Anda di halaman 1dari 8

RESUME MTE

RS PKU MUHAMMMADIYAH GAMPING

DISUSUN OLEH :

YESSY ENDYKA
20194030035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2020


KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa

memperhatikan usia gestasi atau sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah

ketuban sampai awitan persalinan.

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan

berlangsung.

Terdapat 2 jenis ketuban pecah dini yaitu:

a. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu

b. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan

dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion. Ketuban dinyatakan

pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

 Atrm:

a. Cukup bulan 37 minggu, tunggu sampai 8 jam

b. Diinduksi dan antibiotic

c. Salah satu tidak bisa dilakukan SC

d. 24-33 dexa

 Pretrm :

a. Lebih dari 34 minggu batas minimal, induksi dan oksitosin

b. Kurang 22-34 minggu kpd dexametason(untuk maturasi paru bayi)

dipertahankan 6 ml gram, 1 ml 2x24 jam atu 48 jm

c. Lebih dari 24 minggu determinasi

 .yang perlu di awasi saat kpd adalah ibu serta bayinya


 Kpd tidak boleh sering sering di VT, karena bisa mninmbulkan infeksi,

pembengkakan pada vagina

 Ketuban yang keruh semakin emnimbulkan infeksi

 4 jam VT diminimalkan

 5 jenis ketuban: utuh, kering, meconium, darah, jernih


PREKLAMSIA BERAT

Preeklampsia ialah suatu sindrom spesifik pada kehamilan yang terjadi

setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya normotensi.

 Hingga sampai saat ini belum dapat diperoleh suatu kesepakatan

bersama tentang penyebab terjadinya preeklampsia.

Faktor resiko

1. Usia: Peningkatan risiko preeklampsia hampir 2 kali lipat pada wanita

hamil berusia 40 tahun atau lebih

2. Nulipara: Nulipara memiliki risiko hamper 3 kali lipat

3. Jarak antar kehamilan: wanita multipara dengan jarak kehamilan

sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia hampir

sama dengan nulipara

4. Riwayat preeklampsia sebelumnya: Riwayat preeklampsia pada

kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama. Kehamilan

pada wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan

dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dan

dampak perinatal yang buruk.

5. Kehamilan multiple: wanita hamil menunjukkan kehamilan kembar

meningkatkan risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat

6. Obesitas: Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko

semakin besar dengan semakin besarnya IMT (Indeks Massa Tubuh).


Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga

merupakan faktor risiko preeklampsia.

Kategori

1. Preeklampsia

Kriteria Minimal Preeklampsia:

a. TD > 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu

b. Ekskresi protein dalam urin > 300 mg/24 jam atau > +1 dipstik,

rasio protein:kreatinin > 30 mg/mmol

2. Preeklampsia berat

Kriteria Preeklampsia Berat

a. TD > 160/110 mmHg

b. Proteinuria > 5 g/24 jam atau > +2 dipstick

c. Ada keterlibatan organ lain:

•Hematologi: Trombositopeni (< 100.000/ul)

•Hepar: Peningkatan SGOT dan SGPT dan nyeri epigastric

•Neurologis: Sakit kepala persisten

•Janin: Oligohidramnion

Penatalaksanaan

1. Ekspektatif/konservatif: Bila umur kehamilan < 37 minggu, kehamilan

dipertahankan selama mungkin dengan memberikan terapi

medikamentosa
2. Aktif/agresif: Bila umur kehamilan > 37 minggu, kehamilan diakhiri

setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

Pencegahan

1. Pencegahan primer yaitu upaya untuk menghindari terjadinya penyakit


dengan menghindari atau mengontrol penyebab-penyebab tersebut. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain ialah mencapai berat badan
ideal sebelum konsepsi, pada hipertensi kronis mengontrol tekanan darah
sebelum konsepsi dan pengendalian diabetes melitus sebelum konsepsi
dan selama kehamilan

2. Pencegahan sekunder yaitu upaya mendeteksi adanya kelainan yang belum


memberikan gejala klinik namun sudah terjadi proses patobiologis awal
akibat penyakit ini sehingga dapat mencegah berkembang dan
memberatnya penyakit. Upaya yang dapat dilakukan yaitu: istirahat,
restriksi garam, suplementasi kalsium

3. Pencegahan tersier yaitu upaya penanggulangan penyakit yang sudah


disertai gejala klinis dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi yang
berakibat semakin parahnya penyakit tersebut. Upaya yang dapat
dilakukan: antenatal yang baik
PERDARAHAN

1. Abortus

a. Iminen : darah keluar sedikit, ada rasa mual, penatalaksanaan dilakukan

dengan bedres, janin masih bisa dipertahankan

 Insipient : sedang mengancam, belum ada jaringan yang keluar

 Inkomplit : sebagian ada yang keluar

 Komplit : sudah keluar janin

 BO: tidak ada kehamilan

 Hamil mola : kehamilan seperti buah anggur, bisa 2-3x kuretasi dalam

penangannya

 Depkonsetus : janin meninggal ketika masih didalam kandungan

2. Trimester 2

 Plasenta previna : sifat darah merah segar, tidak terasa sakit sama sekali

 Socio plasenta : darah kehitaman, terasa nyeri, perut terasa tegang karena

ada perdarahan didalam, bisa terjadi akrena trauma, dan bisa asepsia pada bayinya

3. Perdarahan kala 4

 Perdarahan karena jalan lahir

 Utenia uteri : tidak ada kontraksi pada uterus karena lembek terjadi

perdarahan, dilakuaknd engan massage dan massage putting

 Hematomii divagina atau perineum karena belum terjahit

4. Retensi sisa plasenta : sc – jaringan tertinggal bisa menyebaban bahaya

bagi pasien

Anda mungkin juga menyukai