Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK HIPOVOLEMIK

DI ROE RSU DR. MOEWARDI

I. Konsep Teori
A. Definisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan
tidak adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan
(Batticaca, 2010).
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler
ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai
25% (Brunner & Suddarth, 2010).

B. Klasifikasi
George Dewanto (2014) mengklasifikasikan Syok Hipovolemik sebagai
berikut:
1. Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi.
Derajat dehidrasi:
Tanda klinis Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, Takikardi, nadi Takikardi, nadi
nadi lemah sangat lemah, tak teraba, akral
volume kolaps, dingin, sianosis
hipotensi ortostatik
Jaringan Lidah kering, Lidah keriput, turgor Atonia, turgor
turgor turun kurang buruk
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma

2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa
kelas:

Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 <90
Nadi (x/mnt) <100 >100 >120 >140
Napas (x/mnt) 16 16-20 21-26 >26
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan darah <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
<15% 15-30% 30-40% >40%

C. Etiologi
Corwin (2011) mengatakan penyebab Syok Hipovolemik sebagai berikut:
1. Absolut
a. Kehilangan darah dan seluruh komponennya
1) trauma
2) pembedahan
3) perdarahan gastrointestinal
b. Kehilangan plasma
1) luka bakar
2) lesi luas

c. Kehilangan cairan tubuh lain


1) muntah hebat
2) diare berat
3) diuresis massive
2. Relatif
a. Kehilangan integritas pembuluh darah
1) Ruptur limpa
2) Fraktur tulang panjang Atau pelvis
3) Pankreatitis hemoragi
4) Hemothorax / hemoperitoneum
5) Diseksi arteri
b. Peningkatan permeabilitas
1) membran kapiler
2) sepsis
3) anaphylaxis
4) luka bakar
c. Penurunan tekanan osmotik koloid
1) pengeluaran sodium hebat
2) hypopituitarism
3) cirrhosis
4) obstruksi intestinal

D. Manifestasi
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon
kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat (Baughman & Hackley,
2010).

Pada Syok hipovolemik terdapat tanda dan gejala yang mungkin muncul,
antara lain (Muttaqin, 2012) :
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
respon homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan
aliran darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer
adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan
arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30ml/jam.

E. Pemeriksaan Penunjang
Corwin (2011) mengatakan pemeriksaan penunjang Syok Hipovolemik
sebagai berikut:
1. Sel Darahh Putih : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik
karena hemokonsentrasi. Leukopenia (penurunan SDP) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis (15.000 – 30.000)
dengan peningkatan pita (berpiondah ke kiri) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
2. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi
dan menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi
ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan
(trombositopenia) dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT
mungkin memanjang mengindentifikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status syok.
4. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan
glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan selulaer dalam metabolisme.
5. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi
, ketidakseimbangan / gagalan hati.
6. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi
sebelumnya dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan
asidosis metabolic terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi.
7. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali
muncul protein dan SDM.
8. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang
mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen dapat
menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis.
9. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T
dan disritmia yang menyerupai infark miokard.

F. Komplikasi
Brunner & Suddarth (2012) mengatakan pemeriksaan penunjang Syok
Hipovolemik sebagai berikut:
1. Gagal jantung Gagal ginjal
2. Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
3. Kerusakan otak irreversible
4. Dehidrasi kronis
5. Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation).
G. Patofisiologi dan Pathway
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi
berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi
(juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan
darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin
dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon
ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan
ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus
caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem
kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung,
dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal (Hickey, 2012).
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan
pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap
penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara
tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam
(NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle
(Perdosi, 2016).
Pathway
Hipovolemia absolut Hipovolemia relatif
(Seperti: Infeksi Virus Dengue)

Terbentuk komplek antigen-antibodi

Mengaktivasi sistem komplemen

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

Melepaskan histamin
Permeabilitas membran meningkat
Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi


Kekurangan volume cairan

Berkurangnya volume
sirkulasi

Sroke volume menurun

Cardiac output menurun

Penurunan curah jantung

Sumber: Nurarif, Amin H (2015)

H. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovolemik adalah :
1. Memulihkan volume intravascular untuk membalik urutan
peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak
adekuat.
2. Meredistribusi volume cairan, dan
3. Memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan cairan secepat
mungkin.

Penatalaksanaan Syok hipovolemik menurut Corwin (2011) sebagai


berikut:
1. Penanganan Pre Hospital

Jaga jalan napas korban Cegah perdarahan yang berlanjut dengan balut

tekan dan penggian tungkai sekitar 8-12 inchi. Jaga suhu tubuh pasien

tetap hangat, lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selam

menunggu bantuan medis. Periksa denyut nadi, suhu dan pernapasan

setiap 5 menit sekali.

2. Penanganan Hospitalisasi
Pastikan jalan napas dan sirkulasi dipertahankan (beri bantuan

ventilator tambahan sesuai kebutuhan). Perbaiki volume darah sirkulasi

dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan untuk

mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan

mempertahankan perfusi jaringan. Mulai infus IV (RL, NaCL), pasang

kateter urine tidak menetap (catat keluaran urine setiap 15-30 menit,

volume urine menuujukkan keadekuatan perfusi ginjal) Pertahankan

surveilans keperawatan (TD, denyut jantung, pernapasan, suhu kulit,

warna, cup EKG, hematokrit, Hb, untuk mengkaji respongambaran

koagulasi, elektrolit, keluaran urine urin terhadap tindakan). Tinggikan

kaki sedikit untuk memeperbaiki sirkulasi serebral dan mendorong

aliran darah vena kembali ke jantung. Beri obat khusus yang telah di

resepkan (misal: dopamin untuk meningkatkan kerja jantung). Dukung

mekanisme defensif tubuh dengan cara, tenangkan dan nyamankan

pasien, hilanhkan nyeri, pertahankan suhu tubuh (jangan terlalu tinggi

dan jangan terlalu rendah).

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Keluhan Utama
Klien dengan syok hipovolemik biasanya mengeluh sesak napas,
nyeri, kelelahan, nyeri ulu hati, dan batuk.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan klien yang dirasakan saat ini yang berhubungan dengan
keluhan utama.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit sebelumnya yang tidak
berhubungan atau yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Meliputi pekerjaan klien saat ini, keadaan ekonomi keluarga klien
saat ini. Apakah ekonomi klien kurang, cukup, atau lebih.
2. Pola Gordon
a. Aktivitas/istirahat
1)Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat.
2)Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,
tanda vital berubah pad aktivitas.
b. Sirkulasi
1)Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK
sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen.
2)Tanda :
a) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
b) Tekanan Nadi ; mungkin sempit (tidak teraba)
c) Irama Jantung ; Disritmia.
d) Frekuensi jantung ; Takikardia.
e) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
posisi secara inferior ke kiri.
f) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4
dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
g) Murmur sistolik dan diastolic.
h) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
i) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan
pengisian kapiler lambat.
j) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
k) Lien : pembesaran / dapat teraba.
l) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
m) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
khususnya pada ekstremitas.
c. Integritas ego
1)Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya
perawatan medis)
2)Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas,
marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap,
berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
1)Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
2)Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn
pitting).
f. Higiene
1)Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas
Perawatan diri.
2)Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan
personal.
g. Neurosensori
1)Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
2)Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku
dan mudah tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
1)Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri
abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
2)Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit
danperilaku melindungi diri.
i. Pernapasan
1)Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan
sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
2)Tanda :
a) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan
otot asesori pernpasan.
b) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin
batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
c) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah
muda/berbuih (edema pulmonal)
d) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
e) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan,
letargi.
f) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan
kekuatan/tonus otot, kulit lecet.
k. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
3. Pemeriksaan Fisik
Udjianti (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan fisik perlu yang
dilakukan pada pasien Syok hipovolemik antara lain:
a. Pengkajian Primer
1) Airway

Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan


mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing.
Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas
tambahan seperti snoring.
2) Breathing

Pemeriksaan breathing antara lain: frekuensi napas, apakah ada


penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada,
adanya sesak napas saat aktifitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan
seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.

3) Circulation

Riwayat Hipertensi, infark miokard akut, gagal jantung


kongesttif sebelumnya, penyakit katup jantung, anemia, syok
dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang,
perubahan dalam denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan
punggung, kuku pucat atau sianosis, hepatomegali, bunyi nafas
krakles atau ronki, edema.
b. Pengkajian Sekunder
1) Aktifitas/istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah,
dispnea saat istirahat atau aktifitas, perubahan status mental,
tanda vital berubah saat beraktifitas.
2) Integritasego
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
3) Eliminasi
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih
pada malam hari, diare/ konstipasi.
4) Makanan/ cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB
signifikan. Pembengkakan ekstremitas bawah, diet tinggi
garam penggunaan diuretik distensi abdomen, oedema umum,
dll.
5) Hygiene
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
6) Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
7) Nyeri/ kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot,
gelisah
8) Interaksi sosial: penurunan aktifitas yang biasa dilakukan
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku klien
Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
a) Nilai normalnya tergantung: umur dan jenis kelamin
b) Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmHg
c) Nilai rata-rata diastolic: 80-90 mmHg
2) Nadi
a) Frekuensi
b) Regularitas
c) Isi (volume)
d) Batuk
e) Perabaan arteri (keadaan dinding arteri)
3) Pernapasan
a) Frekuensi: apakah bradipnea, atau takipnea
b) Keteraturan
c) Amplitudo
4) Suhu Badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
d. Head to toe
1) Kepala
a) Mata: konjungtiva: apakah anemis, ikterik, atau
tidak
b) Mulut: adakah tanda infeksi
c) Telinga: kotor atau tidak, ada serumen atau tidak,
kesimetrisan
d) Muka: ekspresi, pucat, bentuk
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe, distensi vena jugularis.
f) Dada: gerakan dada, deformitas
g) Abdomen : ada ascites atau tidak, pembesaran hati,
dan limpa
2) Ekstremitas
Lengan- tangan: reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan
e. Pemeriksaan khusus
1) Inspeksi
a) Mid sternal line
b) Mid clavikular line
c) Anterior aksilar line
d) Para sternal line
2) Palpasi Jantung
a) Pulsasi ventrikel kiri
b) Pulsasi ventrikel kanan
c) Getar jantung
3) Auskulatsi
BJ I dan II, BJ tambahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam
mekanisme pengaturan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kekurangan NOC: NIC :
folume cairan 1. Fluid management
Fluid 1. Timbang
balance popok/pembalut jika
2.
diperlukan
Hydratio
2. Pertahankan catatan
n
intake dan output yang
3.
akurat
Nutritio
3. Monitor status
nal
hidrasi (kelembaban
Status :
membran mukosa, nadi
Food
adekuat, tekanan darah
and
Fluid Intake ortostatik), jika
Kriteria Hasil : diperlukan
1. Mempertahankan 4. Monitor hasil lAb
urine output sesuai yang sesuai dengan
dengan usia dan BB, BJ retensi cairan (BUN,
urine normal, HT normal Hmt, osmolalitas urin )
2. Tekanan darah, nadi,
5. Monitor vital sign
suhu tubuh dalam batas
6. Monitor masukan
normal
makanan/cairan dan
3. Tidak ada tanda tanda
hitung intake kalori
dehidrasi, Elastisitas
harian
turgor kulit baik,
7. Berikan diuretik
membran mukosa
sesuai interuksi
lembab, tidak ada rasa
8. Berikan cairan IV
haus yang berlebihan
pada suhu ruangan
9. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk

2 Penurunan kardiak NOC: NIC: Cardiac care: akut


output Setelah dilakukan intervensi 1. Evaluasi adanya
keperawatan pada klien nyeri dada
2. Auskultasi suara
selama 2x24 jam
jantung
1. Klien dapat memiliki
3. Evaluasi adanya
pompa jantung efektif,
krackels
2. status 4. Monitor status
sirkulasi, perfusi jaringan neurology
5. Monitor
& status tanda vital yang
intake/output, urine
normal.
output
3. menunjukkan
6. Ciptakan lingkungan
kardiak output adekuat
yang kondusif untuk
yang ditunjukkan dg TD,
istirahat
nadi, ritme normal, nadi 7. monitor kulit dan
perifer kuat, melakukan ekstrimitas
8. monitor tanda-tanda
aktivitas tanpa dipsnea dan vital
9. pindah posisi klien
nyeri
setiap 2 jam jika
4. bebas dari
diperlukan
efek samping obat yang
10. ajarkan ROM
digunakan
selama bedrest
11. monitor
pemenuhan cairan

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Baticaca, Fransisca B. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klian Dengan


Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Bauhgman, Diane C., & Hackley. Joann C. 2010. Keperawatan Medikal Bedah,
Buku Saku Untuk Brunner Dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth, 2010. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC.

Corwin, J. Elzabeth. 2011. Buku Saku Patofisiologis. Edisi revisi 3. Jakarta. EGC

Dewanto, George. 2014. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta. EGC

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salmeba Medika.
PERDOSSI cabang Pekan baru. 2016. Simposium trauma kranio-serebral tanggal
3 November. Pekanbaru.

Hickey JV. 2012. Craniocerebral Trauma. Dalam: The Clinical Practice of


Neurological and Neurosurgical Nursing 5th edition. Philadelphia :
lippincot William & Wilkins.

Nurarif, Amin H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


medis dan Nanda. Jogjakarta: MediAction.

LAPORAN PENDAHULUAN SYOK HIPOVOLEMIK


DI ROE RSUD DR. MOEWARDI

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Gadar & Kritis


Program Profesi Ners 10
Disusun Oleh :

Listya Aryanti SN182058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai