HIPERTENSI
Disusun oleh:
Mutia Sari Amanda 1840312013
Hagi Jiwandana 1840312014
Preseptor:
dr. Ida Rahmah Burhan, MARS
PENDAHULUAN
dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.1,2
Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Hipertensi membunuh
hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di
kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan
menderita hipertensi.1,2
tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan
51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus
obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi
obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat
membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi
gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan
penanganan hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1,2
dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90 mmHg.
2.2 Epidemiologi
Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia. Hipertensi membunuh
hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di
kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan
1,2
menderita hipertensi.
tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan
51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus
1,2
meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.
2.3 Etiologi
hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak dapat diidentifikasi
(idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang kompleks antara genetik dan
5
interaksi lingkungan.
diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal, gangguan adrenal,
penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan neurogenik, endokrin, dan obat-
4
obatan.
2.4 Klasifikasi
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih kunjungan pasien
6
rawat jalan. Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam Tabel 1.
Terdapat beberapa gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko berkembangnya
garam dan lemak, sedikit sayur dan buah, penggunaan alkohol hingga di tingkat yang
membahayakan, kurangnya aktivitas fisik, serta pengelolaan stress yang rendah. Gaya hidup
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pekerjaan dan kehidupan individu.1
Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor yang
a. Usia
Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada umur 45-64 tahun sebesar
51% dan pada umur >65 tahun sebesar 65%. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi seiring
dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
7,8
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku.
b. Jenis Kelamin
Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita, dengan
peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria lebih
banyak mengalami kemungkinan hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh perilaku
tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status pekerjaan,
7
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan meningkatkan risiko kejadian
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit
jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua menderita
hipertensi, kemungkinan anaknya menderita hipertensi sebesar 45%, sedangkan jika hanya
salah satu dari orang tuanya yang menderita hipertensi maka kemungkinan anaknya
8
menderita hipertensi sebesar 30%.
d. Genetik
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
8
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul manifestasi klinis.
a. Kebiasaan Merokok
Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang dihisap maka
kejadian hipertensi akan semakin meningkat. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi. Selain itu merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot jantung. Merokok pada penderta hipertensi akan semakin
9
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
b. Konsumsi Garam
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari akan mengurangi risiko kejadian
hipertensi, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam menyebabkan retensi
cairan dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Konsumsi
garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
9
2400 mg/hari.
akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam
9,10
menaikkan tekanan darah.
d. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
10
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon
adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga meningkatkan
tekanan darah. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus maka tubuh akan berusaha
10
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan kolesterol HDL darah. Kolesterol
10
resistensi perifer sehingga meningkatkan tekanan darah.
g. Obesitas
besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan
berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
10
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.
2.6 Patofisiologi
11
Gambar 2. Patofisiologi hipertensi
dilakukan oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan resistensi vaskular
(peripheral vascular resistance). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini
dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya
merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan curah
11
jantung dan / atau ketahanan periferal.
logis timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan
kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar
11
cardiac output tidak meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer.
peningkatan volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan
11
cardiac output.
Gambar 3. Peran natrium dan kalium dalam patofisiologi hipertensi12
2.7 Diagnosis
penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan.13
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara anamnesis,
tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga
pengurukan fungsi ginjal, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lemak dapat diulang kembali
setelah pemberian agen antihipertensi dan selanjutnya sesuai dengan indikasi klinis.
Pemeriksaan laboratorium ekstensif diperlukan pada pasien dengan hipertensi yang resisten
6,14
terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis mengarah pada bentuk kedua dari hipertensi.
Sistem Pemeriksaan
Ginjal Urinanalisis mikroskopik, eksresi albumin, serum BUN
dan/atau kreatinin
Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol
total, HDL dan LDL, trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram
2.8 Tatalaksana
tekanan darah sistolik ≥150 mmHg atau jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada
kelompok usia ≥60 tahun dengan target terapi adalah tekanan darah sistolik <150 mmHg dan
diberikan jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah tekanan darah
jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target terapi adalah tekanan darah sistolik
<140 mmHg.
Rekomendasi 4: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis terapi
farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan
Rekomendasi 5: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan diabetes melitus terapi
farmakologik mulai diberikan jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg dengan target terapi adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan
Rekomendasi 8: Pada kelompok usia ≥18 tahun dengan gagal ginjal kronis terapi
antihipertensi harus menggunakan ACEI atau ARB untuk memperbaiki outcomepada ginjal.
(Terapi ini berlaku untuk semua pasien gagal ginjal kronis dengan hipertensi tanpa
dan mempertahankan tekanan darah yang ditargetkan. Apabila target tekanan darah tidak
tercapai setelah 1 bulan pengobatan maka dosis obat harus ditingkatkan atau ditambahkan
dengan obat lainnya dari golongan yang sama (golongan diuretic-thiazide, CCB, ACEI, atau
ARB). Jika target tekanan darah masih belum dapat tercapai setelah menggunakan 2 macam
obat maka dapat ditambahkan obat ketiga (tidak boleh menggunakan kombinasi ACEI dan
ARB bersamaan). Apabila target tekanan darah belum tercapai setelah menggunakan obat
yang berasal dari rekomendasi 6 karena ada kontraindikasi atau diperlukan >3 jenis obat
untuk mencapai target tekanan darah maka terapi antihipertensi dari golongan yang lain
3
dapat digunakan.
