Laporan Fisiologi Hewan Air PDF
Laporan Fisiologi Hewan Air PDF
Laporan Fisiologi Hewan Air PDF
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
OLEH :
ARDANA KURNIAJI
I1A2 10 097
I. PENDAHULUAN
hal ini dikarenakan perbedaan parameter fisika yang mempengaruhi. Salah satu
Abidin (2011) bahwa salinitas berhubungan dengan tekanan osmotik dan ionik air,
baik sebagai media internal maupun eksternal. Tekanan osmotik media selain
zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan. Proses inti dalam osmoregulasi adalah
osmosis. Dimana osmosis merupakan pergerakan air dari cairan yang mempunyai
kandungan air lebih tinggi menuju cairan yang mempunyai kandungan air lebih
rendah (Isnaeni, 2006). Kondisi ini kemudian memaksa ikan ataupun organisme lain
untuk dapat melakukan proses penyesuaian dan pertahanan tubuh terhadap perbadaan
konsentrasi ion dan konsentrasi cairan baik dalam tubuh ikan sendiri maupun
tubuh ikan. Berdasarkan perbedaan itulah maka ikan dikelompokkan menjadi tiga
3
yakni ikan air tawar, ikan air payau dan ikan air laut. Kemampuan tubuh terhadap
perubahan salinitas menjadi pembeda ketiganya. Pada ikan air tawar cara membatasi
pemasukan air dan kehilangan ion yakni dengan cara membentuk permukaan tubuh
yang impermeable terhadap air sedangkan untuk ikan air laut osmoregulasi diperoleh
dengan memasukan ion tertentu dari air laut, pemasukan tersebut membuat cairan
tubuh hewan menjadi hiperosmotik dibandingkan air laut. Untuk ikan air payau
hewan ini memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam
eurohalain.
ditentukan oleh fungsi fisiologinya. Menurut Isnani (2006) ikan yang mampu untuk
berbagai zat terlarut membuat hewan tersebut memiliki toleransi besar (eurohalin)
terhadap perbuahan salinitas dibanding dengan ikan-ikan yang tidak memiliki daya
toleransi yang besar terhadap perubahan salinitas tersebut atau dalam hal ini bersifat
stenohalin.
ini untuk mengetahui lebih jauh terhadap pengaruh perubahan salinitas terhadap
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh salinitas
kemampuan suatu ikan untuk melakukan penyesuai diri terhadap perubahan salinitas
(osmoregulasi).
5
Ikan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.
Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang
tergenang air. Ikan Lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada
malam hari. Pada siang hari, ikan Lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat, kepala tanpa
sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput bening
(subcutaneus). Menurut Ghufron dalam Susanto (2010) Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsk) dapat tumbuh hingga mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (C. chanos) yang biasa
disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm, sedangkan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Pisces
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
2.2. Osmoregulasi
Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air
dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke
cairan yang mempunyai kandungan air lebih rendah (yang lebih pekat). Contoh
osmosis ialah pergerakan air larutan gula 5% menuju larutan gula 15% sampai
tercipta keadaan seimbang antara keduanya. Dengan kata lain, dapat dinyatakan
bahwa osmosis baru akan berhenti apabila kedua larutan mencapai konsentrasi yang
sama, yaitu sebesar 10%. Apabila keadaa ini telah mencapai, berarti kedua larutan
Ada tiga pola regulasi ion dan air yakni regulasi Hipertonik atau
Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari
cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misalnya pada oseandrom
(Ikan air laut), meperbanyak minum dan mengurangi volume urin. Regulasi isotonik
atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi media,
misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan aktivitas
osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila
Organisme yang hidup pada air tawar tidak melakukan osmoregulasi akibat
perbedaan tekanan osmose, sedangkan pada ikan estuari yang memiliki cairan tubuh
menyerupai garam air garam laut hanya melakukan sedikit upaya untuk mengontrol
tekanan osmose dalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan perbedaan laju metabolisme
dasar karena upaya menahan garam – garam internal dan kelarutan material yang lain
konsentrasi cairan tubuh dan lingkungannya. Insang ikan bersifat permeabel terhadap
air dan garam. Di dalam laut salinitasnya lebih besar daripada dalam cairan tubuhnya.
Pada lingkungan air keluar, tetapi garam berdifusi kedalam. Ikan air laut minum air
dalam jumlah yang banyak dan mengeluarkan sedikit urin. Ikan air tawar, garam akan
memasuki insang dan dalam jumlah yang banyak air akan masuk lewat kulit ikan dan
insang. Hal ini karena kadar garam di dalam tubuh ikan (mendekati 0.5%) yang lebih
tinggi daripada konsentrasi air di mana ikan tersebut hidup. Karena tubuh ikan akan
berusaha agar proses difusi antara air kedalam tubuh ikan tetap berlangsung, sejumlah
besar air dikeluarkan oleh ginjal. Sebgai hasilnya bahwa konsentrasi garam pada
Ikan Lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik
dan bersungut atau berkumis. Secara anatomi dan morfologi lele terbagi menjadi tiga
bagian yakni Kepala (cepal) yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang
tubuhnya. Kepala lele pipih kebawah (depressesd). Bagain atas dan bawah kepalanya
tertutup oleh tulang pelat. Kemudian badan (abdomen) yang bendtuknya berbeda
dengan jenis ikan lain. Memanjnag agak bulat, dan tidak bersisik. Warna tubuhnya
kelabu sampai hitam. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai potongan
Kemudian ekor (caudal) sirip ekor lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip
punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk bergerak maju (Mahyudin,
2007).
Ada beberapa variasi warna tubuh ikan lele lokal, yaitu hitam agak kelabu
(gelap), bulai (putih), merah, serta belang-belang hitam putih dan hitam-merah.
Warna pertama (hitam agak kelabu) yang paling banyak. Badan lele berbentuk
memanjang dengan kepala pipih dibagian bawah. Sirip ekor membundar, tidak
bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar jika mengembang. Lele
mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil ini juga
Bagian atas dan bagian bawah kepala ikan lele tertutup oleh pelat tulang yang
membentuk ruangan rongga diatas insang. Dalam ruangan rongga tersebut terdapat
alat pernapasan tambahan yang bergabung dengan busur insang kedua dan keempat.
Sirip ekor membundar dan terpisah dengan sirip anal maupun sirip punggung. Sirip
10
dadanya dilengkapi dengan sepasang patil yang merupakan senjata yang sangat
ampuh dan berbisa sebagai alat pembela diri dari gangguan luar (Sutrisno, 2007).
Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan air payau. Bentuk tubuhnya
seperti peluru torpedo, sirip ekor bercabang, mata bundar berwarna hitam dengan
Daging ikan berwarna putih susu sehingga disebut juga dengan milkfish (Saparianto,
dkk. 2006).
Ikan bandeng mempunyai ciri-ciri morfologi badan memanjang, agak pipih, tanpa
skut pada bagian perutnya, mata diseliputi lendir mempunyai sisik besar pada sirip dada
dan sirip perut, sirip ekor panjang dan bercagak, sisik kecil dengan tipe cycloid, tidak
bergigi, sirip dubur jauh di belakang sirip punggung. Kulit ikan terdiri dari daerah
punggung, perut dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari
komponen kimia protein,lemak, air, dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran
mutu seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi pada kulit
menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba
sehingga kulit mudah busuk Enzim-enzim yang banyak berperan dalam kemunduran
mutu kulit, seperti halnya pada ikan, adalah enzim-enzim proteolitik, yaitu enzim
dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir
(adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada
kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta
11
mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor. Pada ikan bandeng
ukuran juvenil dan dewasa jumlah sirip dorsal II :12-14, anal II: 8 atau 9, sirip dada I:
15-16, sirip bawah I:10 atau 11 dan mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai
caudal antara 75-85, dan tulang belakang berjumlah 44 ruas (Novianto, 2001).
Ikan Lele banyak ditemukan di Benua Afrika dan Asia Tenggara. Komoditas
perikanan ini terhadap perairan umum yang berair tawar. Penyebaran, yaitu de negara
Indonesia, Thailand, Filiphina, dan China. Ikan Lele di beberapa negara, khususnya
di Asia telah diternakkan dan dipelihara dikolam. Penyebaran nama ikan lele berbagai
negara berbeda-berbeda. Ikan lele ada yang dikenal dengan keli (Mahyudin, 2008).
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan perairan air tawar,
didaratan rendah sampai sedikit payau. Lele jarang menampakkan aktifitasnya pada
siang hari dan lebih menyukai tempat gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini karena
mencari makan pada malam hari. Ikan lele relatif tahan terhadap kondisi lingkungan
yang kualitas airnya buruk. Pada kondisi kolam dengan padat penebaran yang tinggi
dan kendungan oksigennya sangat minimpun lele masih dapat bertahan hidup
(Mahyudin, 2008).
lagoon, daerah genangan pasang surut dan sungai. Ikan bandeng dewasa biasanya
berada diperairan littoral. Pada musim pemijaham induk ikan bandeng sering
dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh dari pantai dengan karakteristik
12
habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman
tropik Indo Pasifik dan dominan didaerah Asia. Di Asia Tenggara ikan bandeng
berada didaerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malalysia dan
Indonesia. Secara umum penyebaran ikan bandeng tercatat berada di sebagian besar
laut Hindia dan laut Pasifik kira-kira dari 40 BT-100 BB dan antara 40 LU - 40 LS.
Ikan bandeng memerlukan temperatur atau suhu air optimal antara 15-40oC.
apabila temperatur air kurang, ikan bandeng bisa stres dan akhirnya mati. Namun
demikian ikan ini memiliki sifat euryhalien, artinya dapat mudah dan cepat
beradaptasi ke arah air payau bahkan ia mampu melawan arus hingga ia mendapatkan
air tawar. Sehingga tidak heran jika ikan bandeng mudah dijumpai di daerah rawa,
Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora
(pemakan daging). Dihabitat aslinya lele memakan cacing, siput air, belatung, laron,
jentik-jentik serangga, kutu air dan serangga air. Karena sifat karnivora, pakan
tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika
Lala bersifat kenibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika
13
berukuran lebih kecil. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan
ukuran, Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran lebih
aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas
dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti plankton, udang renik, jasad renik,
Makanan ikan bandeng disesuaikan dengan ukuran mulutnya, ikan ini tidak mampu
menelan makanan yang berukuran besar dan keras. Ia akan menyukai jenis makanan
yang berupa unsur tumbuh-tumbuhan yang membusuk, plankton dan klekap atau
sekumpulan ganggang biru yang tumbuh di dasar perairan (Purnomowati, dkk., 2007).
