Anda di halaman 1dari 18

MATERI KHUSUS MENDALAM TATA NEGARA

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia Menurut Uud 1945

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut suatu sistem
negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian bangsa indonesia, namun
sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari ajaran Trias Politica Montesquieu.
Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga
yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif yang kemudian masing-masing kekuasaan tersebut
dalam pelaksanaannya diserahkan kepada satu badan mandiri, artinya masing-masing badan itu
satu sama lain tidak dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung
jawaban.

Apabila ajaran trias politika diartikan suatu ajaran pemisahan kekuasaan maka jelas
Undang-undang Dasar 1945 menganut ajaran tersbut, oleh karena memang dalam UUD 1945
kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara tersebut
pelaksanaannya diserahkan kepada suatu alat perlengkapan negara.

Susunan organisasi negara adalah alat-alat perlengkapan negara atau lembaga-lembaga


negara yang diatur dalam UUD 1945 baik baik sebelum maupun sesudah perubahan. Susunan
organisasi negara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum perubahan yaitu :

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

(2) Presiden

(3) Dewan Pertimbagan Agung (DPA)

(4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

(6) Mahkmah Agung (MA)


Badan-badan kenegaraan itu disebut lembaga-lembaga Negara. Sebelum perubahan UUD
1945 lembaga-lembaga Negara tersebut diklasifikasikan, yaitu MPR adalah lembaga tertinggi
Negara, sedangkan lembaga-lembaga kenegaraan lainnya seperti presiden, DPR, BPK, DPA dan
MA disebut sebagai lembaga tinggi Negara.

Sementara itu menurut hasil perubahan lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam
UUD 1945 adalah sebagai berikut:

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

(2) Presiden

(3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

(4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

(5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

(6) Mahkmah Agung (MA)

(7) Mahkamah Konstitusi (MK)

Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang


berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan
kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan
lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin pemisahan
kekuasaan.

Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan menunjuk pada
jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara
badan-badan kenegaraan yang ada, yaitu;

A. Sebelum Perubahan
1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk menetapkan
UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta mengubah UUD
2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas yang
dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:
a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;
b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;
c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi, amnesti,
abolisi dan rehabilitasi;
d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain, mengangkat duta dan
konsul.
3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu
kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi tindakan
presiden.
4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban memberikan
jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul kepada pemerintah
5. BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk memeriksa
tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.
6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan tugasnya tidak
boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.

B. Setelah Perubahan

1. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi negara
lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan kewenangannya
menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu), tetap berwenang menetapkan dan
mengubah UUD, susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung
melalui pemilu.
2. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk UU
(sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan
saja) sementara pemerintah berhak mengajukan RUU, Proses dan mekanisme membentuk
UU antara DPR dan Pemerintah, Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga negara.
3. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan kepentingan
daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah ditiadakannya utusan daerah dan
utusan golongan yang diangkat sebagai anggota MPR, keberadaanya dimaksudkan untuk
memperkuat kesatuan negara Republik Indonesia, dipilih secara langsung oleh
masyarakat di daerah melalui pemilu, mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut
membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
4. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD, berwenang
mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah (APBD)
serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh
aparat penegak hukum, berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi, mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
5. Presiden, Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata cara
pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya serta memperkuat sistem
pemerintahan presidensial, Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR,
Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode saja, Kewenangan
pengangkatan duta dan menerima duta harus memperhatikan pertimbangan DPR,
kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus memperhatikan pertimbangan
DPR, memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden dan wakil
presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat melui pemilu, juga mengenai
pemberhentian jabatan presiden dalam masa jabatannya.
6. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan kehakiman,
yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan
keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan
perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain yang diberikan
Undang-undang.di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan militer dan
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), badan-badan lain yang yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan,
Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
7. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji UU
terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus
pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan putusan atas
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden
menurut UUD, Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing oleh
Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh Presiden, sehingga
mencerminkan perwakilan dari 3 cabang kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan
eksekutif.

om site

PENGERTIAN DAN PENGGOLONGAN HUKUM

Pengertian Hukum

Hukum tidak hanya bertujuan untuk mencapai ketertiban dan keadilan saja, akan tetapi dapat
pula berfungsi sebagai sarana untuk mengubah atau mempengaruhi masyarakat.

