1. DEFINISI
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
kegagalan relative sel β dan retensi insulin. Retensi insulin adalah turunnya
Diabetes Mellitus (DM) tipe II kadar Gula Darah sangat tinggi: jika kadar
gula darah sewaktu > 200 mg/dl, Diabetes Mellitus (DM) tipe II kadar Gula
Darah tinggi: jika kadar sewaktu 140 – 199 (Foster cit Herenda, 2005.
1
2
pemeriksaan :
<60mg/dl <70mg/dl
HIPOGLIKEMIA
3
1) Pankreas
Selain ini ada sel delta yang menghasilkan somatostatin, yang menghambat
Tambayong, 2001)
2) Glukagon
menjadi glukosa (glikogenolisis) ; (2) sintesis glukosa dari asam laktat dan
dar molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino (
sehingga gula darah naik. Sekresi glucagon dirangsang turunya kadar gula
darah, jug anaiknya kadar asam aminao darah ( setelah makan banyak).
Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi dan oleh
3) Insulin
Insulin adalah hormone yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra
alveolar. Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel beta
dirangsang oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah makan
peningkatan gula darah diatas batas normal. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi glukosa. Kerja ini
dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh puasa
3. ETIOLOGI ( Penyebab)
(1) Glukotoksisitas
(2) Lipotoksisitas
5
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa dalam
glukosa darah akan meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
sekresi amylin dari sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel beta
hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu sendiri
(5) Umur
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
6
terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
(6) Genetik
2) Retensi insulin
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak begitu jelas, tapi
berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk
(5) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular dan bila
rasa haus
(4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan
menyebabkan kelelahan
kronis, katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering
lambung)
(9) Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan
luka yang tidak kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran
(5) Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk
dapat dijumpai pada pengidap diabetes Tipe I atau Tipe II. Hormone-
fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel β. Mula-mula
timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin
10
untuk mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal.
Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin
hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat
itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta itu
berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi
tetapi jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah
total insulin yang di lepaskan. Hal ini mendorong semakin parah kondisi seiring
dengan bertambah usia pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan
darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang ada disel
ini didalam darah. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus
Corwin, 2009)
11
6. PATWAY PENYAKIT
faktor genetik
inveksi virus Kerusakan sel β Ketidakseimbangan Gula dalam darah
pengrusakan produksi insulin tidak dapat di
imunologik bawa kedalam sel
Kerusakan pada
Poliuri Vikositas darah Syok hiperglikemik
antibodi
RETENSI URINE
KEKURANGAN KETIDAKEFEKTIFAN
PERFUSI JARINGAN Nekrosis Klien tidak merasa
VOLUME CAIRAN
sakit
PERIFER
gangrene
KERUSAKAN
INTERGRITAS
JARINGAN
7. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
1) Hipoglikemia
sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak
hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
2) Ketoasidosis diabetic
dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang
menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang
ekstrim.
metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang menderita
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
13
4) Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau
5) Penyakit kardiovaskuler
lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil
6) Infeksi kulit
membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
berupa:
a. Sulfonilurea
insulin)
b. Glinid
hati.(FKUI, 2011)
15
a. Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.
insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga pada
b. Tiazolidindion
2) Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau
glukosa darah
Penatalaksanaan Keperawatan
ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun
keluarga pasien.
potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang
3) Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam pengobatan
yang baik
memiliki resiko
6) Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani
Penatalaksanaan Diet
18
metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
1) Protein
Menurut consensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006,
Kebutuhan protein untuk penyandang diabetes sebesar 10-20% energi dari
protein total.
2) Total lemak
Asupan lemak di anjurkan <7% energy dari lemak jenuh dan tidak lebih
10% energy dari lemak titk jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak
tidak jenuh tunggal. Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25%
energi.
3) Lemak jenuh dan kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah
untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu <7%
asupan energy sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol
makanan tidak lebih dari 300mg per hari.
4) Karbohidrat dan pemanis
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk penderita diabetes di Indonesia adalah
45-65% energy :
a) Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk control glukosa darah pada
individu dengan diabetes.
b) Pemanis
Fruktosa menaikkan glikosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan
kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Sakarin, aspartame,
acesulfame K adalah pemanis tak bergizi yang dapat di terima sebagai
pemanis pada semua penderita DM.
c) Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetessama dengan
untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonnsumsi 20-
35 gr serat makanan dari berbagai sumber makanan. Di Indonesia
20
1) Wawancara
pasien secara langsung ataupun dari keluarga pasien untuk mendapatkan data
keperawatan yang diperlukan, data dari pasien atau dari keluarga disebut
dengan Data Subyektif. Sedangkan data yang didapatkan dari observasi atau
data yang kita dapat dengan cara melihat langsung keadaan pasien disebut
Kadar glukosa dapat diukur dari sample berupa darah biasa atau plasma.
kuantitatif. (FKUI,2011)
secara tidak langsung dan tergantung pada ambang batas rangsang ginjal
yang bagi kebanyakan orang sekitar 180 mg/dl. Pemeriksaan ini tidak
biasanya dibuat setelah satu dari tiga kriteria berikut ini terpenuhi:
c. Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dan kurang hormone insulin
(FKUI,2011)
terakhir. Bila kadar glukosa darah dalam keadaan normal antara 70-140
23
mg/dl selama 8-10 minggu terakhir, maka test AIC akan menunjukkan
hiperglikemi. (FKUI)
DO :
distensi kandung kemih, residu urine
melebihi 200ml
2 DS : - resiko
ketidakstabilan
DO : kadar glukosa
Faktor resiko darah
dengan factor
resiko : kurang
kepatuhan pada
rencana
manajemen
diabtes
3 DS : klien mengatakan kakinya bengkak, ada penurunan ketidakefektifan
luka dan sudah lama tidak bisa smbuh sirkulasi perfusi jaringan
darah perifer
DO : Diabetes
(1) Edema Melitus
(2) Kelambatan penyembuhan luka
perifer
(3) Perubahan karakter kulit (warna)
4 DS : klien mengatakan ada luka pada bagian nikrosis kerusakan
kakinya (jempol kaki) (luka intergritas
gangrene) jaringan
DO : luka gangrene
gangrene)
12. PERENCANAAN
NO DX TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
26