ANSIETAS
Oleh :
LAILATUL MUTOHAROH
NIM. 180070300111047
1. DEFINISI
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas
yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
2. JENIS
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat
tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respon takut dan distress.
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol,
maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
4. FASE
Rentang respon kecemasan dapat digambarkan dalam rentang respon adaptif sampai
maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Konstruktif
adalah motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan
terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan
hidup. Sedangkan reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku
maladaptif serta disfungsi yang menyangkut kecemasan berat atau panik.
5. PATOPSIKOLOGI
b. Faktor Psikologis
Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul
dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkankeinginan dari dalam
untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
c. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih
dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
B. Faktor Presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
C. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.
D. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sbb;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan
bersifat maladaptif.
Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.
Pengkajian
1. Perilaku
Subyektif
Klien mengatakan susah tidur
Klien menyatakankan resah
Klien mengatakan banyak pikiran
Obyektif
Penurunan produktifitas
Kewaspadaan dan menatap
Kontak mata buruk
Gelisah
Pandangan sekilas
Pergerakan yang tidak bermakna (jalan menyeret, geraktangan dan kaki)
Ekspresi yang mendalam terhadap perubahan hidup
2. Afektif :
Subyektif
Klien menyatakan rasa penyesalan
Klien mengatakan takut pada sesuatu
Klien bengatakan tidak mempu melakukan sesuatu
Obyektif
Iritabel
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Gugup
Mudah tersinggung
Nyeri hebat, persisten bertambah
Rasa tidak menentu
Kewaspadaan meningkat
Fokus pada diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Distress
Khawatir
Cemas
3. Fisiologi:
Subyektif
Obyektif
Suara gemetar
Gemetar, tangan tremor
Goyah
Peningkatan respirasi (simpatis)
Keinginan berkemih (parasimpatis)
Ganguan tidur (parasimpatis)
Nyeri abdomen (parasimpatis)
Peningkatan nadi (simpatis)
Peningkatan reflek (simpatis)
Dilatasi pupil (simpatis)
Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)
Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)
Peningkatan keringat
Wajah tegang
Anoreksia (simpatis)
Jantung berdetak kuat (simpatis)
Diare (parasimpatis)
Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)
Kelelahan (parasimpatis)
Mulut kering (simpatis)
Kelemahan (simpatis)
Pulsasi menurun (parasimpatis)
Wajah memerah (simpatis)
Vasokonstriksi superfisial (simpatis)
Gugup (simpatis)
Penurunan tekanan darah (parasimpatis)
Mual (parasimpatis)
Sering berkemih (parasimpatis)
Pusing (parasimpatis)
Kesulitan bernafas (simpatis)
Peningkatan tekanan darah (simpatis)
4. Kognitif
Subyektif
Klien menyatakan bingung
Klien sering mengatak lupa
Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama
Obyektif
Bloking
Keasikan
Merenung
Kerusakan perhatian
Penurunan lapang persepsi
Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
Sulit berkonsentrasi
Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
Gejala kewaspadaan fisiologis
Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan (Umum dan Khusus)
Berhubungan dengan TUM : jadilah pendengar yang hangat dan
ansietas sedang TUK 1 responsif
Klien dapat menjalin dan beri waktu yang cukup pada klien untuk
membina hubungan salingberespon
percaya beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan perasaannya
identifikasi pola prilaku klien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
bersama klien mengenali perilaku dan
respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 bantu klien untuk mengidentifikasi dan
Klien dapat mengenalmenguraikan perasaannya
ansietasnya hubungkan perilaku dan perasaannya
validasi kesimpulan dan asumsi
terhadap klien
gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik
gunakan konsultasi
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6393.