Anda di halaman 1dari 108

Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam

Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik
perdarahan (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock).1

World Health Organitation (WHO) melaporkan pada tahun 2010 sekitar 390
juta orang dari 128 negara yang terinfeksi dengue, dimana 96 juta orang
menunjukan manifestasi klinis demam berdarah dengue. Terjadi peningkatan
tajam dalam jumlah kasus yang dilaporkan selama beberapa bulan terakhir.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami endemik demam berdarah.
Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara seperti Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara.2.3

Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk.. Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak
112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (angka kesakitan 46 per
100.000 penduduk dan angka kematian 0,77%). Terjadi peningkatan kasus pada
2013 dibandingkan 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan incidence rate 37 per
100.000 penduduk. Provinsi dengan incidence rate tertinggi di Indonesia yaitu
Bali 168 per 100.000 penduduk, DKI Jakarta 104 per 100.000 penduduk dan di
Yogyakarta 96 per 100.000 penduduk.3

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan Provinsi Banten melaporkan terdapat 3486
orang yang terjangkit DBD dengan incidence rate sebesar 32 per 100.000
penduduk dan 33 orang dilaporkan meninggal dunia.4

Dinas kesehatan KabupatenTangerang mengeluarkan laporan perihal kejadian


luar biasa (KLB) DBD. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1501 Tahun 2010,
dengan peningkatan kasus DBD lebih dari 2 kali pada bulan Januari 2016
dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 83 desa/kelurahan pada 16 kecamatan
di Kabupaten Tangerang dinyatakan mengalami kejadian luar biasa (KLB) DBD
dengan total konfirmasi 270 kasus dan 13 kematian dikarenakan DBD.5

Di wilayah kerja Puskesmas Sidang Jaya sendiri, sejak Januari 2016


menempati posisi kedua kasus DBD terbanyak dari 44 Puskesmas di Kabupaten
Tangerang dengan toal 28 kasus terdiri dari 4 orang tersangka DBD dan 24 orang
yang terdiagnosis DBD. Sindang Sono merupakan daerah yang paling banyak
melaporkan kasus DBD yaitu sebanyak 11 kasus tercatat sejak Januari 2016
terutama di RT 03 RW 02 dengan jumlah kasus terbanyak berada pada rentang
usia 10-15 tahun.6

Untuk memberantas penyakit DBD diperlukan pembinaan peran serta


masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit. Pembinaan
peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada
masyarakat. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit DBD dilaksanakan melalui
kerjasama lintas program dan sektoral yang di koordinasikan oleh Kepala
Wilayah/Daerah. Berdasarkan lokasi dan insiden usia terbanyak yaitu 10-15 tahun
(usia SMP) yang menderita penyakit DBD maka dipilih Desa Sindang Sono RT
03 RW 02 dan SMP PGRI Sindang Sono RT 03 RW 02, untuk dijadikan fokus
diagnosis komunitas.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum:

Diturunkannya insiden DBD di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya.

1.2.2 Tujuan khusus:

1. Diketahuinya masalah utama tingginya insiden DBD di wilayah kerja


Puskesmas Sindang Jaya yaitu Desa Sindang Sono RT 03 RW 02 periode
15 Februari sampai 2 Maret 2016.
2. Diketahuinya masalah-masalah penyebab yang menyebabkan tingginya
insiden DBD di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya, Desa Sindang
Sono RT 03 RW 02
3. Diketahuinya intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan dalam jangka pendek (3 minggu) dan memiliki daya ungkit
yang besar dalam menunjang tujuan jangka menengah (1 tahun) dan
jangka panjang (5 tahun) yang diharapkan di wilayah kerja Puskesmas
Sindang Jaya yaitu Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
4. Diketahuinya hasil intervensi yang dilakukan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosa komunitas

2.1.1 Definisi
Diagnosis komunitas merupakan upaya yang sistematis untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara
pengumpulan data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya.

2.1.2 Alur kerja diagnosis komunitas


Untuk mengerti masalah kesehatan yang ada di dalam masyarakat dan untuk
membuat penanganan atas masalah-masalah tersebut perlu di lakukan identifikasi
masalah; identifikasi masalah penyebab dan alternatif pemecahan masalah;
perencanaan intervensi; pelaksanaan, pengawasan, pecatatan, pengolahan dan
penyajian intervensi; evaluasi terhadap program intervensi; kesimpulan dan
saran.7 Berikut penjabaran alur kerja diagnosis komunitas:
1. Identifikasi masalah
a. Analisis situasi
 Data epidemiologis yang ada di lapangan (morbiditas, mortalitas, KLB,
prevalensi dan insiden)
 Penyakit yang termasuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di
Puskesmas
 Hasil Survei Basic Six Puskesmas yaitu promosi kesehatan; kesehatan
lingkungan; kesehatan ibu anak termasuk keluarga berencana;
perbaikan gizi masyarakat; penanggulangan penyakit dan pengobatan
 Program kesehatan (adanya kesenjangan pencapaian/tolok ukur)
 Masalah spesifik yang ada di wilayah tersebut (diperoleh melalui
observasi, survei, wawancara dengan kepala Puskesmas/pemegang
program/masyarakat)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

b. Diagnosis komunitas
Untuk mengidentifikasi masalah yang ada dalam komunitas digunakan
konsep Paradigma Blum yang mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik,
pelayanan kesehatan, perilaku individu/masyarakat dan lingkungan.
Berikut penjelasan mengenai keempat faktor yang berpengaruh pada status
kesehatan dalam Paradigma Blum
 Status kesehatan
Indikatornya adalah angka kesakitan (morbidity rate) dan angka
kematian (mortality rate). Semakin tinggi status kesehatan di suatu
komunitas menandakan mortality rate yang rendah dan morbidity rate
yang rendah.
 Genetik
Faktor yang bisa mempengaruhi kondisi imunitas seseorang
terhadap suatu penyakit
 Pelayanan kesehatan
Mencakup kegiatan pencegahan, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi dan peningkatan kesehatan
 Perilaku individu/masyarakat
Perilaku yang secara langsung/tidak langsung berkaitan dengan
kesehatan.
 Lingkungan
Terbagi atas lingkungan fisik (kondisi air, tanah, udara, habitat dan
cuaca), biologis (populasi kuman, vektor, parasit dan karier) dan sosial-
ekonomi-budaya (legenda, kepercayaan dan tabu yang berkaitan dengan
kesehatan)
Kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah dengan cara non scoring
technique (cara Delphi dan Delbeq) dan scoring technique (cara Bryant).
2. Identifikasi masalah penyebab dan alternatif pemecahan masalah
 Analisis SWOT (strenght/kekuatan, weakness/kelemahan,
opportunity/peluangdan threat/ancaman) digunakan jika terdapat
masalah di pelayanan kesehatan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

 Fishbone diagram digunakan jika terdapat masalah pada lifestyle


 Pendekatan sistem digunakan jika terdapat masalah di program
kesehatan
 Brain storming digunakan jika diperlukan untuk menunjukkan
bagaimana intervensi diperoleh yang belum jelas ditemukan dengan ke
3 cara di atas.
3. Perencanaan intervensi
 Penetapan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Untuk
mengukur keberhasilan tujuan jangka pendek diperlukan suatu
indikator yang bisa diperoleh dari SOP kegiatan di Puskesmas,
indikator program, kepustakaan, wawancara dengan kepala
Puskesmas/pemegang program dan dapat ditentukan sendiri oleh
anggota kelompok dengan berkonsultasi dengan ahli dalam bidang
tersebut.
 Menyusun rencana kegiatan
 Menyusun jadwal kegiatan
4. Pelaksanaan, pengawasan, pencatatan, pengelolaan dan penyajian hasil
intervensi
5. Evaluasi
Hasil akhir yang diperoleh setelah disesuaikan dengan indikator yang telah
ditetapkan
6. Kesimpulan dan saran

2.2 Demam berdarah dengue

2.2.1 Pendahuluan
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviruses) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4
jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat
serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan
serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi
klinik yang berat.8

Virus dengue ditularkan melalui gigitan banyak spesies nyamuk Aedes


(antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopictus). Nyamuk berasal dari family
Stegomyia. Nyamuk ini terutama terdapat di daerah tropis dan subtropis. Aedes
aegypti yang menggigit pada pagi hingga sore hari adalah vektor utama virus.
Nyamuk berkembang biak di tempat penampungan air bersih yang tidak
berhubungan dengan tanah. Virus dengue juga ditemukan pada nyamuk Aedes
albopictus yang berkembang biak di air yang terperangkap diantara tumbuhan.
Karena suhu rendah nyamuk tidak dapat hidup pada ketinggian diatas 1000 meter.
Telur dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa adanya air. Larva tumbuh di air
yang disimpan untuk minum, mandi, atau air hujan yang ditampung di dalam bak.
Nyamuk betina tumbuh menjadi dewasa di dalam ruangan tertutup. Sekali
terinfeksi virus, nyamuk akan terinfeksi selamanya dan menularkan virus jika
menggigit manusia. Nyamuk betina juga menularkan virus kepada anaknya
melalui penularan transovarium.9,10

2.2.2 Definisi
1. Suspek infeksi dengue ialah penderita demam tinggi mendadak tanpa
sebabyang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2 atau lebih
tanda-tanda: mual, muntah, bintik perdarahan, nyeri sendi, tanda-tanda
perdarahan: sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif,
leucopenia dan trombositopenia.

Infeksi dengue dapat bermanifestasi 2 macam yaitu infeksi dengue ringan


dan berat. Tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi dengue berat adalah :
• Nyeri abdominal
• Muntah yang terus menerus

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

• Tanda-tanda kebocoran plasma (asites, efusi pleura)


• Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi)
• Letargi
• Pembesaran hati > 2 cm
• Pemeriksaan Laboratorium: Peningkatan hematokrit dan penurunan
trombosit

Catatan : DD ditegakkan setelah melewati masa kritis (saat demam turun)


dengan dasar nilai hematokrit normal atau tidak ditemukan adanya kebocoran
plasma sistematik. Pasien dapat dipulangkan setelah diobservasi dalam waktu
24 jam setelah melewati masa kritis.

2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti
sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash,
mual, muntah dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium
leukopenia (lekosit < 5000 /mm3), jumlah trombosit cenderung menurun <
150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan serologis.

3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 - 7 hari disertai dengan


manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda tanda
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit 20 % dari nilai normal, dan/atau
efusi pleura, dan/atau ascites, dan/atau hypoproteinemia/ albuminemia) dan
atau hasil pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan
hasil positif atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada
pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris).

4. Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III
dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg) atau hipotensi
yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah
sampai terjadi syok berat (tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan
darah).11

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

2.2.3 Epidemiologi
World Health Organitation (WHO) melaporkan pada tahun 2010 sekitar 390
juta orang dari 128 negara yang terinfeksi dengue, dimana 96 juta orang
menunjukan manifestasi klinis demam berdarah dengue. Terjadi peningkatan
tajam dalam jumlah kasus yang dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara telah mengalami endemik demam berdarah.
Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara seperti Afrika, Amerika,
Mediterania timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. 2.3

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu


masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan
luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk. Pada tahun 2013 jumlah penderita DBD yang
dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (angka
kesakitan 46 per 100.000 penduduk dan angka kematian 0,77%). Terjadi
peningkatan kasus pada 2013 dibandingkan 2012 yang sebesar 90.245 kasus
dengan incidence rate 38 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan incidence rate
tertinggi di Indonesia yaitu Bali 168, DKI Jakarta 104 dan DI Yogyakarta 96 per
100.000 penduduk. 3

Pada tahun 2012 Dinas Kesehatan Provinsi Banten melaporkan terdapat 3486
orang yang terjangkit DBD dengan 33 orang dilaporkan meninggal dunia. Dengan
incidence rate penduduk sebesar 31 per 100.000 penduduk.4

Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang mengeluarkan laporan perihal


kejadian luar biasa demam berdarah dengue. Berdasarkan Permenkes RI Nomor
1501 Tahun 2010, dengan peningkatan kasus demam berdarah dengue lebih dari 2
kali pada bulan Januari 2016 dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 83
desa/kelurahan pada 16 Kecamatan Kabupaten Tangerang dinyatakan terjadi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) dengan total kasus
konfirmasi 270 kasus dan 13 kematian dikarenakan DBD. 4

Di wilayah kerja Puskesmas Sidang Jaya sendiri, sejak Januari 2016


menempati posisi kedua kasus DBD terbanyak dari 44 Puskesmas di Kabupaten
Tangerang dengan toal 28 kasus terdiri dari 4 orang tersangka DBD dan 24 orang
yang terdiagnosis DBD. Sindang Sono merupakan daerah yang paling banyak
melaporkan kasus DBD yaitu sebanyak 11 kasus tercatat sejak Januari 2016
terutama di RT 03 RW 02 dengan jumlah kasus terbanyak berada pada rentang
usia 10-15 tahun.6

2.2.4 Cara penularan

a. Vektor DBD
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes
(Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemi yang paling utama, namun spesies
lain seperti Ae.albopictus, Ae.polynesiensis dan Ae. niveus juga dianggap sebagai
vektor sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai daerah distribusi
geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang
sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang
kurang efisien dibanding Ae.aegypti. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan laut.

b. Siklus penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia)
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
infektif 8-12 hari sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia (periode
inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya Setelah melalui periode
inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi
dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan
mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

masa inkubasi di tubuh manusia selama 3 - 4 hari (rata-rata selama 4-6 hari)
timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing,
myalgia (nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala
lainnya.

Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal penyakit
tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat tersebut
penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam
siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap kemungkinan digigit
nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola penularan virus secara vertikal dari
nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi ke generasi berikutnya.

c. Masa inkubasi
Infeksi dengue mempunyai masa inkubasi antara 2 sampai 14 hari, biasanya
4-7 hari.

d. Host
Virus dengue menginfeksi manusia dan beberapa spesies dari primata rendah.
Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun studi yang
dilakukan di Malaysia dan Afrika menunjukkan bahwa monyet dapat terinfeksi
oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir. Semua orang
rentan terhadap penyakit ini, pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala lebih
ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita yang sembuh dari infeksi
dengan satu jenis serotipe akan memberikan imunitas homolog seumur hidup
tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap terhadap infeksi serotipe lain dan
dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.1

2.2.5 Faktor resiko


Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin
berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol
dengan baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk
sangat mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak
memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan


masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status imunologi
seseorang, strain virus/serotipe virus yang menginfeksi, usia dan riwayat genetic
juga berpengaruh terhadap penularan penyakit. Perubahan iklim (climate change)
global yang menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, perubahan pola musim
hujan dan kemarau juga disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan DBD
bahkan berisiko terhadap munculnya KLB DBD.1

2.2.6 Manifestasi klinik

Infeksi dengue merupakan penyakit yang bersifat sistemik dan dinamis.


