Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017

ISSN (Cetak) 2527-6042


eISSN (Online) 2527-6050

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN


BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI
KENDARAAN BERMOTOR
Ali Mokhtar*1, Hery Supriyanto2, Fajar Yulianto3
1,2,3Jurusan
Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang

Kontak Person :
Ir. Ali Mokhtar MT,
Jl. Tlogosari No. 37i Tlogomas Malang
Telp. 0811360358, Email alimokhtar011@gmail.com,

Abstrak
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berdampak langsung pada polusi udara oleh gas
buang kendaraan tersebut, polusi udara di daerah perkotaan didominasi oleh emisi kendaraan
bermotor, seiring dengan permasalahan polusi maka penelitian ini selain bertujuan mendapatkan
desain catalytic converter berbahan katalis kawat kuningan berbentuk sarang laba-laba juga untuk
menguji emisi gas buang pada catalytic converter tersebut. Katalis kawat kuningan berbentuk sarang
laba-laba sangat baik untuk bahan katalis pada catalityc converter, katalis tersebut selain mudah
didapat dan murah harganya, serta mampu mereduksi dan mengoksidasi emisi kendaraan bermotor
dengan baik, sehingga cocok sebagai bahan katalis.Metode yang dipergunakan pada penelitian ini
adalah metode experimental, mulai dari perancangan rumah katalityc converter, jenis katalis sampai
proses pembuatan catalityc converter jenis katalis sarang laba-laba berbahan kawat kuningan,
selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui emisi gas buang kendaraan bermotor yang
menggunakan catalytic converter dan tanpa menggunakan catalityc converter, Dari hasil pengujian
emisi didapatkan bahwa pemakaian catalytic converter berbahan katalis kawat kuningan berbentuk
sarang laba - laba dapat mengurangi emisi gas HC, CO dan CO2. Penurunan emisi gas HC sebesar
36,25 ppm atau sebesar 15,1 % dibanding tanpa menggunakan catalytic converter. Untuk penurunan
Emisi gas CO sebesar 6,02 atau sebesar 24,24 %. dibanding tanpa menggunakan catalytic converter.
Sedangkan untuk penurunan Emisi gas CO2 sebesar 6,75 atau sebesar 20,45 %. dibanding tanpa
menggunakan catalytic converter

Kata kunci : Catalytic converter kawat kuningan berbentuk sarang laba-laba

1. PENDAHULUAN
Catalytic converter adalah suatu alat yang dipasang di mobil-mobil yang berfungsi untuk
mengurangi emisi gas buang pada kendaraan tersebut. Untuk mengetahui fenomena aliran didalam
saluran cukup sulit, tetapi dengan menggunakan perangkat lunak Fluent atau ansys, simulasi dapat
dilakukan untuk menentukan pola aliran yang terbentuk di dalam saluran. Semakin merata gas buang
mengenai permukaan catalytic converter maka semakin besar terjadinya proses reduksi emisi
(Krisnanil, Ali Mokhtar 2005), Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian
bahan bakar minyak , terutama pada kendaraan 2 tak dimana pada kendaraan ini proses
pembakarannya tidak dapat sempurna dibanding kendaraan 4 tak hal ini akan membawa risiko pada
penambahan gas beracun di udara terutama CO, HC, SO2. (Sudomo 2002).
Catalytic converter telah menjadi peralatan standar bagi semua kendaraaan bermotor di belahan
bumi yang telah maju. Katalisator akan efektif bekerja jika gas asap dapat mengenai semua permukaan
kalatalis dan bekerja antara temperatur 250oC sampai 300oC. (Prasetyo, Joni 2006). Aliran gas asap
melewati katalisator lubang horizontal tanpa sekat menunjukkan hasil distribusi aliran yang baik (Ali
Mokhtar 2009), Catalityc converter dengan bahan katalis almunium menunjukkan hasil kurang baik
untuk mengurangi emisi (Rengki 2009), Oleh karena itu dari kekurangan dan kelebihan penelitian
sebelumnya maka dilakukan penelitian dengan membuat catalityc converter dengan bahan katalis dari
kawat tembaga berbentuk sarang laba-laba.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar emisi yang dihasilkan oleh kendaraan
bermotor jika tidak menngunakan catalityc converter dan jika menggunakan catalityc converter dengan

SENTRA 2016 IV - 1
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

bahan katalis dari kawat tembaga berbentuk sarang laba-laba, adapun model desain katalis sarang
lebah sebagai berikut.

Gambar 1. Disain katalis sarang laba-laba


Proses pembakaran yang tidak sempurna mengakibatkan emisi gas polutan seperti HC, CO, NOx
yang dikeluarkan melalui saluran buang kendaraan bermotor, pada kenyataannya tidak mungkin
pembakaran bisa sempurna 100%, maka perlu dipasang catalityc converter pada semua kendaraan
bermotor.
Reaksi pembakaran, baik bahan bakar bensin maupun bahan bakar gas merupakan reaksi
oksidasi antara senyawa hidrokarbon dengan oksigen, sehingga dihasilkan produk berupa karbon
dioksida, uap, air atau produk lainnya, tergantung kualitas pembakaran. Jumlah nitrogen dalam udara
yang bergabung dengan oksigen akan membentuk nitrous okside (NOx) yang merupakan polutan dalam
udara.

Emisi Gas Buang


Emisi gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam mesin kendaraan merupakan
salah satu sumber polusi udara. Emisi gas buang yang dihasilkan berupa karbonmonoksida (CO),
karbondioksida (CO2), hydrokarbon (HC), dan oksida nitrogen (NOx). Bahan bakar secara umum
mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen, nitrogen dan belerang. Dalam pembakaran
sempurna, gas buang hasil pembakaran berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O) serta udara yang
tidak terlibat pembakaran. Namun pembakaran sempurna sulit dicapai, sehingga terdapat gas buang
hasil pembakaran lain seperti CO, HC, dan juga NOx, karena 79% udara untuk pembakaran terdiri dari
nitrogen.
Karbonmonoksida (CO)
Banyaknya CO dari gas buang tergantung dari perbandingan bahan bakar dan udara. Hanya
pada pembakaran sempurna nilai CO-nya kecil. Karbonmonoksida sebanyak 0,03% sudah merupakan
racun yang berbahaya untuk manusia. Jumlah 0,03% selama setengah jam adalah mematikan,
karbonmonoksida merupakan hasil reaksi antara kandungan karbon dalam bahan bakar, dengan
oksigen. Reaksi yang terjadi adalah : 2C + O2  2 CO.

Apabila masih terdapat sisa oksigen dalam udara pembakar, maka CO akan bereaksi kembali : 2CO +
O2  CO2.
Hidrokarbon (HC)
Penyebab utama yang mempengaruhi tingginya HC dalam gas buang adalah rasio campuran
udara bahan bakar. Bila campuran gemuk maka akan semakin tinggi konsentrasi HC, hal ini diakibatkan
oleh tidak cukupnya oksigen untuk membakar bahan bakar sehingga akan terdapat sisa hidrokarbon.
Pada dinding silinder mempunyai temperatur yang lebih kecil dari temperatur pembakaran, sehingga
akan menyerap kalor dari campuran udara dan bahan bakar. Sehingga saat katup exshaust terbuka
ada kandungan bahan bakar yang keluar sebagai gas buang HC.

Catality Converter (CC)


Cataliytic converter adalah salah satu alat untuk mempercepat terjadinya proses pembakaran
sisa-sisa Hidrokarbon (HC), Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksid (NOx) yang masih terdapat
pada gas buang kendaraan bermotor. Sewaktu melewati catalytic converter gas tersebut akan
mengalami proses kimia secara oksidasi dan reduksi akibat adanya penambahan oksigen dan
temperatur tinggi, proses pembakaran sisa hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan nitrogen
oksid (NOx) yang masih terdapat pada gas buang sewaktu melewati katalisator, yang semula berbahaya

IV - 2 SENTRA 2016
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

berupa HC, CO dan NOx akan berubah menjadi senyawa yang stabil berupa CO2, senyawa air H2O,
senyawa N2 dan O2. (Gates 1992)

Gas buang dari exhaust Rumah katalis Ke muffler

Hc H2o
Co Co2
No N2 o2

Gambar 2. Skema konstruksi catalyst converter

Dengan adanya catalytic converter pada saluran gas buang, emisi gas buang yang merupakan
zat kimia yang berbahaya, seperti HC, CO dan NOx akan dikonversikan menjadi zat kimia yang tidak
berbahaya. Diantara bahan katalis sebagai catalityc converter, jenis logam yang di ketahui efektif
sebagai oxydation catalyst, yaitu : platinum, plutonium, palladium, (nobel metal), tembaga, vanadium,
besi, kobal, nikel, mangan, chromium, dan okside dari logam-logam tersebut. (E.F. Obert)
Reaksi reduksi catalytic, pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan tempat penggiatan molekul
NO, seperti pada nikel atau tembaga di dalam CO (tetapi tanpa O2 yang mana akan menyebabkan
oksidasi), untuk membentuk N2 dan CO2. NO bisa bereaksi dengan molekul logam untuk membentuk
oksid yang kemudian dapat bereaksi dengan CO, untuk mengembalikan molekul logam yang dapat di
pakai sebagai reducing catalyst adalah besi, nikel, tembaga, paduan dan oksida dari logam tersebut
dan lainnya. (E.F Obert).

Gambar 3. Saluran gas buang dengan katalis konverter (Heisler H, 1999)

2. METODE PENELITIAN.
Disain katalisator pada catalityc converter memerlukan kecermatan tersendiri, agar didapatkan
hasil yang maksimal terutama saat terjadinya aliran gas didalam katalisator, semakin merata aliran gas
didalam katalisator akan semakin maksimal terjadinya proses reduksi sehingga emisi yang dikeluarkan
semakin berkurang, (Krisnanil, Ali Mokhtar 2005).
Metode penelitian yang dipakai disini adalah metode experimental, yaitu dengan melakukan uji
emisi kendaraan bermotor tanpa menggunakan catalityc converter dan menggunakan catalityc
converter berbahan kawat kuningan berbentuk sarang laba-laba, katalis ini telah direkomendasikan
pada penelitian sebelumnya (Ali Mokhtar 2014). Sebelum bentuk katalisator di buat, maka desain
katalisator dibuat lebih dahulu, baru dibuat bentuk asli katalisator tersebut, katalisator yang telah
ditentukan lalu di uji presisi dengan desain knalpot yang sudah ada, Prinsip uji presisi ini untuk
menunjukkan bahwa desain katalisator tersebut apakah sudah sesuai (pas) dan cocok dengan disain
dari knalpot yang digunakan. Setelah uji presisi maka catalityc converter kita pasang pada kendaraan
lalu kita uji emisinya. Cara pembuatan katalis pertama-tama kawat kuningan dipotong potong sesuai
ukuran, kemudian dirakit sesuai dengan jarak antar kawat yang telah ditentukan, kemudian baru dirakit
secara keseluruhan seperti pada urutan gambar sebagai berikut

SENTRA 2016 IV - 3
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

Gambar 4. Urutan pembuatan katalis sarang laba-laba

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pengukuran emisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur emisi yang dinamakan gas
analyzer, alat ini berfungsi untuk mengukur kadar emisi gas buang dengan cara lubang knalpot dimasuki
pipa detector gas, pipa tersebut akan menyerap gas bekas kemudian inputan gas tadi akan ditansfer
dalam bentuk angka-angka analog yang menunjukkan besarnya kandungan emisi dari gas tersebut,
lalu di print out sesuai yang diinginkan. Dari hasil pengujian didapatkan data awal untuk catalityc
converter dengan bahan katalis kawat kuningan berbentuk sarang laba-laba dan data hasil pengujian
tanpa menggunakan catalityc converter atau standart.

3.1. Pembahasan.
Pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali pada tiap putaran lalu dirata-rata kemudian
ditabelkan dan dibuat grafik, putaran diambil antara 1500 rpm sampai 3500 rpm, data putaran ini diambil
dengan asumsi bahwa kendaraan beroperasi stasioner pada putaran 1000 rpm dan putaran mendekati
maksimum adalah pada 3500 rpm.

Grafik Putaran vs Kadar HC


300
250
Kadar HC (%)

200
150
Tanpa CC
100
CC Kawat Kuningan
50
0
1500 2000 2500 3500
Putaran (Rpm)
Gambar 5. Grafik Perbandingan emisi HC terhadap Putaran pada model standart atau tanpa CC,
dengan Catalys kawat kuningan sarang laba-laba

Dari hasil uji emisi bahwa model standart atau model tanpa CC menunjukkan kadar emisi HC
yang cukup besar dengan nilai rata-rata 240 ppm, sedangkan untuk model Catalys kawat kuningan
sarang laba-laba mengalami penurunan dengan nilai rata-rata sebesar 203,75 ppm, hal ini terjadi
karena gas asap yang keluar melalui catalityc converter mengalami proses reduksi dan oksidasi dengan
baik sehingga emisi HC bisa menurun, kadar penurunan HC maksimum sebesar 15,1 %.

IV - 4 SENTRA 2016
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

Grafik Putaran vs Kadar CO


50

Kadar CO (%)
40
30
20 Tanpa CC
10
CC Kawat Kuningan
0
1500 2000 2500 3500
Putaran (Rpm)

Gambar 6. Grafik Perbandingan emisi CO terhadap Putaran pada model standart atau model tanpa
CC, dengan Catalys kawat kuningan sarang laba-laba

Dari hasil uji emisi bahwa model standart atau model tanpa CC menunjukkan kadar emisi CO
yang cukup besar dengan nilai rata-rata 24,75%, sedangkan untuk model Catalys kawat kuningan
sarang laba-laba mengalami penurunan dengan nilai rata-rata sebesar 18,75%, hal ini terjadi karena
gas asap yang keluar melalui catalityc converter mengalami proses reduksi dan oksidasi dengan baik
sehingga emisi CO bisa menurun, sedangkan kadar penurunan emisi CO maksimum sebesar 24,24 %.

Grafik Putaran vs Kadar CO2


40
35
30
CO2 (%)

25
20
15 Tanpa CC
10 CC Kawat Kuningan
5
0
1500 2000 2500 3500
Putaran (Rpm

Gambar 7. Grafik Perbandingan emisi CO2 terhadap Putaran pada model standart atau model tanpa
CC, dengan Catalys kawat kuningan sarang laba-laba

Dari hasil uji emisi bahwa model standart atau model tanpa CC menunjukkan kadar emisi CO2
yang cukup besar dengan nilai rata-rata 33%, sedangkan untuk model Catalys kawat kuningan sarang
laba-laba mengalami penurunan dengan nilai rata-rata sebesar 26,25%, hal ini terjadi karena gas asap
yang keluar melalui catalityc converter mengalami proses reduksi dan oksidasi dengan baik sehingga
emisi CO2 bisa menurun, sedangkan kadar penurunan emisi CO2 maksimum sebesar 20,45 %.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Catalityc Converter dengan bahan catalis kawat
kuningan berbentuk sarang laba-laba mampu menurunkan emisi yang signifikan dibandingkan dengan
model standart atau model tanpa catalityc converter, Penurunan emisi paling signifikan terjadi pada CO
dan CO2 masing - masing sebesar 24,24 % dan 20,45 %,

SENTRA 2016 IV - 5
Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (SENTRA) 2017
ISSN (Cetak) 2527-6042
eISSN (Online) 2527-6050

Sebagai saran untuk penelitian berikutnya hendaknya dilakukan penelitian dengan topik yang
sama tetapi menggunakan catalityc converter dengan material katalis yang berbeda serta dengan
bentuk yang sama, misalkan dari bahan kawat baja atau yang lain.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Bersama ini kami sebagai peneliti tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
a) Universitas Muhammadiyah Malang, melalui DPPM UMM dimana penelitian ini dapat berjalan
dengan lancar.
b) Fakultas Teknik UMM. yang telah memfasilitasi kegiatan penelitian ini sehingga berjalan dengan
lancar.
c) Jurusan Mesin khususnya Laboratorium Teknik Mesin yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penelitian ini.
d) Semua yang terlibat dalam pelaksanaan program ini sehingga bisa selesai tepat waktu.

REFERENSI :
[1]Akhmad Indra S. Petunjuk pengoperasian Computational Fluid Dynamics (CFD), Ansys Flotran ,
Pusat Komputer FT-Universitas Indonesia , 2002.
[2]Jurnal JF BINGHAM, BSc, PhD, AMIMechE Intake System design using a validated internal
combustion engine computer model, National Enginering Laboratory, East Kilbride, Glasgow,
Scotland. (C25/87)
[3]Katalisator akan efektif bekerja jika gas asap dapat mengenai semua permukaan kalatalis dan
bekerja antara temperatur 250oC sampai 300oC. (Jurnal Prasetyo, Joni ITS 2006)
[4]Analisa penyebaran distribusi aliran pada catalityc converter dengan menggunakan empat macam
model (Ali Mokhtar, Dwi kurniawan, 2009)
[5]Analisa penggunaan catalityc converter berbahan katalis Almunium dan tembaga (Rengki, M. Reza,
Ali Mokhtar 2010)
[6]Penggunaan catalityc converter berbahan katalis Pipa Tembaga (Ali Mokhtar, Andin, Puji, sahrul
2011)
[7]Penggunaan catalityc converter berbahan katalis Pipa kuningan (Ali Mokhtar, 2012)
[8]Penggunaan catalityc converter berbahan katalis plat tembaga berbentuk sarang lebah (Ali Mokhtar,
2013)
[9]Penggunaan catalityc converter berbahan katalis Kawat Stainless Stell berbentuk sarang laba-laba
(Ali Mokhtar, Trenyu W. 2014)
[10]Mathur, Sharma L. 1975, Internal Combustion Engine. Second Edition. McGraw-Hill Book Company,
Inc, New York.
[11]Bosch R, G. (1990). Emission Control for Gasoline Engines. 3 Edition. Stuttgart. Germany.
[12]Obert, E.F. 1983. Internal Combustion Engines and Air Pollution. New York : Harper and Row
Publisher.
[13]Chusnul. M 2005, Study Penggunaan Katalis CuO/yAL203 sebagai Catalytic Converter Untuk
Mereduksi Emisi CO, ITS, Surabaya
[14]Karvounis E, DN Assanis. 1992. The Effect of Inlet Flow Distribution on Catalytic Converter. Journal
of Effecience Heat and Mass Transfer 36(6) 1495 – 1504.
[15]Wardhana, W., A., (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
[16]Irawan B. , 2003, Rancang Bangun Catalytric Converter dengan Material Substrat Tembaga (Cu)
untuk Mereduksi Emisi Gas CO, Tesis MIL UNDIP

IV - 6 SENTRA 2016

Anda mungkin juga menyukai