1. Hans Kelsen, hukum itu bersifat hierarkis, artinya hukum tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya.
2. Aristoteles, hukum tertentu pada hukum yang dianut oleh masyarakat yang digunakan
atau berlaku untuk anggota masyarakat itu.
3. Grotius, hukum adalah aturan tingkah laku moral yang mewajibkan untuk berbuat benar.
4. Hobbes, adanya hukum adalah untuk memberikan keadilan dan memberikan perintah
untuk berbuat adil.
5. Philip S. James, hukum adalah pokok aturan untuk tuntunan tingkah laku manusia yang
dikenakan dan dipaksakan bagi setiap warga Negara.
6. E. M. Mayers, hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,
ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman
bagi penguasa Negara dalam melaksanakan tugasnya.
7. Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari suatu kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi
bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
8. Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang
lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.
9. La Rousse, hukum adalah keseluruhan prinsip yang mengatur hubungan antar manusia
dalam masyarakat dan menetapkan apa yang oleh tiap-tiap orang boleh dan dapat
dilakukan tanpa memperkosa rasa keadilan.
10. Capitant, hukum adalah keseluruhan daripada norma-norma yang secara mengikat
mengatur hubungan berbelit-belit antara manusia dalam masyarakat.
11. Land, hukum adalah keseluruhan daripada peraturan-peraturan yang mana tiap-tiap
orang dalam kehidupan masyarakat wajib menaatinya.
12. Suyling, hukum adalah kompleks daripada norma-norma tentang segala tindak-tanduk
yang mengikat dan dibuat atau disahkan oleh Negara.
13. Lemaire, Hukum positif adalah suatu peraturan tata-tertib yang mengikat serta
didasarkan atas rasa keadilan, dan ditinjau dari sudut tertentu. Hukum suatu rangkaian
norma yang mengatur bagaimana suat masyarakat tertentu harus disusun dan dibentuk.
14. Utrecht, hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur
tata tertib masyarakat, karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
15. Mochtar Kusumaatmadja, hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas
yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara
ketertiban dan keadilan yang meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna
mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan.
16. J. C. T. Simorangkir & Woerjono Sastropranoto, hukum adalah peraturan yang
bersifat memaksa, menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang
dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibatkan
diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.

UNSUR-UNSUR HUKUM

Berdasarkan beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam
lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.

a. unsur hukum secara umum, yaitu :

1. adanya peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.


2. peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. peraturan itu bersifat memaksa.
4. sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas.
5. mengandung perlindungan yang efektif bagi mereka yang terkena hukum.

b. dalam arti sempit di Negara hukum liberal, orang hanya mengenal dua unsur yang penting
yaitu :

1. perlindungan terhadap hak asasi manusia.


2. pemisahan kekuasaan.

c. pada Negara hukum formal menurut F.J. Stahlunsur-unsur itu bertambah menjadi empat,
antara lain :

1. perlindungan terhadap hak asasi manusia.


2. adanya pemisahan kekuasaan untuk melindungi terhadap hak asasi manusia.
3. setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan.
4. adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri untuk menyelesaikan perselisihan

d. pendapat A.V. Dicey (Rule of Law) Negara yang berdasarkan rule of law harus memenuhi tiga
unsur, yaitu :
1. Supremasi hukum.dalam Negara hukum yang berdaulat atau yang mempunyai kekuasaan
tertinggi adalah hukum. Hal ini berarti baik pemerintah maupun masyarakat harus tunduk
pada hukum.
2. Kedudukan yang sama di depan hukum. Semua orang tanpa terkecuali, mempunyai
derajat yang sama dalam hukum. Bila melakukan tindakan yang bertentangan dengan
hukum dapat ditindak sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya.
3. terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam undang-undang.

e. Perkembangan rule of lawdalam pemerintahan yang demokratis, yang harus memenuhi


syarat-syarat :

1. adanya perlindungan konstitusional.


2. adanya pemilu yang bebas.
3. adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
4. adanya kebebasan untuk mengemukakan pendapat.
5. adanya kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. adanya pendidikan kewarganegaraan.

CIRI-CIRI HUKUM

Hukum memiliki ciri yaitu :

1. adanya perintah dan atau larangan.


2. Perintah dan atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.

Melalui ciri yang ada pada hukum, maka setiap orang wajib bertindak sesuai dengan tata tertib
dalam masyarakat. Barang siapa dengan sengaja melanggar suatu kaidah hukum akan dikenakan
sanksi (sebagai akibat pelanggaran kaidah hukum) yang berupa hukuman.

Hukuman atau pidana menurut pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
bermacam-macam jenisnya, yaitu :

1. Pidana Pokok,yang terdiri atas :


1. Pidana Mati.
2. Pidana Penjara :

a) Seumur hidup

b) Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun, sekurang-kurangnya 1 tahun) atau pidana penjara


dalam waktu tertentu.

1. Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya 1 tahun.


2. Pidana denda (sebagai pengganti hukuman kurungan).
3. Pidana tutupan.
4. Pidana Tambahan :

1) Pencabutan hak-hak tertentu.

2) Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.

3) Pengumuman keputusan hakim.

SIFAT HUKUM

Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi
kaidah hukum, peraturan hidup kemasyarakata itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa.
Bersifat memaksa agar orang menaati tata tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi
yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.

TUJUAN HUKUM

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus pula
bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Sementara itu, para ahli
hukum memberikan tujuan hukum menurut sudut pandangnya masing-masing.

1. Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup
manusia secara damai.
3. Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur
daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
4. Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa
yang berfaedah bagi orang.
5. Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :

1. untuk mewujudkan keadilan


2. semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.

Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :

1. menjamin adanya kepastian hukum.


2. Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan
masyarakat.

SUMBER HUKUM

Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang jika dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi :

1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang, misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli kemasyarakatan
(sosiolog) akan menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Demikian sudut pandang yang lainnya pun
seterusnya akan bergantung pada pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih
jauh.
2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :
1. Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.

a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dilihat
dari isinya mengikat secara umum seperti yang diatur dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966.

b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang karena
bentuknya dan dilibatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undang-undang. Misanya :

1) UU No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas Jalan Raya.

2) UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM.

3) UU. No. 31 Tahun 2002 Tentang Parpol.

4) UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu.

5) UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

6) UU No. 22 Tahun 2003 Tentang Susduk MPR-DPR-DPRD-DPD.

7) UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi

2. Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang


dalam hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila ada
tindakan atau perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan tersebut, hal ini dirasakan
sebagai pelanggaran.
3. Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan
dasar keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama.
4. Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara yang
bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua Negara atau lebih.
Perjanjian ini khusus menyangkut bidang ekonomi dan politik.
5. Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan atau para
sarjana hukum terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam pengambilan
keputusan.

Sumber dari segala sumber hukum RI adalah Pancasila.

SUMBER HUKUM PERUNDANGAN RI

1. Proklamasi
2. Dekrit Presiden Tanggal 5 Juli 1959
3. UUD 1945
4. Supersemar

Tata Urutan Peraturan Perundangan RI :

1. Menurut TAP MPRS No. XX Tahun 1966

a) UUD 1945

b) TAP MPR RI

c) Undang-Undang

d) PERPU (Peraturan Pemerintah Sebagai Pengganti Undang-Undang).

e) Peraturan Pemerintah (PP)

f) Peraturan Menteri

g) Keputusan Menteri

h) Instruksi Menteri

2. Menurut TAP MPR No. III Tahun 2000

a) UUD 1945
b) TAP MPR RI

c) Undang-undang.

d) PERPU

e) Peraturan Pemerintah (PP)

f) Keputusan Presiden

g) Peraturan Daerah (PERDA)

MACAM-MACAM PERADILAN

Sekarang ini di Indonesia terdapat bermacam-macam peradilan, yang dibedakan sebagai berikut
:

1. Pengadilan Sipil, yang terdiri dari :

1) Pengadilan Umum, terdiri atas :

a) Peradilan Negeri

b) Pengadilan Tinggi

c) Mahkamah Agung

2) Pengadilan Khusus, terdiri atas :

a) Pengadilan Agama

b) Pengadilan Adat

c) Pengadilan Administrasi Negara (Pengadilan Tata Usaha Negara)

3) Pengadilan Militer, yang terdiri atas :


a) Pengadilan Tentara

b) Pengadilan Tentara Tinggi

c) Mahkamah Tentara Agung.

PENGGOLONGAN HUKUM

Para ahli hukum mengalami kesulitan pada saat membuat pengertian hukum yang singkat dan
meliputi berbagai hal. Ini dikarenakan kompleksnya hukum yang berlaku dalam suatu Negara.

Untuk memudahkan dalam membedakan hukum yang satu dengan yang lainnya, C.S.T. Kansil,
membuat penggolongan hukum seperti berikut :

A. Menurut Sumbernya :

1) Hukum undang-undang; yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan.

2) Hukum kebiasaan (adat); yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-peraturan


kebiasaan (adat)

3) Hukum traktat (perjanjian), yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara dalam suatu
perjanjian antar Negara.

4) Hukum Yurisprudensi; yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

B. Menurut Bentuknya :

1) Hukum Tertulis; hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan.

2) Hukum Tidak Tertulis; hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak
tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan. Hukum tidak tertulis
disebut juga sebagai suatu kebiasaan.

C. Menurut Tempat Berlakunya (ruang) :


1) Hukum Nasional; hukum yang berlaku dalam suatu Negara.

2) Hukum Internasional; hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional.

3) Hukum Gereja; kumpulan norma-norma yang ditetapkan.

4) Hukum Asing; hukum yang berlaku dalam Negara lain.

D. Menurut Waktu Berlakunya :

1) Ius Constitutium (Hukum positif/berlaku sekarang); hukum yang berlaku sekarang bagi
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu (hukum yang berlaku dalam masyarakat pada
suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu).

2) Ius Constituendum (berlaku masa lalu); hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang.

3) Antar Waktu (hukum asasi/hukum alam); hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu melainkan
berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di seluruh tempat.

E. Menurut Cara Mempertahankannya (Tugas & Fungsi) :

1) Hukum Materil (KUH Perdata, KUH Pidana, KUH Dagang).

2) Hukum Formal (Pidana Formal, Perdata Formal).

F. Menurut Sifatnya :

1) Hukum Memakasa (imperative); hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus
dan mempunyai paksaan mutlak.

2) Hukum Mengatur (fakultatif/pelengkap); hukum yang dapat dikesampingkan apabila


pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.

G. Menurut Isinya :
1) Hukum Privat/Perdata (hukum pribadi, hukum kekayaan, hukum waris)

2) Hukum Publik (Hukum tata Negara, hukum administrasi Negara, hukum pidana, hukum
acara, hukum internasional)

H. Menurut Pribadi :

1) Hukum Satu Golongan

2) Hukum Semua Golongan

3) Hukum Antar Golongan.

I. Menurut Wujudnya :

1) Hukum Objektif; hukum dalam suatu Negara yang berlaku umum dan tidak mengenai
orang atau golongan tertentu.

2) Hukum Subjektif; Hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang
tertentu atau lebih. Hukum subjektif disebut juga hak.

PERBUATAN YANG SESUAI DAN BERTENTANGAN DENGAN HUKUM

Perbuatan Yang Sesuai Dengan Hukum.

Dalam Negara hukum, sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945, kedudukan kita semua sama
di muka hukum. Artinya hukum memberi perlindungan yang sama terhadap hak dan kewajiban
yang kita miliki.

Hak dan kewajiban yang dilindungi dan diatur oleh hukum itu antara lain mengenai :

1. Diri dan keluarga kita


2. Harta benda kita
3. Nama baik Kita
4. Kesempatan kita mencari nafkah secara halal.
5. Kesempatan kita beribadah
6. Kesempatan kita mendapatkan pendidikan.
7. kesempatan kita memperoleh keadilan.

Karena kita hidup dalam Negara hukum, maka dalam memperoleh hak dan kewajiban tersebut
haruslah pula berdasarkan hukum.

Apabila kita semua dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat bersedia denga suka rela
mematuhi hukum, maka kehidupan bernegara dan bermasyarakat menjadi aman dan tentram.

Perbuatan yang selalu mematuhi dari berbagai ketentuan hukum, baik hukum tertulis atau tidak
tertulis sehingga masyarakat menjadi tertib.

Perbuatan Yang Bertentangan Dengan Hukum

Perbuatan yang melanggar ketentuan hukum yang ada sehingga mengakibatkan kerugian pada
seseorang atau membuat keresahan masyarakat yang lainnya.

Apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, maka hukum harus ditegakkan. Untuk itu, Negara
telah memberi wewenang khusus kepada petugas tertentu, yang disebut penegak hukum, yaitu :
Polisi, Jaksa, Hakim, Penasehat hukum (pengacara).

Jadi, apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, kita tidak boleh bertindak sendiri untuk
menegakkan hukum, dengan cara “main hakim sendiri”.

PENERAPAN NILAI DAN NORMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Setiap warga Negara Indonesia harus selalu sadar dan taat kepada hukum, dan Negara
berkewajiban untuk menegakkan dan menjamin kepastian hukum.

Penerapan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan nilai kepribadian
dan keadilan.
Kebenaran dan keadilan harus dibina ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara secara layak dan benar dengan berdasarkan pada norma agama, kesusilaan,
masyarakat, adat dan norma hukum.

Tugas kita dalam penegakan hukum adalah membantu para penegak hukum dalam melindungi
hak dan kewajiban kita.

Cara kita membantu para penegak hukum, umpamanya segera melaporkan kepada polisi apabila
kita mengetahui terjadinya suatu kejahatan. Selain itu, umpamanya kita diminta keterangan
sebagai saksi, maka berikanlah keterangan yang benar apa yang kita lihat, dengar, dan ketahi
saja, janganlah menambahkan atau mengurangi keterangan tersebut.

Menurut A.V. Dicey dalam Negara hukum yang berintikan pada rule of law terdapat syarat
yang harus dipenuhi dalam menerapkan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

1. Supremacy of the law, sehingga hukum diberi kedaulatan tertinggi, Negara tidak dapat
dipermasalahkan atau dituntut, yang bisa dituntut adalah manusianya.
2. Egality of the Law, artinya semua orang memiliki status yang sama di mata hukum.
Dalam Negara berdasarkan hukum (rechtstaat) hukumlah yang berdaulat, sehingga
Negara dapat dituntut di depan pengadilan jika melanggar hukum.
3. Human Right, yaitu terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam UUD.

Anda mungkin juga menyukai