Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Untuk Memenuhi Tugas


Pendidikan Profesi Ners Departemen Jiwa

Oleh :
LAILATUL MUTOHAROH
NIM. 180070300111047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ANSIETAS

1. DEFINISI
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas
yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).

2. JENIS
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respon takut dan distress.
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol,
maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.

3. TANDA DAN GEJALA


Keluhan pada orang yang mengalami ansietas, antara lain sebagai berikut:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang .
d. Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan).
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

4. FASE
Rentang respon kecemasan dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai
maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Konstruktif
adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan
terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan
hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku
maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik.

Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

5. PATOPSIKOLOGI

Risiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif


Faktor dan penyebab ansietas
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
Stressor
a. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.
Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor Psikologis
Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul
dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkankeinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.

c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

B. Faktor Presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

C. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

D. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sbb;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan
bersifat maladaptif.

6. PEMERIKSAAN DAN PENGKAJIAN


Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen
dan kalsium.
b. Uji psikologis

Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.

e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

Pengkajian
1. Perilaku
Subyektif
 Klien mengatakan susah tidur
 Klien menyatakankan resah
 Klien mengatakan banyak pikiran
Obyektif
 Penurunan produktifitas
 Kewaspadaan dan menatap
 Kontak mata buruk
 Gelisah
 Pandangan sekilas
 Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)
 Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
2. Afektif :
Subyektif
 Klien menyatakan rasa penyesalan
 Klien mengatakan takut pada sesuatu
 Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
Obyektif
 Iritabel
 Kesedihan yang mendalam
 Ketakutan
 Gugup
 Mudah tersinggung
 Nyeri hebat, persisten bertambah
 Rasa tidak menentu
 Kewaspadaan meningkat
 Fokus pada diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Distress
 Khawatir
 Cemas
3. Fisiologi:
Subyektif
Obyektif
 Suara gemetar
 Gemetar, tangan tremor
 Goyah
 Peningkatan respirasi (simpatis)
 Keinginan berkemih (parasimpatis)
 Ganguan tidur (parasimpatis)
 Nyeri abdomen (parasimpatis)
 Peningkatan nadi (simpatis)
 Peningkatan reflek (simpatis)
 Dilatasi pupil (simpatis)
 Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)
 Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)
 Peningkatan keringat
 Wajah tegang
 Anoreksia (simpatis)
 Jantung berdetak kuat (simpatis)
 Diare (parasimpatis)
 Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)
 Kelelahan (parasimpatis)
 Mulut kering (simpatis)
 Kelemahan (simpatis)
 Pulsasi menurun (parasimpatis)
 Wajah memerah (simpatis)
 Vasokonstriksi superfisial (simpatis)
 Gugup (simpatis)
 Penurunan tekanan darah (parasimpatis)
 Mual (parasimpatis)
 Sering berkemih (parasimpatis)
 Pusing (parasimpatis)
 Kesulitan bernafas (simpatis)
 Peningkatan tekanan darah (simpatis)
4. Kognitif
Subyektif
 Klien menyatakan bingung
 Klien sering mengatak lupa
 Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama
Obyektif
 Bloking
 Keasikan
 Merenung
 Kerusakan perhatian
 Penurunan lapang persepsi
 Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
 Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
 Sulit berkonsentrasi
 Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
 Gejala kewaspadaan fisiologis

Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus)
Berhubungan dengan TUM : jadilah pendengar yang hangat dan
ansietas sedang TUK 1 responsif
Klien dapat menjalin dan beri waktu yang cukup pada klien untuk
membina hubungan salingberespon
percaya beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
identifikasi pola prilaku klien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
bersama klien mengenali perilaku dan
respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 bantu klien untuk mengidentifikasi dan
Klien dapat mengenalmenguraikan perasaannya
ansietasnya hubungkan perilaku dan perasaannya
validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap klien
gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik
gunakan konsultasi

TUK 3 bantu klien mernjelaskan situasi dan


Klien dapat memperluasinteraksi yang dapat segera menimbulkan
kesadarannya terhadapansietas
perkembangan ansietas bersama klien meninjau kembali
penilaian klien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan
konflik
kaitkan pengalaman yang baru terjadi
dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
TUK 4 gali cara klien mengurangi ansietas di
Klien dapat menggunakanmasa lalu
mekanisme koping yang tunjukkan akibat mal adaptif dan
adaptif destruktif dari respons koping yang
digunakan
dorong klien untuk menggunakan
respons koping adaptif yang dimilikinya
bantu klien untuk menyusun kembali
tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan
koping yang baru
latih klien dengan menggunakan
ansietas sedang
beri aktivitas fisik untuk menyalurkan
energinya
libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu klien menggunakan
koping adaptif yang baru
TUK 5 1. ajarkan klien teknik relaksasi untuk
Klien dapat menggunakan meningkatkan kontrol dan rasa
teknik relaksasi percaya diri

2. dorong klien untuk menggunakan


relaksasi dalam menurunkan
tingkat ansietas

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6393.

Anda mungkin juga menyukai