menderita kusta disangkal. Riwayat sering berpergian ke kampung kusta diakui untuk
mengantar bahan bangunan kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Hasil pemeriksaan fisik, didapatkan hasil sebagai berikut:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 110 cm
IMT : 13,22 kg/m2 (normal)
Kurva WHO : BB/U = -1 s/d -2 (normal)
TB/U = 0 s/d -1 (normal)
IMT/U = -1 s/d -2 (normal)
Status Dermatologis:
 Regio : Lutut kiri
 Distribusi : Lokalisata
 Warna : Hipopigmentasi
 Ukuran : Plakat ± 5 cm
 Jumlah : Soliter
 Efluoresensi : Plak
 Konfigurasi : -
 Batas : Tegas

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 33


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Pemeriksaan Sensibilitas
 Di daerah lesi:
 Halus-kasar : Hipestesi di daerah lutut kiri
 Tajam-tumpul : Hipestesi di daerah lutut kiri

V.2. Diagnosis Holistik


V.2.1. Axis I (Personal)
 Bercak putih di daerah lutut kiri
 Demam dan menggigil

V.2.2. Axis II (Klinis)


 Diagnosis Utama : Kusta tipe PB
 Diagnosis Tambahan : -
 Diagnosa Banding : Pityriasis versikolor

V.2.3. Axis III (Internal)


 Pasien tidak merasa dirinya sakit.
 Pasien mandi tidak teratur, kadang-kadang hanya satu kali sehari.
 Pasien jarang mengganti pakaian.
 Pasien kekurangan asupan energi sesuai dengan usianya karena lebih senang jajan
dibanding makan masakan ibunya.
V.2.4. Axis IV (Eksternal)
 Keluarga tidak tahu bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular.
 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab, faktor resiko,
cara penularan, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis).
 Adanya stigma negatif pada masyarakat sekitar bahwa penyakit kusta merupakan
penyakit kutukan dan tidak dapat sembuh sehingga keluarga An. F merasa malu untuk
berobat ke puskesmas.
V.2.5. Axis V (Fungsional)
 Skala fungsional: 5 (Mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa hambatan)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 34


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

V.3. Diagnosis Keluarga


V.3.1. Bentuk Keluarga
 Keturunan : Patrilinier
 Perkawinan : Monogami
 Pemukiman : Matrilokal
 Jenis Anggota Keluarga : Extended family
 Kekuasaan : Patriakal
V.3.2. Fungsi Keluarga
Holistik
1. Biologis: Keadaan biologis keluarga An. F tidak terganggu.
2. Psikologis: Keadaan psikologis keluarga baik.
3. Sosial ekonomi: Tidak terganggu walaupun kurang pemasukannya.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 35


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Fisiologis (APGAR)
Tabel 10. Fungsi Fisiologis Keluarga An. F
Aspek Penilaian 0 1 2
(Jarang/tidak (kadang- (sering/selalu)
sama sekali) kadang)

 Adaptation: kemampuan adaptasi


dengan anggota keluarga lain serta
2
penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga lain
 Partnership: komunikasi, saling bagi,
saling isi antar anggota keluarga dalam 2
segala masalah yang dialami keluarga
 Growth: dukungan keluarga terhadap
hal-hal baru yang dilakukan anggota 2
keluarga lain
 Affection: hubungan kasih sayang dan
2
interaksi antar anggota keluarga
 Resolve: Kepuasan anggota keluarga
tentang kebersamaan dan waktu yang
2
dihabiskan bersama anggota keluarga
yang lain

Total APGAR score keluarga An. F adalah 10. Fungsi keluarga baik.

Patologis (SCREEM)
 Social:
Interaksi keluarga dengan tetangga sekitar baik, saling mengenal antar tetangga.
 Culture:
Saling menghormati dan menghargai budaya dalam masyarakat tersebut, tidak ada
saling membeda-bedakan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 36


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Religious:
Keluarga An. F taat beribadah dan aktif dalam kegiatan keagamaan bersama orang
tuanya.
 Economic:
Status ekonomi keluarga pasien menengah ke bawah.
 Educational:
Pendidikan ayah dan ibu rendah. Pengetahuan keluarga mengenai penyakit kusta juga
sangat kurang. Pasien masih bersekolah PAUD.
 Medical:
Keluarga An. F mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, pelayanan
kesehatan keluarga ditanggung oleh Jamkesmas.
Kesimpulan: dalam keluarga An. F terdapat fungsi patologis

Hubungan Antar Manusia


 Hubungan antara anggota keluarga maupun antar anggota masyarakat sekitar baik
Keturunan
 Terlampir Genogram
Perilaku
 Kebiasaan An. F bermain bola di sawah sepulang sekolah
 Kebiasaan An. F jarang mengganti pakaian
Non perilaku (lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
 Lingkungan sekitar An. F belum mengerti tentang kusta. Kusta dianggap penyakit
kutukan dan tidak dapat sembuh
 Jarak dari rumah pasien ke Puskesmas agak jauh tetapi masih dapat dijangkau
dengan motor milik keluarga pasien.
Indoor
 Memiliki cukup ventilasi dan cukup sinar matahari
 Lantai rumah An. F terdiri dari sebagian keramik dan sebagian hanya disemen.
Kebersihan rumah kurang terjaga dengan baik.
Outdoor
 Jalan di sekitar rumah pasien terbuat dari aspal.
 Akses dari rumah menuju Puskesmas Gembong harus melewati jalan berlubang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 37


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

dan jembatan yang masih dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat.
 Tinggal berdekatan dengan orang tua dan saudara menimbulkan suasana akrab
dan gotong royong.
 Tinggal dekat dengan rumah ibadah memudahkan terjadinya interaksi sosial.

Siklus Kehidupan Keluarga


Analisa situasi keluarga (memahami konsep sistem keluarga)
1. Keluarga sebagai sistem
 Anggota keluarga pasien terdiri dari ayah (Tn. Ag), ibu (Ny. Su), paman (Tn. N)
dan adik perempuan pasien (An. Sa). Apabila mengalami masalah biasanya pasien
mengadu kepada orangtuanya
2. Stabilitas keluarga
 Orangtua An. F mempertahankan kehidupan dari hasil kerja Tn. Ag sebagai buruh
pabrik baja. Uang yang didapat kurang cukup untuk mempertahankan kehidupan
bulanan keluarga sehingga kadang meminta pinjaman ke mertua Ibu Pasien.
 Semua anggota keluarga An. F memiliki asuransi kesehatan Jaskesmas dari
pemerintah yang sangat berguna dalam membantu pengobatan kesehatan keluarga
An. F
3. Perubahan pada keluarga
 Keluarga An. F biasanya mengatasi masalah dengan musyawarah bersama seluruh
anggota keluarga, namun Tn. Ag sebagai kepala keluarga selalu dimintai pendapat
dan persetujuan.
 Kedudukan dan fungsi masing-masing anggota keluarga sudah jelas karena
peranan yang dilakukan masing-masing anggota keluarga sudah berjalan dengan
baik.
4. Kaitan penyakit terhadap sistem keluarga
 Kusta yang diderita An. F tidak mempengaruhi fungsi keluarga
 Pengaruh fungsi keluarga terhadap kusta pada An. F sudah berjalan dengan baik.
Walaupun keluarga tidak mengerti tentang penyakit yang diderita An. F, namun
keluarga masih mendukung dan membawa An. F serta pamannya untuk berobat ke
Puskesmas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 38


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

5. Hirarki keluarga
 Tn. Ag adalah pemimpin keluarga
 Kedudukan dan fungsi masing-masing anggota keluarga cukup jelas.
6. Batas kepemimpinan
 Keluarga ini terdiri dari 2 generasi. Tn. Ag dan Ny. Su sebagai orangtua serta An.
F dan An. Sa sebagai anak. Batas kepemimpinan dalam keluarga ini jelas.
 Kewajiban tiap anggota keluarga jelas dan terdapat kerjasama dalam mencari
nafkah dimana Tn. Ag sebagai kepala keluarga bekerja mencari nafkah.

Gambar 10. Siklus Kehidupan Keluarga (Duvall)

Saat ini pasien berusia 5 tahun dan adik pasien berusia 2 bulan. Keluarga pasien dalam
tahap keluarga dengan bayi dan tahap keluarga dengan anak pra sekolah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 39


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB VI
RENCANA PENATALAKSANAAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF

VI.1. Axis I (Personal)


 Bercak putih di daerah lutut kiri
 Demam dan menggigil
Rencana penatalaksanaan
 Farmakologis:
Melanjutkan pengobatan kusta yang diberikan di Puskesmas Gembong
Paracetamol syrup (120 mg/5 mL) 3 x 1 ½ Cth bila demam dan menggigil
 Non farmakologis
Menjelaskan ke ibu pasien bahwa bercak putih akan hilang dengan sendirinya jika
teratur berobat.
Menjelaskan ke ibu pasien untuk menghentikan obat Paracetamol syrup jika demam
sudah tidak ada.

VI.2. Axis II (Klinis)


 Diagnosis Utama : Kusta tipe PB
 Diagnosis Tambahan : -
 Diagnosa Banding : Pityriasis versikolor
Rencana penatalaksanaan
Diagnosa Utama : Kusta tipe PB
 Farmakologis:
Blister obat kusta tipe PB yang berisi Rifampisin 300mg setiap bulan (diminum di
depan petugas setiap bulan) dan DDS 25mg (diminum di depan petugas setiap bulan)
dan 25 mg (setiap hari di rumah). Pengobatan diberikan selama 6 bulan.
 Non-farmakologis:
 Menjelaskan ke ibu pasien tentang cara minum obat (diminum satu kali sehari,
setiap sebelum pergi sekolah dan dalam kondisi perut kosong), efek samping
yang mungkin dapat timbul setelah minum obat dan memotivasi pasien untuk
minum obat secara teratur. Kemudian menjelaskan ke ibu pasien kapan harus
kontrol kembali ke puskesmas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 40


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Memberikan informasi ke ibu pasien mengenai cara penularan (etika batuk) dan
pencegahan agar pasien tidak menularkan ke orang lain di sekitarnya.
Diagnosa Banding: Pitiryasis versicolor

VI.3. Axis III (Internal)


 Pasien tidak merasa dirinya sakit.
Rencana penatalaksanaannya:
o Memotivasi An. F untuk mengikuti nasehat kedua orangtuanya.
 Pasien mandi tidak teratur, kadang-kadang hanya satu kali sehari.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk mandi secara teratur, minimal 2x/hari
 Pasien jarang mengganti pakaian.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk mengganti pakaian sehabis pulang sekolah atau
sehabis bermain bola di sawah.
 Pasien kekurangan asupan energi sesuai dengan usianya karena lebih senang jajan
dibanding makan masakan ibunya.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk makan masakan ibunya sesuai dengan menu yang
dianjurkan.
Perhitungan menu makan anjuran untuk An. F
 Energi: 90kkal/kgBB 17 x 90 kkal = 1530 kkal
 Protein: 1,8g/kgBB/hari  17 x 1,8 = 30,6 g/hari.
P/E ratio = 30,6 x 4 x 100 % = 8,0 %.
1530
Namun, karena sedang dalam masa pertumbuhan dan dalam keadaan
terdapat inflamasi, maka P/E ratio dapat dinaikkan hingga 12%.

P/E ratio = 12% = a x 4 x 100 %  a = 45,9 g/hari


1530
 Lemak: hingga 35% total energi  35% x 1530 kkal = 535,5 kkal = 59,5
g/hari.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 41


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Karbohidrat: Kebutuhan kalori - kebutuhan protein – kebutuhan lemak.


= 100 % - 12 % - 35 % = 53 %
= 53 % x 1530 kkal = 810,9 kkal = 202,7 g/hari

Tabel 11. Menu Makan Anjuran untuk An. F


Makanan pagi : Nasi putih + sop bayam wortel + tempe goreng
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 37,9
Bayam 30 13,5 1,05 0,15 1,95
Wortel 30 13,8 0,36 0,09 2,85
Tempe 50 80 9,15 2,0 6,35
Minyak sawit 10 90 0 10 0
Total 371,8 13,96 12,59 49,05
Selingan siang : Bubur kacang hijau
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Kacang hijau 30 105,3 6,66 0,36 18,87
Gula pasir 15 56,4 0 0 14,1
Santan 15 52,2 0,63 5,15 0,84

Total 213,9 7,29 5,51 33,81


Makanan siang : Nasi putih + sop labu siam + tempe goreng + telur dadar
Berat Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(g) (kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45
Labu siam 40 11,6 0,24 0,04 2,6
Tempe 30 48 5,49 1,2 3,81
Telur 50 79 6,4 5,65 0,35
Minyak sawit 15 135 0 15 0
Total 448,1 15,53 22,24 46,21

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 42


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Selingan sore : Pisang + teh manis


Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
Pisang 70 68,6 0,84 0,14 15,96
Gula 30 112,8 0 0 28,2
Total 181,4 0,84 0,14 44,16
Makanan malam : Nasi putih + telur dadar + tumis kangkung
Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45
Telur 50 79 6,4 5,65 0,35
Kangkung 50 18 1,5 0,15 2,7
Minyak sawit 10 90 0 10 0
Total 361,5 11,3 16,15 42,5
Berat (g) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat
(kkal) (g)
TOTAL 1576,7 48,92 56,63 215,73

Tabel 12.Selisih Kebutuhan An. F dengan Pola Makanan yang Dianjurkan


Yang disarankan Yang dibutuhkan Selisih
untuk dikonsumsi
Energi 1576,7 1530 + 46,7 kkal/hari
Protein 48,92 45,9 +3,02 g/hari
Lemak 56,63 59,5 - 2,87 g/hari
Karbohidrat 215,73 202,7 + 13,03 g/hari

VI.4. Axis IV (Eksternal)


 Keluarga tidak tahu bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular.
 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab, faktor resiko,
cara penularan, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis).
Rencana penatalaksanaannya:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 43


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Memberikan informasi ke keluarga pasien mengenai penyakit kusta yang


dialami pasien, terutama mengenai penyebab, faktor resiko, cara
penularannya, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis.
 Menjelaskan kepada keluarga An. F bahwa ayah, ibu dan paman An. F harus
berobat hingga tuntas.
 Adanya stigma negatif pada masyarakat sekitar bahwa penyakit kusta merupakan
penyakit kutukan dan tidak dapat sembuh sehingga keluarga An. F merasa malu untuk
berobat ke puskesmas.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien mengenai pandangan yang
benar terhadap penyakit kusta.

VI.5. Axis V (Fungsional)


 Skala fungsional: 5 (Mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa hambatan)
Rencana penatalaksanaan:Tidak dilakukan intervensi.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 44


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB VII
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI DAN PROGNOSIS
VII.1. Intervensi dan hasil intervensi
Kegiatan kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 26 September 2015. Pasien berobat
ke Puskesmas Gembong pada tanggal 28 September 2015. Dalam tiap kunjungan, dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien serta observasi keadaan dalam dan luar rumah.
Intervensi mulai dilakukan tanggal 26 September 2015, kemudian dilanjutkan pada tanggal 2
Oktober 2015. Pengamatan hasil intervensi dilakukan pada kunjungan berikutnya yaitu 16
Oktober 2015.

VII.1.1. Axis I (Personal)


 Bercak putih di daerah lutut kiri
 Demam dan menggigil
Rencana penatalaksanaan
 Farmakologis:
Melanjutkan pengobatan kusta yang diberikan di Puskesmas Gembong
Paracetamol syrup (120 mg/5 mL) 3 x 1 ½ Cth bila demam dan menggigil
 Non farmakologis
Menjelaskan ke ibu pasien bahwa bercak putih akan hilang dengan sendirinya jika
teratur berobat.
Menjelaskan ke ibu pasien untuk menghentikan obat Paracetamol syrup jika demam
sudah tidak ada.
Hasil Intervensi
 Farmakologis
Pasien sudah tidak demam dan tidak menggigil.
 Non farmakologis
Ibu pasien sudah mengerti bahwa bercak putih akan hilang dengan sendirinya jika
teratur berobat dan sudah menghentikan Paracetamol syrup karena An. F sudah tidak
demam.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 45


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

VII.1.2. Axis II (Klinis)


 Diagnosis Utama : Kusta tipe PB
 Diagnosis Tambahan : -
 Diagnosa Banding : Pityriasis versikolor
Rencana penatalaksanaan
Diagnosa Utama : Kusta tipe PB
 Farmakologis:
Blister obat kusta tipe PB yang berisi Rifampisin 300mg setiap bulan (diminum di
depan petugas setiap bulan), dan DDS 25mg (diminum di depan petugas setiap bulan)
dan 25 mg (setiap hari di rumah). Pengobatan diberikan selama 6 bulan.
 Non-farmakologis:
 Menjelaskan ke ibu pasien tentang cara minum obat (diminum satu kali sehari,
setiap sebelum pergi sekolah, dan dalam kondisi perut kosong), efek samping
yang mungkin dapat timbul setelah minum obat dan memotivasi pasien untuk
minum obat secara teratur. Kemudian menjelaskan ke ibu pasien kapan harus
kontrol kembali ke puskesmas.
 Memberikan informasi ke ibu pasien mengenai cara penularan (etika batuk) dan
pencegahan agar pasien tidak menularkan ke orang lain di sekitarnya.
Hasil intervensi:
 Farmakologis:
Pasien sudah mendapatkan obat kusta tipe PB yang terdiri dari berisi Rifampisin 300
mg setiap bulan, DDS 25 mg awal dan 25 mg setiap hari di rumah dan meminumnya
teratur.
 Non farmakologis
 Ibu pasien sudah dapat menjelaskan kembali tentang cara minum obat, efek
samping yang mungkin dapat timbul setelah minum obat dan memotivasi pasien
untuk minum obat secara teratur.
 Ibu pasien sudah mengerti mengenai cara penularan dan pencegahan agar pasien
tidak menularkan ke orang lain di sekitarnya.
Diagnosa Banding: Pitiryasis versicolor

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 46


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

VII.1.3. Axis III (Internal)


 Pasien tidak merasa dirinya sakit.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk mengikuti nasehat kedua orangtuanya.
Hasil intervensi :
 An. F terkadang menurut pada nasehat kedua orangtuanya.
 Pasien mandi tidak teratur, kadang-kadang hanya satu kali sehari.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk mandi secara teratur, minimal 2x/hari
Hasil intervensi :
 An. F belum mandi secara teratur, kadang-kadang hanya satu kali sehari.
 Pasien jarang mengganti pakaian.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk mengganti pakaian sehabis pulang sekolah atau
sehabis bermain bola di sawah.
Hasil intervensi :
 An. F sudah mengganti pakaian sehabis pulan sekolah atau sehabis bermain
bola di sawah.
 Pasien kekurangan asupan energi sesuai dengan usianya karena lebih senang jajan
dibanding makan masakan ibunya.
Rencana penatalaksanaannya:
 Memotivasi An. F untuk makan masakan ibunya sesuai dengan menu yang
dianjurkan.
Hasil intervensi :
 An. F sudah mengurangi jajan dan mau makan masakan ibunya sesuai dengan
menu yang dianjurkan.

VII.1.4. Axis IV (Eksternal)


 Keluarga tidak tahu bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular.
 Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab, faktor resiko,
cara penularan, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis).
Rencana penatalaksanaannya:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 47


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Memberikan informasi ke keluarga pasien mengenai penyakit kusta yang


dialami pasien, terutama mengenai penyebab, faktor resiko, cara
penularannya, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis.
 Menjelaskan kepada keluarga An. F bahwa ayah, ibu dan paman An. F harus
berobat hingga tuntas.
Hasil intervensi:
 Keluarga pasien sudah dapat menjelaskan kembali mengenai penyakit kusta
yang dialami pasien, terutama mengenai penyebab, faktor resiko, cara
penularannya, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis.
 Ayah, ibu dan paman An. F mau menyelesaikan pengobatan kusta hingga
tuntas.
 Adanya stigma negatif pada masyarakat sekitar bahwa penyakit kusta merupakan
penyakit kutukan dan tidak dapat sembuh sehingga keluarga An. F merasa malu untuk
berobat ke puskesmas.
Rencana penatalaksanaannya :
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien mengenai pandangan yang
benar terhadap penyakit kusta.
Hasil intervensi:
 Keluarga pasien sudah mempunyai pandangan yang benar terhadap penyakit
kusta.
VII.1.5. Axis V (Fungsional)
 Skala fungsional: 5 (Mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa hambatan)
Rencana penatalaksanaan :Tidak dilakukan intervensi.
Hasil intervensi: Tidak ada.

VII.2. Prognosis
Kusta tipe PB
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 48


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

VIII.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sumber penularan kusta yang diderita An. F berasal dari
kedua orang tua dan paman pasien.
 Diketahuinya sumber penularan yang menyebabkan An. F tertular penyakit kusta:
o An. F tinggal bersama kedua orang tua dan paman yang juga menderita kusta.
o Kurangnya pengetahuan keluarga An. F tentang penyakit kusta.
 Diketahuinya faktor-faktor internal berdasarkan Mandala of Health yang
menyebabkan terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F:
o An. F tidak merasa dirinya sakit
o An. F mandi tidak teratur, kadang-kadang hanya satu kali sehari
o An. F jarang mengganti pakaian
o An. F kekurangan asupan energi sesuai dengan usianya karena lebih senang
jajan dibanding makan masakan ibunya
 Diketahuinya faktor-faktor eksternal berdasarkan Mandala of Health yang
menyebabkan terputusnya pengobatan penyakit kusta pada An. F:
o Keluarga tidak tahu bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular.
o Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit kusta (penyebab, faktor
resiko, cara penularan, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis)
o Adanya stigma negatif pada masyarakat sekitar bahwa penyakit kusta
merupakan penyakit kutukan dan tidak dapat sembuh sehingga keluarga An. F
merasa malu untuk berobat ke puskesmas.
 Alternatif jalan keluar untuk permasalahan internal:
o Memotivasi An. F untuk mengikuti nasehat kedua orangtuanya.
o Memotivasi An. F untuk mandi secara teratur, minimal 2x/hari.
o Memotivasi An. F untuk mengganti pakaian sehabis pulang sekolah atau
sehabis bermain bola di sawah.
o Memotivasi An. F untuk makan masakan ibunya sesuai menu yang dianjurkan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 49


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

 Alternatif jalan keluar untuk permasalahan eksternal:


o Memberikan informasi ke keluarga pasien mengenai penyakit kusta yang
dialami pasien, terutama mengenai penyebab, faktor resiko, cara
penularannya, pengobatan, pencegahan, komplikasi dan prognosis.
o Menjelaskan kepada keluarga An. F bahwa ayah, ibu dan paman An. F
harus berobat hingga tuntas.
o Memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien mengenai pandangan
yang benar terhadap penyakit kusta.

VIII.2. Saran untuk Pasien dan Keluarga


1. Memberitahu ibu pasien dan keluarganya untuk rutin kontrol penyakitnya ke
puskesmas serta minum obat teratur setiap harinya.
2. Mengedukasi ibu pasien agar anaknya menjaga kebersihan diri dengan cara mandi
secara teratur minimal 2x/hari dan mengganti pakaian sehabis pulang sekolah atau
sehabis bermain bola di sawah.
3. Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga kebersihan rumah dengan cara
membersihkan sampah yang berserakan bila ada.
4. Mengedukasi ibu pasien mengenai menu makanan yang baik untuk keluarganya.

VIII.3. Saran untuk Tim Selanjutnya


1. Memantau gejala klinis, efek samping dari minum obat yang mungkin timbul,
komplikasi serta melanjutkan intervensi yang telah dijalankan.
2. Memantau kebersihan pasien dan keluarganya.
3. Memantau kepatuhan pasien dan keluarganya untuk minum obat.
4. Memantau frekuensi kontrol ke puskesmas Gembong.

VIII.4. Saran untuk Puskesmas


1. Menyarankan Puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang kusta.
2. Menyarankan agar Puskesmas selalu menyediakan obat untuk kusta.
3. Menyarankan agar Puskesmas memantau kemajuan pengobatan pasien dan
penularannya ke warga sekitar.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 50


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. (1996). Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Yayasan Penerbitan IDI,
Jakarta, 6.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Program Pengendalian Penyakit Kusta di Indonesia.
[Diakses 25 September 2015]. Diunduh dari: http://pppl.depkes.go.id/berita?id=948)
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang
Tahun 2014. Tigaraksa: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Dinas Kesehatan Provinsi Banten. (2012), Banten (http://dinkes.bantenprov.go.id dikutip 25
September 2015 pukul 20.00 WIB)
Djuanda A, Kosasih A, et al. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: edisi 6. Jakarta,
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 73-83.
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit
Kusta. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan, Jakarta, 1-74.
Widyaningsih O. (2014) Kusta. Dalam : Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita
Selekta Kedokteran: jilid 2. Badan Penerbit FKUI, Jakarta, 312-5.
Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B. (2012). Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 8th ed. McGraw Hill, New York, 1786-96.
World Health Organization (2015) Leprosy, Geneva (http://www.who.int/topics/leprosy/en/
dikutip 22 September 2015 pukul 20.15 WIB)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 51


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rumah
Orangtua An. F

Lampiran 2. Tampak
Kiri Rumah

Lampiran 3. Tampak
Kanan Rumah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 52


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 4. Halaman Belakang


Rumah

Lampiran 5. Kamar Tidur 1

Lampiran 6. Kamar Tidur 2

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 53


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 7. Kamar Tidur 3

Lampiran 8. Ruang
Tamu

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 54


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 9.
Dapur

Lampiran 10.
Penampungan Air

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 55


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 11. Tempat Cuci

Lampiran 12. Jamban

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 56


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 13.
Septic Tank

Lampiran 14. Pembuangan


Sampah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 57


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 15. Intervensi Pertama

Lampiran 16. Intervensi Kedua

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 58


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 17. Intervensi Ketiga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 59


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015
Laporan Kunjungan Kasus Kusta Tipe PB pada An. F (5 tahun) dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Wilayah Kerja Puskesmas Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 23 September 2015 – 21 Oktober 2015

Lampiran 18. Foto Bersama Keluarga An. F

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 60


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumangara
Periode 14 September 2015 – 7 November 2015

Anda mungkin juga menyukai