14
Praktiukum ini dilaksanakan Pada Hari Minggu Tanggal 29 April 2012. Pukul
Alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktek kali ini dapat dilihat
Alat
1) Toples besar 3 buah Sebagai wadah hewan uji
2) Saringan - Alat untuk mengambil benih
3) Refraktor meter ppm Alat untuk mengukur salinitas
Bahan
1) Air laut Membuat kosentrasi medium
2) Air Tawar Membuat kosentrasi medium
3) Ikan lele (Clarias gariepinus) Sebagai Organisme uji
4) Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sebagai Organisme uji
sebagai berikut :
- Menyiapkan 3 buah wadah (Toples) yang bersih dan memberi label masing-
- Masing-masing wadah diisi dengan air dengan salinitas sesuai dengan kosentrasi
- Memasukkan secara perlahan-lahan 3-5 ekor hewan uji ke dalam tiap wadah dan
Tabel 2. Hasil pengamatan tingkah laku Ikan lele (Clarias batrachus) dengan
salinitas ppm
Pengamatan Kadar Salinitas Tingkah laku Organisme
(menit)
0 ppt - Pergerakan Normal
- Pergerakan Aktif
- Pergerakan di dasar
- Tidak tampak perubahan fisiologis
10 ppt - Pergerakan normal
- Pergerakan Aktif
- Sebagaian didasar dan sebagian
dipermukaan
15 ppt - Pergerakan lambat laun melambat
- Selalu bergerak ke permukaan
- Sebagian melayang
20 ppt - Pergerakan melambat
- Pergerakan tidak stabil
- Sebagian dibadan air, sebagain
15
dipermukaan
25 ppt - Pergerakan tidak normal
- Sebagian stres
- Dua ekor tidak aktif pada menit ke-9
- Seluruhnya dipermukaan pada menit
ke-11
- Dua ekor mati pada menit ke-13
30 ppt - Seluruh ikan stress
- Selalu dipermukaan
- Kematian satu ekor pada menit ke-5
- Kematian satu ekor pada menit ke-6
- Kematian tiga ekor pada menit ke-10
- Kematian satu ekor pada menit ke-13
- Tidak aktif berenang pada menit ke-8
17
Tabel 3. Hasil pengamatan tingkah laku Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan
salinitas ppm.
Pengamatan Kadar Salinitas Tingkah laku Organisme
(menit)
0 ppt - Pergerakan normal
- Seluruh ikan terlihat aktif
10 ppt - Pergerakan normal
- Pergerakan menjadi tidak normal pada
menit ke-4
15 ppt - Pergerakan normal
- Pergerakan aktif
20 ppt - Beberapa ekor bergerak tidak normal
pada menit ke-2
- Satu ekor mati pada menit ke-7
- Satu ekor mati pada menit ke-14
- Pergerakan melambat pada menit ke-
15
12
25 ppt - Bergerak kepermukaan (2 menit)
- Pergerakan tidak teratur pada menit
ke-5
- Satu ekor mati pada menit ke-9
- Pergerakan masih aktif hingga menit
ke-13
30 ppt - Satu ekor mati pada detik ke-32
- Pergerakan tidak aktif pada menit ke-2
- Sebagian terapung pada menit ke-5
- Beberapa mati pada menit ke-7
- Seluruhnya aktif bergerak
4.2. Pembahasan
keseimbangan air dan ion-ion antara tubuh ikan dengan lingkungannya. Mekanisme
osmoregulasi ikan dipengaruhi oleh sistem endoktrin dan system syaraf. Selain itu
kedua sistem ini juga berperan sebagai integrasi dan mengkoordinasikan semua
18
osmotic yang berlangsung di dalam tubuh organisme. Ada dua kategori dalam proses
Dalam kondisi perairan yang tidak menentu baik hipertonik maupun hipotonik, ikan
berusaha mempertahankan tekanan osmotic cairan tubuhnya (Taufik dan Eni, 2011).
gariepinus) tingkah laku ikan menunjukkan perbedaan yang berbeda disetiap kadar
salinitas dan lama pengamatan. Terlihat pada kadar salinitas 0 ppt tingkah laku ikan
bergerak dengan normal dan aktif, pergerakannya selalu di dasar dan tidak tampak
perubahan fisiologisnya. Hal ini karena kadar salinitas 0 ppt merupakan kadar
salinitas yang sesuai dengan habitat hidup ikan lele. Sedangkan untuk kadar salinitas
10 ppt terlihat pergerakan normal dan aktif. Namun sebagian ikan di dasar dan
Pada pengamatan ikan dengan kadar salinitas 15 ppt, pergerakan ikan lambat
laun melambat, selalu bergerak dipermukaan dan sebagian lain melayang. Kondisi
seperti ini telah menyebabkan ikan mengalami stress dan mengalami kelainan
seluruh ikan tidak berada didasar perairan melainkan dipermukaan dan sesekali di
badan air. Begitu halnya dengan kadar salinitas 25 ppt dimana pergerakan ikan
semakin tidak normal dan sebagian stress. Pada menit ke 9 dua ekor ikan mati akibat
stres dan pada menit ke-13 dua ekor berikutnya mati dimana sebelumnya seluruh
ikan berada dipermukaan. Kemudian pengamatan kadar salinitas yang terakhir yakni
30 ppt seluruh ikan tampak stres, dimana terlihat dengan pergerakan ikan yang selalu
19
dipermukaan. Kematian terjadi dimenit ke-5, kemudian menit ke-6. Sedangkan pada
Hal ini tersebut didukung oleh pernyataan Agustina (2010) bahwa salinitas
terbaik pada pemeliharaan ikan lele adalah 2-6 ppt dimana untuk memperoleh gizi
yang terbaik terdapat salinitas 4 ppt. Sifat toleransi ini merupakan tingkat toleransi
yang sempit. Menurut Rusyadi (2010) Stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu
pergerakan ikan pada setiap kadar salinitas. Pada kadar salinitas 0 ppt pergerakan
ikan masih normal dan seluruh ikan terlihat aktif. Pada kadar salinitas 10 ppt ikan
masih bergerak normal namun berubah menjadi tidak normal pada menit ke-4 dengan
bergerak tidak normal pada menit ke-2 dengan satu ekor mati pada menit ke-7 dan
pergerakan nener melambat pada menit ke-12 dan pada menit ke-14 satu ikan mati.
Pada pengamatan pergerakan ikan dengan kadar salinitas 25 ppt nener selalu
bergerak kepermukaan, terjadi pada menit ke-2. Pergerakan nener terlihat tidak
teratur. Satu ekor mati pada menit ke-9 kemudian pergerakan masih aktif hingga
menit ke-13. Pada pengamatan 30 ppt satu ekor mati pada detik ke-32 kemudian
terlihat juga pergerakan yang tidak aktif dan sebagian nener terapung pada menit ke-
5. Hingga pada menit ke-7 beberapa ikan mati namun yang lain masih bergerak aktif.
Menurut Danjhu (2010) bahwa eurihalin adalah Sifat organisme yang mampu
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan
osmose
2. Ikan Lele bersifat stenohalin yakni merupakan tipe ikan yang tidak mampu
salinitas.
5.2. Saran
didominasi oleh kerja praktikan, mulai dari pengukuran kadar salinitas hingga
I. PENDAHULUAN
kegiatan. Untuk memenuhi energi ini, makhluk hidup memerlukan zat makanan
oranik yang akan dipecah pada proses oksidasi. Pada proses pemecahan ini akan
dalam sel.
Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan diperlukan
jenuh disertai oksigen). Masinh-masing dari keempat gugus heme disebuah molekul
oksigen oleh darah dan untuk pembuangan karbon dioksida. Jaringan pernapasan,
yaitu tempat terjadinya pertukaran gas, terdapat dalam paru-paru yang terletak di
dalam rongga dada. Rongga ini sesungguhnya merupakan rongga tertutup. Paru-paru
saluran tersebut relatif kaku dan tetap terbuka dan keseluruhnannya merupakan
bagian konduksi dari sistem pernapasan (Leeson dkk., 1996 dalam Nataliana, 2010).
tergantung pula dari jenis dan seberapa besar aktifitas metabolime dalam tubuh. Hal
22
ini sesuai dengan pernyataan Djuhanda,1981 dalam Laenalia, 2009 bahwa konsumsi
oksigen pada setiap jenis ikan berbeda-beda. konsumsi oksigen dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang dilakukannya. Dari
dibutuhkan oleh organisme air dalam membantu proses metabolisme yang terjadi
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah agar
Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam
kondisi lingkungan yang ekstrim, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-
habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup.Kedudukan sistematik ikan nila
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
kelompok Tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan ila memanjang dan ramping
dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi
berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah tubuh kemudian
berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang
memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik dada pada gurat sisi sebanyak 34 buah.
Sirip punggung, sirip perut dan sirip duburnya memiliki jari-jari lema, tetapi keras
dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan dirip dada berwarna hitam. Pinggir sirip
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,
dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna
putih. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya
lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas dada. Jumlah sisik pada
gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai
jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam
dan sirip dadanya juga tampak hitam (Khairuman dan Khairuman, 2003).
dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di daratan tinggi yang
berair rawa. Habitat hidup ikan ikan ini cukup beragam, bisa disungai, danau, waduk,
25
rawa, sawah, kolam ataupun tambak. Ikan ini dapat tumbuh secara normal pada
kisaran suhu 14-38oC akan tetapi pada suhu 6o atau 42oC ikan ini akan mengalami
kematian (Khairuman, 2002). Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi
kehidupan ikan ini adalah salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan
berkembang biak diperairan dengan salinitas 0-29 ppt. ikan ini masih bisa tumbuh,
tetapi tidak dapat bereproduksi di perairan dengan salinitas 29-35 ppt. Ikan yang
masih kecil biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas
sehingga bisa dipelihara di daratan tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila
cukup beragam, dari sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan
nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38oC dan dapat memijah
mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat
mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan nila adalah
zooplankton (plankton hewani) seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp.
Selain itu, juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di
habitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam
budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan
Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis.
Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila
bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Bararti rata-rata setiap dua bulan sekali, ikan
nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan
dengan bobot sekitar 250 gram. Masa memijah produktif adalah ketika induk
berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 gram/ekor. Seekor ikan nila betina
dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor pada
Berdasarkan hasil penelitian ikan nila dan mujair yang ada di indonesia,
betina, akibatnya penamaan ikan nila dan mujair mengalami perubahan (Said, 2007).
Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada
hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen. Ikan dapat hidup di
dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang
memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam
air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan
mgoksigen yang dikonsumsi oleh organisme dalam setiap gram bobot tubuhnya per
jam konsumsi oksigen pada tiap organsime berbeda-beda tergantung pada aktivitas,
27
jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan hormon. Nutrisi dan juga usia sangat
Praktiukum ini dilaksanakan Pada Hari Minggu Tanggal 6 Mei 2012. Pukul
Alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktek kali ini dapat dilihat
Tabel 4. Alat dan bahan serta kegunaannya pada praktikum konsumsi oksigen
a. Alat
1) Toples besar 2 buah Sebagai wadah hewan uji
2) Saringan - Alat untuk mengambil benih
o
3) Termometer C Alat untuk mengukur suhu
4) DO meter ppm Alat mengukur kandungan DO
5) Solasi buah Untuk menutup toples
b. Bahan
1) Air laut Membuat kosentrasi medium
2) Ikan Nila (O. niloticus) Sebagai Organisme uji
3) Air Panas dan Es Batu Untuk mengatur suhu air
sebagai berikut :
- Menutup toples dengan rapat agar tidak ada lagi oksigen yang dapat berdifusi
ke dalam air.
jangan sampai timbul gelombang udara dalam toples, kemudian tutup rapat
gambar berikut :
Konsumsi Oksigen
1.19
Konsumsi Oksigen (mg/L)
1.18
1.17
1.16
1.15
1.14
1.13
1.12
6 4
4.2. Pembahasan
Oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat penting dalam
terhadap kehilangan ikan di kolam dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Pada saat kandungan oksigen dalam air rendah, sebagian besar ikan yang
ada akan mati, kecuali beberapa spesies yang mampu mengambil oksigen secara
Salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah umur dan
masing-masing ukuran ikan yang berbeda juga memiliki kebutuhan yang berbeda.
Dimana konsumsi oksigen ikan kecil 1,14 ppm dan konsumsi oksigen ikan besar
adalah 1,18 di air selama 24 jam. Perbedaan ukuran dan besarnya konsumsi oksigen
terlihat dari pengukuran DO di air, dimana DO awal ikan kecil 1,46 ppm dan ikan
berbeda dimana DO di wadah ikan kecil telah berubah menjadi 0,32 ppm dan wadah
ikan besar menjadi 0,34 ppm. Dari peristiwa tersebut, nampak terjadi pengurangan
jumlah DO di air yang dimana ikan besar lebih banyak menggunakan oksigen
dibandingkan dengan ikan kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurkat dan
Marthur (1976) dalam Jayanto (2011) bahwa kebutuhan oksigen sangat dipengaruhi
Konsumsi oksigen oleh ikan juga dipengaruhi oleh perbedaan suhu masing-
masing wadah. Tingginya suhu akan memicu laju metabolisme tubuh yang
berdampak pada meningkatnya laju respirasi ikan. Sesuai dengan pernyataan Afrianto
32
dan Evi (2008) bahwa meningkatnya temperatur air akan menurunkan kemampuan
air untuk mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam juga akan
menurun. Peningkatan temperatur juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan
oksigen terlarut di dalam air. Perbedaan tingkat respirasi juga di pengaruhi oleh
kondisi tubuh dan lingkungannya. Seperti yang diungkapkan Afrianto dan Evi (2008)
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
berkisar 1,18 ppm. Hal ini karena konsumsi oksigen semakin banyak
umur ikan, jenis kelamin, dan perbedaan spesies. Selain itu faktor lingkungan
oksigen.
5.2. Saran
didominasi oleh kerja praktikan, mulai dari pengukuran kadar oksigen hingga
I. PENDAHULUAN
Suhu merupakan faktor yang penting karena metabolisme dan aktivitas enzim
mikrorganisme. Seperti Daphnia yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-
spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan
berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh
spesies genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat
yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal
untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian
fungsi organ pada Daphnia seperti laju respirasi dan beberapa perubahan fisiologi
lain. Oleh sebab itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh temperatur terhadap
Manfaat praktikum ini yaitu sebgai bahan masukkan untuk menambah ilmu
jantung organisme.
36
2.1. Klasifikasi
sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak yang
unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang lebih 400
spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang ada,
Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk
Kingdom : Animalia
Filum : Crustacea
Kelas : Branchiopoda
Ordo : Cladocera
Famili : Daphnidae
Genus :Daphnia
spesisnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari
Artemia yang baru menetas; dan dua kali lebih besar dari ukuran rata-rata rotifer
dewasa. Daphnia yang baru menetas berukuran dua kali lebih besar dari Moina.
