Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL PENELITIAN

Luhur Budi Adhiapto, Hubungan Umur Deteksi Ketulian ...

Hubungan Umur Deteksi Ketulian dengan Tingkat Intelegensi Siswa di SLB-B


Karnnamanohara Yogyakarta

The Relation the Age of Deafness’s Detection with the Degree of Intelligence in
Student in Karnnamanohara Hearing Impaired School of Yogyakarta

Luhur Budi Adhiapto1, Asti Widuri2*


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Bagian THT, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
*Email: astiwiduri@gmail.com

Abstrak

Deteksi ketulian pada anak khususnya sebelum usia 3 tahun yang kemudian dilakukan intervensi
dini akan menghasilkan perkembangan anak yang sangat memuaskan. Akan tetapi, deteksi dini ketulian
di Indonesia masih dilaksanakan secara pasif. Hal ini menyebabkan keterlambatan deteksi dan intervensi
yang diberikan pada anak, sedangkan dampak ketulian pada anak khususnya ketulian prelingual sangat
besar dan dapat berpengaruh pada masa depan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan deteksi dini ketulian terhadap tingkat intelegensi siswa di SLB-B Karnnamanohara. Jenis
penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah 35 siswa
SLB-B Karnnamanohara terbagi dua kelompok yaitu kelompok deteksi dini (<3 tahun) dan terlambat (>3
tahun) dengan total sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk pengelompokkan sta-
tus umur deteksi ketulian dan tes intelegensi CPM (Coloured Progressive Matrices) untuk menilai tingkat
intelegensi siswa yang dikelompokkan menjadi tingkat intelegensi dibawah rata-rata (<25%), rata-rata
(75% > x >25%) dan diatas rata-rata (>75%). Data dianalisis menggunakan Crosstab dilanjutkan uji
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi hubungan antara umur deteksi ketulian dengan
tingkat intelegensi adalah p=0,321 (p>0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur
deteksi ketulian dengan tingkat intelegensi siswa di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta.

Kata kunci: intelegensi, ketulian, umur deteksi ketulian

Abstract

Early detection of deafness in hearing loss children especially before 3 years old and then fol-
lowed by early intervention will produced a satisfactory child’s growth. In other hand, early detection of
deafness children in Indonesia still were done passively. This situation can make late detection and late
intervention that given to the children, however deafness impact to the children, especially for prelingual
deafness is very huge, and can influence with the child’s future. This research is purposed to know the
relation between early detection of deafness with degree of intelligence in Karnnamanohara Hearing
Impaired School of Yogyakarta. Design of the research is observational and the data taken by croos-
sectional. Research’s subject were all of the Karnnamanohara Hearing Impaired School of Yogyakarta’s
student, the amount were 35 students that devided into two groups, early detection group (<3 years old)
and late detection group (>3 years old). The data taken by questionaire to classified the status of age of
deafness’s detection and CPM (Coloured Progressive Matrice) intelligency test to assess the degree of
intelligence that finally divided into under average (<25%), average (75%>x>25%), and above average
(>75%). Collected data was analysed with Crosstab continued with Spearmann Test. The result showed
the significancy value for the relation between the age of deafness’s detection with the degree of intelligency

138
Mutiara Medika
Vol. 12 No. 3: 138-142, September 2012

was 0,321 (p>0,05). It was concluded that there was no relation between the age of deafness detection
with the degree of intelligence students in Karnnamanohara Hearing Impaired School of Yogyakarta.

Key words: age of deafness’s detection, deafness, intelligency

PENDAHULUAN proses berpikir secara rasional.5 Perkembangan


Anak belajar berbicara berdasarkan apa yang
intelegensi dipengaruhi oleh genetik, lingkungan,
dia dengar. Dengan demikian gangguan pende-
status gizi, intervensi yang diberikan.6 Intelegensi
ngaran yang dialami anak sejak lahir akan meng-
berbeda dengan Intelligence Quotient (IQ), intele-
akibatkan keterlambatan berbicara dan berbahasa,
gensi merupakan suatu konsep umum tentang ke-
sedangkan bahasa merupakan pintu masuknya
mampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari
informasi yang berguna bagi perkembangan intele-
suatu tes intelegensi.6 Akan tetapi, nilai IQ dapat
1
gensi. Pada anak tuna rungu yang dideteksi ketuli-
memberi gambaran tentang status intelegensi. Ada
an sebelum umur 3 tahun dan kemudian diinter-
banyak alat tes intelegensi diantaranya Wechsler
vensi sedini mungkin maka akan memperlihatkan
Adult Intelegency Scale (WAIS), Minnessota
kemajuan yang sangat besar.2 Perkembangan bi-
Multiphasic of Personality Inventori (MMPI), Taylor
cara anak mencapai titik optimal pada usia 9 bulan
Manifest Anxiaety Scale (TMAS), Burn Depresi In-
sampai 3 tahun,3 sehingga pada masa perkem-
ventory (BDI), Coloured Progressive Matrices
bangan ini sedapat mungkin digunakan untuk
(CPM). Pada penelitian ini tes intelegensi yang di-
memaksimalkan bicara anak.
gunakan adalah tes Coloured Progressive Matri-
Deteksi dini merupakan sebuah metode
ces (CPM), karena tes ini dapat digunakan bukan
screening yang bertujuan agar anak yang terdetek-
hanya pada anak normal tetapi juga dapat diguna-
si segera mendapatkan habilitasi ketulian.4 Habilita-
kan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan
si dapat berupa memberikan latihan mendengar
untuk anak “defective”.7
dan berbicara terutama pada anak yang terdeteksi
Pokok permasalahan dalam penelitian ini ada-
prelingual.3 Anak yang terdeteksi dini ketulian yang
lah “apakah terdapat hubungan antara umur detek-
kemudian mendapatkan habilitasi/intervensi dini,
si dengan tingkat intelegensi siswa di SLB-B Karn-
dapat memperoleh pendidikan yang dengan baik.
namanohara?”. Oleh karena itu penelitian ini bertu-
Pendidikan yang diperoleh dengan optimal akan
juan untuk mengetahui hubungan antara umur
berdampak positif terhadap perkembangan intele-
deteksi ketulian dengan tingkat intelegensi siswa
gensinya.
di SLB-B Karnnamanohara.
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertin-
dak secara terarah, berpikir secara rasional dan BAHAN DAN CARA
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara Jenis penelitian ini adalah observarsional de-
garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi ngan desain potong lintang (cross sectional). Peng-
adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan ukuran hanya dilakukan sekali untuk mengetahui

139
Luhur Budi Adhiapto, Hubungan Umur Deteksi Ketulian ...

hubungan anatara deteksi dini ketulian (variabel HASIL

independen) dengan tingkat intelegensi siswa (vari- Tabel 1. Data Karakteristik Subyek Penelitian dengan Uji
Spearman
abel dependen). Jumlah siswa
Tingkat Intelegensi (%)
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 Faktor
Di bawah Rata-rata Di atas
P
Rata-rata Rata-rata
dengan menggunakan satu sampel sekolah yaitu Umur Deteksi
Dini 14 (53,85) 5 (19,23) 7 (26,92) 0,321
SLB-B Karnnamanohara, subyek penelitian ini
Terlambat 4 (44,44) 2 (22,22) 3 (33,33)
menggunakan sampel total yaitu seluruh siswa di
SLB-B Karnnamanohara yang terseleksi meng-
Hasil Uji statistik Spearman seluruh variabel
gunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
memiliki nilai p>0,05 yang berarti tidak terdapat
pada penelitian ini adalah orang tua bersedia men-
hubungan antara umur deteksi ketulian dengan
jadi subjek penelitian, siswa yang bersedia bekerja
tingkat intelegensi siswa SLB-B Karnnamanohara.
sama dan siswa telah memasuki sekolah dasar dan
siswa yang menggunakan alat bantu dengar, DISKUSI
sedangkan kriteria eksklusinya adalah orang tua Hasil analisis statistik dengan uji Spearman
mengalami gangguan mental, orang tua yang tidak menunjukan nilai signifikansi hubungan anatara
kooperatif dan Siswa menderita cacat yang lain umur deteksi ketulian dengan tingkat intligensi
(cacat ganda). Subyek penelitian yang didapatkan siswa adalah 0,321. Nilai tersebut menunjukkan
adalah sejumlah 35 anak yang kemudian diklasifi- nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
kasikan menjadi dua yaitu anak yang terdeteksi hubungan umur deteksi ketulian dengan tingkat
ketulian dini dan terlambat berdasarkan data/ intelegensi siswa.
informasi dari kuesioner yang didapatkan. Pada umur deteksi, tidak ada hubungan antara
Pengumpulan data penelitian dilakukan de- umur terdeteksi dengan tingkat intelegensi siswa
ngan cara pengisian kuesioner yang ditujukan ke- (p>0,05). Jumlah siswa yang terdeteksi ketulian se-
pada orang tua yang telah bersedia menjadi res- cara dini adalah sebanyak 26 siswa dari 35 sampel
ponden (informed consent) dan dilakukan tes inte- yang didapatkan, ini berarti mayoritas siswa terde-
legensi CPM pada siswa untuk mendapatkan sta- teksi ketulian secara dini. Pendeteksian ketulian
tus tingkat intelegensi mereka. Status intelegensi secara dini didasari oleh pengetahuan yang dimiliki
siswa dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu ting- orang tua, karena seseorang bertindak berdasar-
kat intelegensi dibawah rata (<25%), rata-rata (75% kan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.8
> x >25%) dan diatas rata-rata (>75%). Kecanggihan teknologi yang ada tentu membantu
Data penelitian yang terkumpul selanjutnya di- memberikan informasi kepada orang tua sehingga
analisis menggunakan uji Spearman untuk menge- orang tua dapat mengerti dan mengaplikasikan apa
tahui ada tidaknya hubungan antara umur deteksi yang pernah dilihat atau didengar kedalam kese-
ketulian (variabel bebas) dengan tingkat intelegensi hariannya, termasuk pengetahuan akan deteksi
siswa (variabel tergantung). ketulian secara dini. Selain itu, peran serta peme-

140
Mutiara Medika
Vol. 12 No. 3: 138-142, September 2012

rintah dengan melakukan penyuluhan kesehatan Bahasa bukan selalu berarti bahasa lisan, ba-
khususnya tentang pendeteksian ketulian melalui hasa dalam hal ini adalah bahasa isyarat yang ekui-
posyandu dan program-program penyuluhan yang valen dengan bahasa yang digunakan oleh orang
lain tentu memberi dampak positif pada pengeta- yang dapat mendengar.13 Pada penelitian Conrad
huan masyarakat dalam melakukan pendeteksian (1976),14 dari 360 anak tuna rungu usia 15-16,5
kelainan kesehatan pada anak mereka. tahun yang diperiksa umur kemampuan lipreadnya
Pada tingkat intelegensi siswa, terdapat 18 sis- didapatkan setengah dari subyek penelitian dapat
wa dengan intelegensi di bawah rata-rata, 7 siswa berkomunikasi dengan lipread pada usia 7 tahun
mempunyai intelegensi rata-rata dan 10 siswa 6 bulan, setengah yang lainnya bahkan lebih buruk
mempunyai intelegensi di atas rata-rata. Hal ini mi- dan hanya 10% yang dapat berkomunikasi dengan
rip dengan penelitian sebelumnya dengan menggu- baik. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran
nakan tes performance terhadap 30 anak tuna bahasa sangat penting dilakukan karena bahasa
rungu, menyatakan bahwa anak tuna rungu tidak akan menjadi pintu masuk informasi-informasi atau
selalu mempunyai tingkat intelegensi kurang.9 Ting- ilmu-ilmu, tentunya semakin banyak informasi atau
kat intelegensi di bawah rata-rata di SLB-B Karna- ilmu yang didapat sebanding lurus dengan perkem-
manohara kemungkinan disebabkan oleh adanya bangan intelegensi siswa tuna tungu. Intervensi dini
10
stres psikis yang sedang dialami siswa. Stres dengan pembelajaran bahasa merupakan salah sa-
psikis yang dialami kemungkinan disebabkan pada tu stimulus yang diberikan untuk merangsang per-
hari dilakukan pengukuran tingkat intelegensi siswa kembangan otak agar perkembangan intelegensi
SLB-B Karnnamanohara sedang melakukan olah anak juga terstimulasi secara baik.
raga dan siswa akan melakukan ujian akhir semes- Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan
ter. Peneliti berpendapat bahwa kedua hal ini ber- antara umur deteksi ketulian dengan tingkat intele-
pengaruh terhadap psikis siswa. gensi siswa SLB-B Karnnamanohara (p=0,321) ke-
Deteksi ketulian secara dini berguna untuk me- mungkinan karena adanya stres psikis yang dialami
lakukan intervensi secara dini seperti pelatihan ba- siswa karena olah raga dan menjelang ujian atau
hasa. Kemampuan berbicara atau berbahasa dipe- memang kemungkinan karena deteksi ketulian se-
ngaruhi oleh pengalaman mendengar anak tuna cara dini yang dilakukan tidak diimbangi dengan
rungu.11 Pada penelitian Gregory (1976),12 yang penanganan dan intervensi dini ketulian pada anak.
dilakukan pada 122 anak tuna rungu didapatkan Pada penelitian ini diketahui juga bahwa siswa yang
bahwa anak tuna rungu yang tidak mendapatkan terdeteksi ketulian secara dini yaitu 26 anak tetapi
pelatihan bahasa lebih dari 57% mengalami kesu- sekitar 14 anak mempunyai tingkat intelegensi
litan dalam berkomunikasi. Bahasa yang merupa- dibawah rata-rata. Hal ini karena mungkin banyak
kan media komunikasi menjadi sangat vital karena orang tua yang sudah mendeteksi ketulian secara
apabila kemampuan bahasa anak tuna rungu tidak dini tetapi terlambat diperiksakan dan diintervensi
dilatih maka akan berpengaruh pada perkembang- secara dini. Keterlambatan diperiksakan biasanya
an intelegensinya. disebabkan orang tua tidak percaya atau merasa

141
Luhur Budi Adhiapto, Hubungan Umur Deteksi Ketulian ...

malu mempunyai anak yang tuli dan dianggap se- 7. Raven, J.C. Guide to using the Coloured Pro-
bagai aib keluarga. Akan tetapi, banyak juga ke- gressive Matrices. Yogyakarta : Salina Fakultas
luarga merasa kebingungan setelah diperiksakan Psikologi UGM. 1974.
dan terdeteksi tuli, apa langkah selanjutnya yang 8. Setiajit, B. Identifikasi Faktor-faktor Keterlam-
8
harus dilakukan. Intervensi yang terlambat menjadi batan Memeriksakan Dini Ketulian Prelingual.
masalah karena sebenarnya anak tuna rungu Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
mempunyai tingkat intelegensi normal atau mende- 1994.
kati normal, tetapi tingkat intelegensi ini sangat 9. Zekveld, AA., Deijen JB, Goverts ST, Kramer
dipengaruhi oleh kemampuan bicara pada anak SE. The Relationship between Nonverbal Cog-
tuna rungu.15 nitive Functions and Hearing Loss. J Speech
Lang Hear Res. 2007; 50 (1): 74-82.
SIMPULAN 10. Karyono. Pengaruh Ketulian pada Psikis Anak
Umur deteksi ketulian dengan tingkat intele-
dan Pengelolaannya. Majalah Cermin Dunia
gensi siswa di SLB-B Karnnamanohara tidak me-
Kedokteran. 1985; (39): 21-23.
miliki hubungan yang bermakna. Siswa yang terde-
11. Nicholas, J,G., Geers, A,E. Effects of early au-
teksi ketulian secara dini mempunyai tingkat intele-
ditory experience on the spoken language of
gensi yang tidak lebih baik dibandingkan siswa
deaf children at 3 years of age. Ear Hear. 2006;
yang terdeteksi ketulian terlambat.
27 (3): 286-298.
12. Gregory, S. The Deaf Child and His Family.
DAFTAR PUSTAKA
London: Allen and Unwin Ltd. 1976.
1. Jayanto, K.D. Deteksi Pendengaran. 2008. Di-
13. Denmark, J. Early Profound Deafness and
akses pada 15 April 2009 dari http://kaskus.us/
Mental Retardation. British Journal of Mental
showthread.php.
Subnormality, 1978; 24 (2, No 47): 81-89.
2. Sastrowiyoto S. Sebab-sebab Ketulian pada
14. Vygotsky, L. S. Thought and language. Cam-
Anak. Kumpulan Naskah Konas VII Perhati.
bridge, MA: The MIT Press. 1962. Published
Surabaya. 1983.
originally in Russian in 1934.
3. Atmosoewarno, S. Uji Pendengaran pada
15. Irawan. Hubungan Gender dan Tingkat Kecer-
Balita. Yogyakarta: IP THT-KL FK-UGM. 2002.
dasan. 2005. diakses dari http://forum.wgaul.
4. Rianto, B.U. Deteksi Dini pada Anak. Yogya-
com/archive/thread/t-38758-Gender-Dan-
karta: IP-THT FK-UMY. 2007.
Tingkat-Kecerdasan-Ada-Hubungankah.html
5. Wechsler, D. The Measurement of Adult Intel-
pada 21 April 2009
ligence. (3 nd ed.). Baltimore:   Williams  &
16. Woll, B., Kyle, J., Deuchar, M. Perspectives
Wilkins. 1944.
on British Sign Language and Deafness. Lon-
6. Purwanto, M.N. Psikologi Pendidikan. Ban-
don: Taylor & Francis. 1981.
dung: PT Remaja Rosdakarya. 1992.

142

Anda mungkin juga menyukai