Infeksi dengue mempunyai spektrum klinis yang luas meliputi manifestasi klinis
yang berat dan tidak berat. Setelah massa inkubasi, infeksi dengue dibagi menjadi
tiga fase yaitu: (1) fase demam, (2) fase kritis dan (3) fase penyembuhan.

(1) Fase Demam

Pasien biasanya demam tinggi secara tiba-tiba. Fase demam akut ini biasanya
terjadi selama 2-7 hari dan sering disertai dengan muka kemerahan, eritema kulit,
nyeri seluruh badan, myalgia, arthtalgia dan nyeri kepala. Beberapa pasien
mengalami nyeri tenggorokan, penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Cukup
sulit untuk membedakan dengan infeksi virus lainnya. Tes tourniquet positif pada
fase ini memperbesar kecurigaan infeksi dengue. Manifestasi perdarahan ringan
seperti petekie dan perdarahan mukosa dapat terjadi. Perdarahan vagina yang
masif dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi pada fase ini namun jarang
terjadi. Dapat pula terjadi pembesaran hepar.

(2) Fase Kritis


Pada hari ke 3-7, ketika suhu menurun pada 37,5-38 oC, peningkatan
permeabilitas kapiler yang secara peralel terhadap kenaikan hematokrit dapat
terjadi. Hal ini menandakan dimulainya fase kritis. Biasanya kebocoran plasma
secara klinik terjadi selama 24-48 jam. Leukopeni yang progresif diikuti dengan
penurunan angka trombosit biasanya mendahului terjadinya kebocoran plasma.
Dalam keadaan seperti ini pasien yang tidak mengalami peningkatan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

permeabilitas kapiler keadaan umumnya akan membaik, sedangkan pasien yang


mengalami peningkatan permeabilitas kapiler justru akan memburuk keadaannya
karena kebocoran plasma. Derajat kebocoran plasma bervariasi mulai dari
kebocoran plasma minimal sampai terjadi efusi pleura dan ascites. Peningkatan
kadar hematokrit dari nilai awal dapat digunakan untuk melihat keparahan dari
kebocoran plasma. Bila terjadi kebocoran plasma plasma yang berat dapat terjadi
syok hipovolemik. Bila syok terjadi berkepanjangan maka organ tubuh akan
mengalami hipoperfusi sehingga dapat menyebabkan kegagalan organ, acidosis
metabolik dan disseminated intravascular coagulation. Selain syok dapat pula
terjadi gangguan organ berat yang lain misalnya hepatitis berat, encephalitis atau
myocarditis serta perdarahan berat.

(3) Fase Penyembuhan


Bila pasien dapat bertahan pada masa kritis maka akan terjadi reabsorbsi
cairan ekstravaskular secara bertahap selama 48-72 jam. Keadaan umum akan
membaik, nafsu makan kembali baik, gejala gastrointestinal mereda,
hemodinamik stabil. 1

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 1. Fase demam DBD

2.2.7 Tanda dan gejala

Gejala / tanda utama DBD sebagai berikut:


1) Demam
• Demam tinggi mendadak, sepanjang ahri, berlangsung 2-7 hari.
• Fase kritis ditandai saat demam mulai turun biasanya setelah hari ke 3-6, hati-
hati karena pada fase tersebut dapat terjadi syok.

2) Tanda-tanda perdarahan
• Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah gangguan pada pembuluh
darah, trombosit, dan faktor pembekuan. Jenis perdarahan yang terbanyak
adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniquet positif, petekie, purpura,
ekimosis dan perdarahan konjungtiva.
• Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk
membedakannya: lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai
dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan
meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang saat penekanan/

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

peregangan kulit berarti bukan petekie. Perdarahan lain yaitu epitaksis,


perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada anak yang belum pernah
mengalami mimisan, maka mimisan merupakan tanda penting. Kadang-
kadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva atau hematuria.
• Uji Tourniquet sebagai tanda perdarahan ringan,dapat dinilai sebagai
presumptif test (dugaan keras).
• Pada hari ke-2 demam, uji Tourniquet memiliki sensitivitas 90,6% dan
spesifisitas 77,8%,dan pada hari ke-3 demam nilai sensitivitas 98,7% dan
spesifisitas 74,2%.
• Uji Tourniquet dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petekie pada area
1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan (volar)
termasuk pada lipatan siku (fossa cubiti).

3) Hepatomegali (pembesaran hati)


• Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit,
bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm di
bawah lengkungan iga kanan dan dibawah procesus Xifoideus
• Proses pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba, dapat meramalkan
perjalanan penyakit DBD. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan
beratnya penyakit, namun nyeri tekan di hipokondrium kanan disebabkan
oleh karena peregangan kapsul hati. Nyeri perut lebih tampak jelas pada anak
besar dari pada anak kecil.

4) Syok
Tanda-tanda syok (renjatan):
• Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan
kaki
• Capillary refill time memanjang > 2 detik
• Penderita menjadi gelisah
• Sianosis di sekitar mulut
• Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
• Perbedaan tekanan nadi sistolik dan diastolik menurun 20 mmHg. 1

2.2.8 Diagnosis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

1. Diagnosis Suspek Infeksi Dengue


Diagnosis Suspek Infeksi dengue ditegakkan bila terdapat 2 kriteria berikut:
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan: sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede)
positif

2. Diagnosis Demam Dengue (DD)


a. Probable
1) Demam tinggi mendadak
2) Ditambah 2 atau lebih gejala/tanda penyerta:
- Muka kemerahan
- Konjungtiva kemerahan
- Nyeri kepala
- Nyeri belakang bola mata
- Nyeri otot & tulang
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan
- Mual dan muntah
- Leukopenia (Lekosit = 5000 /mm3)
- Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm3)
- Peningkatan hematokrit 5 - 10 %, sebagai akibat dehidrasi.
3) Terdapat sekurang-kurangnya satu dari kriteria berikut:
- Pemeriksaan serologi Hemaglutination Inhibition (HI) test sampel serum
tunggal; titer 1280 atau tes antibodi IgM dan IgG positif, atau antigen NS1
positif.
- Kasus berlokasi di daerah dan waktu yang bersamaan dimana terdapat
kasus konfirm Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue
b. Confirmed / diagnosis pasti
Kasus probable disertai sekurang-kurangnya satu kriteria berikut:
1) Isolasi virus dengue dari serum
2) Pemeriksaan HI Test Peningkatan titer antibodi 4 kali pada pasangan
serum akut dan konvalesen atau peningkatan antibodi IgM spesifik untuk
virus dengue

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

3) Positif antigen virus Dengue pada serum atau cairan serebrospinal


(LCS=Liquor Cerebro Spinal) dengan metode immunohistochemistry,
immunofluoressence atau ELISA
4) Positif pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)

3. Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)


a. Penegakan Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis DBD diperlukan sekurang-kurangnya:
- Terdapat kriteria klinis a dan b
- Dua Kriteria laboratorium
1) Klinis
a) Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari.
b) Terdapat manifestasi/ tanda-tanda perdarahan ditandai dengan:
- Uji Bendung (Tourniquet Test) positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan/ atau melena
c) Pembesaran hati ( dijelaskan cara pemeriksaan pembesaran hati)
d) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (20
mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah
2) Laboratorium
a) Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
b) Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
yang ditandai adanya hemokonsentrasi/peningkatan hematokrit 10%
dari data baseline saat pasien belum sakit atau sudah sembuh atau
adanya efusi pleura, asites atau hipoproteinemia (hipoalbuminemia)

b. Derajat Beratnya Penyakit DBD


Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I : Demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
Tourniquet positif.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Derajat II : Terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit


(petekie), perdarahan gusi, epistaksis atau perdarahan lain
(mesntruasi berlebihan, perdarahan saluran cerna).
Derajat III : Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat
dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV : Seperti derajat III disertai Syok berat (profound shock), nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Catatan: DBD Derajat III & IV adalah Sindrom Syok Dengue

Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) yang ditandai dengan


hemokonsentrasi membedakan DBD dari DD. Pembagian derajat penyakit
dapat juga dipergunakan untuk kasus dewasa.1

2.2.9 Pemeriksaan penunjang

Beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita DBD antara lain:


1) Hematologi
a). Hemoglobin
Penurunan Hb disertai dengan penurunan hematokrit diduga adanya
perdarahan internal.
b) Leukosit
• Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel
neutrofil.
• Peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) >
4% di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari sakit ketiga sampai hari
ke tujuh.
c) Trombosit
Pemeriksaan trombosit antara lain dapat dilakukan dengan cara:
• Semi kuantitatif (tidak langsung)
• Langsung (Rees-Ecker)
• Cara lainnya sesuai kemajuan teknologi (Hematology Cell Counter
Automatically)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Jumlah trombosit 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7


sakit. Pemeriksaan trombosit perlu diulang setiap 4-6 jam sampai terbukti
bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau keadaan klinis penderita
sudah membaik.
d) Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran pembuluh
darah. Penilaian hematokrit ini, merupakan indikator yang peka akan terjadinya
perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan hematokrit secara
berkala. Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan
hematokrit. Hemokonsertrasi dengan peningkatan hematokrit 20% (misalnya
nilai Ht dari 35% menjadi 42%), mencerminkan peningkatan permeabilitas
kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai
hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.
Namun perhitungan selisih nilai hematokrit tertinggi dan terendah baru
dapat dihitung setelah mendapatkan nilai Ht saat akut dan konvalescen (hari
ke-7). Pemeriksaan hematrokrit antara lain dengan mikro-hematokrit centrifuge
Nilai normal hematokrit:
• Anak-anak : 33 - 38 vol%
• Dewasa laki-laki : 40 - 48 vol%
• Dewasa perempuan : 37 - 43 vol%
Untuk Puskesmas yang tidak ada alat untuk pemeriksaan Ht, dapat
dipertimbangkan estimasi nilai Ht = 3 x kadar Hb.

2) Serologis
Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita
terinfeksi virus dengue.

a) Uji Serologi Hemaglutinasi inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)


Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold
standard). Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum)
dimana spesimen harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen
(penyembuhan), sehinggga tidak dapat memberikan hasil yang cepat.
b) ELISA (IgM/IgG)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder


dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. Dengan
cara uji antibodi dengue IgM dan IgG, uji tersebut dapat dilakukan hanya
dengan menggunakan satu sampel darah (serum) saja, yaitu darah akut
sehingga hasil cepat didapat. Saat ini tersedia Dengue Rapid Test (misalnya
Dengue Rapid Strip Test) dengan prinsip pemeriksaan ELISA.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Dengue Rapid Test Dengue Rapid Test
mendiagnosis infeksi virus primer dan sekunder melalui penentuan cut-off
kadar IgM dan IgG dimana cut-off IgM ditentukan untuk dapat mendeteksi
antibodi IgM yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue primer dan
sekunder, sedangkan cut off antibodi IgG ditentukan hanya mendeteksi
antibody kadar tinggi yang secara khas muncul pada infeksi virus dengue
sekunder (biasanya IgG ini mulai terdeteksi pada hari ke-2 demam) dan
disetarakan dengan titer HI > 1:2560 (tes HI sekunder) sesuai standar WHO.
Hanya respons antibodi IgG infeksi sekunder aktif saja yang dideteksi,
sedangkan IgG infeksi primer atau infeksi masa lalu tidak dideteksi. Pada
infeksi primer IgG muncul pada setelah hari ke-14, namun pada infeksi
sekunder IgG timbul pada hari ke-2.
Interpretasi hasil adalah apabila garis yang muncul hanya IgM dan
kontrol tanpa garis IgG, maka Positif Infeksi Dengue Primer (DD).
Sedangkan apabila muncul tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan
sebagai Positif Infeksi Sekunder (DBD). Beberapa kasus dengue sekunder
tidak muncul garis IgM, jadi hanya muncul garis kontrol dan IgG saja.
Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya garis kontrol yang terlihat.
Ulangi pemeriksaan dalam 2-3 hari lagi apabila gejala klinis kearah DBD.
Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila garis kontrol tidak terlihat dan
hanya terlihat garis pada IgM dan/atau IgG saja.
c) Antigen NS1
Pemeriksaan Laboratorium untuk konfirmasi :
• PCR (Polymerase Chain Reaction)
• Isolasi Virus
3) Radiologi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi


adanya kebocoran plasma. Pada foto toraks posisi “Right Lateral Decubitus”
dapat mendeteksi adanya efusi pleura minimal pada paru kanan. Pada
pemeriksaan USG dapat mendeteksi adanya asites, penebalan dinding kandung
empedu dan efusi pleura minimal.1

2.2.10 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif, yaitu
mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien bermanifestasi ringan dapat berobat
jalan sedangkan pasien dengan tanda bahaya dirawat. Tetapi pada kasus DBD
dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Diagnosis dini dan memberikan
nasehat untuk segera dirawat bila terdapat tanda bahaya, merupakan hal yang
penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain, perjalanan penyakit
DBD sulit diramalkan.

a. Tatalaksana infeksi dengue dengan manifestasi ringan


Pasien dengan manifestasi ringan dapat berobat jalan tetapi jika ada
perburukan harus dirawat. Pasien rawat jalan dianjurkan:
1) Tirah baring, selama masih demam.
2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3) Untuk menurunkan suhu menjadi <39oC, dianjurkan pemberian
parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) oleh
karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.
4) Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop,
susu, disamping air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2
hari.
5) Monitor suhu, urin dan tanda-tanda bahaya sampai melewati fase
kritis.
6) Monitor pemeriksaan laboratorium darah rutin berkala

Orang tua atau pasien dinasehati bila setelah demam turun didapatkan
nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat


dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera
dibawa segera ke rumah sakit.

b. Tatalaksana DBD dan SSD


1) Tatalaksana DBD
Patofisilogik utama DBD adalah kebocoran plasma karena adanya
peningkatan permeabilitas kapiler. Maka kunci tatalaksana DBD terletak pada
deteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence)
yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan
observasi klinis disertai pemantauan kebocoran plasma dan gangguan
hemostasis.
Prognosis DBD terletak pada pengenalan tanda-tanda bahaya secara awal
dan pemberian cairan Larutan garam isotonik atau kristaloid sebagai cairan
awal pengganti volume plasma sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian
khusus pada kasus dengan peningkatan hematokrit yang terus menerus dan
penurunan jumlah trombosit yang cepat. Secara umum pasien DBD dapat
dirawat di Puskesmas perawatan atau rumah sakit.

a) Fase Demam
Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana
DD, bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik kadang-
kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak
dapat mengurangi lama demam pada DBD.

b) Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada
umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap
kejadian syok yang mungkin terjadi. Pemeriksaan kadar hematokrit
berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk
pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan intravena.


Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan
tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus diperiksa minimal
satu kali sejak hari sakit ketiga sampai suhu normal kembali. Bila
sarana pemeriksaan hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan hemoglobin
dapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak terlalu sensitif.

1) Penggantian Volume Plasma


Dasar patogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang terjadi
pada fase penurunan suhu (fase afebris, fase krisis, fase syok) maka
dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang.
Walaupun demikian, penggantian cairan harus diberikan dengan
bijaksana dan berhati-hati. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3
jam pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap
30-60 menit). Tetesan berikutnya harus selalu disesuaikan dengan
tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urin. Secara umum
volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-
8%.

2) Cairan intravena diperlukan, apabila:

a) Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi


sehingga tidak mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan
terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok

b) Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.


Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan
NaCI 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat
7,46%, 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.

Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid/ NaCI 0,9%


atau dekstrosa 5% dalam ringer laktat/NaCI 0,9%, 6-7 ml/kgBB/jam.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit
setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.

Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak


nampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis
cukup, dan kadar Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5
ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap
stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan
dihentikan setelah 24-48 jam.

3) Jenis Cairan
- Kristaloid: Larutan ringer laktat (RL), Larutan ringer asetat (RA),
Larutan garam faali (GF), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat
(D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA),
Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
(Catatan: Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA
tidak boleh larutan yang mengandung dekstosa)

- Koloid: Dekstran 40, Plasma, Albumin, Hidroksil etil starch 6%,


gelafundin

c) Fase Penyembuhan/konvalesen
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase
penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke
dalam intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan
menyebabkan edema palpebra, edema paru dan distres pernafasan.

2) Tatalaksana SSD

Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan


yang utama, berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien
anak cepat mengalami syok dan sembuh kembali bila diobati segera dalam 48
jam. Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi
lemah, tekanan nadi menyempit (20 mmHg) atau hipotensi, dan peningkatan
mendadak dari kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus
menerus walaupun telah diberi cairan intravena. Pada penderita SSD dengan
tensi tak terukur dan tekanan nadi 20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid
sebanyak 20 ml/kg BB selama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10
ml/kgBB/jam.

a) Penggantian Volume Plasma Segera


Cairan resusitasi awal adalah larutan kristaloid 20 ml/kgBB secara
intravena dalam 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi
cairan sesuai berat BB ideal dan umur, bila tidak ada perbaikan
pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum
dapat teratasi setelah 60 menit, berikan cairan koloid 10-20 ml/kg BB
secepatnya dalam 30 menit. Pada umumnya pemberian koloid tidak
melebihi 30ml/kgBB/hari atau maksimal pemberian koloid 1500ml/hari,
dan sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan.

Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih


menetap sedangkan kadar hematokrit turun, maka pikirkan adanya
perdarahan internal. Maka dianjurkan pemberian transfusi darah segar/
komponen sel darah merah. Apabila nilai hematokrit tetap tinggi, maka
berikan darah dalam volume kecil (10ml/kgBB/jam) dapat diulang
sampai 30ml/kgBB/24jam, Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus
dikurangi bertahap sesuai keadaan klinis dan kadar hematokrit.

b) Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma


Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah
membaik dan kadar hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan
menjadi 10 ml/kgBB/jam dan kemudian disesuaikan tergantung dari
kehilangan plasma yang terjadi selama 24-48 jam.

Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun,


dibandingkan nilai Ht sebelumnya. Jumlah urin 1ml/kgBB/jam atau

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

lebih merupakan indikasi bahwa keadaaan sirkulasi membaik. Pada


umumnya, cairan dapat dihentikan setelah 48 jam syok teratasi.

Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada


saat terjadi reabsorpsi plasma dari ekstravaskular (ditandai dengan
penurunan kadar hematokrit setelah pemberian cairan rumatan), maka
akan menyebabkan hipervolemia dengan akibat edema paru dan gagal
jantung. Penurunan hematokrit pada saat reabsorbsi plasma ini jangan
dianggap sebagai tanda perdarahan, tetapi disebabkan oleh hemodilusi.
Nadi yang kuat, tekanan darah normal, diuresis cukup, tanda vital baik,
merupakan tanda terjadinya fase reabsorbsi.

c) Koreksi Ganggungan Metabolik dan Elektrolit


Hiponatremia dan asidosis metabolik sering menyertai pasien
DBD/SSD, maka analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu
diperiksa pada DBD berat. Apabila asidosis tidak dikoreksi, akan
memacu terjadinya KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata),
sehingga tatalaksana pasien menjadi lebih kompleks. Pada umumnya,
apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan
koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai
akibat KID, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.

d) Pemberian Oksigen
Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu diberikan pada semua
pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan
masker, tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi makin
gelisah apabila dipasang masker oksigen.

e) Transfusi Darah
Pemeriksaan golongan darah cross-matching harus dilakukan pada
setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan
(prolonged shock). Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan
manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit untuk mengetahui
perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

hemokonsentrasi. Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% menjadi


40%) tanpa perbaikan klinis walaupun telah diberikan cairan yang
mencukupi, merupakan tanda adanya perdarahan. Pemberian darah
segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup
mengandung plasma, sel darah merah dan faktor pembeku trombosit.
Plasma segar dan atau suspensi trombosit berguna untuk pasien dengan
KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata) dan perdarahan masif. KID
biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan perdarahan masif
sehingga dapat menimbulkan kematian.

f) Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi
secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada monitoring adalah :
(1) Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap
15-30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
(2) Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai
keadaan klinis pasien stabil.
(3) setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai
jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan
yang diberikan sudah mencukupi.
(4) Jumlah dan frekuensi diuresis
Pada pengobatan syok, kita harus yakin benar bahwa
penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi
dengan baik. Apabila diuresis belum cukup 1ml/kgBB/jam, sedang
jumlah cairan sudah melebihi kebutuhan diperkuat dengan tanda
overload antara lain edema, pernapasan meningkat, maka
selanjutnya furosemid 1 mg/kgBB dapat diberikan. Jika pasien
sudah stabil, maka bisa dirujuk ke RS rujukan.

g) Ruang Rawat Khusus Untuk DBD/SSD


Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien
DBD seharusnya dirawat di ruang rawat khusus, yang dilengkapi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

dengan perawatan untuk kegawatan. Ruang perawatan khusus tersebut


dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, dan trombosit yang tersedia selama 24 jam.
Pencatatan merupakan hal yang penting dilakukan di ruang perawatan
DBD. Paramedis dapat dibantu oleh orang tua pasien untuk mencatat
jumlah cairan baik yang diminum maupun yang diberikan secara
intravena, serta menampung urin serta mencatat jumlahnya.

h) Kriteria Memulangkan Pasien


Pasien dapat dipulangkan, apabila memenuhi semua keadaan
dibawah ini:
(1) Tampak perbaikan secara klinis
(2) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
(3) Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
(4) Hematokrit stabil
(5) Jumlah trombosit >50.000/μl
(6) Tiga hari setelah syok teratasi.
(7) Nafsu makan membaik.1

2.2.11 Metode pengendalian vektor DBD


Pengendalian vektor adalah upaya menurunkan faktor risiko penularan oleh
vektor dengan meminimalkan habitat perkembangbiakkan vektor, menurunkan
kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor dengan manusia
serta memutus rantai penularan penyakit. Metode pengendalian vektor DBD
bersifat spesifik lokal, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan fisik
(cuaca/iklim, permukiman, habitat perkembangbiakkan); lingkungan sosial-
budaya (Pengetahuan Sikap dan Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah
dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode
pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat
memutus rantai penularan. Berbagai metode Pengendalian Vektor (PV) DBD,
yaitu: kimiawi, biologi, manajemen lingkungan, Pemberantasan Sarang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Nyamuk/PSN, Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector


Management/IVM).

1. Kimiawi
Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida
merupakan salah satu metode pengendalian yang lebih populer di masyarakat
dibanding dengan cara pengendalian lain. Sasaran insektisida adalah stadium
dewasa dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya
harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan
sasaran termasuk mamalia. Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan
metode aplikasi merupakan syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan
pengendalian vektor. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan
menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran. Golongan insektisida
kimiawi untuk pengendalian DBD adalah :
 Sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl
pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine,
Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang
diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan
dingin/ULV.
 Sasaran pra dewasa (jentik): Organophospat (Temephos).
2. Biologi
Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa
vektor DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang,
tampalo, gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites,
Mesocyclopsdapat juga berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode
yang lazim untuk pengendalian vektor DBD. Jenis pengendalian vektor biologi:
 Parasit : Romanomermes iyengeri
 Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensisGolongan insektisida biologi
untuk pengendalian DBD (Insect Growth Regulator/IGR dan Bacillus
Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk stadium pra dewasa yang
diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor. Insect Growth

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhan nyamuk di masa pra


dewasa dengan cara merintangi/menghambat proses chitin synthesis selama masa
jentik berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan nyamuk
dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap mamalia (nilai
LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ). Bacillus
thruringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida yang tidak
menggangu lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam air
minum pada dosis normal. Keunggulan BTi adalah menghancurkan jentik nyamuk
tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula BTi
cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu dianjurkan
pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar dan rusak oleh sinar
matahari.

3. Manajemen lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air,
vegetasi dan musim sangat berpengaruh terhadap tersedianya habitat
perkembangbiakan dan pertumbuhan vektor DBD. Nyamuk Aedes aegypti sebagai
nyamuk pemukiman mempunyai habitat utama di kontainer buatan yang berada di
daerah pemukiman. Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan
sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai
source reduction seperti 4M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang
bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll);
dan menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah,
mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll).

4. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD


Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan
memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di
masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 4 M plus. Untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan, kegiatan 4 M Plus ini harus dilakukan secara
luas/serempak dan terus menerus/berkesinambungan. Tingkat pengetahuan, sikap
dan perilaku yang sangat beragam sering menghambat suksesnya gerakan ini.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk melakukan kegiatan ini
secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk mau secara terus
menerus menggerakkan masyarakat harus dilakukan melalui kegiatan promosi
kesehatan, penyuluhan di media masa, serta reward bagi yang berhasil
melaksanakannya.
 Tujuan
Mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD
dapat dicegah atau dikurangi.
 Sasaran
Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :
• Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari
• Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA)
• Tempat penampungan air alamiah .
 Ukuran keberhasilan
Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka
Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
 Cara PSN DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘4M-Plus’, 4M yang dimaksud yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain (M2)
3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
4. Memantau jentik nyamuk di tempat-tempat yang dapat menyebabkan
perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti (M4), Selain itu ditambah
(plus) dengan cara lainnya, seperti:
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

(dengan tanah, dan lain-lain)


d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit
dikuras atau di daerah yang sulit air
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
f. Memasang kawat kasa
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i. Menggunakan kelambu
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Keseluruhan cara tersebut diatas dikenal dengan istilah dengan ‘4M Plus’.
 Pelaksanaan
1. Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga.
2. Tempat tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola
tempat tempat umum.

5. Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management)


IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO
untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai
institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada
peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan
PSN anak sekolah dll.1

2.2.12 Tanaman Pengusir nyamuk

1. Serai ( Andropogon nardus L)

Serai merupakan tanaman bermarga Andropogon, dengan nama spesies


Andropogon nardus L. Serai merupakan tanaman rumput-rumputan tegak,
menahun dan mempunyai perakaran yang sangat dalam dan kuat. Batangnya
membentuk rumpun, pendek, massif dan bulat. Penampang lintang batang
berwarna merah. Daun serai merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah
daunnya silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

ujung berlidah (ligula), helaian, lebih dari separuh menggantung, remasan berbau
aromatik. Susunan bunganya malai atau bulir majemuk, bertangkai atau duduk,
berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna sama umumnya putih.

Kandungan dari serai yang utama adalah minyak atsiri dengan komponen
sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%,
sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin,
limonen, kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal,
sitronelol dan geraniol. Hasil penyulingan dari Andropogon nardus L dapat
diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas
geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk. 12

Abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45 % silika yang merupakan
penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit
serangga sehingga serangga akan mati kekeringan. Sitronelol dan geraniol
merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari serangga, termasuk
nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan
pengusir nyamuk. 12

2. Bunga lavender (Lavandula latifulia)

Lavender dikenal sebagai anti nyamuk karena mengandung zat linalool dan
linalil asetat. Penggunaan bunga lavender sebagai anti nyamuk adalah dengan
meletakkan bunga maupun tanamannya di dalam ruangan. Lavender merupakan
jenis tumbuhan semak dengan tinggi ± 1 m, bertulang daun sejajar, bunga terletak
di ujung daun berwarna ungu kebiruan. Bunga lavender cukup mempunyai nilai
ekonomis sehingga berpeluang untuk dibudidayakan. Bunga ini mengeluarkan
aroma wangi dan sering digosok-gosok ke tubuh untuk menghindari gigitan
nyamuk. Lavender banyak ditemukan sebagai tumbuhan liar di beberapa tempat di
Indonesia Tempat tumbuh pada ketinggian 500-1300 meter dari permukaan laut.
Tanaman ini dapat diperbanyakan secara vegetatif melalui stek batang dan secara
generatif melalui biji. 12

3. Zodia (Evodia suaveolensi)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Tanaman zodia merupakan tanaman asli lndonesia yang berasal dari Papua.
Masyarakat Papua biasanya menggosok kulit mereka dengan daun tanaman zodia
sebelum masuk ke hutan agar terlindungi dari serangan serangga, khususnya
nyamuk. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO),
minyak yang disuling dari daun zodia mengandung linalool 46% dan apinene
13,26% serta zat evodiamine dan rutaecarpine. Linalool berfungsi sebagai
pengusir nyamuk. Daun zodia mampu menghalau nyamuk selama 6 jam, dengan
daya halau (daya proteksi) lebih dari 70%. Tanaman zodia dapat mencapai tinggi
200 cm, daun berwarna hijau kekuningan dan mengeluarkan aroma wangi bila
digosok. Zodia terdapat ditanam di dalam pot digunakan sebagai tanaman dalam
ruangan (indoor plant) dan dapat juga ditanam di luar ruangan. 12

4. Geranium (Pelargonium citrosa)

Geranium atau Tapak Dara tumbuh liar disekitar sawah dan digunakan untuk
mengusir nyamuk dan ngengat. Tanaman geranium mengandung senyawa
sitronella dan geraniol yang mempunyai aroma khas serta mampu mengusir
nyamuk. Tanaman ini merupakan tanaman perdu berdaun hijau dengan tepi daun
bergerigi. Batang geranium banyak mengandung air dan diperbanyak dengan
menggunakan stek anakan. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai anti nyamuk
dengan meletakkan daunnya di dalam ruangan sebagai aroma terapi. 12

5. Bunga Rosemary (Rosmarinus officinalis)

Rosemary merupakan salah satu tanaman yang termasuk kedalam tanaman


aromatik karena mempunyai aroma yang khas. Bunga rosemary aromanya
menyerupai minyak telon sehingga dapal berfungsi sebagai anti nyarrruk. Bunga
rosemary berwarna ungu berukuran kecil, daun berbentuk jarum berwama hijau
tua dengan panjang 2-2,5 cm. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik meskipun
ditempatkan di dalam ruangan. Rosemary dapat diperbanyak dengan cangkok dan
stek batang.12

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH

3.1 Analisa Situasi


Data epidemiologis
Kecamatan Sindang Jaya memiliki 7 wilayah cakupan kerja, yaitu Desa
Sindang Jaya, Desa Sukaharja, Desa Wanakerta, Desa Sindang Asih, Desa Badak
Anom, Desa Sindang Panon, dan Desa Sindang Sono. Wilayah-wilayah tersebut
memiliki pokok permasalahan kesehatan yang berbeda antara satu desa dengan
desa yang lain, salah satunya adalah DBD. Pada tahun 2015, jumlah insiden DBD
di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya sebanyak 13 kasus. Pada tahun 2016
terjadi peningkatan jumlah insiden DBD menjadi28 kasus yang terdiri dari 24
kasus positif DBD dan 4 kasus tersangka DBD dengan incidence rate 31 per
100.000 penduduk.6,13

Gambar 2. Grafik Penderita DBD Puskesmas Sindang Jaya Tahun 2013-2016

Hasil Survei Basic Six Puskesmas


Topik DBD yang diangkat termasuk dalam 4 upaya wajib pokok
PuskesmasKecamatan Sindang Jaya, sesuai hasil survei basic six Puskesmas yang
terdiri dari:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

1. Promosi kesehatan.
2. Kesehatan lingkungan.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
4. Kesehatan keluarga dan reproduksi.
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. Penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan.

Kesenjangan pencapaian dan tolok ukur

Berdasarkan data di Puskesmas Sindang Jaya, terdapat kesenjangan dari tolok


ukur Angka Bebas Jentik (ABJ) pada wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya pada
tahun 2015 yang hanya mencapai 91 % dan di RT 03RW 02, Desa Sindang Sono
pada tanggal 12 Januari 2016, dari 71 rumah yang diperiksa didapati hanya
terdapat 33 rumah yang bebas jentik atau ABJ 53% dibandingkan dengan target
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bahwa ABJ yang harus dicapai
minimal 95%. Terdapat pula kesenjangan insidence rate kasus DBD pada tahun
2015 adalah 31 per 100.000 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya
dan pada Desa Sindang Sono dengan incidence rate tertinggi, yaitu 91 per
100.000 penduduk dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melebihi target
nasional, yaitu 20 per 100.000 penduduk.6,13

3.2 Pemilihan scope tempat


Pemilihan wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya sebagai tempat sasaran
Diagnosis Komunitas dipersempit pada SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang
Sono karena Sindang Sono menempati urutan tertinggi angka insiden DBD yakni
11 kasus dari total 28 kasus dengan insidence rate 91 per 100.000 penduduk,
dengan 6 kasus di antaranya berada di rentang usia 10-15 tahun (usia SMP) yang
4 dari 6 kasus tersebut berada di RT 03 RW 02.6,13

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 3.Grafik Kasus DBD Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Sindang Jaya

Gambar 4. Jumlah kasus DBD berdasarkan kelompok umur di Desa Sindang Sono
tahun 2015

3.3 Identifikasi masalah dengan paradigma BLUM


3.3.1 Paradigma BLUM
Identifikasi masalah didapatkan dengan minisurvei melalui kuesioner.
Minisurvei melalui kuesioner dilakukan kepada 20 orang warga (termasuk
siswa/i) Desa Sindang Sono yang berobat di Puskesmas Sindang Jaya pada
tanggal 11 dan 12 Februari 2016. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku warga (termasuk siswa/i) mengenai
penyakit DBD. Selain kuesioner, identifikasi masalah juga dilakukan melalui
observasi lingkungan dan wawancara dengan koordinator program DBD
mengenai pelayanan kesehatan. Berdasarkan seluruh survei yang dilakukan
tersebut, maka didapat:

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

 Status Kesehatan : Tingginya insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) di


RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.
1) Genetik :
Tidak ada masalah genetik yang berkaitan dengan DBD.
2) Medical care services :
a. Promotif
Penyuluhan dilakukan setiap 6 bulan atau terkait temuan kasus DBD
disebabkan kurangnya personil dan koordinator program DBD
merangkap beberapa program Puskesmas lain (koordinator tersebut
juga memegang program Posbindu, Posyandu, UKS, dll).
b. Preventif
Kurangnya tenaga pelaksana Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang
bertugas untuk melakukan pemantauan jentik berkala di rumah warga
(termasuk siswa/i).
c. Kuratif dan Rehabilitatif
Terhambatnya penanganan medis dikarenakan kurangnya fasilitas
penunjang kesehatan seperti laboratorium dan tempat rawat inap.

3) Lifestyle :
a. Pengetahuan (kognitif)
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD yang meliputi
penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahan (dari pembagian dan
pengisian kuesioner didapatkan hasil hanya 35% warga (termasuk
siswa/i) dengan pengetahuan baik tentang penyakit DBD).
b. Sikap (afektif)
Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih kurang
memperdulikan kebersihan lingkungan.
Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih beranggapan bahwa
penanggulangan penyakit DBD bukan merupakan tanggung jawab
warga (termasuk siswa/i).
c. Perilaku (psikomotor)
 Kurangnya partisipasi warga (termasuk siswa/i) dalam menjalankan
program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

 Warga (termasuk siswa/i) masih membiarkan tempat penampungan


dalam keadaan terbuka
 Tidak menguras bak/TPA secara rutin seminggu sekali
 Warga (termasuk siswa/i) tidak berperan dalam pengawasan jentik
nyamuk di rumah.

4) Lingkungan :
a. Fisik
Terdapat barang-barang bekas yang berpotensi terjadi genangan air
dan menjadi sarang nyamuk DBD di sekitar rumah warga (termasuk
siswa/i) RT 03RW 02, Desa Sindang Sono.
b. Non Fisik
 Biologis:
Ditemukan jentik nyamuk yang dapat menjadi vektor penularan
penyakit DBD.
 Sosial-Ekonomi-Budaya :
o Masih banyak masyarakat yang menganggap remeh penyakit
DBD.
o Keterbatasan ekonomi di masyarakat sehingga sering terjadi
keterlambatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) akan berobat ke
Puskesmas jika kondisi mereka tidak sembuh dengan obat
tradisional maupun obat warung.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Fisik Promotif
Penyuluhan dilakukan setiap 6 bulan atau
Terdapat barang-barang bekas yang berpotensi terkait temuan kasus DBD disebabkan
terjadi genangan air dan menjadi sarang nyamuk kurangnya personil dan koordinator program
DBD di sekitar rumah warga RT 03/ RW 02, DBD merangkap beberapa program
Desa Sindang Sono. Puskesmas lain (koordinator tersebut juga
Non Fisik memegang program Posbindu, Posyandu,
Biologis : Ditemukan jentik nyamuk yang dapat UKS, dll).
menjadi vektor penularan penyakit DBD. Preventif
Sosial-Ekonomi-Budaya: Kurangnya tenaga pelaksana Juru Pemantau
Masih banyak masyarakat yang menganggap Jentik (Jumantik) yang bertugas untuk
remeh penyakit DBD. melakukan pemantauan jentik berkala di
Keterbatasan ekonomi di masyarakat sehingga rumah warga.
sering terjadi keterlambatan dalam melakukan Kuratif dan Rehabilitatif
pemeriksaan laboratorium. Terhambatnya penanganan medis
Sebagian besar warga akan berobat ke Puskesmas Geneti dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang
kesehatan seperti laboratorium dan tempat
jika kondisi mereka tidak sembuh dengan obat k rawat inap.
tradisional maupun obat warung.

Tingginya Incidence Pelayanan


Lingkungan rate DBD di RT 03 RW
Kesehatan
02, DesaSindang Sono

Lifestyle

Hasil dari mini survei terhadap 20 pengunjung Puskesmas Sindang Jaya didapatkan:
Pengetahuan (kognitif)
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit DBD (65% warga yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai DBD)
Sikap (afektif)
Sebagian besar warga masih kurang memperdulikan kebersihan lingkungan, dan beranggapan
bahwa penanggulangan DBD bukan merupakan tanggung jawab mereka
Perilaku (psikomotor)
Warga masih membiarkan tempat penampungan dalam keadaan terbuka, tidak menguras TPA, dan
tidak berperan dalam pengawasan jentik nyamuk di rumah.

Gambar 5. Paradigma BLUM

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

3.3.2 Penentuan prioritas masalah

Setelah dilakukan analisis komponen paradigma BLUM kemudian dilakukan


penentuan prioritas masalah dilakukan dengan cara non-scoring (Delbeq) melalui
diskusidengan Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Kader Jumantik, Ketua RT
03, Ketua RW 02 dan Kepala Sekolah SMP PGRI Sindang Sono.Dari hasil
diskusi tersebut di dapatkan prioritas masalahnya adalah lifestyle. Lifestyle dipilih
karena merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
DBD pada Desa Sindang Sono yaitu Kurangnya pengetahuan tentang penyakit
DBD yang meliputi penyebab, tanda dan gejala, serta cara pencegahan, kurangnya
partisipasi warga (termasuk siswa/i) dalam menjalankan program PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk), warga (termasuk siswa/i) tidak berperan dalam
pengawasan jentik nyamuk di rumah, dan sebagian besar warga (termasuk siswa/i)
masih beranggapan bahwa penanggulangan penyakit DBD bukan merupakan
tanggung jawab warga (termasuk siswa/i).

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

4.1 Identifikasi masalah penyebab


Setelah diidentifikasi, kemudian dilakukan penetapan prioritas masalah,
maka didapatkan permasalahan yang akan diidentifikasi yaitu masalah lifestyle
warga (termasuk siswa/i) RT 03 RW 02. Teknik pemecahan dilakukan dengan
teknik Fishbone.

A. Pengetahuan (Kognitif)
 Kurangnya pengetahuan warga (termasuk siswa/i) akan penyakit DBD (dari
hasil pembagian dan pengisian kuesioner minisurvey didapatkan hasil 65%
warga (termasuk siswa/i) memiliki pengetahuan kurang mengenai penyakit
DBD).
B. Sikap (Afektif)
 Perilaku pasif terhadap lingkungan.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih kurang memperdulikan
kebersihan lingkungan.
o Sebagian besar warga (termasuk siswa/i) masih beranggapan bahwa
penanggulangan penyakit DBD bukan merupakan tanggung jawab warga
(termasuk siswa/i).
C. Perilaku (Psikomotor)
 Kurangnya partisipasi warga (termasuk siswa/i) melakukan PSN di
kediaman masing-masing seperti :
o Warga (termasuk siswa/i) masih membiarkan tempat penampungan air
(TPA) dalam keadaan terbuka.
o Tidak menguras bak/TPA secara rutin seminggu sekali.
o Warga (termasuk siswa/i) tidak berperan aktif dalam pengawasan jentik
nyamuk di rumah.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Sikap Pengetahuan

Sebagian besar warga (termasuk Kurangnya pengetahuan warga

siswa/i) masih kurang memperdulikan (termasuk siswa/i) akan penyakit DBD

kebersihan lingkungan. (dari hasil pembagian dan pengisian


kuesioner minisurvey didapatkan hasil
65% warga memiliki pengetahuan kurang
mengenai penyakitDBD)
Sebagian besar warga (termasuk
siswa/i) masih beranggapan
bahwa penanggulangan penyakit
DBD bukan merupakan tanggung
jawab warga. Tingginya
insiden DBD
Lifestyle
di Desa
Tidak menguras bak/ TPA secara rutin seminggu sekali
Sindang Sono
RT 03 RW 02
Membiarkan TPA tetap terbuka

Tidak aktif dalam kegiatan pengawasan jentik nyamuk di rumah

Perilaku

Gambar 6. Identifikasi masalah penyebab dengan Fishbone

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 43
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

4.2 Alternatif pemecahan masalah


Dari alternatif pemecahan masalah yang dipikirkan untuk penyebab masalah
diatas dilakukan melalui penilaian non-scoring (Delbeq) dengan melakukan
diskusi yang melibatkan Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas, Kader Jumantik,
ketua RT 03 RW 02, dan kepala sekolah SMP PGRI Sindang Sono didapatkan
kesepakatan pemecahan masalah yang akan dilakukan terhadap warga (termasuk
siswa/i) Desa Sindang Sono yang memiliki pengetahuan dan partisipasi kurang
terkait penyakit DBD sehingga terjadi peningkatan insiden DBD di Desa Sindang
Sono RT 03 RW 02 terutama pada usia 10-15 tahun (usia SMP) sehingga
alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan yaitu dengan penyuluhan dan
pembinaan siswa/siswa di SMP PGRI Sindang Sono RT 03 RW 02, dan
diharapkan peran kerja siswa/i tersebut dalam mengajak warga (termasuk siswa/i)
turut serta mengurangi insiden DBD di desa Sindang Sono RT 03 RW 02 , yaitu
dengan dilakukannya intervensi berupa :
 Penyuluhan kepada siswa/i SMP PGRI Sindang Sono RT 03 RW
02
 Pembentukan Kader Jumantik, pembagian bubuk abate, stiker
pemantau jentik dan stiker rumah bebas jentik, serta leaflet DBD
 Pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka bebas jentik
(ABJ) di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02 setelah dilakukan
intervensi
 Pembagian dan penanaman tanaman pengusir nyamuk di sekolah
sebagai percontohan untuk dikembangbiakan agar nantinya dapat
dibagikan kepada siswa untuk ditanam dirumah.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 44
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB V
PERENCANAAN INTERVENSI

5.1 Penyusunan intervensi


5.1.1 Intervensi I : Penyuluhan
Intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang
penyakit DBD di SMP PGRI Sindang Sono, RT 03 RW 02.
a. Kegiatan :Mengadakan penyuluhan mengenai penyakit DBD dengan
materi penyuluhan meliputi pengertian, tanda dan gejala, penanganan awal
dan pencegahan berupa 4M PLUS dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan kewaspadaan mengenai DBD kepada siswa/i kelas 1-3
SMP PGRI Sindang Sono, yang bertempat tinggal di RT 03 RW 02 Desa
Sindang Sono (31 siswa/i).
b. Dasar :
 Berdasarkan data dilapangan bahwa Desa Sindang Sono
menempati urutan tertinggi angka insiden DBD yakni 11 kasus dari
total 28 kasus, dengan 6 kasus di antaranya berada di rentang usia
10-15 tahun (usia SMP) yang 4 dari 6 kasus tersebut berada di RT
03 RW 02.
 Pengetahuan siswa/i mengenai DBD yang meliputi tanda dan
gejala, penanganan, dan pencegahan masih kurang.
 Sebagian besar siswa/i masih beranggapan bahwa penanggulangan
penyakit DBD bukan merupakan tanggung jawab siswa/i.
 Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan
c. Sasaran : Siswa/i kelas 1 sampai 3 SMP PGRI Sindang Sono, yang
bertempat tinggal di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, (31 siswa/i).
d. Tempat : Ruang Kelas SMP PGRI Sindang Sono
e. Indikator penilaian :
 Meningkatnya pengetahuan siswa/i mengenai penyebab DBD, cara
penularan, tanda dan gejala, dan cara pencegahan penyakit DBD

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 45
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

dengan peningkatan minimal 35 poin pada nilai post-test


dibandingkan nilai pre-test (hasil diskusi dengan pembimbing).

5.1.2 Intervensi II: Pembentukan Kader Jumantik, pembagian bubuk


abate, stiker pemantau jentik, serta stiker rumah bebas jentik, dan
leaflet DBD.
Intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa/i SMP
PGRI Sindang Sono RT 03 RW 02 terhadap Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dan peningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di RT 03 RW 02.
a. Kegiatan :
 Pembentukan tim Kader Jumantik diambil dari seluruh siswa/i
kelas 1 sampai 3 SMP PGRI Sindang Sono, yang bertempat tinggal
di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono (31 siswa/i).
 Sebelumnya dilakukan praktek percontohan pemeriksaan jentik
nyamuk di lingkungan sekolah yang berpotensi menjadi sarang dan
tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti kepada siswa/i tersebut
dan cara penggunaan bubuk abate.
 Kemudian dibagikan bubuk abate dan stiker pemeriksaan jentik
nyamuk serta stiker rumah bebas jentik, dan leaflet.
 Kegiatan :
o Pembagian masing-masing Kader Jumantik memeriksa
rumah sendiri dan rumah tetangga paling banyak 2
rumah di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono sehingga
keseluruhan rumah yang berjumlah 72 rumah termasuk
sekolah dapat tercakup oleh siswa/i tersebut
o Kegiatan observasi yaitu pemeriksaan jentik nyamuk
pada tempat-tampat penampungan air dan memeriksa
barang-barang bekas disekitar lingkungan rumah yang
berpotensi menjadi sarang dan tempat bertelurnya
nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan senter,
memeriksa apakah tempat penampungan air sudah di

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 46
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

tutup atau belum, menanyakan rutinitas pengurasan


TPA oleh warga.
o Melakukan penempelan stiker pemeriksaan jentik yang
diisi nama siswa yang bersangkutan di rumah warga
yang telah diperiksa.
o Pembagian bubuk abate kepada warga dan menjelaskan
cara penggunaanya serta membagikan leaflet DBD
sehingga dapat dibaca warga untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai DBD.
o Mendatangi rumah warga 1 minggu kemudian dan
melakukan pengecekan kembali jentik nyamuk
o Melakukan penempelan stiker bebas jentik kepada
rumah warga yang tidak didapatkan jentik nyamuk
kemudian melaporkan hasil pada Koas IKM Untar
mengenai jumlah rumah bebas jentik.

b. Dasar : Siswa/i tidak aktif dalam kegiatan pengawasan jentik


nyamuk dirumah.
c. Sasaran : Siswa/i kelas 1 sampai 3 SMP PGRI Sindang Sono, yang
bertempat tinggal di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono (31 siswa/i).
d. Tempat : SMP PGRI Sindang Sono
e. Indikator penilaian :
Terlaksananya kegiatan pemeriksaan jentik, pembentukan Kader Jumantik,
pembagian bubuk abate, leaflet, dan stiker bebas jentik di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono, minimal 62 rumah (berdasarkan diskusi dengan
pembimbing)

5.1.3 Intervensi III : Pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka
bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Intervensi ini bertujuan untuk memantau partisipasi siswa/i SMP PGRI
Sindang Sono, RT 03 RW 02 sekaligus menilai hasil ABJ setelah dilakukan
intervensi.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 47
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

a. Kegiatan :
 Pengecekan hasil kerja ‘Kader Jumantik’ melalui observasi jumlah
stiker pemeriksaan jentik dan stiker rumah bebas jentik serta
pemeriksaan jentik langsung di rumah warga di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono, untuk melihat keberhasilan kinerja Kader
Jumantik melalui kecocokan laporan dan kenyataan di lapangan.
 Menilai hasil ABJ setelah dilalukan intervensi.
b. Dasar : Dari data penyelidikan epidemiologi di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono pada tanggal 12 januari 2016 oleh pihak Puskesmas,
dari 71 rumah warga didapati sekitar 38 rumah yang bebas jentik nyamuk
(ABJ 53%)
c. Sasaran : Rumah warga RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.
d. Tempat : Rumah warga RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.
e. Indikator penilaian : Meningkatnya partisipasi siswa/i terhadap PSN
dinilai dengan peningkatan persentase ABJ≥75% dari penghitungan ABJ
bulan Januari 2016.

5.1.4 Intervensi IV: Tanaman pengusir nyamuk


Intervensi ini bertujuan untuk menanam tanaman pengusir nyamuk di
pekarangan sekolah SMP PGRI Sindang Sono untuk dikembang biakan dan
sebagai percontohan jenis-jenis tanaman yang dapat mengusir nyamuk kepada
siswa/i.
a. Kegiatan : Pemberian dan penanaman tanaman pengusir
nyamuk
b. Sasaran : Lingkungan sekolah SMP PGRI RT 03 RW 02
Sindang Sono
c. Tempat : Lingkungan sekolah SMP PGRI RT 03 RW
02Sindang Sono
d. Indikator penilaian : Diberikan dan dilakukan penanaman dan
pemberian label bersama tanaman pengusir nyamuk yaitu 4 pot Serai, 2
pot Zodia, dan 2 pot Rosemary di pekarangan sekolah SMP PGRI RT 03
RW 02 Sindang Sono. (hasil diskusi dengan pembimbing)
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 48
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 49
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa
SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

5.2 Log frame goals


5.2.1 Penyuluhan
Tabel 1.Log frame goals penyuluhan
Tujuan
Masukan Kegiatan
Jangka pendek (3 minggu) Jangka menengah (1 tahun) Jangka panjang (5 tahun)

Man Koas UNTAR Pembagian pre-test, Meningkatnya pengetahuan Penurunan jumlah kasus DBD Menurunnya Insiden DBD di
penyuluhan, dan siswa/i mengenai penyebab di Desa Sindang Sono, RT 03 wilayah kerja puskesmas
Siswa/i SMP
pembagian post- DBD, cara penularan, tanda RW 02, Kecamatan Sindang Sindang Jaya
PGRI Sindang
testkepada siswa/i dan gejala, dan cara Jaya
Sono (Penurunan Jumlah Kasus
SMP PGRI Sindang pencegahan penyakit DBD
(Penurunan Jumlah Kasus minimal 10% dari baseline)
Money Pengeluaran: Sono dengan peningkatan minimal
minimal 10% dari baseline)
35 poin pada nilai post-test
Rp. 260.000,-
dibandingkan nilai pre-test.
Material Laptop,
Proyektor,
Kertas pre-test
dan post-test,
Botol minum,
dan Snack
Method Pre-test,
Penyuluhan, Post-
test

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 50
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
5.2.2 Pembentukan ‘Kader Jumantik’, pembagian bubuk abate, stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik, leaflet
DBD
Tabel 2.Log frame goals pembentukan ‘Kader Jumantik’, pembagian bubuk abate, stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas
jentik, dan leaflet DBD
Tujuan
Jangka
Masukan Kegiatan Jangka pendek Jangka panjang
menengah
(3 minggu) (5 tahun)
(1 tahun)
Man Koas UNTAR Penjelasan system kerja Kader Jumantik Terlaksananya kegiatan Meningkatkan Menurunnya
pemeriksaan jentik, angka bebas Insiden DBD
Kader Jumantik Praktek pemeriksaan jentik nyamuk,
pembentukan Kader jentik (ABJ) diwilayah kerja
Money Pengeluaran: penggunaan bubuk abate dan penempelan
Jumantik, pembagian menjadi > 95% puskesmas Sindang
stiker disekolah
Rp. 300.000,- bubuk abate, leaflet, dan di Desa Sindang Jaya
Material Bubuk abate Pembagian set kerja Kader Jumantik yang stiker bebas jentik di Sono
Stiker pemeriksaan jentik (Penurunan Jumlah
terdiri dari stiker pemeriksaan jentik, lingkungan RT 03 RW 02 Kecamatan
Stiker rumah bebas jentik Kasus minimal
leaflet, stiker rumah bebas jentik dan Desa Sindang Sono, yang Sindang Jaya
Senter 10% dari baseline).
Leaflet bubuk abate berjumlah 72 rumah
Method Pembentukan tim Kader Jumantik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 51
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
5.2.3 Pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka bebas jentik di RT 03 RW 02Desa Sindang Sono
Tabel 3. Log frame goals pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka bebas jentik di RT 03 RW 02Desa Sindang Sono
Tujuan

Jangka
Masukan Kegiatan Jangka pendek Jangka panjang
menengah
(3 minggu) (5 tahun)
(1 tahun)

Man Koas UNTAR Pengecekan rumah warga RT 03 RW 02 Keberhasilan Meningkatkan Menurunnya


Desa Sindang Sono, untuk melihat pembentukan Kader angka bebas Insiden DBD
Kader Jumantik
keberhasilan kinerja Kader Jumantik Jumantik jentik (ABJ) diwilayah kerja
dilapangan. menjadi > 95% puskesmas Sindang
Meningkatkan ABJ di RT
di Desa Sindang Jaya
Money Pengeluaran: Menilai hasil ABJ setelah dilalukan 03 RW 02 Desa Sindang
Sono
intervensi. Sono dinilai dengan (Penurunan Jumlah
-
peningkatan persentase Kecamatan Kasus minimal
Material Senter ABJ >75% setelah Sindang Jaya 10% dari baseline).

Method Pemeriksaan stiker dan jentik pada intervensi dijalankan

rumah warga dan SMP PGRI

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 52
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

5.2.4 Tanaman pengusir nyamuk


Tabel 4. Log frame goals tanaman pengusir nyamuk
Tujuan

Jangka
Masukan Kegiatan Jangka pendek Jangka panjang
menengah
(3 minggu) (5 tahun)
(1 tahun)

Man Koas UNTAR Penanaman dan pelabelan tanaman Dilakukan penanaman Dibagikannya Siswa/i
pengusir nyamuk 4 pot Serai,2 pot Zodia, dan pelabelan bersama tanaman mengembangbiak
Kepala sekolah dan siswa/i SMP
dan 2 pot Rosemary di pekarangan tanaman pengusir nyamuk pengusir kan tanaman
PGRI Sindang Sono
sekolah SMP PGRI Sindang Sono yaitu 4 pot Serai, 2 pot nyamuk yang pengusir nyamuk di
Zodia, dan 2 pot telah rumah untuk dapat
Rosemary di Lingkungan dikembangbiak dibagikan pada
Money Pengeluaran:
sekolah SMP PGRI RT 03 kan di sekolah tetangga sekitar
Rp.45.000.- RW 02 Desa Sindang kepada siswa/i untuk ditanam

Material Tanaman Serai, Zodia, dan Sono untuk ditanam (masing-masing 1


Rosemary di rumah. tanaman untuk 1

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 53
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
Method Penanaman dan pelabelan (masing-masing tetangga)
tanaman pengusir jentik nyamuk 1 tanaman untuk
di lingkungan sekolah SMP 1 siswa)

5.3 Planning of Action (POA)

Tabel 5.Planning of Action (POA)


No Kegiatan Tujuan & Sasaran Biaya Tempat Waktu Pelaksana Rencana
Target penilaian
Perencanaan
1 Mengumpulkan data Melihat situasi Wilayah kerja Puskesmas Puskesmas 8 Februari Milana Yunus Ditetapkan
dan menentukan Sindang Jaya Sindang Jaya 2016 Andryan prioritas
prioritas Kurniadi masalah yang
masalah Dian Kartika akan di
intervensi
2 Diskusi dengan Menentukan Kepala Puskesmas, kepala Puskesmas dan 9 Februari Milana Yunus Didapatkan
Kepala Puskesmas, intervensi yang penanganan DBD di FK UNTAR 2016 Andryan intervensi atas
kepala penanganan akan dilakukan Puskesmas, dan Kurniadi masalah
DBD di Puskesmas, pembimbing Dian Kartika
dan Pembimbing
mengenai intervensi
Pengorganisasian

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 54
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
3 Pembagian tugas: Agar setiap Koas UNTAR Puskesmas 10 Februari Milana Yunus Didapatkan
orang mendapat Sindang Jaya 2016 Andryan pembagian
tugas masing- Kurniadi masing-
masing Dian Kartika masing tugas

Permohonan Izin
4 Meminta ijin kepada Didapatkan ijin Kepala Puskesmas Kepala 18 Februari Milana Yunus Didapatkan
Kepala Puskesmas untuk Sindang Jaya, Kepala Puskesmas 2016 Andryan ijin untuk
Sindang Jaya, kepala melakukan Sekolah SMP PGRI Sindang Jaya, Kurniadi melakukan
sekolah SMP PGRI kegiatan Sindang Sono dan ketua Kepala Sekolah Dian Kartika kegiatan
Sindag Sono dan intervensi RT 03 RW 02 Desa SMP PGRI intervensi
ketua RT 03 RW 02 Sindang Sono Sindang Sono dan
Desa Sindang Sono ketua RT 03 RW
02 Desa Sindang
Sono
Pelaksanaan intervensi
5 Penyuluhan terhadap Peningkatan Siswa/i kelas 1 sampai 3 Rp. SMP PGRI 19 Februari Milana Yunus Peningkatan
siswa/i SMP PGRI pengetahuan SMP PGRI Sindang Sono, 265.000.- Sindang Sono 2016 Andryan pengetahuan
yang bertempat tinggal di
Sindang Sono, Pre- siswa/i RT 03 RW 02 Desa Kurniadi pada post-test
test dan post-test. Sindang Sono Dian Kartika dibandingkan
( 31 siswa/i ).
nilai pre-test

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 55
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
6 Pembentukan Kader Terlaksananya Siswa/i kelas 1 sampai 3 Rp. SMP PGRI 20 – 26 Milana Yunus Terlaksananya
SMP PGRI Sindang Sono, 300.000.- Sindang Sono Februari
Jumantik pembagian intervensi Andryan pembetukan
yang bertempat tinggal di 2016
stiker, leaflet, dan RT 03 RW 02 Desa Kurniadi Kader
bubuk abate kepada Sindang Sono Dian Kartika Jumantik dan
( 31 siswa/i ).
warga Rumah warga RT 03 RW dan Kader pembagian
02 Desa Sindang Sono Rumah warga Jumantik stiker, leaflet,
Desa Sindang
dan bubuk
Sono, RT 03 RW
02 abate kepada
warga

7 Pemantauan kinerja Meningkatnya Warga RT 03 RW 02 26-29 Milana Yunus Terjadi


Kader Jumantik dan partisipasi Desa Sindang Sono Rumah warga RT Februari Andryan peningkatan
03 RW 02 Desa 2016
Pemantauan angka siswa/i terhadap Sindang Sono Kurniadi persentase
bebas jentik (ABJ) PSN dinilai Dian Kartika ABJ ≥ 75%
dengan
peningkatan
persentase ABJ
≥ 75%
8 Tanaman pengusir Penanaman dan SMP PGRI Sindang Sono Rp.45.000,- Pekarangan 2 Maret 2016 Milana Yunus Dilakukan
nyamuk pelabelan sekolah SMP Andryan penanaman
PGRI Sindang bersama
bersama Sono Kurniadi tanaman
tanaman Dian Kartika pengusir

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 56
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
pengusir nyamuk di
pekarangan
nyamuk
sekolah SMP
PGRI Sindang
Sono

Evaluasi

9 Evaluasi Intervensi Mengetahui Siswa/i kelas 1 sampai 3 SMP PGRI 2 Maret 2016 Milana Yunus Tercapainya
SMP PGRI Sindang Sono Sindang Sono, tujuan jangka
tercapainya Andryan
yang bertempat tinggal di pendek dari
tujuan jangka RT 03 RW 02 desa Lingkungan RT Kurniadi intervensi
pendek dari Sindang Sono (31 03 RW 02 Desa Dian Kartika yang
siswa/i ). Sindang Sono dilakukan
intervensi yang
dilakukan Rumah warga RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 57
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

5.4Timeline (Gantt chart)

Tabel 6.Timeline (Gantt chart)


No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7
1 Mengumpulkan data
2 Diskusi dengan Kepala Puskesmas, kepala penanganan DBD di Puskesmas, dan
Pembimbing mengenai intervensi
3 Pembagian tugas
4 Meminta ijin kepada Kepala Puskesmas Sindang Jaya, kepala sekolah SMP PGRI
Sindag Sono dan ketua RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
5 Penyuluhan terhadap siswa/i SMP PGRI Sindang Sono, Pre-test dan post-test.

6 Pembentukan Kader Jumantik pembagian stiker, leaflet, dan bubuk abate kepada
warga
7 Pemantauan kinerja Kader Jumantik dan Pemantauan angka bebas jentik (ABJ)
8 Pembagian berupa tanaman pengusir nyamuk (Serai, Zodia, Rosemary).
9 Evaluasi hasil intervensi.
10 Penulisan laporan DK.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 58
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB VI

PELAKSANAAN INTERVENSI

6.1 Flow chart kegiatan

6.1.1 Penyuluhan

Gambar 7. Flow chart penyuluhan

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 59
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

6.1.2 Pembentukan Kader Jumantik, pembagian bubuk abate, stiker


pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 60
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 8. Flow chart pembentukan tim Kader Jumantik.

6.1.3 Pemantauan hasil Kader Jumantik dilapangan serta angka bebas jentik
di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 61
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 9. Flow chart pemantauan hasil Kader Jumantik dilapangan serta angka
bebas jentik diRT 03 RW 02 Desa Sindang Sono

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 62
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

6.1.4Pembagian Tanaman Pengusir Nyamuk

Gambar 10. Flow chart pembagian tanaman pengusir nyamuk.

6.2 Deskripsi proses intervensi secara detail


Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki lifestyle adalah:
1. Penyuluhan
Pada hari Kamis, 18 Februari 2016 pukul 13.00 WIB, 3 Koas IKM Untar
menyerahan surat izin penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI RT
03 RW 02 Desa Sindang Sono dan kemudian mendata siswa/i kelas 1-3
SMP yang tinggal di RT 03 RW 02 dengan hasil 31 siswa/i. Pada tanggal 19
Februari 2016 pukul 15.00, kegiatan dilakukan diruang kelas 1 SMP PGRI
Sindang Sono, diawali dengan kegiatan pembukaan oleh 3 Koas IKM
UNTAR, kemudian pembagian lembar pre-test kepada 31 siswa/i dan diberi
waktu sekitar 15 menit untuk pengisian.Penyuluhan berupa presentasi

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 63
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

powerpoint dan penayangan video tentang DBD dimulai setelah lembar pre-
test dikumpulkan. Lembar post-test dibagikan pada akhir penyuluhan untuk
menilai peningkatan pengetahuan siswa/i setelah intervensi berupa
penyuluhan dengan waktu pengisian sekitar 15 menit.Setelah lembar post-
test dikumpulkan, kegiatan ditutup oleh 3 koas IKM UNTAR dan dilakukan
pembagian bingkisan yang selesai pada pukul 17.00 WIB.

2. Pembentukan Kader Jumantik, pembagian bubuk abate, leaflet, stiker


pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik
Pada hari Sabtu, 20 Februari 2016 pukul 15.00 WIB, 3 Koas IKM
UNTAR kembali mendatangi sekolah atas izin kepala sekolah untuk
kegiatan pembentukan Kader Jumantik yang diawali dengan penjelasan
prosedur pemeriksaan jentik (1 siswa memeriksa 2-3 rumah yang kemudian
dibagikan bubuk abate, leaflet dan ditempel stiker pemeriksaan jentik.
Setelah 3 hari siswa kembali mendatangi rumah yang sama untuk ditempel
stiker rumah bebas jentik apabila tidak ditemukan jentik di sekitar rumah.
Pada hari ke 6 tanggal 26 Februari 2016 siswa melaporkan hasil pada 3
Koas IKM Untar). Setelah prosedur pemeriksaan dijelaskan, kegiatan
dilanjutkan dengan praktek percontohan pemeriksaan jentik pada tempat
penampungan air (TPA) (seperti ember, bak mandi) maupun non-TPA
(seperti dispenser, tatakan vas bunga) yang ada di sekolah, penggunaan
bubuk abate dan penempelan stiker di lingkungan SMP PGRI Sindang Sono
kepada 31 siswa/i yang tinggal di RT 03 RW 02. Setelah praktek dan
penjelasan prosedur pemeriksaan untuk pada pemantauan PSN dilakukan
oleh Koas IKM di sekitar sekolah dan beberapa rumah siswa/i di RT 03 RW
02 Sindang Sono. Kegiatan ditutup dengan pembagian set kerja Kader
Jumantik berupa 3 bungkus bubuk abate, 3 lembar leaflet, stiker
pemeriksaan jentik dan stiker rumah bebas jentik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 64
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

3. Pemantauan hasil ‘Kader Jumantik’ di lapangan serta angka bebas


jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Kegiatan ini bertujuan untuk mencocokkan laporan Kader Jumantik
terhadap kenyataan di lapangan untuk menilai ABJ di lingkungan RT 03
RW 02 Desa Sindang Sono. Kegiatan diawali dengan meminta izin kepada
Ketua RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono pada hari Jumat, 26 Februari 2016
pukul 15.00 WIB untuk pemantauan kerja Kader Jumantik dan penilaian
ABJ di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono pada tanggal 27 dan 29 Februari
2016. Pada tanggal 27 dan 29 Februari dilakukan pencocokan antara laporan
Kader Jumantik terhadap kenyataan dilapangan dengan mengunjungi 72
rumah dan menghitung stiker pemeriksaan dan stiker rumah bebas jentik.
Pada hari Senin, 29 Februari 2016 pukul 17.00 WIB, 3 koas IKM Untar
berpamitan dengan Ketua RT sebagai tanda selesainya kegiatan. Setelah
data terkumpul dan dicocokkan, kemudian dihitung ABJ di RT 03 RW 02
Desa Sindang Sono.

4. Pembagian tanaman pengusir nyamuk


Rosemary, Serai dan Zodia dipilih dari beberapa jenis tanaman pengusir
nyamuk dikarenakan lebih mudah didapat serta Rosemary dan Serai dapat
digunakan sebagai bumbu masakan juga. Pada hari Rabu, 2 Maret 2016
pukul 14.00 WIB kegiatan diawali dengan meminta izin kepada Kepala
Sekolah SMP PGRI Sindang Sono dan diikuti dengan serah terima tanaman
kepada pihal sekolah. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan menanam
tanaman pengusir nyamuk beserta pelabelan nama tanaman bersama siswa
dan Kepala Sekolah dipekarangan. Kegiatan ini diharapkan nantinya dapat
dikembanbiakkan tanaman pengusir nyamuk untuk dapat dibagikan kepada
siswa agar dapat ditanam dilingkungan tempat tinggal.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 65
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

6.3 Monitoring
6.3.1 Jadwal monitoring dan pelaksana
6.3.1.1 Penyuluhan
Intervensi penyuluhan mengenai DBD bersifat one time event, sehingga
monitoring dilakukan saat berjalannya kegiatan yaitu tanggal 19 Februari 2016
melalui post-test.

6.3.1.2 Pembentukan ‘Kader Jumantik', pembagian bubuk abate, leaflet,


stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik

Monitoring pada intervensi ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 Februari 2016
dengan dibagikannya set kerja Kader Jumantik pada 31 siswa/i dan pelaporan
hasil pemeriksaan jentik pada tanggal 26 Februari 2015.

6.3.1.3 Pemantauan hasil ‘Kader Jumantik’ dilapangan serta angka bebas


jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Monitoring pada intervensi ini dilakukan pada 29 Februari 2016 melalui tinjauan
lapangan dan rekapitulasi hasil ABJ di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.

6.3.1.4 Pembagian tanaman pengusir nyamuk


Intervensi pembagian tanaman pengusir nyamuk bersifat one time event, sehingga
monitoring dilakukan saat pada hari yang sama yaitu tanggal 2 Maret 2016
melalui telah ditanam dan diberi label nama tanaman pengusir nyamuk
dipekarangan sekolah.

6.3.2 Kendala yang dihadapi


6.3.2.1 Penyuluhan
Tidak ada kendala yang dihadapi.
6.3.2.2 Pembentukan ‘Kader Jumantik’ , pembagian bubuk abate, leaflet,
stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik
Tidak ada kendala yang dihadapi.
6.3.2.3Pemantauan hasil Kader Jumantik di lapangan serta angka bebas
jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 66
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Kendala yang dihadapi adalah sempitnya waktu untuk memeriksa tiap rumah
ditambah dengan jarak antar rumah yang cukup jauh dan 4 rumah dalam keadaan
kosong saat kunjungan.
6.3.2.4 Tanaman pengusir nyamuk
Tidak ada kendala yang duhadapi.

6.3.3 PDCA Cycle – Perbaikan yang dilakukan.


Pemantauan intervensi I: Penyuluhan

Gambar 11.PDCA intervesi I

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 67
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Pemantauan intervensi II: Pembentukan tim “Kader Jumantik “, pembagian


bubuk abate, leaflet, stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik

Gambar 12. PDCA intervesi II

Pemantauan intervensi III: Pemantauan hasil Kader Jumantik dilapangan serta


angka bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 68
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 13.PDCA intervesi III

Pemantauan intervensi IV: Pembagian tanaman pengusir nyamuk.

Gambar 14. PDCA Intervensi IV

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 69
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB VII
HASIL INTERVENSI

7.1 Pengolahan data


Data diperoleh melalui hasil Pre-test dan Post-test dan hasil observasi di
rumah warga (termasuk siswa/i) RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono.

7.2 Penyajian Data


7.2.1 Intervensi I: Penyuluhan mengenai penyakit DBD kepada siswa/i
SMP PGRI RT 03 RW 02 Sindang Sono
Penyuluhan dilakukan kepada 31 Siswa/i SMP PGRI Sindang Sono yang
tinggal di RT 03 RW 02 pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 13.00 WIB di ruang
kelas 1 SMP PGRI Sindang Sono. Sebelum diberikan penyuluhan, dibagikan
kuesioner (pre-test) untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai
penyakit DBD. Pada akhir penyuluhan, dibagikan kuesioner (post-test) untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa terhadap penyuluhan yang diberikan.
Terdapat 10 soal pada pre-test dan post-test. Masing – masing soal memiliki
bobot 10 poin.
Tabel 7. Hasil pre-testdan post-test
No Nama Pre-test Postest Peningkatan Keterangan
1 A 20 100 80 Meningkat
2 SA 30 90 60 Meningkat
3 YP 40 90 50 Meningkat
4 EM 50 90 40 Meningkat
5 RP 20 80 60 Meningkat
6 SI 30 100 70 Meningkat
7 AW 20 90 70 Meningkat
8 M 40 100 60 Meningkat
9 YR 40 100 60 Meningkat
10 MY 50 100 50 Meningkat
11 ER 30 90 60 Meningkat
12 AR 40 90 50 Meningkat

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 70
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

13 AS 30 80 50 Meningkat
No Nama Pre-test Postest Peningkatan Keterangan
14 SP 20 80 60 Meningkat
15 YP 30 100 70 Meningkat
16 PN 30 100 70 Meningkat
17 N 40 90 50 Meningkat
18 K 30 90 60 Meningkat
19 R 40 90 50 Meningkat
20 P 50 100 50 Meningkat
21 T 40 90 50 Meningkat
22 SK 80 80 0 Tidak meningkat
23 ND 30 70 40 Meningkat
24 EP 30 90 60 Meningkat
25 AP 40 80 40 Meningkat
26 I 20 80 60 Meningkat
27 H 60 70 10 Meningkat
28 JK 40 100 60 Meningkat
29 S 20 80 60 Meningkat
30 NS 60 90 30 Meningkat
31 DS 80 80 0 Tidak meningkat
Total 1180 2760 1580
Mean 38,06 89,03 50,97
Median 40 90 60
Sumber : Hasil perhitungan penulis

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 71
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Tabel 8. Rekapitulasi hasil pre-test dan post-test


Variabel Total Mean Median

Nilai pre-test - 38,06 40

Diatas rata-rata 16 (51,65 %) - -

Dibawah rata-rata 15 (48,38 %) -

Nilai postest - 89,03 90

Diatas rata-rata 21 (67,75 %) - -

Dibawah rata-rata 10 (32, 25 %) - -

Peningkatan - 50,97 60
pengetahuan

Meningkat 29 (93,5 %) - -

Tidak meningkat 2 (6,5 % ) - -

Sumber : hasil perhitungan penulis

Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan mengenai penyakit DBD


pada 31 siswa/i SMP PGRI Sindang Sono yang bertempat tinggal di RT 03 RW
02 didapatkan hasil nilai post-test rata-rata sebesar 89,03 poin, sedangkan hasil
pre-test rata-rata sebesar 38,06 poin sehingga terdapat peningkatan dari nilai rata-
rata pre-test yaitu 50,97 poin.
Dari hasil pre-test terdapat 15 orang (48,38 %) dengan pengetahuan kurang
dan 16 orang (51,65 %) dengan pengetahuan cukup (kurang : dibawah nilai rata-
rata; cukup : > 5 benar). Pada hasil post-test, seluruh siswa/i dengan pengetahuan
kurang menjadi pengetahuan cukup setelah intervensi, dengan demikian jumlah
yang berpengetahuan cukup menjadi 21 orang dari total 31 orang (67,75 %).

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 72
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Gambar 15. Grafik perbandingan nilai rata-rata pre-test dan post-test

7.2.2 Intervensi II: Pembentukan tim ‘Kader Jumatik’, pembagian bubuk


abate, stiker pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik

Pada tanggal 20 Februari 2016, dilakukan pembentukan tim ‘Kader Jumatik’


berjumlah 31 orang yang bertanggung jawab untuk memeriksa rumah 2-3 rumah
di RT 03RW 02 Desa Sindang Sono dari total 72 rumah. Rumah yang telah
diperiksa akan dibagikan leaflet, bubuk abate dan ditempel stiker pemeriksaan
jentik, dan untuk rumah yang bebas jentik akan ditempel stiker rumah bebas
jentik. Pada tanggal 26 Februari 2016, ‘Kader Jumantik’ telah melaporakan hasil
pada 3 Koas IKM Untar.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 73
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 74
Laporan Diagnosis Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Tabel 9. Jumlah pemeriksaan rumah oleh Kader Jumantik

No Nama Jumlah 16 PN 2
Siswa Rumah 17 N 2
1 A 2 18 K 2
2 SA 2 19 R 3
3 YP 3 20 P 2
4 EM 2 21 T 2
5 RP 2 22 SK 3
6 SI 2 23 ND 2
7 AW 2 24 EP 2
8 M 2 25 AP 2
9 YR 3 26 I 2
10 MY 2 27 H 3
11 ER 2 28 JK 2
12 AR 2 29 S 2
13 AS 2 30 NS 3
14 SP 2 31 DS 2
15 YP 2 Total 68

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 75
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Berdasarkan laporan Kader Jumantik, telah dilakukan pemeriksaan jentik,


pembagian leaflet dan bubuk abate kepada 68 rumah dengan hasil 61 rumah bebas
jentik dari total 72 rumah yang diperiksa, sementara 4 rumah dinyatakan tidak
berpenghuni.

7.2.3 Intervensi III: Pemantauan kerja Kader Jumantik di lapangan serta


pemantauan angka bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW 02
Dari hasil pemantauan kinerja Kader Jumantik pada tanggal 27 Februari dan
29 Februari 2016, terdapat kecocokan antara laporan dengan kenyataan di
lapangan, yakni terdapat 61 rumah bebas jentik (yang sudah di tempel ditempel
stiker bebas jentik dan pemeriksaan jentik) dari 68 yang sudah diperiksa termasuk
sekolah bebas jentik, dikarenakan 4 dinyatakan tidak berpenghuni dari total 72
rumah. Setelah intervensi, terjadi kenaikan ABJ 33% dari Januari 2016 yang
hanya 53% menjadi 86% pada tanggal 29 Februari 2016.

Gambar 16. Perbandingan ABJ sebelum dan sesudah di intervesi

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 76
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

7.2.4 Intervensi IV: Pemberian serta penanaman tananam pengusir jentik


Serah terima tanaman pengusir nyamuk dilakukan pada tanggal 2 maret 2016
kepada kepala sekolah SMP PGRI Sindang Sono berupa 4 pot tanaman Serai, 2
pot tanaman Rosemary dan 2 pot tanaman Zodia. Koas IKM untar bersama-sama
dengan kepala sekolah dan siswa/i SMP PGRI Sindang Sono telah melakukan
kegiatan penanaman dan pelabelan bersama tanaman pengusir nyamuk di
pekarangan sekolah untuk dikembang biakkan agar kedepannya dapat dibagikan
kepada siswa/i untuk ditanam dirumah.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 77
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB VIII
EVALUASI KEGIATAN
8.1 Metode Evaluasi

Metode yang digunakan dalam evaluasi program ini menggunakan


Pendekatan Sistem.

LINGKUNGAN

MASUKAN PROSES KELUARAN DAMPAK

UMPAN BALIK

Gambar 17. Metode pendekatan sistem

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 78
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
8.2 Hasil Evaluasi
Tabel 10. Evaluasi program intervensi penyuluhan
MASUKAN
Variabel Tolok Ukur Data Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
Dana - Kertas pre-test dan post-test Rp. 260.000,- Rp. 230.000,- - Ada
- Botol minum (diberikan pada 10 orang (Sumber: dana bersama)
pada sesi tanya jawab penyuluhan)
- Makanan ringan
Material - Laptop - 2 laptop - 2 laptop - Tidak ada
- Proyektor - 1 proyektor - 1 proyektor - Tidak ada
- Kertas pre-test dan post-test - 35 x 2 lembar x 2 - 31x 2 lembar x 2 - Ada
- Botol minum - 5 botol - 5 botol - Tidak ada
- Snack - 40 bungkus - 31 bungkus - Ada
Metode - Pre-test - Ada - Ada - Tidak ada
- Penyuluhan - Ada - Ada - Tidak ada
- Post-test - Ada - Ada - Tidak ada

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 79
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

PROSES
Variabel Tolok ukur Data Kesenjanga
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan isi penyuluhan Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pembuatan pre-test dan post-test Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Merencanakan jenis dan pembelian snack Dilakukan n Tidak ada
Merencanakan pembelian botol minum Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKMUntar Dilakukan nDilakuka Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan n Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Sindang Sono n
Dilakuka
n
Actuating Melakukan pre-test Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Dilakukan penyuluhan mengenai DBD dan cara pencegahan DBD Dilakukan n Tidak ada
Melakukan sesi tanya jawab dan pembagian hadiah berupa botol minum Dilakukan Dilakuka Tidak ada
Melakukan post-test Dilakukan n Tidak ada
Melakukan pembagian makanan ringan Dilakukan Dilakuka Tidak ada
n
Dilakuka
n
Dilakuka
n
Controllin Masing – masing Koas bertanggung jawab terhadap materi edukasi yang Dilakukan Dilakuka Tidak ada

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 80
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
g diberikan. n
Mengevaluasi jawaban pre-test dan post-test dicocokkan dengan jawaban yang Dilakukan Tidak ada
benar. Dilakuka
n

KELUARAN

Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan

Meningkatkan pengetahuan siswa/i Didapatkan peningkatan Didapatkan peningkatan Tidak ada


mengenai DBD pengetahuan minimal 35 poin pengetahuan sebesar 51 poin pada
pada nilai post-test dibandingkan nilai post-test dibandingkan nilai
nilai pre-test pre-test.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 81
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
Tabel 11. Evaluasi program intervensi pembentukan tim Kader Jumantik, pembagian bubuk abate, stiker pemeriksaan jentik, serta stiker
rumah bebas jentik, dan leaflet DBD

MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
- Siswa SMP PGRI Sindang Sono - 31 orang - 31 orang - Tidak ada
Dana - Bubuk abate Rp. 300.000,- Rp. 300.000,- - Tidak ada
- Stiker pemeriksaan jentik (Sumber : dana bersama)
- Stiker rumah bebas jentik
- Leaflet
Materia - Bubuk abate - 77 bungkus - 77 bungkus - Tidak ada
l - Stiker pemeriksaan jentik - 75 buah - 72 buah - Ada
- Stiker rumah bebas jentik - 75 buah - 72 buah - Ada
- Senter - 2 buah - 2 buah - Tidak ada
- Leaflet - 72 lembar - 72 lembar - Tidak ada
Metode - Demonstrasi bagaimana cara melihat jentik - Ada - Ada - Tidak ada
nyamuk dan cara menabur bubuk abate
- Penyuluhan mengenai pemeriksaan jentik di - Ada - Ada - Tidak ada
rumah siswa maupun rumah tetangga dan
pembentukan Kader Jumantik
- Pembagian bubuk abate dan leaflet kepada - Ada - Ada - Tidak ada
siswa untuk dibagikan ke tetangga
sekitarnya

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 82
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

PROSES
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan isi penyuluhan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembelian bubuk abate Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembuatan stiker bebas jentik dan stiker pemeriksaan jentik Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembuatan leaflet Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Sindang Sono
Actuating Demonstrasi bagaimana cara melihat jentik nyamuk DBD dan cara menabur Dilakukan Dilakukan Tidak ada
bubuk abate Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Penyuluhan mengenai pentingnya pemeriksaan jentik pada rumah dan tetangga Dilakukan Dilakukan Tidak ada
sekitar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembentukan Kader Jumantik untuk pemeriksaan jentik nyamuk DBD
Pembagian bubuk abate dan leaflet kepada siswa SMP PGRI Sindang Sono
Controlling Masing – masing Koas bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dilakukan Dilakukan Tidak ada

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 83
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

KELUARAN

Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan

Terlaksananya kegiatan Diperiksanya minimal 62 Telah diperiksa 68 rumah, 61 Tidak ada


pemeriksaan jentik, pembentukan rumah oleh Kader Jumantik rumah diantaranya bebas jentik
Kader Jumantik, pembagian ditandai dengan ditempelnya sementara 4 rumah lainnya
bubuk abate, leaflet, dan stiker stiker pemeriksaan jentik, stiker dinyatakan tidak berpenghuni
bebas jentik di RT 03 RW 02 bebas jentik
Desa Sindang Sono

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 84
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Tabel 12. Evaluasi program intervensi pemantauan hasil kerja Kader Jumantik serta angka bebas jentik di Desa Sindang Sono RT 03 RW
02

MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada

Dana - - - -

Material - Senter - 2 buah - 2 buah - Tidak ada

Metode - Pemeriksaan jentik pada rumah - 72 rumah - 68 rumah - Ada, 5,6 %


warga (termasuk siswa/i) desa
Sindang Sono RT 03 RW 02 dan
SMP PGRI Sindang Sono

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 85
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

PROSES

Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan

Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada


Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakukan Tidak ada

Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan pemeriksaan jentik pada rumah warga (termasuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
siswa/i) kepada Ketua RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
Actuating Melakukan pemeriksaan jentik pada rumah warga (termasuk siswa/i) Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Menghitung angka bebas jentik setelah dilakukan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Controlling Masing – masing Koas IKM bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dilakukan Dilakukan Tidak ada

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 86
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

KELUARAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Meningkatnya partisipasi siswa/i Peningkatan persentase ABJ Peningkatan persentase ABJ Tidak ada
terhadap PSN dinilai dengan ≥75% dari penghitungan ABJ ≥86% dari penghitungan ABJ
bulan Januari 2016 bulan januari 2016
peningkatan persentase ABJ dari
penghitungan ABJ bulan Januari
2016

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 87
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016
Tabel 13. Evaluasi program intervensi tanaman pengusir nyamuk di sekolah

MASUKAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Tenaga - Koas IKM Untar - 3 orang - 3 orang - Tidak ada
- Siswa SMP PGRI Sindang Sono - 5 orang - 5 orang - Tidak ada
Dana - Tanaman Serai Rp. 45.000,- Rp. 39.000,- - Ada
- Tanaman Zodia
- Tanaman Rosemary (Sumber : dana bersama)

Material - Tanaman Serai - 4 pot - 4 pot - Tidak ada


- Tanaman Zodia - 2 pot - 2 pot - Tidak ada
- Tanaman Rosemary - 2 pot - 2 pot - Tidak ada
- Cangkul - 1 buah - 1 buah - Tidak ada
Metode - Penanaman dan pelabelan tanaman - Ada - Ada - Tidak ada
pengusir nyamuk di sekolah

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 88
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

PROSES
Variabel Tolak ukur Pencapaian Kesenjangan
Planning Merencanakan sasaran dan intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan jadwal dan tempat intervensi Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pengadaan alat – alat yang diperlukan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Merencanakan pembelian tanaman pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Organizing Membagi tugas masing - masing Koas IKM Untar Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Andryan: Mencari tanaman Serai, penanaman tanaman pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Dian: Mencari tanaman Zodia Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Milana: Mencari tanaman Rosemary Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Pembuatan jadwal pelaksanaan Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Permohonan izin mengadakan penyuluhan kepada Kepala Sekolah SMP PGRI Sindang Dilakukan Dilakukan Tidak ada
Sono
Actuating Melakukan penanaman Tanaman Pengusir nyamuk Dilakukan Dilakukan Tidak ada

Controlling - - - -

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 89
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

KELUARAN
Variabel Tolok ukur Pencapaian Kesenjangan
Dilakukan penanamandan Penanaman dan pelabelan Penanaman dan pelabelan Tidak ada
pelabelan tanaman pengusir tanaman pengusir nyamuk yaitu tanaman pengusir nyamuk yaitu
Serai sebanyak 4 pot, Zodia Serai sebanyak 4 pot, Zodia
nyamuk di pekarangan sekolah sebanyak 2 pot dan Rosemary sebanyak 2 pot dan Rosemary
SMP PGRI Sindang Sono sebanyak 2 pot sebanyak 2 pot

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 90
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi
Siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016 91
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB IX

KESIMPULAN

1. Masalah utama di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya, Kabupaten


Tangerang periode 2015 sampai Januari 2016 adalah peningkatan jumlah
insiden DBD dari tahun 2015 sampai Januari 2016 dari 13 kasus menjadi 28
kasus dengan penderita DBD terbanyak tahun 2016 terdapat di Desa Sindang
Sono RT 03 RW 02 pada rentang usia 10-15 tahun.

2. Masalah – masalah penyebab tingginya insiden DBD di wilayah kerja


Puskesmas Sindang Jaya di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono adalah
kurangnya pengetahuan warga (termasuk siswa/i) tentang penyakit DBD yang
meliputi penyebab, sumber penularan maupun ciri-cirinya, tanda dan gejala,
cara pencegahan serta perilaku pasif warga (termasuk siswa/i) terhadap
lingkungan mengenai arti penting pemberantasan jentik sebagai pemutus
sumber penularan.

3. Intervensi sebagai bagian dari alternatif pemecahan masalah yang dapat


dilakukan dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam
menunjang tujuan jangka menengah dan jangkan panjang yang diharapkan
adalah:

 Intervensi I : Penyuluhan
 Intervensi II : Pembentukan ‘Kader Jumatik’, pembagian bubuk abate,
stiker pemantau jentik, serta stiker rumah bebas jentik
 Intervensi III : Monitor kerja‘Kader Jumatik’ di lapangan serta
pemantauan angka bebas jentik di RT 03 RW 02 Desa Sindang Sono
 Intervensi IV : Penanaman dan pelabelan tanaman pengusir nyamuk

4. Hasil dari intervensi I – IV yang telah dilakukan adalah :

 Dari hasil penyuluhan terhadap 31 siswa SMP PGRI RT 03 RW 02 Desa


Sindang Sono dapat disimpulkan adanya peningkatan pengetahuan siswa/i

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
92
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

tentang penyakit DBD, dari rata-rata hasil pre-test 38 poin menjadi 89 poin
pada post-test.
 Dari hasil intervensi pembentukan 31 ‘Kader Jumatik’ yang bertugas
memantau jentik pada 72 rumah, pembagian bubuk abate, stiker
pemeriksaan jentik, serta stiker rumah bebas jentik memberikan hasil telah
dibagikannya bubuk abate, leaflet dan stiker pemeriksaan jentik pada 68
rumah serta stiker bebas jentik pada 61 rumah.
 Hasil dari intervensi yang dilakukan pada pemantauan kerja Kader
Jumantik dilapangan serta pemantauan angka bebas jentik di RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono dapat disimpulkan bahwa terdapat kecocokan
antara hasil laporan siswa/i dengan kenyataan di lapangan yakni terdapat
61 rumah bebas jentik dari 68 rumah yang diperiksa (termasuk SMP PGRI
Sindang Sono) dikarenakan 4 rumah dinyatakan tidak berpenghuni dari
total 72 rumah, dan terdapat peningkatan ABJ dari 53% pada bulan
Januari menjadi 86% pada akhir intervensi.
 Hasil dari intervensi tanaman pengusir nyamuk (2 pot Rosemary, 4 pot
Serai, 2 pot Zodia) adalah telah ditanam dan dilabel tanaman pengusir
nyamuk di pekarangan sekolah sebagai percontohan untuk dikembang
biakkan agar nantinya dapat dibagikan kepada siswa untuk di tanam di
rumah.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
93
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

BAB X

SARAN

10.1 Saran bagi SMP PGRI dan warga (termasuk siswa/i) RT 03 RW 02 Desa
Sindang Sono:

 Melakukan PSN dan 4M Plus secara rutin.


 Menjalani perilaku hidup bersih dan sehat.
 Berbagi informasi tentang segala seuatu yang berkaitan dengan DBD.
 Melaporkan jika ada keluarga maupun tetangga yang mengalami DBD
pada Ketua RT maupun Puskesmas.
10.2 Saran bagi Puskesmas Sindang Jaya:

 Mengadakan penyuluhan tentang DBD secara berkala.


 Memberikan pelatihan kepada para kader tentang penanganan pertama dan
apa saja yang harus dilakukan pada penderita DBD.
 Membagikan bubuk abate dan melakukan fogging pada wilayah kerja
Puskesmas Sindang Jaya.
10.3 Saran bagi Tim selanjutnya:

 Melakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan untuk


menilai efektivitas, manfaat serta tujuan jangka menengah maupun jangka
panjang.
 Memantau perkembangan angka bebas jentik di RT 03 RW 02 Kecamatan
Sindang Jaya dan insidence rate DBD pada wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Sindang Jaya.
 Melakukan pemeriksaan pada 4 rumah di RT 03 RW 02 Desa Sindang
Sono yang dinyatakan tidak berpenghuni pada saat kunjungan.
 Melanjutkan program intervensi terhadap penyakit DBD pada lokasi lain
di wilayah kerja Puskesmas Sindang Jaya.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
94
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Bakti Husada; 2011. Hal. 65-78, 57-60.

2. World Health Organitation. Dengue and severe Dengue. (Diakses tanggal 20


Februari 2016). Diambil dari :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/)2010

3. Soepardi J. Demam berdarah dengue di Indonesia sejak tahun 1968-2009.


Dalam: Jendela Epidemiologi, Volume 2. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2010. Hal. 151-155.

4. Dinas Kesehatan Provinsi tangerang. Data kasus Demam Berdarah Dengue.


2012. (Diakses tanggal 23 Februari 2016). Diambil dari :
http://dinkes.bantenprov.go.id/read/profil-kesehatan-provinsi-bant/32/Profil-
Kesehatan-Tahun-2012.html

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Laporan Kejadian Luar Biasa


Demam Berdarah Dengue. 2016. (Diakses tanggal 20 Februari 2016).
Diambil dari : http://dinkes.tangerangkab.go.id/web/read/63-laporan-
kejadian-luar- biasa-klb-dbd

6. Puskesmas Kecamatan Sindang Jaya. Data kasus penyakit demam berdarah


dengue 2016. Kabupaten Tangerang: Kecamatan Sindang Jaya; 2016.

7. Sutantri, Achmad J. Diagnosa komunitas dan program kesehatan. Jakarta:


Yayasan Essentia Medica; 2009. Hal 119-121.
8. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana demam berdarah dengue
di Indonesia. Edisi 3. Jakarta: Bakti Husada; 2004. Hal 27-36.

9. Suhendro dkk. Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta:
Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalamFakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. Hal. 1731-1735.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
95
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

10. World Health Organization. Dengue hemorrhagic fever. Guideline for


diagnosis, treatment, prevention and control. WHO; 2009. Hal. 142-147.

11. Sudjana P. Diagnosis dini penderita demam berdarah dengue dewasa. Dalam:
jendela epidemiologi, Volume 2. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.
Hal. 97-98.

12. Kardinan, A. Mengenal lebih dekat tanaman pengusir dan pembasmi nyamuk.
Jakarta: Agromedia. 2001.
13. Puskesmas Sindang Jaya. Laporan Tahunan 2015. Tangerang: Kecamatan
Sindang Jaya; 2015.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
96
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

DAFTAR LAMPIRAN

KUESIONER MINI SURVEY TENTANG PENGETAHUAN PENYAKIT


DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS SINDANG JAYA

1) IDENTITAS RESPONDEN
NAMA :
JENIS KELAMIN :
ALAMAT :
UMUR :
PENDIDIKAN :

2) PERTANYAAN
PENGETAHUAN
1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah?
a. Tahu
b. Tidak Tahu
Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?
a. Virus
b. Gigitan seranggan ( nyamuk, lalat)
c. Makanan/minuman yang tidak dimasak dengan baik
d. Tidak tahu
2. Bagaimanana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam
berdarah?
a. Demam tinggi mendadak,lemas, perdarahan: berupa bintik-binti
merah di kulit/perdarahan gusi/hidung dll
b. Demam naik pada sore dan malam, turun pada pagi hari, disertai nyeri
perut
c. Demam tidak terlalu tinggi, mencret, dan nyeri perut

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
97
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

d. Tidak tahu

2. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?


a. Warna hitam/coklat
b. Warna hitam garis garis putih
c. Tidak tahu
3. Menurut anda bagaimana penyebaran penyakit demam berdarah
a. Melalui debu/angin
b. Melalui batuk/dahak
c. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah
d. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demam berdarah
e. Tidak tahu
4. Tempat-tempat apa saja yang dapat berpotensi/ dapat menjadi tempat
bersarang nyamuk demam berdarah disekitar lingkungan rumah?
a. Tempat penanmpungan air yang tidak tertutup, misalnya : bak mandi,
kaleng bekas yang terisi air, tempat minum burung
b. Selokan dan got yang kotor
c. Dari pohon dan tanaman liar disekitar rumah
d. Tidak tahu

PERILAKU

5. Menurut anda apa yang sebaiknya dilakukan di rumah jika seseorang


anggota keluarga di duga menderita demam berdarah?
a. Memberi antibiotik
b. Memberikan jamu untuk penambah tenaga
c. Mengkompres, memberikan minum banyak, obat penurun demam,
dan memeriksakan ke puskemas
d. Tidak tahu
6. Apakah menurut anda perlu membersihkan/menguras bak mandi setiap
hari?

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
98
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

a. Perlu
b. Tidak perlu
Apabila perlu, kapan harus membersihkan/menguras bak mandi?
a. satu kali dalam seminggu
b. Tiap bulan
c. Kalau kotor saja
d. Tidak tahu
7. apa yang kamu lakukan terhadap barang-barang bekas yang dapat
tergenang air dan menjadi tempat bersarangnya jentik nyamuk DBD?
a. mengubur, menimbun, dan membakar
b. melaporkan ke petugas sampah lingkungan
c. membuang air yang tergenang dalam sampah
d. tidak melakukan apa-apa
SIKAP
8. Apakah anda setuju bahwa penanggulangan DBD merupakan tanggung
jawab bersama semua pihak termasuk anda dan warga (termasuk siswa/i)
sekitar?
a. setuju
b. tidak setuju
9. Apakah anda setuju bahwa nyamuk demam berdarah dapat timbul dari
kurangnya kebersihan lingkungan sekitar (kaleng bekas yang terisi air, dan
bak mandi yang jarang dikuras)?
a. setuju
b. tidak setuju

Lampiran 1. Kuesioner mini survey

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
99
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Kuesioner Pre/Post Test mengenai Deman Berdarah Dengue


pada Siswa/i SMP PGRI Sindang Sono

I. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur :

II. Pertanyaan
1. Apakah penyebab penyakit demam berdarah?
e. Virus
a. Gigitan seranggan ( nyamuk, lalat)
b. Makanan/minuman yang tidak dimasak dengan baik
c. Tidak tahu
2. Bagaimanana tanda dan gejala orang yang menderita penyakit demam
berdarah?
a. Demam tinggi mendadak,lemas, timbul bintik-binti merah di
kulit/perdarahan gusi/hidung dll
b. Demam pada sore dan malam, disertai batuk, dan keringat malam
c. Demam tidak terlalu tinggi, mencret, dan nyeri perut
d. Tidak tahu
3. Menurut kamu bagaimana penyebaran penyakit demam berdarah?
a. Melalui debu/angin
b. Melalui batuk/dahak
c. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah
d. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita
demam berdarah
4. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?
a. Warna hitam
b. warna cokelat
c. Warna hitam garis garis putih
d. Tidak tahu
5. Tempat-tempat apa saja yang dapat menjadi tempat bersarang nyamuk
demam berdarah disekitar lingkungan rumah?
a. Tempat penampungan air yang tidak tertutup, misalnya : bak mandi,
kaleng bekas yang terisi air, tempat minum burung
b. Selokan dan got yang kotor
c. Dari pohon dan tanaman liar disekitar rumah
d. Tidak tahu
6. Apakah yang dimaksud dengan 4M PLUS?
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
100
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

a. menyikat, menguras, mengubur dan membasmi jentik


b. menutup, mengubur, dan menguras dan menghindari gigitan nyamuk
c. menutup, mengubur dan membakar sampah
d. tidak tahu
7. Apakah upaya untuk menghindari gigitan nyamuk?
a. memakai kelambu
b. menggunakan lotion nyamuk
c. menanam tanaman pengusir nyamuk
d. semua benar
8. Apa alat yang digunakan untuk memeriksa jentik nyamuk?
a. menggunakan saringan ikan
b. menggunakan senter
c. menggunakan gayung
d. tidak tahu
9. Apa kegunaan bubuk abate?
a. membasmi jentik nyamuk
b. membasmi nyamuk dewasa
c. agar air manjadi bersih
d. semua jawaban diatas benar
10. Bagaimana cara menggunakan bubuk abate?
a. menabur 1 sendok (10gram) untuk 1 bak mandi (100 liter) air
b. menabur di selokan depan rumah
c. ditabur pada tumpukan barang bekas
d. tidak tahu

Hasil:

Lampiran 2.Soal pre-test/post-test

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
101
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 3. Kegiatan penyuluhan dengan presentasi Powerpoint

Lampiran 4. Penjelasan pola demam pada DBD

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
102
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 5. Pengumpulan hasil post-test

Lampiran 6. Kegiatan pembentukan Tim Kader Jumantik


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
103
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 7. Kegiatan praktek pemeriksaan jentik dan penggunaan bubuk


abate

Lampiran 8. Kegiatan praktek penempelan stiker pemeriksaan jentik dan


rumah bebas jentik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
104
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 9. Kegiatan pemeriksaan jentik di lingkungan RT 03 RW 02

Lampiran 10. Hasil rumah positif jentik (tanpa stiker rumah bebas jentik)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
105
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 11. Hasil rumah negatif jentik (dengan stiker rumah bebas
jentik)

Lampiran 12. Persiapan penanaman tanaman pengusir nyamuk

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
106
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 13. Penanaman bersama tanaman pengusir nyamuk

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
107
Laporan Diagnosa Komunitas dan Program Intervensi dalam Upaya Penurunan Insiden Demam
Berdarah Dengue dengan Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi Siswa SMP PGRI RT 03 RW
02 Desa Sindang Sono, Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Periode 15 Februari – 2 Maret 2016

Lampiran 14. Hasil penanaman tanaman pengusir nyamuk dipekarangan


sekolah

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Maret, 2016
108

Anda mungkin juga menyukai