Daphnia jantan memiliki perbedaan morfologi dengan betina. Hal ini dapat
dilihat dari ukuran tubuh. Jantan yang lebih kecil dibandingkan dengan betina. Organ
tambahan pada bagian abdominal dimiliki oleh jantan berperan dalam proses
reproduksi. Organ tambahan tersebut berfungsi untuk memeluk betina dari belakang
dan membuka karapaks betina, sehingga spermateka dapat masuk dan membuahi sel
Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk, occeallus dan lima alat
tambahan. Alat pertama disebut antennule, terletak di bagian ventral, berukuran kecil,
tidak bersegmen, berfungsi sebagai alat penciuman. Alat tambahan kedua disebut
antena yang berfungsi sebagai alat berenang. Antena ini berukuran besar, berjumlah
satu pasang, masing-masing mempunyai sebuah pangkal ruas yang kuat dan
bercabang dua menjadi sebuah rumus dorsal dan rumus ventral (Firdaus, 2004).
lingkungan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh karena itu
Telur berupa kista ini dapat bertahan terhadap kekeringan. Daphnia akan
menghasilkan keturunanya tanpa kawin jika keadaan lingkungan ideal dan sumber
39
makanan cukup tersedia. Pada kondisi demikian hampir semua Daphnia adalah betina
(Ebert, 2005).
lain temperatur, oksigen terlarut dan pH. Daphnia dapat beradaptasi dengan baik pada
Daphnia tahan terhadap fluktuasi suhu harian atau tahunan. Mac Arthur dan Baile
(dalam Pennak, 1989) menyatakan bahwa umur Daphnia bergantung pada suhu
lingkungan Kisaran suhu yang ditolerir Daphnia bervariasi dengan umur dan
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi secara
aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat memproduksi telur
sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga hari. Daphnia betina dapat
bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya, tetapi rata-rata dijumpai Daphnia
betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali dalam hidupnya. Daphnia betina akan
memulai bertelur setelah berusia empat hari dengan telur sebanyak 4 – 22 butir. Pada
kondisi buruk jantan dapat berproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi. Telur-
telur yang dihasilkan merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-faktor yang
dapat menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan, kandungan oksigen yang
rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur yang rendah (Pangkey,
2009).
40
partheogenesis. Salah atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh
induknya. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit beberapa
kali sebelum tumbuh menjadi dewasa selama satu minggu (Ebert, 2005).
ragi, alga bersel tunggal, detritus, dan bahan organik terlarut. Pasangan kaki pertama
dan kedua berfungsi untuk menciptakan arus dan partikel tersuspensi. Sepasang kaki
kelima berperan besar dalam penghisapan air, sementara pasangan kaki ketiga dan
keempat berperan sebagai filter sebenarnya (Canon dan Leak, 1933 dalam Firdaus,
2004).
populasi Daphnia naik dengan cepat dan mencapai puncak pada hari kesepuluh
menyatakan bahwa populasi Daphnia menurun apabila makanan yang tersedia tidak
tercukupi. Hal ini disebabkan karena tingginya moralitas akibat persaingan makanan.
mengikat oksigen, sehingga tingkat kejenuhan oksigen di dalam juga akan menurun.
Peningkatan temperatur juga akan mempercepat laju respirasi dan dengan demikian
fotosintesis, difusi oksigen dari udara ke dalam air akan meningkatkan konsentrasi
oksigen dalam air. Selain secara alami, proses difusi oksigen dapat ditingkatkan
Pada suhu 30°C, induk ikan berada pada suhu relatif tinggi yang
energi yang diperoleh tidak optimum untuk proses perkembangan gonadnya. Pada
suhu 33°C nafsu makan ikan berkurang, sedangkan metabolisme relatif meningkat,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut induk ikan akan mengabsorbsi
nutrien dari jaringan tubuh termasuk gonad yang terlihat tersekat-sekat dan
Pada suhu sekitar 10°C di bawah atau di atas suhu normal, suatu jasad hidup
dapat mengakibatkan penurunan atau penaikan aktifitas jasad hidup tersebut menjadi
kurang lebih dua kali pada suhu normalnya. Perubahan suhu yag tiba-tiba akan
koefisien aktifitas [Q], yakni perbandingan suatu aktifitas yang di sebabkan oleh
Praktikum ini di laksanakan pada hari sabtu tanggal 6 Mei 2012, pada pukul
1. Alat
- Toples Meletakkan objek
- Mikroskop Mengamati objek
- Termometer Mengukur Suhu
- Pipet Tetes Meletakkan Bahan
2. Bahan
- Daphnia (Daphnia sp.) Objek yang di amati
- Air Tawar Media untuk mengatur suhu
- Es Batu untuk pengaturan suhu
1. Siapkan media pemeliharaan kultur Daphnia pada suhu awal 15°C, 20°C, 25°C,
dan 30°C.
2. Daphnia di letakkan di kaca objek, yang berada pada suhu yang telah di tentukan
43
3. Dengan pipet pindahkanlah secara hati-hati seekor daphnia pada gelas objek yang
terlalu banyak karena daphnia akan mudah bergerak dan sulit di atur posisinya.
Aturlah letak daphnia dengan posisi tubuh miring hingga jantungnya tampak jelas
30
Denyut Jantung (dtk)
25
20
15
10
0
15 20 25 30
Suhu (oC)
4.2. Pembahasan
Spesies daerah limnetik biasanya tidak mempunyai warna atau transparan, sedangkan
di daerah litoral, kolam dangkal dan dasar perairan yang berwarna lebih gelap,
pada Daphnia ketika suhu dinaikkan 5oC dan lebih tinggi yang menyebabkan
Daphnia sp. Akan lebih aktif, meningkatkan tingkat bernapas dan detak jantung serta
menyesuaikan diri dengan masa tubuh lebih rendah dan ukuran. Dari data tersebut,
diyakini bahwa kenaikan suhu berbanding lurus dengan kecepatan denyut jantung
dikarenakan kebutuhan konsumsi oksigen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astrini
(2011) bahwa perubahan suhu memiliki pengaruh besar terhadap berbagai proses
fisiologi. Dalam batas tertentu, peningkatan suhu akan mempercepat banyak proses
fisiologi. Misalnya pengaruh suhu terhadap kecepatan denyut jantung atau konsumsi
oksigen.
Sedangkan pada kondisi suhu menurun, maka proses metabolisme tubuh akan
menurun sehingga tidak terjadi peningkatan konsumsi oksigen (normal). Hal ini
(1989) dalam Firdaus (2004) menyatakan bahwa suhu air media yang rendah
46
menurunkan laju metabolisme tubuh Daphnia. Namun perlu juga dipahami bahwa
batasan toleransinya. Begitu pula penurunan suhu juga akan meningkatkan laju
denyut jantung jika telah mencapai kondisi yang tidak dapat ditoleransi (Astrini,
2011).
47
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
pada suhu 30oC yakni berkisar 29 kali. Hal ini karena semakin tingginya suhu
organsime.
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum selanjutnya adalah agar
setiap praktikan selalu memperhatikan apa yang di berikan oleh asisten pembimbing
selama praktikum berlangsung agar paraktikum dapat berlangsung secara lancar dan
tenang.
48
I. PENDAHULUAN
Dalam budidaya ikan, salah satu hambatan yang umum dialami adalah tidak
kerja hormon itu sendiri pun akan lebih potensial pada kondisi lingkungan yang
cara yang lebih maju, yaitu dengan penggunaan hormone atau hipofisasi. Hipofisasi
adalah menyuntikkan suspensi kelenjar hipofisa kepada ikan yang akan dibiakkan.
Kelemahan dari tekhnik hipofisasi adalah hilangnya sejumlah ikan donor untuk
Dalam stadia ini gonad ikan betina sudah dapat meproduksi telur dan ikan jantan
sudah dapat memproduksi sperma. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan
salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal
lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan
yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus.
membantu dalam hal reproduksi, telah diketahui bahwa salah satu jenis ikan yang
49
umum digunakan dan kebanyakan mengalami masalah adalah ikan nila. Oleh sebab
itu untuk dengan landasan kondisi ikan yang selalu sulit memijah akibta sistem syaraf
pusat yang sulit dipengaruhi lingkungan kemudian juga untuk mengetahui prosedur
memijahkan ikan diluar musim pemijahannya (out season), terutama pada ikan yang
Tujuan dari pratikum ini yaitu untuk mengetahui letak dan cara pengambilan
Manfaat praktikum ini yaitu sebgai bahan masukkan untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai letak dan cara untuk mengambil kelenjar
2.1. Klasifikasi
Ikan nila dikenal juga sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada
kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah
sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah
beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Morfologi ikan nila yaitu memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah bertikal
(kompres) dengan profil empat persegi panjang ke arah antero posterior. Posisi mulut
terletak di ujung hidung (terminal) dan dapat disembuhkan. Pada sirip ekor tampak
jelas garis-garis vertikal dan pada sirip punggungnya garis tersebut kelihatan condong
letaknya. Ciri khas ikan nila adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip
ekor, punggung dan dubur. Pada bagian sirip caudal (ekor) dengan bentuk membuat
terdapat warna kemerahan dan bisa digunakan sebagai indikasi kematangan gonad.
Pada rahang terdapat bercak kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe ctenoid. Ikan nila
juga ditandai dengan jari-jari dorsal yang keras, begitu pun bagian analnya. Dengan
posisi sirip anal di belakang sirip dada (abdorminal) Ikan nila memiliki tulang
kartilago kranium sempurna, organ pembau dan kapsul otik tergabung menjadi satu.
Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email pada gigi vertebrata. Di
52
bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di bawahnya lagi
terdapat tulang padat. Tulang palato-quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang
rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah (Slam, 2012).
dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping,
dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna
putih. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya
lebih ke bawah daripada letak garis yang memanjang di atas dada. Jumlah sisik pada
gurat sisi jumlahnya 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai
jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam
dan sirip dadanya juga tampak hitam (Khairuman dan Khairuman, 2003).
Suhu optimum bagi ikan nila adalah 25-30oC. Pertumbuhan ikan nila
biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14oC atau pada suhu
tinggi 38oC. Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6oC atau 42oC. Selain
suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan nila adalah salinitas atau
kadar garam di suatu perairan. Ikan nila bisa tumbuh dan berkembangbiak pada
kisaran salinitas 0-29%o (permill). Jika kadar garamnya lebih tinggi sekitar 29-35%o,
ikan nila bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi. Ikan nila yang masih kecil atau
benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri dengan kenaikan salinitas dibandingkan
dengan ikan nila yang berukuran besar (Amri dan Khairulman, 2003).
53
Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan mempunyai
testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak pada rongga perut di
sebelah kandung kemih dam kanal alimentari. Keadaan gonad ikan sangat
terletak pada bagian posterior rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan
nila bertelur dan sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah
fertilasi di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan itu
berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari dan telur
tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas dinamakan larva.
Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih menempel pada tubuhnya
Secara alami, ikan nila bisa memijah sepanjang tahun di daerah tropis.
Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan nila
bisa memijah 6-7 kali dalam setahun. Bararti rata-rata setiap dua bulan sekali, ikan
nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada umur 4-5 bulan
dengan bobot sekitar 250 gram. Masa memijah produktif adalah ketika induk
berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 gram/ekor. Seekor ikan nila betina
dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva sebanyak 1.200-1.500 ekor pada
Berdasarkan hasil penelitian ikan nila dan mujair yang ada di indonesia,
keduanya mempunayi kebiasaan memijah mengerami telurnya di dalam mulut induk
54
betina, akibatnya penamaan ikan nila dan mujair mengalami perubahan (Said, 2007)
Ikan nila merupakan ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala), tetapi
cenderung sebagai herbivora, karena ikan nila lebih suka memakan fitoplankton dan
berbagai jenis tumbuhan air, oleh karena itu ikan nila seringkali dimanfaatkan untuk
mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat
mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan nila adalah
zooplankton (plankton hewani) seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp.
Selain itu, juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di
habitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam
budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan
Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisa merupakan organ yang relatif kecil
ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada
sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari
kelenjar hipofisa di dalam tubuh disebabkan olah kerja hormon yang dihasilkan oleh
dalam sistem sirkulasi darah ikan dan ketika mencapai organ target (Gonad) langsung
pemijahan secara hormonal ini merupakan upaya by pass cara kerja hormon dalam
Praktikum ini di laksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 Mei 2012, pada pukul
1. Alat
- Alat Bedah 1 Set Untuk membedah ikan
- Baki (dissecting-pan) Untuk meletakkan bahan
- Kain lap (lap kasar dan lap halus) Untuk membersihkan
2. Bahan
- Ikan Nila (O. niloticus) Objek yang di amati
2. Mengambil ikan mas yang akan dibedah kemudian meletakkan diatas baki dengan
3. Memotong tepat di bagian belakang tutup insang hingga kepalanya terpisah dari
tubuhnya.
57
4. Membedah tepat diatas mata sehingga kerangka kepala dan otaknya tampak
dibedah tersebut.
58
Hipofisa
4.2. Pembahasan
Dalam stadia ini gonad ikan betina sudah dapat meproduksi telur dan ikan jantan
sudah dapat memproduksi sperma. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan
salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal
59
lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan
yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus.
hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa
terletak di otak belakang ikan. Hal ini menyebabkan hipofisa melepasakan hormon
akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang merupakan bakal dari kuning
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, hipofisa pada ikan nila terletak
disebelah bawah bagian depan otak besar atau terletak dibawah otak kecil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mukhlas (2009) bahwa Kelenjar hipofisa ini terletak
disebelah bawah bagian depan otak besar (dienchephala) sehingga jika bagian otak ini
diangkat maka kelenjar ini akan tertinggal. Dengan demikian, untuk mengambil
kepala ikan, sehingga diperoleh hipofisa yang diamati berbentuk bundar sebesar
kacang hijau dengan warna putih keseluruhan. Pada bagian tengkorak kepala terdapat
sela tursika yang melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil
untuk mengembang.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa ada sembilan macam, yaitu:
ACTH, TSH, FSH, LH, STH, MSH, Prolaktin, Vasopresin, dan Oksitosin. FSH dan LH
adalah dua hormon yang mempunyai daya kerja mengatur fungsi kelenjar kelamin. FSH
60
mempunyai daya kerja merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan pada testis
merangsang ovulasi dan menguningkan folikel ovarium dan pada hewan jantan. Hormon
ini merangsang fungsi sel-sel interstisial pada testis serta mempertinggi atau
meningkatkan produksi hormon steroid, baik pada hewan betina maupun hewan jantan
(Oka, 2005).
Kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisa merupakan organ yang relatif kecil
ukurannya jika dibandingkan dengan ukuran tubuh, tetapi mempunyai pengaruh pada
sejumlah proses vital dalam tubuh manusia maupun hewan. Pengaruh yang luas dari
kelenjar hipofisa di dalam tubuh disebabkan olah kerja hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisa tersebut (Djojosoebagio, 1990 dalam Oka, 2005). Fungsi dari kelenjar
ini sangat beragam, tergantung dari hormon yang dihasilkan. Namun secara umum
kelenjar hipofisa berfungsi untuk mempercepat atau merangsang kematangan ikan dalam
memijah. Hal ini seperti yang dikemukakan Oka (2005) bahwa kelenjar hipofisa
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
hormon yang berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar
2. Hipofisa pada ikan nila terletak disebelah bawah bagian depan otak besar atau
5.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum selanjutnya adalah agar
ikan yang digunakan lebih dari 1 jenis, hal ini untuk membandingkan letak dan
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Zulhadiati. 2010. Perbaikan Kualitas Daging Ikan Lele Dumbo melalui
manipulasi Media Pemliharaan. IPB. Bogor.
Ahmad. 2010. Ikan Nila. http://ahmadf0842.student.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 9
Mei 2012.
Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.
Kanisius. Jakarta.
Amri, Khairul dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan.