Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak

406182006

Pembimbing:

dr. Ity Sulawati, Sp. A, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 23 DESEMBER 2019 – 1 MARET 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


LEMBAR PENGESAHAN

Case Report:

Dengue Hemorragic Fever

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 31 Januari 2020

dr. Ity Sulawati, Sp. A, M. Kes


LEMBAR PENGESAHAN

Case Report:

Dengue Hemorragic Fever

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,

Kepala SMF Ilmu Kesehatan Anak

dr. Ity Sulawati, Sp. A, M. Kes


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering

disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah

dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai) yang

disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan

sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti : bintik merah pada

kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB

berdarah.

Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu infeksi arbovirus yang

paling umum muncul di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Infeksinya disebarkan oleh nyamuk yang menyebakan demam,

pembengkakan, dan perdarahan di simpul kelenjar getah bening. Juga

menyebabkan rasa sakit yang sangat diotot dan persendian ini, seringkali

diderita oleh anak di bawah 10 tahun, dan infeksinya bisa kambuh lagi pada

tahun berikutnya.

Di beberapa Negara di dunia khususnya di Indonesia Kejadian Luar

Biasa (KLB) terutama khususnya yang disebabkan oleh penyakit menular

sepereti demam berdarah (DHF), Malaria, Diare dan lain-lain masih terjadi.

Penyakit ini cenderung meluas ke seluruh nusantara.

Angka motilitas dan morbilitas yang disebabkan oleh penyakit

menular ini masih tinggi, terutama yang disebabkan oleh penyakit DHF.
Penyakit DHF merupakan masalah kesehatan yang masih memerlukan

pencegahan dan penanggulangan yang sungguh-sungguh, karena tidak sedikit

angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat penyakit DHF ini.

B. Isi

Identitas Pasien

 Nama : An. F

 No. rekam medis : 00.70.60.86

 Tanggal Lahir : 3 September 2019

 Umur : 3 bulan

 Jenis kelamin : laki - laki

 Alamat : Kp. Bojong Nyook

 Agama : Islam

 Warga Negara : Indonesia

 Tanggal Masuk RS : 27 Desember 2019

Anamnesis (27 Desember 2019 WIB)

 Keluhan Utama:

Demam sejak 2 hari SMRS

 Riwayat Penyakit Sekarang:

2 hari SMRS : demam mendadak, dan dirasakan terus menerus

1 hari SMRS : batuk kering, terutama malam hari


BAK dan BAB tidak ada keluhan. Mual dan muntah disangkal. Keluhan mimisan,
gusi berdarah disangkal.

 Riwayat Penyakit Dahulu:

Belum pernah mengalami keluhan serupa

 Riwayat Perinatal:

Ibu hamil cukup bulan, lahir di RSUD Ciawi, spontan, bayi sehat

 Riwayat Imunisasi:

Riwayat imunisasi lengkap

 Riwayat Penyakit Keluarga:

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa.

 Riwayat Obat yang masih dikonsumsi:

Paracetamol syrup

Pemeriksaan Fisik (27 Desember 2019)

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : compos mentis

 Tanda Vital :

HR: 108 x/menit

RR: 36 x/menit
suhu: 38,2 oC

 Data Antropometri :

BB: 6,5 kg, TB: 63 cm

Status Gizi: Baik

Perkembangan: 9  sesuai
 Kepala : normocephali

 Mata : CA -/-, SI -/-

 THT :

Telinga : Bentuk simetris, tidak tampak serumen

Hidung : Tidak ada deviasi septum/bengkak/sekret

Tenggorokan : Uvula di tengah, tonsil T1/T1

 Mulut : mukosa bibir tidak kering, warna lidah merah merata

 Leher : Tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat


 Jantung : ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat,

batas jantung tidak membesar,

BJ I dan II normal, gallop -, murmur -

 Paru : bentuk dan pergerakan simteris,

sonor pada seluruh lapang paru,

suara nafas vesikuler +/+, ronkhi-/-, wheezing -/-

 Abdomen : tampak datar, bising usus +, teraba supel, timpani

 Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2detik, petekhie (-)

Pemeriksaan Penunjang

27 Desember

Hasil Satuan N

Hb 9,9 g/dL 11,5 – 13,5

Ht 27,5 % 35 – 47

Leukosit 13.000 /uL 6.000 – 15.000

Trombosit 104.000 /uL 150.000 – 440.000

28 Desember

Hasil Satuan N

Hb 9,9 g/dL 11,5 – 13,5


Ht 27,4 % 35 – 47

Leukosit 7.800 /uL 6.000 – 15.000

Trombosit 70.000 /uL 150.000 – 440.000

29 Desember

Hasil Satuan N

Hb 10,2 g/dL 11,5 – 13,5

Ht 27,8 % 35 – 47

Leukosit 8.800 /uL 6.000 – 15.000

Trombosit 56.000 /uL 150.000 – 440.000

30 Desember

Hasil Satuan N

Hb 9,1 g/dL 11,5 – 13,5

Ht 29,1 % 35 – 47

Leukosit 9.000 /uL 6.000 – 15.000

Trombosit 61.000 /uL 150.000 – 440.000


31 Desember

Hasil Satuan N

Hb 8,6 g/dL 11,5 – 13,5

Ht 23,7 % 35 – 47

Leukosit 11.000 /uL 6.000 – 15.000

Trombosit 86.000 /uL 150.000 – 440.000

Resume

Telah diperiksa pasien anak usia 3 tahun pada 27 Desember 2019 di bangsal
Melati RSUD Ciawi dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus
menerus. 1 hari SMRS anak batuk kering terutama di malam hari. Anak belum pernah
mengalami keluhan serupa. Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat perinatal ibu hamil cukup bulan, lahir spontan di RSUD Ciawi, dan bayi sehat.
Imunisasi lengkap. Asupan nutrisi berupa ASI, dan ibu sempat memberikan paracetamol
syrup.

Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang didapatkan


trombostipenia

Diagnosis

• DHF grade I

Penatalaksanaan

 Infus RL 15 ml/jam
 Paracetamol IV 3 x 70 mg
Prognosis

 Ad vitam : bonam

 Ad sanationam : bonam

 Ad functionam : bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu
hati. Demam Dengue berdarah adalah penyakit yang bermanifestasi perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hepatomegali,
trombositopeni.Dengue Syok Sindrom adalah penyakit DHF yang mengalami kesadaran
menurun atau renjatan.

Agent Infeksius
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B
Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family flaviviridae, yang terdiri
dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Masingmasing saling berkaitan sifat
antigennya dan dapat menyebabkan sakit pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan
di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama
terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga merupakan
serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang
menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.10 2.1.3 Vektor
Penular Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus
dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah pedesaan
(daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.

Etiologi

Mekanisme Penularan Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia
dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan
melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne
diseases. Virus dengue berukuran 8 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang
dalam tubuh manusia dan nyamuk. Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan
infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh
nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
infeksius. Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan
sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar
saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik),
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam
tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya
nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue. Nyamuk betina sangat
menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang. Kebiasaan menghisap
darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. Nyamuk betina
mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke
individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi
sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak
bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang
menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

Manifestasi Klinis

Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik maupun simtomatik yang meliputi
demam biasa (sindrom virus), demam dengue, atau demam berdarah dengue termasuk sindrom
syok dengue (DSS). Penyakit demam dengue biasanya tidak menyebabkan kematian, penderita
sembuh tanpa gejala sisa. Sebaliknya, DHF merupakan penyakit demam akut yang mempunyai
ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan, dan berpotensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. Gambaran klinis bergantung pada usia, status imun penjamu, dan
strain virus. Berikut ini adalah bagan manifestasi infeksi virus dengue: Infeksi virus dengue
Asimtomatik Simtomatik Demam yang tak Demam dengue Demam berdarah jelas
penyebabnya dengue (sindrom virus) (kebocoran plasma) Tanpa Dengan Perdarahan
perdarahan DBD tanpa DBD dengan syok syok (SSD) Demam dengue Demam Berdarah.

Diagnosis Diagnosis

DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari
kriteria klinis dan laboratorium.

1. Kriteria Klinis

a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama
2- 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif, petechie,
echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan malena.
Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah. Selanjutnya
diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat pengukur yang dipasang pada lengan
di atas siku; tekanan ini diusahakan menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan
selama 5 menit, diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah bagian medial pada
sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi persegi (2,8 x 2,8 cm)
didapat lebih dari 20 petekia.

c. Pembesaran hati (hepatomegali).

d. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah. Universitas Sumatera Utara 17 2.
Kriteria Laboratorium a. Trombositopeni ( < 100.000 sel/ml) b. Hemokonsentrasi, dapat dilihat
dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih. 3. Derajat Penyakit DBD, menurut WHO tahun
1997 4,5 Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu : a. Derajat I Demam
disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya manifestasi perdarahan ditunjukkan
melalui uji tourniquet yang positif. b. Derajat II Selain manifestasi yang dialami pasien derajat
I, perdarahan spontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau perdarahan
lainnya. c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah. d.
Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali dan
ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang
tidak terdeteksi.

Diagnosis Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang sangat penting untuk memastikan diagnosis infeksi


dengue, meliputi :

1. Pengumpulan Spesimen Salah satu aspek yang esensial untuk diagnosis laboratorium
adalah pengumpulan, pegolahan, penyimpanan, dan pengantaran spesimen.
2. Isolasi Virus Isolasi sebagian besar strain virus dengue dari spesimen klinis dapat
dilakukan pada sebagian besar kasus asalkan sampel diambil dalam beberapa hari pertama sakit
dan langsung diproses tanpa penundaan. Spesimen yang mungkin sesuai untuk isolasi virus
diantaranya serum fase akut dari pasien, autopsi jaringan dari kasus fatal, terutama dari hati,
limpa, nodus limfe.

3. Uji Serologis Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI) merupakan salah satu pemeriksaaan
serologi untuk penderita DBD dan telah ditetapkan oleh WHO sebagai standar pada Universitas
Sumatera Utara pemeriksaan serologi penderita DBD dibandingkan pemeriksaan serologi
lainnya seperti ELISA, uji komplemen fikasi, uji netralisasi, dan sebagainya. Apapun jenis uji
yang dilakukan, konfirmasi serologis sudah pasti bergantung pada kenaikan yang signifikan (4
kali lipat atau lebih) pada antibodi spesifik dalam sampel serum diantara fase akut dan fase
pemulihan. Kumpulan antigen untuk sebagian besar uji serologis ini harus mencakup keempat
serotipe.

Penatalaksaan Penanganan penderita DBD

Pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi.

1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :

a. Istirahat total di tempat tidur.

b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah
garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan.

c. Berikan makanan lunak

d. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan


kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan
asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan.

e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

2. Penatalaksanaan pada pasien syok :


a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan
dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta
Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Nilai normal Hemoglobin : Anak-anak : 11,5 – 12,5 gr/100 ml darah Laki-laki dewasa : 13 –
16 gr/100 ml darah Wanita dewasa : 12 – 14 gr/100 ml darah Nilai normal Hematokrit : Anak-
anak : 33 – 38 vol % Laki-laki dewasa : 40 – 48 vol % Wanita dewasa : 37 – 43 vol c. Bila
pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.

c.Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien syok.Dianjurkan pemberian
oksigen dengan menggunakan masker.

d.Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching harus dilakukan setiap pasien


syok,terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock).Tranfusi darah diberikan
pada keadaan manifestasi pendarahan ynag nyata.Penurunan hematocrit tanpa perbaikan klinis
walaupun telah diberikan darah segar adalah untuk meningkatkan konsentrasi sel darah
merah.Palsma segar adalah untuk meningkat konsentrasi sel darah merah.Plasma segar atau
suspense thrombosit berguna untuk pasien dengan DIC yang menimbulkan pendarahan
massif.Pemeriksaan hematologi seperti PT,PTT, dan FDP berguna untuk menentukan berat
ringannya DIC.

e.Pemantauan tanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor dan dievaluasi secra
teratur untuk menilai hasil pengobatan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemantaun adalah:

i.Nadi,tekanan darah,respirasi dan temperature harus dicatat setiap 15-30 menit atau
lebih sering sampai syok teratasi.

ii.Kadar hematocrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai klinis pasien stabil. 24

iii.Setiap pasien harus mempunyai formulai pemantauan mengenai jenis cairan,jumlah


dan tetesan,untuk menentukan apakah cairan sudah mencukupi.

iv. Jumlah dan frekuensi diuresis (normal diuresis 2-3 ml/kg/BB/jam).

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan pernafasan akibat
edema paru atau kolaps paru, efusi pleura, acssites, ensefalopati dengue, kegagalan jantung dan
sepsis.

Prognosis

Secara umumnya, prognosis dengue syok sindrom adalah buruk.Tetapi tergantung dari
beberapa faktor seperti lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat tidaknya
penanganan, ada tidaknya syok yang terjadi terutama dalam 6 jam pertama

Kesimpulan

1. Demam ada peningkatan suhu inti sebagai bagian dari respons pertahanan organisme
multiselular terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap
asing

2. Tata Laksana DHF

• Terapi Simptomatik

• Pemeliharaan Volume Cairan Sirkulasi

3. Tata Laksana DSS

• Kondisi gawat darurat  mengatasi syok


DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention, and control.2nd


edition, Geneva:World Health Organization, 1997.

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman Tatalaksana Demam


Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

3. Chen, K. Pohan, H.T, Sinto, R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam Berdarah
Dengue. Medicinus. Jakarta. 2009; Vol 22; p.3-7.

4. Nelson Textbook of Pediatrics, edisi 17, 2004.


5. Kartasasmita C, Utomo A, Melinda H, Sudarwati S, Wulandari DA. Pulmonologi. In:
Garna H, Melinda H, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 3
ed. Bandung: 2005.
6. Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. Nefrologi. In: Garna H, Melinda H, editors.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 3 ed. Bandung: 2005.

Anda mungkin juga menyukai