Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
World Health Organitation (WHO) melaporkan pada tahun 2010 sekitar 390
juta orang dari 128 negara yang terinfeksi dengue, dimana 96 juta orang
menunjukan manifestasi klinis demam berdarah dengue. Terjadi peningkatan
tajam dalam jumlah kasus yang dilaporkan selama beberapa bulan terakhir.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami endemik demam berdarah.
Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara seperti Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.2.3
Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan Provinsi Banten melaporkan terdapat 3486
orang yang terjangkit DBD dengan incidence rate sebesar 32 per 100.000
penduduk dan 33 orang dilaporkan meninggal dunia.4
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Diagnosis komunitas merupakan upaya yang sistematis untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara
pengumpulan data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya.
b. Diagnosis komunitas
Untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam komunitas digunakan
konsep Paradigma Blum yang mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik,
pelayanan kesehatan, perilaku individu/masyarakat dan lingkungan.
Berikut penjelasan mengenai keempat faktor yang berpengaruh pada status
kesehatan dalam Paradigma Blum
Status kesehatan
Indikatornya adalah angka kesakitan (morbidity rate) dan angka
kematian (mortality rate). Semakin tinggi status kesehatan di suatu
komunitas menandakan mortality rate yang rendah dan morbidity rate
yang rendah.
Genetik
Faktor yang bisa mempengaruhi kondisi imunitas seseorang
terhadap suatu penyakit
Pelayanan kesehatan
Mencakup kegiatan pencegahan, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi dan peningkatan kesehatan
Perilaku individu/masyarakat
Perilaku yang secara langsung/tidak langsung berkaitan dengan
kesehatan.
Lingkungan
Terbagi atas lingkungan fisik (kondisi air, tanah, udara, habitat dan
cuaca), biologis (populasi kuman, vektor, parasit dan karier) dan sosial-
ekonomi-budaya (legenda, kepercayaan dan tabu yang berkaitan dengan
kesehatan)
Kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dengan cara non scoring
technique (cara Delphi dan Delbeq) dan scoring technique (cara Bryant).
2. Identifikasi masalah penyebab dan alternatif pemecahan masalah
Analisis SWOT (strenght/kekuatan, weakness/kelemahan,
opportunity/peluangdan threat/ancaman) digunakan jika terdapat
masalah di pelayanan kesehatan
2.2.1 Pendahuluan
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4
jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi
klinik yang berat.8
2.2.2 Definisi
1. Suspek infeksi dengue ialah penderita demam tinggi mendadak tanpa
sebabyang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2 atau lebih
tanda-tanda: mual, muntah, bintik perdarahan, nyeri sendi, tanda-tanda
perdarahan: sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif,
leucopenia dan trombositopenia.
2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti
sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash,
mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium
leukopenia (lekosit < 5000 /mm3), jumlah trombosit cenderung menurun <
150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan serologis.
4. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III
dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg) atau hipotensi
yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah
sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan
darah).11
2.2.3 Epidemiologi
World Health Organitation (WHO) melaporkan pada tahun 2010 sekitar 390
juta orang dari 128 negara yang terinfeksi dengue, dimana 96 juta orang
menunjukan manifestasi klinis demam berdarah dengue. Terjadi peningkatan
tajam dalam jumlah kasus yang dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara telah mengalami endemik demam berdarah.
Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara seperti Afrika, Amerika,
Mediterania timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. 2.3
Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan Provinsi Banten melaporkan terdapat 3486
orang yang terjangkit DBD dengan 33 orang dilaporkan meninggal dunia. Dengan
incidence rate penduduk sebesar 31 per 100.000 penduduk.4
kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) dengan total kasus
konfirmasi 270 kasus dan 13 kematian dikarenakan DBD. 4
a. Vektor DBD
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
(Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies
lain seperti Ae.albopictus, Ae.polynesiensis dan Ae. niveus juga dianggap sebagai
vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi
geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang
sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang
kurang efisien dibanding Ae.aegypti. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan laut.
b. Siklus penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia)
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode
inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya Setelah melalui periode
inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi
dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan
mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah
masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata selama 4-6 hari)
timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing,
myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala
lainnya.
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut
penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam
siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit
nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari
nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.
c. Masa inkubasi
Infeksi dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai 14 hari, biasanya
4-7 hari.
d. Host
Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata rendah.
Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun studi yang
dilakukan di Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat terinfeksi
oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir. Semua orang
rentan terhadap penyakit ini, pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala lebih
ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita yang sembuh dari infeksi
dengan satu jenis serotipe akan memberikan imunitas homolog seumur hidup
tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap terhadap infeksi serotipe lain dan
dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.1
Pasien biasanya demam tinggi secara tiba-tiba. Fase demam akut ini biasanya
terjadi selama 2-7 hari dan sering disertai dengan muka kemerahan, eritema kulit,
nyeri seluruh badan, myalgia, arthtalgia dan nyeri kepala. Beberapa pasien
mengalami nyeri tenggorokan, penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Cukup
sulit untuk membedakan dengan infeksi virus lainnya. Tes tourniquet positif pada
fase ini memperbesar kecurigaan infeksi dengue. Manifestasi perdarahan ringan
seperti petekie dan perdarahan mukosa dapat terjadi. Perdarahan vagina yang
masif dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi pada fase ini namun jarang
terjadi. Dapat pula terjadi pembesaran hepar.
2) Tanda-tanda perdarahan
• Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah gangguan pada pembuluh
darah, trombosit, dan faktor pembekuan. Jenis perdarahan yang terbanyak
adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniquet positif, petekie, purpura,
ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
• Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk
membedakannya: lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai
dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan
meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang saat penekanan/
4) Syok
Tanda-tanda syok (renjatan):
• Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan
kaki
• Capillary refill time memanjang > 2 detik
• Penderita menjadi gelisah
• Sianosis di sekitar mulut
• Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
• Perbedaan tekanan nadi sistolik dan diastolik menurun 20 mmHg. 1
2.2.8 Diagnosis
2) Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita
terinfeksi virus dengue.
2.2.10 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien bermanifestasi ringan dapat berobat
jalan sedangkan pasien dengan tanda bahaya dirawat. Tetapi pada kasus DBD
dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Diagnosis dini dan memberikan
nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda bahaya, merupakan hal yang
penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit
DBD sulit diramalkan.
Orang tua atau pasien dinasehati bila setelah demam turun didapatkan
nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta
a) Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana
DD, bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-
kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak
dapat mengurangi lama demam pada DBD.
b) Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada
umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap
kejadian syok yang mungkin terjadi. Pemeriksaan kadar hematokrit
berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk
pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat
Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit
setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
3) Jenis Cairan
- Kristaloid: Larutan ringer laktat (RL), Larutan ringer asetat (RA),
Larutan garam faali (GF), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA),
Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
(Catatan: Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA
tidak boleh larutan yang mengandung dekstosa)
c) Fase Penyembuhan/konvalesen
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase
penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke
dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan
menyebabkan edema palpebra, edema paru dan distres pernafasan.
2) Tatalaksana SSD
yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi
lemah, tekanan nadi menyempit (20 mmHg) atau hipotensi, dan peningkatan
mendadak dari kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus
menerus walaupun telah diberi cairan intravena. Pada penderita SSD dengan
tensi tak terukur dan tekanan nadi 20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid
sebanyak 20 ml/kg BB selama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10
ml/kgBB/jam.
d) Pemberian Oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua
pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan
masker, tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi makin
gelisah apabila dipasang masker oksigen.
e) Transfusi Darah
Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada
setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan
(prolonged shock). Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan
manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk mengetahui
perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai
f) Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi
secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada monitoring adalah :
(1) Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap
15-30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
(2) Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai
keadaan klinis pasien stabil.
(3) setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai
jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan
yang diberikan sudah mencukupi.
(4) Jumlah dan frekuensi diuresis
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa
penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi
dengan baik. Apabila diuresis belum cukup 1ml/kgBB/jam, sedang
jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat dengan tanda
overload antara lain edema, pernapasan meningkat, maka
selanjutnya furosemid 1 mg/kgBB dapat diberikan. Jika pasien
sudah stabil, maka bisa dirujuk ke RS rujukan.
1. Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat
dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium
dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya
harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan
sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan
metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan
pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Golongan insektisida
kimiawi untuk pengendalian DBD adalah :
Sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl
pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine,
Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan
dingin/ULV.
Sasaran pra dewasa (jentik): Organophospat (Temephos).
2. Biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa
vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang,
tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites,
Mesocyclopsdapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode
yang lazim untuk pengendalian vektor DBD. Jenis pengendalian vektor biologi:
Parasit : Romanomermes iyengeri
Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensisGolongan insektisida biologi
untuk pengendalian DBD (Insect Growth Regulator/IGR dan Bacillus
Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang
diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor. Insect Growth
3. Manajemen lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air,
vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat
perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti sebagai
nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di
daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai
source reduction seperti 4M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll);
dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll).
Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk melakukan kegiatan ini
secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk mau secara terus
menerus menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan promosi
kesehatan, penyuluhan di media masa, serta reward bagi yang berhasil
melaksanakannya.
Tujuan
Mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD
dapat dicegah atau dikurangi.
Sasaran
Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :
• Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari
• Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA)
• Tempat penampungan air alamiah .
Ukuran keberhasilan
Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Cara PSN DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘4M-Plus’, 4M yang dimaksud yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain (M2)
3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
4. Memantau jentik nyamuk di tempat-tempat yang dapat menyebabkan
perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti (M4), Selain itu ditambah
(plus) dengan cara lainnya, seperti:
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain
ujung berlidah (ligula), helaian, lebih dari separuh menggantung, remasan berbau
aromatik. Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk,
berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna sama umumnya putih.
Kandungan dari serai yang utama adalah minyak atsiri dengan komponen
sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%,
sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin,
limonen, kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal,
sitronelol dan geraniol. Hasil penyulingan dari Andropogon nardus L dapat
diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas
geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk. 12
Abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45 % silika yang merupakan
penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit
serangga sehingga serangga akan mati kekeringan. Sitronelol dan geraniol
merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari serangga, termasuk
nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan
pengusir nyamuk. 12
Lavender dikenal sebagai anti nyamuk karena mengandung zat linalool dan
linalil asetat. Penggunaan bunga lavender sebagai anti nyamuk adalah dengan
meletakkan bunga maupun tanamannya di dalam ruangan. Lavender merupakan
jenis tumbuhan semak dengan tinggi ± 1 m, bertulang daun sejajar, bunga terletak
di ujung daun berwarna ungu kebiruan. Bunga lavender cukup mempunyai nilai
ekonomis sehingga berpeluang untuk dibudidayakan. Bunga ini mengeluarkan
aroma wangi dan sering digosok-gosok ke tubuh untuk menghindari gigitan
nyamuk. Lavender banyak ditemukan sebagai tumbuhan liar di beberapa tempat di
Indonesia Tempat tumbuh pada ketinggian 500-1300 meter dari permukaan laut.
Tanaman ini dapat diperbanyakan secara vegetatif melalui stek batang dan secara
generatif melalui biji. 12
Tanaman zodia merupakan tanaman asli lndonesia yang berasal dari Papua.
Masyarakat Papua biasanya menggosok kulit mereka dengan daun tanaman zodia
sebelum masuk ke hutan agar terlindungi dari serangan serangga, khususnya
nyamuk. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO),
minyak yang disuling dari daun zodia mengandung linalool 46% dan apinene
13,26% serta zat evodiamine dan rutaecarpine. Linalool berfungsi sebagai
pengusir nyamuk. Daun zodia mampu menghalau nyamuk selama 6 jam, dengan
daya halau (daya proteksi) lebih dari 70%. Tanaman zodia dapat mencapai tinggi
200 cm, daun berwarna hijau kekuningan dan mengeluarkan aroma wangi bila
digosok. Zodia terdapat ditanam di dalam pot digunakan sebagai tanaman dalam
ruangan (indoor plant) dan dapat juga ditanam di luar ruangan. 12
Geranium atau Tapak Dara tumbuh liar disekitar sawah dan digunakan untuk
mengusir nyamuk dan ngengat. Tanaman geranium mengandung senyawa
sitronella dan geraniol yang mempunyai aroma khas serta mampu mengusir
nyamuk. Tanaman ini merupakan tanaman perdu berdaun hijau dengan tepi daun
bergerigi. Batang geranium banyak mengandung air dan diperbanyak dengan
menggunakan stek anakan. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai anti nyamuk
dengan meletakkan daunnya di dalam ruangan sebagai aroma terapi. 12
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
4. Kesehatan keluarga dan reproduksi.
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. Penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan.
Gambar 3.Grafik Kasus DBD Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Sindang Jaya
Gambar 4. Jumlah kasus DBD berdasarkan kelompok umur di Desa Sindang Sono
tahun 2015
3) Lifestyle :
a. Pengetahuan (kognitif)
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD yang meliputi
penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahan (dari pembagian dan
pengisian kuesioner didapatkan hasil hanya 35% warga (termasuk
siswa/i) dengan pengetahuan baik tentang penyakit DBD).
b. Sikap (afektif)
Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih kurang
memperdulikan kebersihan lingkungan.
Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih beranggapan bahwa
penanggulangan penyakit DBD bukan merupakan tanggung jawab
warga (termasuk siswa/i).
c. Perilaku (psikomotor)
Kurangnya partisipasi warga (termasuk siswa/i) dalam menjalankan
program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
4) Lingkungan :
a. Fisik
Terdapat barang-barang bekas yang berpotensi terjadi genangan air
dan menjadi sarang nyamuk DBD di sekitar rumah warga (termasuk
siswa/i) RT 03RW 02, Desa Sindang Sono.
b. Non Fisik
Biologis:
Ditemukan jentik nyamuk yang dapat menjadi vektor penularan
penyakit DBD.
Sosial-Ekonomi-Budaya :
o Masih banyak masyarakat yang menganggap remeh penyakit
DBD.
o Keterbatasan ekonomi di masyarakat sehingga sering terjadi
keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) akan berobat ke
Puskesmas jika kondisi mereka tidak sembuh dengan obat
tradisional maupun obat warung.
Fisik Promotif
Penyuluhan dilakukan setiap 6 bulan atau
Terdapat barang-barang bekas yang berpotensi terkait temuan kasus DBD disebabkan
terjadi genangan air dan menjadi sarang nyamuk kurangnya personil dan koordinator program
DBD di sekitar rumah warga RT 03/ RW 02, DBD merangkap beberapa program
Desa Sindang Sono. Puskesmas lain (koordinator tersebut juga
Non Fisik memegang program Posbindu, Posyandu,
Biologis : Ditemukan jentik nyamuk yang dapat UKS, dll).
menjadi vektor penularan penyakit DBD. Preventif
Sosial-Ekonomi-Budaya: Kurangnya tenaga pelaksana Juru Pemantau
Masih banyak masyarakat yang menganggap Jentik (Jumantik) yang bertugas untuk
remeh penyakit DBD. melakukan pemantauan jentik berkala di
Keterbatasan ekonomi di masyarakat sehingga rumah warga.
sering terjadi keterlambatan dalam melakukan Kuratif dan Rehabilitatif
pemeriksaan laboratorium. Terhambatnya penanganan medis
Sebagian besar warga akan berobat ke Puskesmas Geneti dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang
kesehatan seperti laboratorium dan tempat
jika kondisi mereka tidak sembuh dengan obat k rawat inap.
tradisional maupun obat warung.
Lifestyle
Hasil dari mini survei terhadap 20 pengunjung Puskesmas Sindang Jaya didapatkan:
Pengetahuan (kognitif)
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD (65% warga yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai DBD)
Sikap (afektif)
Sebagian besar warga masih kurang memperdulikan kebersihan lingkungan, dan beranggapan
bahwa penanggulangan DBD bukan merupakan tanggung jawab mereka
Perilaku (psikomotor)
Warga masih membiarkan tempat penampungan dalam keadaan terbuka, tidak menguras TPA, dan
tidak berperan dalam pengawasan jentik nyamuk di rumah.
BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
A. Pengetahuan (Kognitif)
Kurangnya pengetahuan warga (termasuk siswa/i) akan penyakit DBD (dari
hasil pembagian dan pengisian kuesioner minisurvey didapatkan hasil 65%
warga (termasuk siswa/i) memiliki pengetahuan kurang mengenai penyakit
DBD).
B. Sikap (Afektif)
Perilaku pasif terhadap lingkungan.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih kurang memperdulikan
kebersihan lingkungan.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih beranggapan bahwa
penanggulangan penyakit DBD bukan merupakan tanggung jawab warga
(termasuk siswa/i).
C. Perilaku (Psikomotor)
Kurangnya partisipasi warga (termasuk siswa/i) melakukan PSN di
kediaman masing-masing seperti :
o Warga (termasuk siswa/i) masih membiarkan tempat penampungan air
(TPA) dalam keadaan terbuka.
o Tidak menguras bak/TPA secara rutin seminggu sekali.
o Warga (termasuk siswa/i) tidak berperan aktif dalam pengawasan jentik
nyamuk di rumah.
Sikap Pengetahuan
Perilaku
BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI
5.1.3 Intervensi III : Pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka
bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Intervensi ini bertujuan untuk memantau partisipasi siswa/i SMP PGRI
Sindang Sono, RT 03 RW 02 sekaligus menilai hasil ABJ setelah dilakukan
intervensi.
a. Kegiatan :
Pengecekan hasil kerja ‘Kader Jumantik’ melalui observasi jumlah
stiker pemeriksaan jentik dan stiker rumah bebas jentik serta
pemeriksaan jentik langsung di rumah warga di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono, untuk melihat keberhasilan kinerja Kader
Jumantik melalui kecocokan laporan dan kenyataan di lapangan.
Menilai hasil ABJ setelah dilalukan intervensi.
b. Dasar : Dari data penyelidikan epidemiologi di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono pada tanggal 12 januari 2016 oleh pihak Puskesmas,
dari 71 rumah warga didapati sekitar 38 rumah yang bebas jentik nyamuk
(ABJ 53%)
c. Sasaran : Rumah warga RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.
d. Tempat : Rumah warga RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.
e. Indikator penilaian : Meningkatnya partisipasi siswa/i terhadap PSN
dinilai dengan peningkatan persentase ABJ≥75% dari penghitungan ABJ
bulan Januari 2016.
Man Koas UNTAR Pembagian pre-test, Meningkatnya pengetahuan Penurunan jumlah kasus DBD Menurunnya Insiden DBD di
penyuluhan, dan siswa/i mengenai penyebab di Desa Sindang Sono, RT 03 wilayah kerja puskesmas
Siswa/i SMP
pembagian post- DBD, cara penularan, tanda RW 02, Kecamatan Sindang Sindang Jaya
PGRI Sindang
testkepada siswa/i dan gejala, dan cara Jaya
Sono (Penurunan Jumlah Kasus
SMP PGRI Sindang pencegahan penyakit DBD
(Penurunan Jumlah Kasus minimal 10% dari baseline)
Money Pengeluaran: Sono dengan peningkatan minimal
minimal 10% dari baseline)
35 poin pada nilai post-test
Rp. 260.000,-
dibandingkan nilai pre-test.
Material Laptop,
Proyektor,
Kertas pre-test
dan post-test,
Botol minum,
dan Snack
Method Pre-test,
Penyuluhan, Post-
test
Jangka
Masukan Kegiatan Jangka pendek Jangka panjang
menengah
(3 minggu) (5 tahun)
(1 tahun)
Jangka
Masukan Kegiatan Jangka pendek Jangka panjang
menengah
(3 minggu) (5 tahun)
(1 tahun)
Man Koas UNTAR Penanaman dan pelabelan tanaman Dilakukan penanaman Dibagikannya Siswa/i
pengusir nyamuk 4 pot Serai,2 pot Zodia, dan pelabelan bersama tanaman mengembangbiak
Kepala sekolah dan siswa/i SMP
dan 2 pot Rosemary di pekarangan tanaman pengusir nyamuk pengusir kan tanaman
PGRI Sindang Sono
sekolah SMP PGRI Sindang Sono yaitu 4 pot Serai, 2 pot nyamuk yang pengusir nyamuk di
Zodia, dan 2 pot telah rumah untuk dapat
Rosemary di Lingkungan dikembangbiak dibagikan pada
Money Pengeluaran:
sekolah SMP PGRI RT 03 kan di sekolah tetangga sekitar
Rp.45.000.- RW 02 Desa Sindang kepada siswa/i untuk ditanam
Permohonan Izin
4 Meminta ijin kepada Didapatkan ijin Kepala Puskesmas Kepala 18 Februari Milana Yunus Didapatkan
Kepala Puskesmas untuk Sindang Jaya, Kepala Puskesmas 2016 Andryan ijin untuk
Sindang Jaya, kepala melakukan Sekolah SMP PGRI Sindang Jaya, Kurniadi melakukan
sekolah SMP PGRI kegiatan Sindang Sono dan ketua Kepala Sekolah Dian Kartika kegiatan
Sindag Sono dan intervensi RT 03 RW 02 Desa SMP PGRI intervensi
ketua RT 03 RW 02 Sindang Sono Sindang Sono dan
Desa Sindang Sono ketua RT 03 RW
02 Desa Sindang
Sono
Pelaksanaan intervensi
5 Penyuluhan terhadap Peningkatan Siswa/i kelas 1 sampai 3 Rp. SMP PGRI 19 Februari Milana Yunus Peningkatan
siswa/i SMP PGRI pengetahuan SMP PGRI Sindang Sono, 265.000.- Sindang Sono 2016 Andryan pengetahuan
yang bertempat tinggal di
Sindang Sono, Pre- siswa/i RT 03 RW 02 Desa Kurniadi pada post-test
test dan post-test. Sindang Sono Dian Kartika dibandingkan
( 31 siswa/i ).
nilai pre-test
Evaluasi
9 Evaluasi Intervensi Mengetahui Siswa/i kelas 1 sampai 3 SMP PGRI 2 Maret 2016 Milana Yunus Tercapainya
SMP PGRI Sindang Sono Sindang Sono, tujuan jangka
tercapainya Andryan
yang bertempat tinggal di pendek dari
tujuan jangka RT 03 RW 02 desa Lingkungan RT Kurniadi intervensi
pendek dari Sindang Sono (31 03 RW 02 Desa Dian Kartika yang
siswa/i ). Sindang Sono dilakukan
intervensi yang
dilakukan Rumah warga RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono
6 Pembentukan Kader Jumantik pembagian stiker, leaflet, dan bubuk abate kepada
warga
7 Pemantauan kinerja Kader Jumantik dan Pemantauan angka bebas jentik (ABJ)
8 Pembagian berupa tanaman pengusir nyamuk (Serai, Zodia, Rosemary).
9 Evaluasi hasil intervensi.
10 Penulisan laporan DK.
BAB VI
PELAKSANAAN INTERVENSI
6.1.1 Penyuluhan
6.1.3 Pemantauan hasil Kader Jumantik dilapangan serta angka bebas jentik
di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Gambar 9. Flow chart pemantauan hasil Kader Jumantik dilapangan serta angka
bebas jentik diRT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
powerpoint dan penayangan video tentang DBD dimulai setelah lembar pre-
test dikumpulkan. Lembar post-test dibagikan pada akhir penyuluhan untuk
menilai peningkatan pengetahuan siswa/i setelah intervensi berupa
penyuluhan dengan waktu pengisian sekitar 15 menit.Setelah lembar post-
test dikumpulkan, kegiatan ditutup oleh 3 koas IKM UNTAR dan dilakukan
pembagian bingkisan yang selesai pada pukul 17.00 WIB.
6.3 Monitoring
6.3.1 Jadwal monitoring dan pelaksana
6.3.1.1 Penyuluhan
Intervensi penyuluhan mengenai DBD bersifat one time event, sehingga
monitoring dilakukan saat berjalannya kegiatan yaitu tanggal 19 Februari 2016
melalui post-test.
Monitoring pada intervensi ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 Februari 2016
dengan dibagikannya set kerja Kader Jumantik pada 31 siswa/i dan pelaporan
hasil pemeriksaan jentik pada tanggal 26 Februari 2015.
Kendala yang dihadapi adalah sempitnya waktu untuk memeriksa tiap rumah
ditambah dengan jarak antar rumah yang cukup jauh dan 4 rumah dalam keadaan
kosong saat kunjungan.
6.3.2.4 Tanaman pengusir nyamuk
Tidak ada kendala yang duhadapi.
BAB VII
HASIL INTERVENSI
13 AS 30 80 50 Meningkat
No Nama Pre-test Postest Peningkatan Keterangan
14 SP 20 80 60 Meningkat
15 YP 30 100 70 Meningkat
16 PN 30 100 70 Meningkat
17 N 40 90 50 Meningkat
18 K 30 90 60 Meningkat
19 R 40 90 50 Meningkat
20 P 50 100 50 Meningkat
21 T 40 90 50 Meningkat
22 SK 80 80 0 Tidak meningkat
23 ND 30 70 40 Meningkat
24 EP 30 90 60 Meningkat
25 AP 40 80 40 Meningkat
26 I 20 80 60 Meningkat
27 H 60 70 10 Meningkat
28 JK 40 100 60 Meningkat
29 S 20 80 60 Meningkat
30 NS 60 90 30 Meningkat
31 DS 80 80 0 Tidak meningkat
Total 1180 2760 1580
Mean 38,06 89,03 50,97
Median 40 90 60
Sumber : Hasil perhitungan penulis
Peningkatan - 50,97 60
pengetahuan
Meningkat 29 (93,5 %) - -
No Nama Jumlah 16 PN 2
Siswa Rumah 17 N 2
1 A 2 18 K 2
2 SA 2 19 R 3
3 YP 3 20 P 2
4 EM 2 21 T 2
5 RP 2 22 SK 3
6 SI 2 23 ND 2
7 AW 2 24 EP 2
8 M 2 25 AP 2
9 YR 3 26 I 2
10 MY 2 27 H 3
11 ER 2 28 JK 2
12 AR 2 29 S 2
13 AS 2 30 NS 3
14 SP 2 31 DS 2
15 YP 2 Total 68
BAB VIII
EVALUASI KEGIATAN
8.1 Metode Evaluasi
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
PROSES
Variabel Tolok ukur Data Kesenjanga
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan isi penyuluhan Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pembuatan pre-test dan post-test Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan jenis dan pembelian snack Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pembelian botol minum Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKMUntar Dilakukan nDilakuka Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan n Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Sindang Sono n
Dilakuka
n
Actuating Melakukan pre-test Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Dilakukan penyuluhan mengenai DBD dan cara pencegahan DBD Dilakukan n Tidak ada
Melakukan sesi tanya jawab dan pembagian hadiah berupa botol minum Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Melakukan post-test Dilakukan n Tidak ada
Melakukan pembagian makanan ringan Dilakukan Dilakuka Tidak ada
n
Dilakuka
n
Dilakuka
n
Controllin Masing – masing Koas bertanggung jawab terhadap materi edukasi yang Dilakukan Dilakuka Tidak ada
KELUARAN
MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
- Siswa SMP PGRI Sindang Sono - 31 orang - 31 orang - Tidak ada
Dana - Bubuk abate Rp. 300.000,- Rp. 300.000,- - Tidak ada
- Stiker pemeriksaan jentik (Sumber : dana bersama)
- Stiker rumah bebas jentik
- Leaflet
Materia - Bubuk abate - 77 bungkus - 77 bungkus - Tidak ada
l - Stiker pemeriksaan jentik - 75 buah - 72 buah - Ada
- Stiker rumah bebas jentik - 75 buah - 72 buah - Ada
- Senter - 2 buah - 2 buah - Tidak ada
- Leaflet - 72 lembar - 72 lembar - Tidak ada
Metode - Demonstrasi bagaimana cara melihat jentik - Ada - Ada - Tidak ada
nyamuk dan cara menabur bubuk abate
- Penyuluhan mengenai pemeriksaan jentik di - Ada - Ada - Tidak ada
rumah siswa maupun rumah tetangga dan
pembentukan Kader Jumantik
- Pembagian bubuk abate dan leaflet kepada - Ada - Ada - Tidak ada
siswa untuk dibagikan ke tetangga
sekitarnya
PROSES
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan isi penyuluhan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembelian bubuk abate Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembuatan stiker bebas jentik dan stiker pemeriksaan jentik Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembuatan leaflet Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Sindang Sono
Actuating Demonstrasi bagaimana cara melihat jentik nyamuk DBD dan cara menabur Dilakukan Dilakukan Tidak ada
bubuk abate Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan jentik pada rumah dan tetangga Dilakukan Dilakukan Tidak ada
sekitar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembentukan Kader Jumantik untuk pemeriksaan jentik nyamuk DBD
Pembagian bubuk abate dan leaflet kepada siswa SMP PGRI Sindang Sono
Controlling Masing – masing Koas bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dilakukan Dilakukan Tidak ada
KELUARAN
Tabel 12. Evaluasi program intervensi pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW
02
MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
Dana - - - -
PROSES
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan pemeriksaan jentik pada rumah warga (termasuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
siswa/i) kepada Ketua RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
Actuating Melakukan pemeriksaan jentik pada rumah warga (termasuk siswa/i) Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Menghitung angka bebas jentik setelah dilakukan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Controlling Masing – masing Koas IKM bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dilakukan Dilakukan Tidak ada
KELUARAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Meningkatnya partisipasi siswa/i Peningkatan persentase ABJ Peningkatan persentase ABJ Tidak ada
terhadap PSN dinilai dengan ≥75% dari penghitungan ABJ ≥86% dari penghitungan ABJ
bulan Januari 2016 bulan januari 2016
peningkatan persentase ABJ dari
penghitungan ABJ bulan Januari
2016
MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
- Siswa SMP PGRI Sindang Sono - 5 orang - 5 orang - Tidak ada
Dana - Tanaman Serai Rp. 45.000,- Rp. 39.000,- - Ada
- Tanaman Zodia
- Tanaman Rosemary (Sumber : dana bersama)
PROSES
Variabel Tolak ukur Pencapaian Kesenjangan
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembelian tanaman pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Andryan: Mencari tanaman Serai, penanaman tanaman pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Dian: Mencari tanaman Zodia Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Milana: Mencari tanaman Rosemary Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Sindang Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Sono
Actuating Melakukan penanaman Tanaman Pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Controlling - - - -
KELUARAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Dilakukan penanamandan Penanaman dan pelabelan Penanaman dan pelabelan Tidak ada
pelabelan tanaman pengusir tanaman pengusir nyamuk yaitu tanaman pengusir nyamuk yaitu
Serai sebanyak 4 pot, Zodia Serai sebanyak 4 pot, Zodia
nyamuk di pekarangan sekolah sebanyak 2 pot dan Rosemary sebanyak 2 pot dan Rosemary
SMP PGRI Sindang Sono sebanyak 2 pot sebanyak 2 pot
BAB IX
KESIMPULAN
Intervensi I : Penyuluhan
Intervensi II : Pembentukan ‘Kader Jumatik’, pembagian bubuk abate,
stiker pemantau jentik, serta stiker rumah bebas jentik
Intervensi III : Monitor kerja‘Kader Jumatik’ di lapangan serta
pemantauan angka bebas jentik di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
Intervensi IV : Penanaman dan pelabelan tanaman pengusir nyamuk
tentang penyakit DBD, dari rata-rata hasil pre-test 38 poin menjadi 89 poin
pada post-test.
Dari hasil intervensi pembentukan 31 ‘Kader Jumatik’ yang bertugas
memantau jentik pada 72 rumah, pembagian bubuk abate, stiker
pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik memberikan hasil telah
dibagikannya bubuk abate, leaflet dan stiker pemeriksaan jentik pada 68
rumah serta stiker bebas jentik pada 61 rumah.
Hasil dari intervensi yang dilakukan pada pemantauan kerja Kader
Jumantik dilapangan serta pemantauan angka bebas jentik di RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono dapat disimpulkan bahwa terdapat kecocokan
antara hasil laporan siswa/i dengan kenyataan di lapangan yakni terdapat
61 rumah bebas jentik dari 68 rumah yang diperiksa (termasuk SMP PGRI
Sindang Sono) dikarenakan 4 rumah dinyatakan tidak berpenghuni dari
total 72 rumah, dan terdapat peningkatan ABJ dari 53% pada bulan
Januari menjadi 86% pada akhir intervensi.
Hasil dari intervensi tanaman pengusir nyamuk (2 pot Rosemary, 4 pot
Serai, 2 pot Zodia) adalah telah ditanam dan dilabel tanaman pengusir
nyamuk di pekarangan sekolah sebagai percontohan untuk dikembang
biakkan agar nantinya dapat dibagikan kepada siswa untuk di tanam di
rumah.
BAB X
SARAN
10.1 Saran bagi SMP PGRI dan warga (termasuk siswa/i) RT 03 RW 02 Desa
Sindang Sono:
DAFTAR PUSTAKA
9. Suhendro dkk. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta:
Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalamFakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. Hal. 1731-1735.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
95
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
11. Sudjana P. Diagnosis dini penderita demam berdarah dengue dewasa. Dalam:
jendela epidemiologi, Volume 2. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.
Hal. 97-98.
12. Kardinan, A. Mengenal lebih dekat tanaman pengusir dan pembasmi nyamuk.
Jakarta: Agromedia. 2001.
13. Puskesmas Sindang Jaya. Laporan Tahunan 2015. Tangerang: Kecamatan
Sindang Jaya; 2015.
DAFTAR LAMPIRAN
1) IDENTITAS RESPONDEN
NAMA :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
UMUR :
PENDIDIKAN :
2) PERTANYAAN
PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah?
a. Tahu
b. Tidak Tahu
Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?
a. Virus
b. Gigitan seranggan ( nyamuk, lalat)
c. Makanan/minuman yang tidak dimasak dengan baik
d. Tidak tahu
2. Bagaimanana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam
berdarah?
a. Demam tinggi mendadak,lemas, perdarahan: berupa bintik-binti
merah di kulit/perdarahan gusi/hidung dll
b. Demam naik pada sore dan malam, turun pada pagi hari, disertai nyeri
perut
c. Demam tidak terlalu tinggi, mencret, dan nyeri perut
d. Tidak tahu
PERILAKU
a. Perlu
b. Tidak perlu
Apabila perlu, kapan harus membersihkan/menguras bak mandi?
a. satu kali dalam seminggu
b. Tiap bulan
c. Kalau kotor saja
d. Tidak tahu
7. apa yang kamu lakukan terhadap barang-barang bekas yang dapat
tergenang air dan menjadi tempat bersarangnya jentik nyamuk DBD?
a. mengubur, menimbun, dan membakar
b. melaporkan ke petugas sampah lingkungan
c. membuang air yang tergenang dalam sampah
d. tidak melakukan apa-apa
SIKAP
8. Apakah anda setuju bahwa penanggulangan DBD merupakan tanggung
jawab bersama semua pihak termasuk anda dan warga (termasuk siswa/i)
sekitar?
a. setuju
b. tidak setuju
9. Apakah anda setuju bahwa nyamuk demam berdarah dapat timbul dari
kurangnya kebersihan lingkungan sekitar (kaleng bekas yang terisi air, dan
bak mandi yang jarang dikuras)?
a. setuju
b. tidak setuju
I. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur :
II. Pertanyaan
1. Apakah penyebab penyakit demam berdarah?
e. Virus
a. Gigitan seranggan ( nyamuk, lalat)
b. Makanan/minuman yang tidak dimasak dengan baik
c. Tidak tahu
2. Bagaimanana tanda dan gejala orang yang menderita penyakit demam
berdarah?
a. Demam tinggi mendadak,lemas, timbul bintik-binti merah di
kulit/perdarahan gusi/hidung dll
b. Demam pada sore dan malam, disertai batuk, dan keringat malam
c. Demam tidak terlalu tinggi, mencret, dan nyeri perut
d. Tidak tahu
3. Menurut kamu bagaimana penyebaran penyakit demam berdarah?
a. Melalui debu/angin
b. Melalui batuk/dahak
c. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah
d. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demam berdarah
4. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?
a. Warna hitam
b. warna cokelat
c. Warna hitam garis garis putih
d. Tidak tahu
5. Tempat-tempat apa saja yang dapat menjadi tempat bersarang nyamuk
demam berdarah disekitar lingkungan rumah?
a. Tempat penampungan air yang tidak tertutup, misalnya : bak mandi,
kaleng bekas yang terisi air, tempat minum burung
b. Selokan dan got yang kotor
c. Dari pohon dan tanaman liar disekitar rumah
d. Tidak tahu
6. Apakah yang dimaksud dengan 4M PLUS?
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
100
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
Hasil:
Lampiran 10. Hasil rumah positif jentik (tanpa stiker rumah bebas jentik)
Lampiran 11. Hasil rumah negatif jentik (dengan stiker rumah bebas
jentik)