Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI


TETENUS TOKSOID (TT) PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

ALDILA RIZKA DIANA


NIM: P0 5140316 002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIPLOMA IV KEBIDANAN
TAHUN 2019
Pengesahan

i
Kata pengantar

ii
Daftar isi

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetanus merupakan penyakit yang menyerang system saraf yang

disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani (Mulyani & Rinawati,

2013). Sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit infeksi tetanus tersebut,

maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil dan

wanita usia subur (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) diberikakan pada wanita hamil untuk melindungi bayi dari

risiko penyakit tetanus neonatorum. Maka dari itu, ibu hamil penting dalam

melakukan imunisasi TT karena dengan melakukan imunisasi TT selama

kehamilan akan memberikan kekebalan pasif untuk bayi (Prawirohardjo,

2010). Bayi dapat dikatakan terlindungi sepenuhnya jika ibu hamil telah

mendapatkan paling sedikit 2 dosis imunisasi dan 5 dosis imunisasi untuk

memberikan perlindungan seumur hidup (World Health Organization, 2019)


World Health Organization merekomendasikan rencana aksi global tahun

2011–2020 menetapkan cakupan imunisasi nasional minimal 90%, cakupan

imunisasi di kabupaten/kota minimal 80% dan mempertahankan status

Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementerian Kesehatan

RI, 2017). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, cakupan

imunisasi Td1 (21,26%), Td2(18,87%), dan Td2+ (51,76%) pada ibu hamil

tahun 2018, yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu

imunisaso Td1 (24,99%), Td2 (24,14%), Td2+ sebesar 65,3% (Kementerian

Kesehatan RI, 2019).

1
2

Jumlah ibu hamil yang ada di Provinsi Bengkulu tahun 2018 sebanyak

41.005 bumil dan yang mendapatkan imunisasi Td1 (15,1%), Td2 sebanyak

(14,3%), dan Td2+ (45,2%). Cakupan imunisasi Td di Provinsi Bengkulu ini

mengalami penurunan jika di bandingkan dengan tahun 2017 yang mendapat

imunisasi TT1 (29%), TT2 (29%) dan TT2+ (77%). Cakupan imunisasi TT2

terendah di Provinsi Bengkulu tahun 2018 adalah Kabupaten Bengkulu Utara

2,3% di ikuti oleh Kabupaten Kepahiang 3,8% dan Kota Bengkulu 11,0%

(Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2019) . Dinas Kesehatan Kota

Bengkulu Tahun 2018, mencatat cakupan imunisasi TT2 yang terdata masuk

ke 3 Puskesmas terendah adalah Puskesmas Sawah Lebar (4,4%), Puskesmas

Beringin Raya (4,8%), Puskesmas Bentiring (10,3%).


Rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toxoid disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam keaktifan untuk

mendapatkan imunisasi Tetanus Toxoid. Menurut teori Lawrence Green ada 3

faktor perilaku yaitu: Faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, adat-istiadat,

kepercayaan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, umur, jenis kelamin,

dan susunan keluarga), faktor pemungkin (ketersediaan sarana-prasarana,

sumber informasi atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat), faktor penguat

(sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dukungan suami,

dukungan keluarga, sikap dan perilaku petugas kesehatan) (Notoatmodjo,

2010b).
Menurut Triratnasari (2017), faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan imunisasi TT pada ibu hamil yaitu usia responden sebagian besar

berusia ≥20 tahun atau memiliki usia yang matang untuk berpikir baik dalam
3

mengambil keputusan meningkatan kesehatan, Tingkat pendidikan yang

dimiliki sebagian besar adalah pendidikan rendah yaitu SLTA/sederajat.

Sehingga berpengaruh pada pengetahuan yang dimiliki tentang imunisasi

Tetanus kurang baik, Sikap ibu hamil dan dukungan suami yang berpengaruh

dalam pelaksanaan imunisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Orimadegun

dkk (2017) di Negeria, mengatakan bahwa kurangnya kesadaran dan

pengetahuan yang buruk mempengaruhi ibu untuk menghargai keseriusan

infeksi tetanus dan kebutuhan untuk mendapatkan imunisasi TT, terutama

pada ibu usia 30-34 tahun tidak menyadari pentingnya imunisasi TT untuk

kekebalan non-protektif terhadap tetanus. Sedangkan menurut Sokhiyatun

dkk, 2016, Ada beberapa karakteristik ibu hamil yang mempengaruhi

kelengkapan imunisasi TT pada ibu hamil yaitu Gravida, Pekerjaan, dan

Pendidikan.
Berdasar hasil survey awal yang dilakukan pada oktober 2019 di wilayah

kerja Puskesmas Sawah Lebar pada 6 orang ibu hamil, didapatkan hasil

bahwa 3 dari 6 responden (50%) dengan status imunisasi TT lengkap dan 3

dari 6 responden dengan imunisasi tidak lengkap. Dari 3 ibu hamil yang tidak

mendapatkan imunisasi lengkap 2 diantaranya memiliki pengetahuan yang

kurang tentang imunisasi TT seperti manfaat, jadwal, dosis, dampak tidak

mendapatkan imunisasi TT, sikap yang tidak mendukung seperti imunisasi TT

tidak perlu dilakukan sewaktu hamil, dan terhadap manfaat imunisasi TT,

tidak mendapat dukungan keluarga dan petugas kesehatan baik dari dukungan

informasi, emosian dan instrumental, 1 lainnya dengan pengetahuan yang

baik namun tidak mendapatkan imunisasi karena beranggapan ibu akan baik-
4

baik saja. Sedangkan 3 responden yang telah mendapatkan imunisasi TT

sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang mendukung

terhadap imunisasi TT, dan mendapatkan dukungan dari keluarga dan petugas

kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

ibu hamil untuk mendapatkan imunisasi TT, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pemberian imunisasi TT pada ibu hamil primigravida di wilayah kerja

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu tahun 2019”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah rendahnya cakupan imunisasi TT di Puskesmas Sawah

Lebar. Pertanyaan peneliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan

status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil primigravida trimester

tiga di Puskesmas Sawah Lebar?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahaui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil primigravida trimeseter tiga di Puskesmas

Sawah Lebar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil primigravida di Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2019.


5

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga dan dukungan petugas kesehatan pada ibu hamil

primigravida di Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2019


c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan keluarga

dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi TT

pada ibu hamil primigravida trimester tiga di Puskesamas Sawah

Lebar Tahun 2019.


d. Mengetahui faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan

pemberian imunisasi TT pada ibu hamil trimester tiga di Puskesmas

Sawah Lebar Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang

bermanfaat dan menambah pengetahuan sehingga sebagai mahasiswi

kebidanan dapat menerapkan dan mengembangkan perannya dalam

memberikan pelayanan baik dalam program promotif dan preventif

penyakit maupun kegiatan imunisasi.


2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi institusi maupun

pengelola program imunisasi mengenai faktor apa saja yang berhubungan

dengan ibu hamil melaksanakan atau tidak imunisasi Tetanus Toksoid

sehingga dapat meningkatkan program imunisasi Tetanus Toksoid bagi

ibu hamil.
3. Bagi Peneliti Lain
6

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar dan menjadi bahan

kajian untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran perpustakaan yang dilakukan oleh peneliti di

dapatkan beberapa hasil penelitian yang mirip dengan penelitian peneliti

yaitu:
1. Syamson & Fadriyanto (2018), “Faktor yang berhubungan dengan

pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Rappang Kabupaten Sidarap, jenis penelitian ini adalah

kuantitatif dengan metode Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross

Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 72 orang dengan besar

sampel 30 ibu hamil. Cara pengambilan sampel adalah Accidental

sampling dan Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil

dari penelitian menyimpulkan bahwa pemberian imunisasi TT

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan (p = 0,002), sikap (p

= 0,000) dan dukungan keluarga (p = 0,000).


Terdapat persamaan variabel bebas yang dilakukan peneliti yaitu sama-

sama menjelaskan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga, sedangkan

perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada lokasi

penelitian dan teknik sampling, dan variabel yang diteliti yaitu umur ibu

dan dukungan petugas kesehatan.


7

2. Nurmawati & Munawaroh (2016), Faktor-faktor yang berhubungan

dengan imunisasi Tetanus Toksoid Dua (TT2) pada ibu hamil trimester

tiga di Puskesmas Kemuning Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat,

jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, populasi dalam penelitian

ini 45 orang dan sampel yang diambil menggunakan total sampling.

Metode analisis data yang digunakan adalah uji Chi square. Hasil

peneletian menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di pengaruhi oleh

pengetahuan (p = 0,017), media informasi (p = 0,014), dukungan suami

(p = 0,001), dan ketersediaan obat (p = 0,016).


Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada lokasi

penelitian dan variabel yang di teliti.


3. Azizah (2015), Pengetahuan ibu primigravida tentang suntik Tetanus

Toxoid dengan pelaksanaannya, jenis penelitian ini adalah analitik

korelasi, dengan jumlah polulasi 34 ibu dan jumlah sampel 31 responden,

cara pengambilan sampel mengganakan teknik simple random sampling,

analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi spearman rho.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan ibu primigravida tentang

imunisasi TT dengan pelaksanaannya (p = 0,019).


Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti terteletak pada lokasi

penelitian, jenis penelitian, teknik sampling dan analisis data.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah bersatunya sel telur dan sperma dimana kondisi

yang akan menimbulkan perubahan fisik maupun psikososial seorang

wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan

janinnya (Bobak, Jensen, & Lowdermik, 2009). Kehamilan merupakan

suatu proses yang alamiah dan fisiologi, setiap wanita yang memiliki

organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi dan melakukan

hubungan seksual besar kemungkinan akan mengalami kehamilan

(Padila, 2014). Sedangkan menurut Sukarni & Wahyu (2013), Kehamilan

merupakan waktu transisi, yaitu suatu masa antara kehidupan sebelum

memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan hingga kehidupan

setelah anak tersebut lahir.


2. Pemeriksaan Kehamilan
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal, namun

kadang yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka dari itu

ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan

untuk mengetahui perkembangan kehamilan, kebutuhan ibu selama

hamil, dan mendeteksi jika ada kelainan. Pemeriksaan Antenatal Care

(ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang merupakan program

terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu

hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang

aman dan memuaskan. Tujuan dari pemeriksaan ANC adalah untuk

8
9

menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan, yang aman

dan memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan

merencanakan penatalaksanaan yang optimal (Bartini, 2012).


Pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Sulistyawati, (2009),

untuk ibu selama masa kehamilannya harus sesuai dengan standar

minimal dalam program pelayanan asuhan antenatal dengan standar 14 T

yaitu: 1) Penimbangan berat badan, 2) Timbang berat badan setiap kali

kunjungan, 3) Ukur tekanan darah, 4) Ukur tinggi fundus uteri, 5)

Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, 6) pemberian

imunisasi TT, 7) Pemeriksaan Hb, 8) Pemeriksaan VDRL, 9) Perawatan

payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara, 10) Pemeliharaan

tingkat kebugaran/senam hamil, 11) Temu wicara dalam rangka persiapan

rujukan, 12) Pemeriksaan protein urine atas indikasi, 13) Pemeriksaan

reduksi urine atas indikasi, 14) Pemberian terapi kapsul yodium untuk

daerah endemis gondok.


3. Usia Kehamilan
Di lihat dari tuanya kehamilan menurut Padila (2014), kehamilan dibagi

menjadi 3 bagian yaitu :


a. Kehamilan trimester pertama (0-12 minggu)
b. Kehamilan trimester kedua (12-28 minggu)
c. Kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu)
B. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
1. Pengertian Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah proses untuk membangun

kekebalan terhadap infeksi tetanus (Primanita, 2009), sedangkan

Imunisasi Tetanus Toksoid menurut Maryunani, (2010), adalah suntikan

vaksin tetanus untuk meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT


10

merupakan perlindungan terbaik untuk melawan tetanus baik untuk ibu

maupun bayinya (Indrayani, 2011). Oleh karena itu sangat penting bagi

ibu hamil untuk diimunisasi lengkap dan sesuai jadwal.


2. Manfaat Imunisasi TT
Imunisasi TT dapat melindungi ibu dari kemungkinan Tetanus apabila

terluka dan melindungi bayi baru lahir dari Tetanus Neonatorum.


3. Jadwal dan Waktu Pemberian Imunisasi TT untuk Ibu Hamil
Jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi TT, Harus

mendapatkan paling sedikit 2x injeksi selama kehamilan (pertama pada

saat kunjungan antenatal pertama dan kedua pada minggu ke-4

kemudian) (Mufdilah, 2009). Dan bila memungkinkan diberikan juga TT

yang ke tiga dengan interval 6 bulan. Bagi ibu hamil yang status

imunisasi T2 maka bisa diberikan satu kali suntikan bila interval suntikan

sebelumnya lebih dari 6 bulan (Sulistyawati, 2009).

Tabel 2.1 Jadwal dan Efektifitas Imunisasi TT untuk ibu hamil

Jenis Lama Persentase


Interval waktu
Suntikan TT Perlindungan Perindungan
TT1 Kunjungan awal - -
TT2 4 minggu dari TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan dari TT2 5 tahun 95
TT4 Minimal 1 tahun 10 tahun 99
dari TT3
TT5 3 tahun dari TT4 Seumur hidup 99
Sumber: (Bartini, 2012)
4. Dosis
Menurut Hardianti & dkk, 2015, Imunisasi TT diberikan dengan dosis

0,5 cc dan disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam.


5. Efek samping Imunisasi Tetanus Toxoid
Vaksin TT merupakan vaksin yang aman bagi ibu hamil sehingga efek

samping bisa ditimbulkan pun jarang terjadi dan bersifat ringan seperti
11

lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara

(Hardianti & dkk, 2015).


6. Penyimpanan Vaksin TT
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan

menghilangkan potensinya. Aturan umum penyimpanan vaksin untuk

sebagian besar vaksin adalah vaksin harus didinginkan pada temperatur

2-8°C dan tidak membeku. Suhu penyimpanan Vaksin TT adalah +2°C

s/d +8°C umur vaksin hingga 2 tahun. Bila di bekukan dalam suhu (-5°C)

s/d (-10°C) vaksin TT akan rusak dalam 1,5 – 2 jam, tetapi jika dalam

suhu di atas 8°C masih bida bertahan sampai 14 hari (Ranuh et al., 2011).
7. Kerusakan Vaksin TT
Kerusakan vaksin menurut Proverawati & Setyo, (2010) yaitu :
a. Kerusakan vaksin terhadap suhu
Masing-masing vaksin mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap

suhu yang tidak tepat. Paparan suhu yang tidak tepat mengakibatkan

umur penggunaan vaksin berkurang. Vaksin Tetanus toksoid pada

suhu -5°C - 10°C dapat bertahan selama max 1,5 – 2 jam.


b. Kerusakan vaksin terhadap sinar matahari
Semua vaksin akan rusak jika terkena sinar matahari langsung serta

sinar ultraviolet. Vaksin yang tidak habisa pakai pada pelayanan

statis (Puskesmas, Rumah sakit dan praktek swasta) dapat

dipergunakan laagi pada pelayanan berkutnya, dengan syarat:


1) Vaksin belum kadaluarsa
2) Tidak pernah terendam air
3) Sterilisasinya terjaga
4) WM masih dalam kondisi A dan B
Masa pakai vaksin Tetanus Toxoid yang sudah dibuka adalah 4

minggu.
12

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus

Toksoid Pada Ibu hamil


Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dalam pencarian pelayanan

kesehatan yang erat kaitannya dengan perilaku seseorang dalam pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Lawrence Green mengungkapkan ada 3 faktor perilaku

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: Pertama, faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, adat-istiadat, kepercayaan, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga); Kedua, faktor

pemungkin (ketersediaan sarana-prasarana, sumber informasi atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat); dan Ketiga, faktor penguat (sikap dan perilaku

tokoh masyarakat, tokoh agama, dukungan suami, dukungan keluarga, sikap

dan perilaku petugas kesehatan) (Notoatmodjo, 2010b). Dalam penelitian ini,

peneliti akan memfokuskan pada beberapa variabel yang akan diteliti, sebagai

berikut:
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dari penginderaan manusia

terhadap objek tertentu yang sangat dipengaruhi oleh intensites

perhatian dan presepsi terhadap objek tersebut (Notoatmodjo,

2010b). Pengetahuan merupakan suatu hal yang di dapatkan oleh

manusia berdasarkan pengalaman. Semakin banyak pengalaman dari

setiap individu maka semakin banyak menambah pengetahuan

individu tersebut (Mubarak, 2011).


b. Tingkat Pengetahuan
13

Pengetahuan seseorang secara garis besar memiliki intensitas atau

tingkatan yang berbeda-beda menurut (Notoatmodjo, 2010b) yaitu

memiliki 6 tingkatan antara lain :


1) Tahu (Know)
Tahu merupakan hanya sebagai recall (memanggil) ingatan atau

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin

C. Untuk mengukur orang tahu sesuatu bisa menggunakan

pertanyaan-pertanyaan.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai bukan sekedar tahu terhadap suatu

objek, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

dapat memahami dan mengonterpretasikan secara benar tentang

objek tersebut.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan jika orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui terhadap situasi yang lain.


4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang ada dalam suatu masalah atau objek

yang diketahui.
5) Sintetsis (synthesis)
Sintesis dapat menunjukkan suatu kemampuan sesorang untuk

meletakkan dalam satu hubungan logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis


14

merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari

formulasi-sormulasi yang telah ada.


6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan sesorang melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap objek tertentu.


c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010b), cara individu untuk memperoleh

pengetahuan adalah sebagai berikut:


1) Cara Kuno
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini telah dilakukan orang dengan

menggunakan kemungkinan dalam emecahkan masalah

sehingga apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

terselesaikan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas


Cara ini di dapatkan melalui sumber pengetahuan dapat

berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal

maupun informal, ahli agama, pemerintah dan berbagai

prinsip orang lain yang memegang otoritas.


c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya dalam memperoleh pengetahun bisa diperoleh dari

pengalaman pribadi dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah didapatkan dlam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.


2) Cara Modern
Memperoleh pengetahuan dengan cara modern adalah dengan

melakukan penelitian yang dewasa yang kita kenal dengan

penelitian ilmiah.
15

d. Proses Perilaku “Tahu”


Menurut Rogers (1974) dalam (Notoatmodjo, 2010b), Proses

seseorang menjadi “Tahu” adalah sebagai berikut :


1) Awareness (kesadaran), keadaan dimana orang tersebut

menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (objek)
2) Interest (merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus yang di berikan.


3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya.


4) Trial, dimana indivirdu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, dan sikapnya terhadap stimulus.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

dalam mendapatkan informasi atau pengetahuan akan pola

hidup terutama memotivasi untuk berperan serta dalam

pembangunan, pada umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah menerima informasi.


b) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, akan tetaoi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah, dan banyak

rintangan, sedangkan bekerja pada umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu bekerja bagi ibu-ibu akan

mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga.


c) Umur
Menurut Hurlock (1998) dalam (Notoatmodjo, 2010b),

sekamin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan


16

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dan dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang bisa mempengaruhi

perkembangan dari sikap dalam menerima informasi.


b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya dari sikap yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dalam menerima informasi.


f. Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari

responden. Metode pengukuran ini juga sering disebut dengan “Self

adminidtered” atau metode mengisi sendiri (Notoatmodjo, 2010a).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian dengan nilai 0

untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar. Kemudian

berdasarkan kriteria tingkat pengetahuan menurut Arikunto (2010),

di kelompokkan menjadi :
1) Baik : >75%
2) Cukup : 56% - 75%
3) Kurang : <56%
g. Hubungan pengetahuan dengan imunisasi TT
Pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik jika


17

dibandingkan dengan perilaku yang tidak disertai dengan

pengetahuan. Apabila sudah ada perubahan pengetahuan, maka akan

mempengaruhi perubahan individu tersebut secara sadar, semakin

tinggi pengetahuan seorang individu, maka sebagai dasar

pembentukan sikap akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya jika

pengetahuan individu rendah, maka akan berpengaruh pada

rendahnya tingkat kesadaran pada diri individu tersebut

(Notoatmodjo, 2010b).
Berdasarkan hasil penelitian Syamson & Fadriyanto (2018), dari

10 ibu hamil dengan kategori imunisasi lengkap terdapat 5 ibu hamil

dengan pengetahuan baik, dan terdapat 5 ibu hamil dengan

pengetahuan kurang. Sedangkan 20 ibu hamil dengan kategori tidak

lengkap dengan pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan memiliki hubungan dengan pelaksanaan imunisasi.

Menurut Djinimangale, Warouw, & Rampaengan (2017), ada

hubungan antara pengetahuan dengan status imunisasi TT pada ibu

hamil. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Azizah (2014),

menunjukkan bahwa ada hubungan antar pengetanguan ibu hamil

primigravida dengan pelaksanaan imunisasi TT pada ibu hamil.


2. Sikap
a. Pengertian
Sikap menurut Notoatmodjo (2010b), merupakan respon

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, dengan

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).


18

Menurut Newcob yang merupakan salah atu ahli psikologi sosial,

sikap merupakan kesiapan atau kesediaan yntuk bertundak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.


Proses terbentuknya sikap dan tindakan atau respon seseorang

dapat digambarkan sebagai berikut :

REAKSI
STIMULUS PROSES TERBUKA
(Rangsangan) STIMULUS (Tindakan)
REAKSI
TERTUTUP
Bagan 2.1 Proses terbentuknya
(Sikap) sikap dan reaksi
(Notoatmodjo, 2010b)

b. Tingkatan Sikap
Sikap juga memiliki tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya,

sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan seseorang yang mau menerima stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seorang ibu hamil

terhadap periksa kehamilan, dapat diketahui atau diukur dengan

kehadiran ibu tersebut untuk mendengarkan penyuluhan tentang

periksa hamil di lingkungannya.


2) Menanggapi (responding)
Menanggapi adalah memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dilakukan.


3) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan sebagai seseorang yang memberikan nilai

yang positif terhadap stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain dan bahkan menganjurkan atau mengajak atau

mempengaruhi orang lain untuk merespons.


4) Bertanggung jawab (responsible)
19

Bertanggung jawab merupakan seseorag yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dan harus berani

mengambil resiko terhadap keputusannya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Menurut Wawan & Dewi (2010), Faktor yang mempengaruhi sikap

adalah sebagai berikut :


1) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat dapat

menjadi dasar dalam pembentukan sikap. Karena itu, sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dengan situasi yang melibatkan faktor emosional.


2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

searah dengan sikap orang uang dianggap penting

kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.


3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhdap

berbagai masalah karena kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakatnya.


4) Media massa
Dalam media massa, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara obyektik karena cenderung dipengaruhi oleh

sikao penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan Lembaga Agama
20

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan kepercayaan sehingga dapat

mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Bentuk sikap yang didasari emosi yang kadang kala berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau sebagi pengalihan

dari berbagai masalah.


d. Pengukuran sikap
Menurut Azwar (2005 dalam Wawan & Dewi, 2010),

Pengukuran sikap bisa dilakukan dengan cara menalaah pernyataan

sikap seseorang. Pernyataan sikap ialah rangkaian kalimat yang

mengungkapkan sesuatu mengenai obyek yang ditinjau. Pernyataan

sikap bisa bersifat mendukung atau memihak pada obyek,

pernyataan ini disebut pernyataan yang favourable. Sebaliknya

pernyataan sikap yang bersifat tidak mendukung atau kontra

terhadap objek disebut dengan pernyataan tidak favourable.


Pernyataan atau pendapat responden di ukur menggunakan skala

Likert yang telah dimodifikasi yaitu responden diminta untuk

menyatakan pendapatnya dalam skala 4 point ( Sangat setuju, Setuju,

Tidak setuju, Sangat tidak setuju). Masing-masing skala di beri skor

dengan ketentuan semua aitem yang favourable jawaban sangat

setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi

skor 2, sangat tidak setuju diberi skor 1. Sebaliknya, untuk yang

unfavourable jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4, tidak setuju

diberi skor 3, setuju diberi skor 2, sangat setuju diberi skor 1.


e. Hubungan sikap dengan imunisasi TT.
21

Eagly & Cahiken (1993 dalam Wawan & Dewi (2010),

berpendapat bahwa sikap merupakan hasil evaluasi terhadap objek

sikap yang diekpresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan

perilaku. Sehingga menurut Purwanto H (1998), sikap yang positif

akan memiliki kecenderungan tindakan yang menyenangi,

mendekati, kearah yang lebih baik. Sebaliknya sikap yang negatif

kecenderungan untuk menjauhi, menghindari atau tidak menyukai

objek tertentu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamson

& Fadriyanto (2018) yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki

hubungan dengan pemberian imunisasi TT, karena sikap positif

menentukan sesorang kearah yang lebih baik. Menurut Rosmeri Br

Bukit (2015), sikap adalah ketentuan tertentu dalam hal perasaan,

pemikiran dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek

lainnya. Penelitian ini mengatakan bahwa ada hubungan antara sikap

ibu hamil terhadap imunisasi tetanus toksoid.

3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian
Dukungan merupakan keterlibatan seseorang sebagai perilaku yang

dapat menumbuhkan rasa nyaman dan individu merasa dihargai,

dihormati dan dicintai (Widyanto, 2014). Keluarga merupakan

bagian sosial terkecil yang terdiri seperangkat komponen yang

sangat tegantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-


22

sistem lain sebagai arena berlangsungnya interaksi kepribadian

(Padila, 2012).
Dukungan keluarga adalah yang mengacu pada dukungan sosial

yang di pandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses

atau diadakan untuk keluarga yang bersifat mendukung dapat berupa

dukungan sosial keluarga internal seperti dukungan suami istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan eksternal sehingga

selalu siap memberikan bantuan jika diperlukan (Pantikawati, I dan

Saryono, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
Menurut Sarafino (2006) dalam (Ulfah, 2013), menyatakan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang menerima

atau tidak dukungan dari orang lain. Faktor-faktor tersebut antara

lain:
1) Faktor dari penerima dukungan
Seseorang tidak akan bisa menerima dukungan dari orang lain

jika tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain,

dan tidak ingin orang lain tahu bahwa dia membutuhkan

dukungan atau pertolongan atau merasa tidak nyaman saat orang

lain membantunya.
2) Faktor dari pemberi dukungan
Sebagai pemberi dukungan terkadang tidak memberi dukungan

karena kurang sensitif terhadap lingkungannya dan tidak

memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain.


c. Hubungan dukungan keluarga dengan imunisasi TT
Pada masyarakat peran orang terdekat khususnya keluarga

berperan penting dalam menentukan perubahan perilaku seseorang

termasuk dalam pemberian imunisasi TT. Keluarga dengan ibu


23

hamil, perlu memelihara keterbukaan dan keseimbangan seperti

halnya dalam dukungan sosial karena dapat mempengaruhi respon

ibu hamil dalam berperilaku (Susanti, 2008). Pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Syamson dan Fadriyanto (2017),

menjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

pemberian imunisasi TT. Menurut hasil penelitian Triratnasarai

(2016), Dukungan keluarga memliki pengaruh terhadap status

imunisasi Tetanus difteri pada ibu hamil p=0,001 < ɑ=0,05.


4. Dukungan Petugas Kesehatan
a. Pengertian
Dukungan adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu

dengan menerima dari orang lain atau kelompok di sekitarnya,

dengan membuat penerima merasa nyaman, dicintai dan dihargai

(Widyanto, 2014). Tenaga kesehatan adalah orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan, keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan

yang untuk jenis tertentu sehingga memiliki peranan penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan

RI, 2014). Dukungkan petugas kesehatan merupakan pemberian

dorongan maupun nasehat yang didapatkan dari petugas kesehatan

dengan menganjurkan atau mengajak seseorang untuk melakukan

stimulus yang diberikan.


24

b. Cara pengukuran dukungan


Menurut Sarason et al (1997 dalam Fithriany, 2011), dukungan dapat

diukur dengan tiga cara yaitu :


1) Percieved social support, merupakan cara pengukuran yang

berdasarkan pada perilaku subjektif yang dirasakan individu

mengenai tingkah laku orang di sekitarnya apakah memberikan

dukungan atau tidak.


2) Social embeddnes, pengukuran ini berdasarkan ada atau tidak

hubungan antara individu dengan yang orang yang ada di

sekitarnya. Fokus pengukuran ini tidak dilihat dari kualitas dan

keadekuatan hubungan, tetapi hanya melihat jumlah orang yang

berhubungan dengan individu tersebut.


3) Enacted support, cara pengukuran ini hanya fokus pada seberapa

sering perilaku orang sekitar yang bisa digolongkan kedalam

pemberian dukungan sosial tanpa melihat adanya presepsi

terhadap dukungan yang diterima.


c. Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan imunisasi TT
Petugas kesehatan memiliki tugas untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat, maka dari itu dukungan petugas kesehatan

sangat diperlukan dalam memenuhi atau melengkapi imunisasi TT

pada ibu hamil. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Djinimangale, Sarah Warouw, dan Novie Rampengan (2017),

menujukkan bahwa responden yang memiliki dukungan petugas

kesehatan dengan baik sebanyak (64,9%) dengan imunisasi lengkap

sedangkan status imunisasi lengkap (38%) dan tidak lengkap

(26,1%). Dan yang memiliki dungkan petugas kesehatan kurang baik


25

sebanyak 47 responden (35,1%) dengan imunisasi lengkap sebanyak

2 responden (1,5%) dan yang tidak lengkap 45 responden (33,6%)

hal ini berarti bahwa ada hubungan antara dukungan petugas

kesehatan dengan status imunisasi TT pada ibu hamil p value=0,000

< ɑ=0,05.

D. Kerangka Teori
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu hamil

Faktor Predisposisi Faktor Penguat Faktor Pemungkin


(Predisposing Factor): (Reinforcing Factor): (Enabling Factor):
- Pengetahuan* - Keterpaparan
- Sikap* - Ketersediaan fasilitas
Informasi/media massa
sarana dan Prasarana
- Umur - Dukungan
- Jenis Kelamin - Keterjangkauan Jarak
Keluarga/suami*
- Pendidikan -Dukungan
Dukungan Petugas
- Keterjangkauan Biaya
Pengetahuan keluarga dan -
- Pekerjaan Sikap Kesehatan* Akses Informasi
Dukungan petugas Kesehatan
- Sosial Ekonomi - Dukungan Kader Faktor-faktor yang
1. Tahu Favourable Unfavourable mempengaruhi dukungan:
2. Memahami
3. Aplikasi Respon Respon - Penerima dukungan
4. Analisis terhadap terhadap - Pemberi dukungan
5. Evaluasi imunisasi TT imunisasi TT
Proses
baik kurang baik
1. Kesadaran
2. Merasa tertarik
3. Menimbang-
nimbang
4. Mencoba
5. Berperilaku
sesuai
pengetahuan Imunisasi TT pada Ibu hamil
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010)
Keterangan: (*) yang di teliti

E. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi
(Predisposing Factor):
- Pengetahuan*
- Sikap*
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Sosial Ekonomi
- Presepsi
26

Faktor Penguat
(Reinforcing Factor):
- Keterpaparan Pemberian Imunisasi TT
Informasi/media
Ibu hamil
massa
- Dukungan
Keluarga/suami*
- Pemungkin
Faktor Dukungan Petugas
Kesehatan*
(Enabling Factor):
- Dukungan Kader
- Ketersediaan fasilitas
sarana dan Prasarana
- Keterjangkauan Jarak
- KeterjangkauanBagan
Biaya 2.3 Kerangka Konsep
- AksesSumber: Teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2010)
Informasi
Keterangan: (*) yang di teliti

F. Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil primigravida.
2. Ada hubungan sikap dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
primigravida.
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi TT pada
ibu hamil primigravida.
4. Ada hubungan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil primigravida.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dimana

variabel independent dan variabel dependent dikumpulkan dan diobservasi

secara bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan faktor umur, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga

dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil primigravida di wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar.


Adapun bentuk desain penelitian adalah sebagai berikut:

Kurang
Pengetahuan Imunisasi TT tidak lengkap
Imunisasi TT lengkap
Baik Imunisasi TT tidak lengkap
Imunisasi TT lengkap
Unfavourable Imunisasi TT tidak lengkap
Imunisasi TT lengkap
Sikap
Favourable Imunisasi TT tidak lengkap
Ibu Hamil
Primigravida Tidak Imunisasi
Imunisasi TTTT lengkap
tidak lengkap
Mendukung Imunisasi TT lengkap
Dukungan
Keluarga Imunisasi TT tidak lengkap
Imunisasi TT lengkap
Mendukung
Tidak
Dukungan Mendukung Imunisasi TT tidak lengkap
Petugas
Kesehatan Imunisasi TT lengkap

Bagan 3.1 Desain Penelitian


Mendukung Imunisasi TT tidak lengkap
B. Variabel Penelitian
Berdasarkan desain penelitian diatas, maka variabel yang akanTTdiuji
Imunisasi pada
lengkap

penelitian ini adalah sebagi berikut :

G.
Variabel Independent Variabel Dependent
1. H.Pengetahuan
I.
2. Sikap Pemberian
C.3. Definisi Operasional Imunisasi TT
Dukungan Keluarga
4. Dukungan Petugas Kesehatan

27
28

Definisi Cara
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Imunisasi TT Jumlah pemberian - Buku KIA Mengisi 0 = tidak Ordinal
imunisasi TT pada - Register kuesioner lengkap (jika
ibu hamil KIA di ibu hamil tidak
primigravida puskesmas mendapatkan
trimester III yang - kuesioner imunisasi TT,
selama atau
kehamilannya mendapatkan
mendapatkan imunisasi TT
imunisasi TT di 1x)
puskesmas atau 1 = Lengkap
posyandu dan (jika ibu hamil
tercatat dalam buku mendapatkan
imunisasi. imunisasi
sebanyak 2x)
2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Cheklist 0= Kurang, Ordinal
yang diketahui ibu jika jawaban
hamil primigravida <56%
trimester III 1= cukup, jika
mengenai jawaban 56%-
pengertian 75%
Imunisasi TT, 2=Baik, jika
tujuan, dampak, jawaban >75%
cara pemberian,
tempat memperoleh
imunisasi

3. Sikap Tindakan yang Kuesioner Cheklist 0= Ordinal


mempengaruhi ibu Unfavourable,
hamil primigravida jika nilai T
trimester III dalam <50
mengambil 1=
keputusan Favourable,
mengenai imunisasi jika nilai T
TT ≥50
4. Dukungan Dukungan dari Kuesioner Cheklist 0 = tidak Ordinal
Keluarga keluarga yang mendukung,
mempengaruhi ibu jika 0-4
hamil primigravida 1=
trimester III dalam mendukung,
mendapatkan jika 5-8
imunisasi TT
5. Dukungan Dukungan dari Kuesioner Cheklist 0 = Tidak Ordinal
Petugas petugas kesehatan mendukung,
Kesehatan yang berkaitan jika 0-4
dalam pelayanan 1=
imunisasi TT mendukung,
jika 5-8
29

D. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu dan

waktu penelitian dilakukan pada Februari - Maret 2020.

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar sebanyak 448 orang.


2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan jumlah populasi yang

ada dan diambil dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997):

Keterangan:

Z21-ɑ/2 : Nilai distribusi baku (tabel Z) pada derajat Kemaknaan


(95% = 1,96)

P : Proporsi suatu kejadian dalam penelitia (0,5)

N : Jumlah populasi (448)

d2 : Presisi baku (0,1)

= 79 orang

Dengan menggunakan rumus tersebut maka besar sampel minimal adalah

79 orang untuk mengantisipasi kemungkinan adanya sampel penelitian

yang drop out, jumlah sampel ditambah dengan 10% (Setiawan &
30

Saryono, 2011), sehingga sampel penelitian menjadi 87 orang.

Pengambilan sampel pada penelitan ini menggunakan teknik Purposive

sampling yaitu dengan kriteria :


a. Ibu hamil primigravida trimester III
b. Ibu hamil primigravida trimester III yang tidak mengikuti imunisasi

rutin catin
c. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
d. Ibu hamil yang memiliki buku KIA.
e. Ibu hamil yang dapat membaca dan menulis.

F. Rencana Pengumpulan, Pengolahan Data, dan Analisis Data


1. Pengumpulan Data
a. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan

sekunder. Data primer yang dikumpulkan langsung dari responden

dengan pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari

buku register pemeriksaan kehamilan Puskesmas Sawah Lebar dan

buku KIA ibu hamil.


b. Instrumen
Pada penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen

atau alat pengumpulan data yang berisi pertanyaan mengenai

karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, dan

dukungan petugas kesehatan. Kuesioner ini diadopsi dari penelitian

sebelumnya oleh Bambi (2018), dan modifikasi dari Primanita

(2009) dan Sumanti (2017).


c. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

membagikan kuesioner kepada responden yang sesuai dengan

kriteria dan responden diminta untuk mengisi kuesioner yang

kemudian dikembalikan lagi kepada peneliti.


31

2. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,

kemudian dimasukkan dalam tabel dan diolah dengan menggunakan

komputer dengan beberapa tahap, yaitu :


a. Editing (Pemeriksaan)
Editing merupakan kegiatan untuk meneliti atau pengecekan

kembali data yang dikumpulkan untuk mengetahui apakah telah

sesuai dengan yang diharapkan atau belum, sehingga jika terjadi

kesalahan dapat segera diperbaiki.


b. Coding (Pengkodean)
Pengkodean dilakukan dengan memberi kode terhadap jawaban

agar lebih mudah dan sederhana, sehingga mempermudah

pengolahan data. Tahapan pertama memberikan kode pada jawaban

responden adalah memberi kode identitas responden untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden dan mempermudah proses

penelusuran biodata responden bila diperlukan. Tahapan kedua,

menetapkan kode untuk skoring jawaban responden.


c. Tabulating (Tabulasi Data)
Tabulating adalah mentabulasi data berdasarkan kelompok data

yang telah ditentukan ke dalam master tabel. Setelah data telah

sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dilakukan tabulasi

sesuai kebutuhan variabel penelitian.

d. Entry (Memasukkan Data)


Setelah data di editing dan coding masukkan data ke dalam

komputer untuk memastikan apakah data sudah siap untuk dianalisis.


e. Cleaning (Pembersihan Data)
32

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang telah diproses

apakah ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel,

sehingga dapat diperbaiki dan dinilai.


3. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalah analisis univariat, bivariat, dan

multivariat. Untuk melihat ada atau tidak hubungan antara variabel

independen (Umur, Pengetahuan, Sikap, Dukungan keluarga, Dukungan

petugas kesehatan).
a. Analisis Univariat
Pada penelitian ini variabel dependennya adalah pemberian

imunisasi TT pada ibu hamil prmigravida dan variabel

independennya adalah umur, pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, dukungan petugas kesehatan. Analisis univariat digunakan

untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

yang di teliti baik variabel dependen maupun independen.


Adapun distribusi frekuensi untuk mengetahui persentase

masing-masing variabel dengan nilai proporsi yang didaparkan

dalam bentuk persentase Arikunto (2010),


0% : Tidak satu pun dari responden
1% - 25% : Sebagian kecil dari responden
26% - 49% : Hampir sebagian dari responden
50% : Setengah dari responden
51% - 75% : Sebagian besar dari responden
76% - 99% : Hampir seluruh responden
100% : Seluruh responden
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

variabel antara independen (umur, pengetahuan, sikap, dukungan

keluarga, dan dukungan petugas kesehatan) dengan variabel


33

dependen (pemberian Imunisasi TT) yang di analisis dengan uji

statistik Chi-square dengan pengambilan keputusan berdasarkan :


H0 ditolak, jika p ≤ ɑ = (0,05) artinya terdapat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen.


H0 diterima, jika p ≥ ɑ = (0,05) artinya tidak terdapat hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen.


c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat keeratan hubungan

antara variabel, dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan,

dengan menggunakan analisis regresi logistik berganda karena

variabel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non metrik

dengan variabel independennya lebih dari satu. Pada analisis

multivariat dilakukan regresi logistik sederhana untuk menentukan

variabel independen yang menjadi kandidat multivariat, dimana

variavel dengan nilai p < 0,25 yang menjadi kandidat multivariat.

Selanjutnya dilakukan uji regresi logistik berganda antara variabel

independen yang menjadi kandidat tersebut dengan variabel

dependen.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azizah, N. (2015). Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Suntik Tetanus Toksoid


dengan Pelaksanaannya. Jurnal Edu Health, 5(2), 4 of 8.

Bartini, I. (2012). Anc: Auhan Kebidanan Pada Ibu hamil Normal (ASKEB 1).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Bobak, I. M., Jensen, M. D., & Lowdermik, D. L. (2009). Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2014). Undang-undang republik Indonesia No 36


Tahun 2014 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu


Tahun 2018. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.

Djinimangale, S., Warouw, S., & Rampaengan, N. (2017). Hubungan Antara


Pengetahuan, Pendidikan, dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Status
Imunisasi Tetanus Toksoid Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara. Ejournal Health, 5(3), 113–
120.

Fithriany. (2011). Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Terhadap


Pemeriksaan Kehamilan Di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh
Besar. 37.

Hardianti, & dkk. (2015). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 12 Tahun 2017. 4.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia


Health Profile 2018]. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Cv.


Trans Info Media.

Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Gresik: Salemba


Medika.

34
35

Mufdilah. (2009). Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Mulyani, N. S., & Rinawati, M. (2013). Imunisasi untuk Anak. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Notoatmodjo, S. (2010a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

__________ (2010b). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurmawati, & Munawaroh. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Imunisasi Tetanus Toksoid Dua (Tt2) Pada Ibu Hamil Trimester Tiga Di
Puskesmas Kemuning Desa Cimanggis Kecamatan Bojong Gede Kabupaten
Bogor Provinsi Jawa Barat 2016.

Orimadegun dkk. (2017). Non-protective immunity against tetanus in primiparous


women and newborns at birth in rural and urban settings in Ibadan, Nigeria.
The Pan African Medical Journal, 27(Supp 3), 26.
https://doi.org/10.11604/pamj.supp.2017.27.3.11869

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal (G. Ha. W. Abdul Bari Saifuddin, ed.). Jakarta: Bina Pustaka.

Primanita, H. (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status


Imunisasi Tetanus Toksoid (Tt) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mancak Kabupaten Serang Banten 2009. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9). https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Proverawati, A., & Setyo, C. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ranuh, I. G. N. G., Suyitno, H., Hadinegoro, S. R. S., Kartasasmita, C. B.,


Ismoedijanto, & Soedjatmiko. (2011). Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Setiawan, A., & Saryono. (2011). Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Citra
Cendikia.

Sokhiyatun dkk. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kelengkapan


Imunisasi Tetanus Toksoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Tahunan Jepara.
Jurnal Kebidanan, 5(1), 5–10. https://doi.org/10.26714/JK.5.1.2016.5-10

Sukarni, I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
36

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba medika.

Susanti, N. N. (2008). Psikologi Kehamilan (N. Mahendrawati & M. Ester, eds.).


Jakarta: EGC.

Syamson & Fadriyanto. (2018). Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian


Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rappang Kabupaten Sidrap Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis,
12(2), 177–181.

Triratnasari, D. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan


Imunisasi Tetanus Difteri Pada Ibu Hamil. 5 no.3(December 2017).
https://doi.org/10.20473/jbe.v5i3.2017

Ulfah, M. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum


Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC).

Wawan, A., & Dewi. (2010). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. (2019). Protecting All Against Tetanus. (January).

Anda mungkin juga menyukai