Untuk terapi farmakologis, berikut adalah beberapa jenis obat serta dosisnya yang
dapat digunakan.
obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang dalam terapi
obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat
membantu pengurangan dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi
gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
beban kerja jantung. Selain itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko
kg berat badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg
15
per kg berat badan.
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktivitas fisik teratur
bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti
jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga
teratur, minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah
walaupun berat badan belum tentu turun. Melakukan aktivitas secara teratur (aktivitas fisik
aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam mengurangi risiko relatif
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan mengurangi
berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa
11
olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat
badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan
11
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam.
dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber
11
dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan tekanan darah arteri dan
mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium
bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan mengandung banyak mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung
11
susu mengandung banyak kalsium.
melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk menghilangkan stres yaitu
perubahan pola hidup dengan membuat perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat
13
meringankan beban stres.
2.9 Komplikasi
I. Jantung
pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari perubahan struktur dan
6
fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri, disfungsi diastolik, dan gagal jantung.
II. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan hemoragik
otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena hemoragik. Insiden dari
stroke meningkat secara progresif seiring dengan peningkatan tekanan darah, khususnya
pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik
6
ataupun stroke hemorgik.
III. Ginjal
renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/80 mmHg
6
atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.
2.10 Pencegahan
peran dari pemerintah dan para pembuat kebijakan. Petugas kesehatan, komunitas peneliti
akademis, lembaga masyarakat, sektor privat, serta keluarga dan penderita hipertensi sendiri
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
● Nama : Ny. A
● Umur : 63 tahun
● Pekerjaan : IRT
● Pendidikan : SMP
2. Keluhan Utama
● Nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian kepala
● Tengkuk terasa berat dan tegang sejak 3 hari yang lalu.. Keluhan sudah sering
dirasakan oleh pasien sejak 3 tahun yang lalu. Pasien sudah dikenal hipertensi sejak
2016, tetapi pasien tidak teratur meminum obat, hanya meminum obat bila terasa
gejala saja.
● Riwayat sering haus, sering lapar, dan sering BAK tidak ada
6. Riwayat Pengobatan
● Pasien telah dikenal hipertensi sejak tahun 2017 dan biasanya mendapatkan obat
Amlodipin 1X 10 mg. Pasien tidak teratur kontrol dan berobat. Obat diminum hanya
● Pasien sering memakan tinggi garam seperi ikan asin, makanan bersantan, dan
8. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
-Keadaan Umum : Baik
-Kesadaran : CMC
-Nadi : 85x/ menit
-Nafas : 18x/menit
-Suhu : 37 0C
-TD :154/ 81 mmHg
-BB : 44 kg TB : 142 cm
2
-IMT : 21,82 kg/m
Hipertensi stage I
Tidak ada
12. Tatalaksana
Non farmakologis
- Modifikasi faktor risiko : diet rendah garam, kurangi makanan bersantan dan
● Farmakologis
- Amlodipin 1x 5 mg
13. Prognosis
DISKUSI
Seorang pasien usia 63 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu,
penyebab sakit kepala sangat luas, pada pasien jua terdapat rasa berat dan tegang di tengkuk
yang merupakan salah satu gejala hipertensi. Pasien berusia 63 tahun yang merupakan faktor
resiko hipertensi, prevelensi hipertensi berkisar 51% dan meningkat sesuai usia.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga sehingga pasien memiliki aktifitas fisik
ringan-sedang, kurangnya aktifitas fisik menyebabkan timbunan lemak semakin banyak. Pasien
memiliki kebiasaan makan makanan berlemak, berminyak dan asin yang juga merupakan faktor
Pada anamesis pasien tidak menunjukan adanya gejala komplikasi hipertensi seperti
penyakit jantung, neuropati, nefropati, maupun retinopati akibat hipertensi. Pasien juga tidak
memiliki gejala klinis Diabetes yang merupakan penyakit yang sering menyertai hipertensi.
Pemeriksaan fisik pada pasien menunjukan tekanan darah 154/81 mmhg menurut definisi
JNC 8 pasien ini sudah termasuk hipertensi stage 1 pasien memiliki tekanan darah sistole antara
140-159 mmHg. Pasien memiliki indeks masa tubuh kategori termasuk normoweight.
Pada pasien juga tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan mata, jantung, maupun
ekstremitas hal ini menunjukan belum ada komplikasi yan terjadi mada pasien atau telah terjadi
dilakukan adalah pemeriksaan kolestrol dan gula darah karena merupakan faktor resiko dan
risiko : diet rendah garam, olahraga teratur, istirahat yang cukup, hindari stress dan kontrol ke
rekomendasi JNC 8. Pengukuran kembali dan evaluasi terapi harus dilakukan setiap bulan
apabila setelah diberikan obat dari tiga golongan dan dosis sudah dititrasi naik namun pasien
tidak berobat teratur sehingga sulit untuk memantau apakah pasien sudah mencapai target
tekanan darah yang diinginkan. Pada pasien juga harus dikontrol efek samping pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA