MAHASISWA
KEPERAWATAN GERONTIK
A. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Gerontik
2. Beban SKS : 4 SKS (3 Teori) (1 Praktikum)
3. Profesional Profil
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa
memahami dan mampu mengaplikasikan konsep keperawatan gerontik dalam
pemberian asuhan keperawatan pada lansia dalam berbagai tatanan pelayanan
baik di institusi kesehatan maupun di komunitas pada tahap pendidikan profesi.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Jadwal Perkuliahan
No Hari/ Pukul PT Metode
Tanggal
1 Selasa 14.00 – 16.30 - - Kuliah Introduksi (Penjelasan
04-02-2020 kompetensi dan pembagian TIK
ISS)
Pembagian TIK ISS 1 dan TIK ISS
2
- Pembagian tugas telaah jurnal
1
No Hari/ Pukul PT Metode
Tanggal
(Tutor wajib mendampingi)
16.30 – 19.00 4 Konsultasi telaah jurnal
4 Senin 14.00 – 16. 30 5 Presentasi ISS 1 (TIK 1-4)
10-02-2020 16.30 – 19.00 6
5 Selasa 14.00 – 16.30 7 Presentasi ISS 1 (TIK 5-8)
11-02-2020 16.30 – 19.00 8
6 Rabu 14.00 – 16.30 9 Presentasi ISS 2
12-02-2020 16.30 – 19.00 10 (TIK 1-4)
7 Kamis 14.00 – 16. 30 11 Presentasi ISS 2
13-02-2020 16.30 – 19.00 12 (TIK 5-8)
8 Senin 14.00 – 16.30 13 Presentasi telaah jurnal (pleno
17-02-2020 16.30 – 19.00 14 besar)
9 Selasa 14.00 – 16.30 15 TCL di tutorial (manajemen obat
18-02-2020 dan polifarmasi)
Jadwal Praktikum
No Kompetensi
Kasus
1 Pengkajian fungsional pada lansia (SPPB, Indeks Kasus 1
Kazt, Barthel Indeks, IADL))
2 Pengkajian resiko jatuh, Morse Falls Scale, Kasus 2
Pengkajian Nutrisi (Mini Nutritional Assessment
(MNA)
3 Pengkajian Kognitif (Minicoq, SPMSQ, MMSE) dan Kasus 3
Pengkajian Depresi
4 Teknik Penyuluhan dan Terapi modalitas (latihan fisik Kasus 4
pada lansia)
2
Hari/ Sesi1
No Waktu PT Tempat
Tanggal 13.30-16.00
1 Rabu 14.00 – 15.40 1 Kasus 1 : Ns. Rahmawati, M.Kep Laboratorium
19-02-2020 16.35 – 18.15 2 (Klp 1)
Kasus 2 : Ns. Juanita, MNS (Klp 2)
Kasus 3 : Ns. Nurhasanah, M.Kep
(Klp 3)
Kasus 4 : Teuku Samsul Alam,
SKM., MNSc. (Klp 4)
Kasus 1 : Ns. Khairani, MPH (Klp 5)
Kasus 2 : Ns. Sarini Vivi Yanti,
M.Kep (Klp 6)
Kasus 3 : Ns. Dara Febriana,
M.Sc.PhD (Klp 7)
Kasus 4 : Ibrahim HS, S.Kp., MNSc.
(Klp 8)
2 Kamis 14.00 – 15.40 3 Kasus 1 : Ns, Rahmawati, M.Kep Laboratorium
20-02-2020 16.35 – 18.15 4 (Klp 8)
Kasus 2 : Ns. Juanita, MNS (Klp 1)
Kasus 3 : Ns. Nurhasanah, M.Kep
(Klp 2)
Kasus 4: Teuku Samsul Alam, SKM.,
MNSc. (Klp 3)
Kasus 1 : Ns. Khairani, MPH (Klp 4)
Kasus 2 : Ns. Sarini Vivi Yanti,
M.Kep (Klp 5)
Kasus 3 : Ns. Dara Febriana, M.Sc.,
PhD (Klp 6)
Kasus 4 : Ibrahim HS, S.Kp., MNSc.
(Klp 7)
3 Senin 14.00 – 15.40 5 Kasus 1 : Ns. Rahmawati, M.Kep Laboratorium
24-02-2020 16.35 – 18.15 6 (Klp 7)
Kasus 2 : Ns. Juanita, MNS (Klp 8)
Kasus 3 : Ns. Nurhasanah, M.Kep
(Klp 1)
3
Hari/ Sesi1
No Waktu PT Tempat
Tanggal 13.30-16.00
Kasus 4 : Teuku Samsul Alam,
SKM., MNSc. (Klp 2)
Kasus 1 : Ns. Khairani, MPH (Klp 3)
Kasus 2 : Ns. Sarini Vivi Yanti,
M.Kep (Klp 4)
Kasus 3 : Ns. Dara Febriana, M.Sc,
Ph.D (Klp 5)
Kasus 4 : Ibrahim HS, S.Kp., MNSc.
(Klp 6)
4 Selasa 14.00 – 15.40 7 Kasus 1 : Ns. Rahmawati, M.Kep Laboratorium
25-02-2020 16.35 – 18.15 8 (Klp 6)
Kasus 2 : Ns. Juanita, MNS (Klp 7)
Kasus 3 : Ns. Nurhasanah, M.Kep
(Klp 8)
Kasus 4 : Teuku Samsul Alam,
SKM., MNSc. (Klp 1)
Kasus 1 : Ns. Khairani, MPH (Klp 2)
Kasus 2 : Ns. Sarini Vivi Yanti,
M.Kep (Klp 3)
Kasus 3 : Ns. Dara Febriana, M.Sc,
Ph.D (Klp 4)
Kasus 4 : Ibrahim HS, S.Kp., MNSc.
(Klp 5)
5 Rabu 14.00 – 15.40 9 Discovery Learning (Pengkajian
26-02-2020 16.35 – 18.15 10 Lansia di Panti Werda)
6 Kamis 14.00 – 15.40 11 Discovery Learning (Pengkajian
27-02-2020 16.35 – 18.15 12 Lansia di Panti Werda)
7 Jum’at 09.00 – 10.40 13 Discovery Learning (Pengkajian
28-02-2020 Lansia di Panti Werda)
16.35 – 18.15 Lab Mandiri
7 Senin 14.00 – 15.40 14 Ujian Ospe
02-03-2020
4
2. Rancangan Pelaksanaan Blok
a. Tutor
1. Ibrahim HS, SKp., MNSc.
2. Ns. Dara Febriana, MSc.
3. Ns. Khairani, MPH
4. Ns. Juanita, MNS
5. Ns. Nurhasanah, M.Kep
6. Ns. Rahmawati, M.Kep
7. Ns. Sarini Vivi Yanti, M.Kep
8. Teuku Samsul Alam, SKM., MNSc.
Tutor pengganti:
1. Ns. Arfiza Ridwan, MNS
2. Ns. Farah Diba, MSc.PH
3. Ns. Dini Mulyati, MNS
4. Ns. Martina, M.Kep., Sp.KJ
5. Ns. Husna Hidayati, MNS
6. Ns. Maulina, M.Kep., Sp.Kom
b. Kegiatan Tutor
1. Menjelaskan materi pembelajaran yang kurang dipahami mahasiswa
2. Memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
3. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu
yang diberikan.
4. Menilai mahasiswa dalam proses pembelajaran.
c. Kegiatan Mahasiswa
Selama kegiatan pembelajaran, adapun kegiatan mahasiswa meliputi
mendengarkan kuliah pengantar oleh koordinator blok, berdiskusi terkait kasus
yang diberikan oleh tutor, melakukan konsultasi materi yang akan
dipresentasikan, mempresentasikan tugas yang berkaitan dengan kompetensi
pembelajaran dan bertanya terkait masalah yang belum dipahami. Sedangkan,
pada tahap praktikum mahasiswa diharuskan mensimulasi case study dan
mempraktikkan kembali prosedur yang telah diajarkan oleh tutor.
5
d. Metode Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan modul, metode pembelajaran yang digunakan
dalam bentuk Problem Based Learning dengan pendekatan Seven Jumps, ISS,
Role play dan Case study.
e. Metode Evaluasi
1. Absensi 5%
2. Soft skill 7%
3. Diskusi/Presentasi 8%
4. Tugas individu/kelompok/konsultasi 20%
5. Ujian Tulis 35%
6. Praktikum 25%
(*) Presentase Penilaian Praktikum:
Pretest 10%
Proses Keperawatan 5%
Tindakan 20 %
Ospe 65 %
6
BAB III
PENYAJIAN
A. URAIAN MATERI
1. Konsep Lanjut Usia
a. Pengertian Menua
b. Batasan Lansia
c. Teori penuaan
d. Perubahan fisiologis pada lansia
e. Perubahan-perubahan mental (psikologis) dan kognitif lansia
f. Perubahan sosial dan spiritual lansia
g. Perubahan lansia yang mempengaruhi komunikasi dan strategi komunikasi
terapeutik sesuai dengan masalah dan kondisi perkembangan lanjut usia
a. Komunikasi Pada Lansia
b. Modalitas Sensori Yang Terlibat Dalam Komunikasi
c. Normal Dan Patologis Perubahan Sensori Serta Dampak Dalam
Komunikasi
d. Strategi Komunikasi Dengan Individu Yang Mengalami Kerusakan Dalam
Berkomunikasi
e. Berkomunikasi dengan Keluarga dan Signifikan Lainnya
7
b. Surat Kuasa yang Tahan lama
c. Kompetensi
d. Membantu Bunuh Diri
8
PRAKTIKUM KEPERAWATAN GERONTIK
A. Pengkajian Fungsional
Kasus:
Berdasarkan hasil kunjungan rumah lansia berusia 70 tahun. Klien mengeluh tidak
sanggup untuk bangun dan mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Berdasarkan hasil
pengkajian didapatkan hasil: klien mengalami paralise ektremitas atas dan bawah
sebelah kanan, terbaring lemah, rumah tampak tidak bersih, terdapat barang yang
berserakan di lantai rumah. Apakah pengkajian lanjutan yang spesifik untuk lansia
tersebut?
TIK
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fungsional pada lansia
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengkajian fungsional pada lansia
9
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat pakaian
Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3) Ke kamar kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Terggantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4) Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Tergantung: bantuan dalam naik dan turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih berpindah
5) Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung: inkontinensia parsial atau total; penggunaan kateter, pispot,
enema, dan pembalul (pampers)
6) Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapi sendiri
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT)
2 Berpakaian
Mandiri:
Mampu mengambil baju dari lemari
pakaian, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingkan/mengikat
10
pakaian
Tergantung:
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak melakukan
satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter,pispot, enema dan
pembalut (pampers )
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan parenteral (NGT)
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,
kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
11
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
b. Barthel Indeks
Pengkajian ADL dengan menggunakan Barthel Indeks. Barthel Indeks biasa
digunakan dalam pengaturan rehabilitasi untuk mengukur jumlah bantuan fisik yang
dibutuhkan ketika seseorang tida bisa lagi melakukan ADL. Hal ini telah terbukti
sangat berguna sebagai metode mendokumentasikan peningkatan kemampuan
pasien terutama bagi mereka yang telah menderita stroke. Tingkat barthel
indeksstatus fungsional baik sebagai independen atau dependen, dan kemudian
memungkinkan untuk klasifikasi lebih lanjut dari independen utuh atau terbatas, dan
tergantung sampai membutuhkan penolong atau tidak dapat melakukan aktivitas
lagi (Mahoney & Barthel, 1965 dikutip dari Mauk, 2013).
5 Mandi 0 5
6 Jalan dipermukaan datar 10 15
(*jika tidak mampu berjalan, lakukan
dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian (termasuk mengikat sepatu 5 10
dan mengencangkan ikat pinggang)
9 Kontrol Bowel (BAB) 5 10
12
Total nilai
Ketergantungan penuh : 0-20
Ketergantungan berat : 21-60
Ketergantungan sedang : 61-90
Ketergantungan ringan : 91-99
Mandiri : 100
13
c. Melakukan tugas sehari-hari yang bersifat ringan tetapi tidak dapat 1
mempertahankan kebersihan
d. Perlu bantuan untuk mengatur semua tugas rumah tangga 1
e. Tidak mampu berpartisipasi dalam tugas-tugas rumah tangga 0
5 Mencuci
a. Mencuci semua pakaian pribadi secara mandiri 1
b. Mencuci hanya beberapa potong pakaian 1
c. Perlu bantuan untuk mencuci pakaian 0
6 Menggunakan transportasi
a. Melakukan perjalanan dengan transportasi umum atau kendaraan 1
pribadi secara mandiri
b. Melakukan perjalanan dengan taxi secara mandiri, tetapi tidak mampu 1
menggunakan transportasi umum
c. Menggunakan transportasi umum dengan ditemani keluarga atau 1
orang lain
d. Memerlukan bantuan penuh untuk melakukan perjalanan dengan 0
menggunakan taxi atau mobil pribadi
e. Tidak mampu sama sekali untuk melakukan perjalanan 0
7 Menyiapkan dan minum obat
a. Mengambil obat atau meminum obat dengan dosis dan waktu yang 1
benar
b. Mampu minum obat sendiri jika disiapkan oleh keluarga 0
c. Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 0
8 Mengatur Keuangan
a. Mengatur keuangan secara mandiri (pemasukan dan pengeluaran 1
uang)
b. Mengatur belanja sehari-hari, namun memerlukan bantuan untuk 1
mengatur keuangan (seperti banking atau pengeluaran besar)
c. Tidak mampu mengatur keuangan 0
TOTAL SKOR
14
d. Short Physical Performance Battery (SPPB)
Penilaian kemampuan fisik terkait keseimbangan lansia dengan
menggunakan Short Physical Performance Battery yang terdiri dari test berdiri
yang meliputi tandem, semi–tandem, dan berdiri berdampingan. Untuk setiap berdiri,
interviewer mempraktekkan tugas, kemudian diikuti oleh lansia, tanyakan kesiapan
dari lansia, kemudian mulai menghitung waktu tanpa adanya dukungan dari penilai.
Waktu akan dihentikan apabila lansia menggerakkan kakinya, memegang penilai
atau ketika waktu 10 detik telah lewat.
Kemudian tes kecepatan berjalan sejauh 4 meter dengan kecepatan biasa
lansia berjalan. Lansia bisa menggunakan alat bantu jika dibutuhkan, dan setiap
peserta diberi waktu untuk dua kali jalan. Waktu kecepatan berjalan akan diambil
waktu yang tercepat.
Selanjutkan tes kemampuan berdiri dari kursi. Lansia diminta untuk melipat
kedua lengan di depan dada dan mencoba berdiri dari kursi sebanyak satu kali.
Apabila lansia mampu, lansia diminta untuk mengulang berdiri tegak secepat yang
dia bias sebanyak lima kali tanpa bantuan. Waktu akan dinilai pada akhir posisi
berdiri yang ke lima (Guralnik, 1994).
15
16
B. Pengkajian resiko jatuh, Morse Falls Scale (MFS), Pengkajian Nutrisi (Mini
Nutritional Assessment (MNA))
Seorang wanita berusia 68 tahun penderita Rheumatoid Arthritis datang ke
Puskesmas dengan keluhan nyeri pada sendi-sendi kakinya sehingga sulit bergerak
terutama bangun dari posisi duduk. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan:
ketidakmampuan perubahan posisi dari duduk dan gangguan gaya berjalan, pasien
tampak lemah, tidak nafsu makan, TD: 140/90 mmHg, frekuensi nadi : 85 kali/menit,
frekuensi napas : 24 kali/menit. Apakah pengkajian lanjutan yang spesifik untuk
lansia tersebut?
TIK
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian resiko jatuh dan pengkajian nutrisi
pada lansia?
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengkajian resiko jatuh dan pengkajian
nutrisi pada lansia
17
No Situasi lingkungan Ya Tidak
1. Lingkungan yang berbahaya
2. Permukaan lantai yang licin, basah
3. Tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi
4. Pencahayaan yang tidak adekuat
Menurut Tinetti & Ginter (dikutip dari Stanley & Beare, 2006), adapun
perubahan posisi, gerakan seimbang dan komponen berjalan yang dimasukkan
kedalam pengkajian mobilitas fungsional adalah sebagai berikut:
19
sekitarnya)
20
seseorang berada pada kondisi resiko malnutrisi atau tidak sehingga dapat ditentukan
intervensi gizi sejak dini (Oktariyani, 2012).
MNA sangat mudah dan cepat digunakan tidak perlu waktu lama da tidak
membutuhkan pemeriksaan laboratorium. MNA memiliki dua bentuk yaitu full MNA dan
short form MNA. Full MNA mencakup 18 item yang dikelompokkan ke dalam 4 bagian,
yaitu pengkajian Antropometri (IMT yang dihitung dari berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar betis, dan kehilangan berat badan), pengkajian umum (gaya hidup,
obat-obatan, mobilisasi dan adanya tanda dari depresi atau demensia), pengkajian pola
makan/diet (jumlah makanan, asupan makanan dan cairan serta kemandirian dalam
makan) dan pengkajian subjektif (persepsi individu dari kesehatan dan status gizinya)
(Oktariyani, 2012). Full MNA ini dapat dilengkapi dalam waktu kurang dari 15 menit dan
masing-masing jawaban memiliki nilai yang akan mempengaruhi nilai akhir, dimana nilai
maksimum akhir adalah 30. Batas nilai ambang dari full MNA adalah nilai ≥ 24
mengindikasikan nutrisi baik, nilai 17 – 23,5 mengindikasikan resiko malnutrisi dan < 17
mengindikasikan malnutrisi (guigoz 2006)
Bentuk ke dua dari MNA adalah short form MNA. Short form MNA telah
dikembangkan dan divalidasi untuk memungkinkan 2 proses skrining populasi berisiko
rendah yang mempertahankan validitas dan akurasi full MNA (Guigoz, 2006). Short form
MNA dikembangan pada tahun 2001 oleh Rubenstein, dkk untuk menghemat waktu
dalam skiring. Short form MNA dapat mengidentifikasi seseorang dengan malnutrisi
dalam dua tahap proses. Saat seseorang diidentifikasi beresiko menggunakan short
form MNA,maka diberikan pengkajian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi diagnosis dan
penetapan rencana intervensi selanjutnya (Rubenstein, 2001).
Short form MNA terdiri dari 6 pertanyaan berupa skrining dimana masing-masing
pertanyaan memiliki nilai yang berbeda-beda untuk setiap jawabannya. Nilai maksimal
dari short form MNA adalah 14. Jika total nilai yang didapat adalah ≥12 menunjukkan
bahwa status gizi orang tersebut normal atau tidak beresiko dan tidak membutuhkan
pengkajian lebih lanjut. Namun, jika nilai yang diperoleh ≤11 menunjukkan bahwa
kondisi orang tersebut mungkin malnutrisi sehingga membutuhkan pengkajian lebih
lanjut dengan melengkapi full form MNA (Guigoz, 2006)
MNA merupakan alat skrining yang telah divalidasi secara khusus untuk lansia,
memiliki sensitifitas yang tinggi, spesifik, dapat diandalkan, secara luas dapat digunakan
sebagai metode skrining dan telah direkomendasikan oleh organisasi ilmiah dan klinis
baik nasional maupun internasional. Nilai Cronbach Alpha MNA dalam versi aslinya
adalah 0,78 (Salva, 2002).
21
The Mini Nutritional Assessment (MNA) versi Indonesia
22
C. Pengkajian Kognitif (Minicoq, SPMSQ, MMSE) dan Pengkajian Depresi (GDS)
Kasus:
Berdasarkan hasil kunjungan rumah lansia laki-laki berusia 85 tahun. Klien
mengeluh sering kehilangan barang pribadinya. Keluarga mengatakan klien lupa
meletakkan barangnya, sering marah-marah apabila kehilangan barang. Apakah
pengkajian lanjutan yang spesifik untuk lansia tersebut?
TIK
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kognitif pada lansia
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengkajian kognitif pada lansia
3. Mahasiswa mampu mendokumentasikan secara tepat hasil pengkajian kognitif
pada lansia
23
Pertanyaan 10 dianggap benar jika serangkaian angka tersebut dengan benar.
Kesalahan dalam rangkaian tersebut atau ketidakmauan untuk berusaha
dianggap tidak benar (Stanley & Bare, .2006)
Beri satu lagi kesempatan kesalahan hanya pada subjek dengan pendidikan SD
dan SLTP
Score total
Interpretasi hasil
a. salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
b. salah 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
c. salah 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 6-10 : Kerusakan intelektual berat
24
b. Mini Mental Status Exam (MMSE)
Interpretasi :
a. ≥ 26 - 30 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
b. 20 – 25 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
c. < 20 : Gangguan/kerusakan kognitif
c. Pengkajian Minicog
Mini-Cog merupakan suatu instrumen singkat dan tervalidasi untuk mengetahui
cognitive impairment (CI) pada lansia (Tam, Gandesbery, Young, Borson, & Gorodeski,
2018). Mini-Cog adalah instrumen baru yang terdiri dari tes memori tiga kata sederhana
dan tes menggambar jam (clock-drawing task) (Borson, Scanlan, Brush, Vitaliano, &
Dokmak, 1999). Mini-Cog merupakan instrumen baru yang dianjurkan untuk melihat
fungsi kognitif pada lansia. Instrumen ini lebih singkat, sederhana, dan dapat diterima
oleh lansia serta tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ataupun bahasa sehingga
dinilai lebih ideal untuk digunakan sebagai alat untuk menilai fungsi kognitif (Rezaei et
al., 2017). Penggunaan Mini-Cog hanya memakan waktu 3 menit (Rezaei et al., 2017),
bahkan ketika tenaga kesehatan terlatih atau anggota penelitian yang melakukan
26
penilaian menggunakan instrumen Mini-Cog ini, waktu yang dihabiskan untuk penilaian
kurang dari 3 menit (Tam et al., 2018), hal ini membuat Mini-Cog lebih unggul dibanding
MMSE yang sering digunakan untuk menilai fungsi kognitif, selain membutuhkan waktu
yang lebih lama dalam proses penilaian setiap item pertanyaannya MMSE juga
membutuhkan pemahaman yang baik bagi penilai sehingga mampu menyampaikan
pertanyaan sesuai pedoman pada instrument (Borson et al., 1999).
Mini-Cog juga didesain sebagai alat skrining gangguan fungsi kognitif, sehingga
Mini-Cog bisa digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi kognitif seperti
demensia atau alzheimer dan menjadi bagian dari perawatan primer dan penilaian
kesehatan kognitif lansia. Instrumen ini pun dirancang agar memudahkan perawat atau
tenaga kesehatan yang belum berpengalaman dengan skrining penurunan kognitif
sehingga dapat melakukan test meskipun belum pernah terlibat dengan pelatihan untuk
menggunakan Mini-Cog sebelumnya (Tam et al., 2018). Salah satu karakteristik penting
dari tes kognitif ideal adalah tidak dipengaruhi budaya. Beberapa studi mengemukakan
bahwa Mini-Cog tidak dipengaruhi oleh budaya sehingga dapat digunakan dalam
bahasa yang berbeda dan tidak menggganggu instruksi dalam penilaian kognitif (Rezaei
et al., 2017).
Proses penilaian Mini-Cog dimulai dengan instruksi dari penilai untuk
menyebutkan 3 kata yang sesuai dengan yang disebutkan oleh penilai, kemudian
dilanjutkan dengan clock drawing task (CDT) dengan memberikan instruksipada lansia
untuk menggambar lingkaran dan memberikan angka sesuai dengan arah jarum jam
kemudian menyebutkan jam untuk jarum yang akan digambar oleh lansia, setelah
selesai menggambar jarum penilai harus menanyakan kembali 3 kata yang disebutkan
di awal. Proses tersebut dibagi menjadi 4 langkah yang akan dinilai dalam setiap
langkahnya. Interprestasi Mini-Cog ini ditentukan sesuai hasil yang dilakukan lansia,
Mini-Cog mengkombinasikan 3 kata yang harus diulang (0-3 poin, satu point untuk
setiap kata yang mampu diulang) dan dengan clock drawing task (jam yang abnormal =
0 poin, jam normal = 2 poin) dilakukan sebagai bentuk pengalihan sebelum instruksi
untuk mengulang kata. Kategori jam yang normal adalah terdiri dari angka (1-12), setiap
angka hanya tertulis satu kali, angka berada di tempat dan arah yang benar (searah
jarum jam), dua tangan, satu jarum menunjuk angka 11 satu menunjuk angka 2 ( dalam
web resmi dikatakan satu jarum menunjuk angka 8 satu menunjuk angka 4). Setiap ada
bagian yang hilang dari gambar jam maka dianggap abnormal. Interpretasi hasil Mini-
Cog berkisar 0-5, dengan hasil 0-2 mengindikasikan tinggi dan 3-5 mengindikasikan
27
rendah kemungkinan gangguan kognitif yang mungkin dialami lansia (Rezaei et al.,
2017).
28
29
30
d. Pengkajian Depresi/ Geriatric Depression Scale (GDS)
Intrumen GDS (Geriatric Depression Scale yang dikembangkan oleh
Yesavage (1983) terbagi atas long version dan short version. Pada tahun 1986 jenis
GDS short version baru keluar setelah dimodifikasi. Long version terdiri 30 item
pertanyaan, sedangkan short version 15 item pertanyaan. Skala instrumen ini
dengan jawaban “yes” dan “no” (Yesavage et al., 1983).
Skoring 1 diberikan untuk pernyataan favorable untuk jawaban “ya” dan nilai 0
untuk jawaban “tidak”. Sedangkan pernyataan unfavorable jawaban “tidak” diberikan
nilai 1 dan jawaban “ya” diberikan nilai 0 (Yesavage et al., 1983). Kriteria jawaban, jika
nilai 0-4 tidak ada depresi, 5-8 depresi ringan, 9-11 depresi sedang, dan 12-15 depresi
berat (Indrawati, Notobroto, Qomaruddin, Majudin, & Aisyah, 2016)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan hidup anda?
2 Pernahkah anda menghentikan beberapa kegiatan dan minat
anda?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan?
5 Apakah anda berada dalam keadaan bersemangat sepanjang
waktu
6 Apakah anda takut suatu hal buruk akan menimpa anda?
7 Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu?
8 Apakah anda sering merasa tidak tertolong?
9 Apakah anda lebih suka berada dirumah dari pada pergi keluar
dan melakukan hal-hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mengalami kesulitan untuk mengingat dari
pada sekarang?
11 Apakah anda merasa luar biasa dapat hidup saat in?
12 Apakah anda merasa tidak berarti dengan keadaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh energi?
31
14 Apakah anda merasa situasi anda tanpa harapan
15 Apakah anda merasa bahwa kebanyakan orang lebih baik dari
pada anda?
D. Teknik Penyuluhan pada lansia dan Terapi modalitas Pada Lansia (Latihan
Fisik)
Kasus:
Hasil pengkajian yang ditemukan oleh mahasiswa K3S PSIK, FK Unsyiah di Desa
Suka Maju adalah didesa tersebut 40 % dari penduduknya adalah lansia berusia 60
tahun keatas. Selain itu sebagian besar dari lansia, sekitar 63% lansia didesa
tersebut menderita darah tinggi, mengeluh kaku kuduk, sakit kepala dan susah tidur.
Apakah tindakan pencegahan/latihan yang dapat diajarkan oleh mahasiswa tersebut
untuk mengurangi masalah pada lansia di desa tersebut?
TIK
1. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan secara individu dan kelompok
32
Hindari warna violet, biru, dan hijau
33
Pencahayaan yang memadai, cahaya tidak langsung, tanpa silau, di ruang
kelas
Poster cetak tebal dan tidak berserakan; transparansi, slide, dan handout
Fitur lingkungan yang membantu mengurangi kebisingan latar belakang
Peralatan suara yang memungkinkan semua peserta kelas mendengarkan
Suhu ruangan nyaman
34
57 tahun 114-138
58 tahun 113-138
59 tahun 113-137
60 tahun 112-136
Apabila waktu melakukan latihan denyut nadi tidak mencapai denyut nadi
batas bawah pada zona latihan maka latihan kurang bermanfaat untuk
memperbaiki kesegaran jasmani. Namun, apabila denyut nadi melampaui batas
atas pada zona latihan maka latihan dapat membahayakan kesehatan.
Contohnya, bila Tn. A berusia 58 tahun dan ingin melakukan latihan fisik. Maka,
denyut nadi yang harus dicapai ketika melakukan latihan fisik adalah berada
dalam range 113-138. Bila nadinya kurang dari 113 maka latihannya kurang
bermanfaat, tapi bila melampaui 138 maka latihannya membahayakan kesehatan
Tn. A.
a) Lama latihan
Latihan fisik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika
dilaksanakan dalam zona latihan paling sedikit 15 menit
b) Frekuensi latihan
Latihan yang dapat memperbaiki dan mempertahankan kesegaran jasmani,
bila latihan dilakukan paling sedikit tiga hari atau sebanyak-banyaknya lima
hari dalam satu minggu. Jadwal tergantung waktu kita, misalnya kalau tiga
kali seminggu maka jadwal latihannya dapat dilakukan pada hari senin, rabu,
dan jum’at. Selanjutnya, untuk latihan yang dilakukan diluar gedung, maka
waktu latihan yang baik itu adalah pada pagi hari sebelum pukul 10.00 atau
sore hari setelah pukul 15.00
35
a) Daya tahan aerobik/kardiovaskuler
b) Kekuatan otot rangka
c) Kelenturan
d) Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan (jatuh)
e) Kelincahan gerak
b. Manfaat Psikologis
1) Dampak langsung dapat membantu :
a) Memberi perasaan santai
b) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
c) Meningkatkan perasaan senang
2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan :
a) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh
b) Kesehatan jiwa
c) Fungsi kognitif
d) Penampilan dan fungsi motorik
e) keterampilan
c. Manfaat Sosial
1) Dampak langsung dapat membantu :
a) Pemberdayaan usia lanjut
b) Peningkatan integritas sosial dan kultur
2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan :
a) Keterpaduan
b) Hubungan kesetiakawanan sosial
c) Jaringan kerja sama sosial budaya
d) Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru
e) Kegiatan antargenerasi
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
kesegaran jasmani yang didapatkan melalui latihan fisik dapat meringankan
biaya pemeliharaan kesehatan, meningkatkan produktivitas, dan menggangkat
derajat dan martabat lansia.
36
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama sehingga tidak merasa terasing
d. Mencegah terjadinya cedera
e. Mengurangi/menghambat proses penuaan
37
l) Jenis sepatu sebaiknya sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki yang
mempuanyai sol/bantalan yang tebal pada daerah tumit. Gunakan sepatu
khusus untuk lansia yang memiliki kelainan kaki
m) Waktu latihan sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari bila
latihan dilakukan diluar gedung
n) Tempat latihan sebaiknya berupa lapangan atau taman
o) Landasan tempat latihan tidak terlalu keras dan dianjurkan untuk berlatih
diatas tanah atau rumput, bukan diatas lantai ubin atau semen yang keras,
hal ini untuk mencegah cedera kaki dan tungkai
38
Lansia yang berusia 60 tahun keatas perlu juga melakukan latihan fisik secara
rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta
mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kesegaran jasmani
yang dapat dilatih adalah kelenturan (fleksibility) yang merupakan kemampuan
untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah pergerakannya. Kurang
gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik yang berdampak
seseorang akan lebih sering/mudah terserang penyakit. Untuk itu latihan fisik secara
teratur perlu dilaksanakan.
Latihan fisik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kelenturan, misalnya dengan melakukan latihan perengangan beberapa menit
dalam sehari. Latihan perenggangan ini baik diajarkan pada penderita Reumatoid
Atritis dan Osteoporosis. Adapun manfaat dari latihan peregangan adalah
1. Mengoptimalkan gerak otot atau sendi
2. Meningkatkan kebugaran jasmani
3. Mengurangi risiko cedera otot dan sendi
4. Mengurangi ketegangan dan nyeri otot
Latihan sebaiknya dilakukan pada kondisi badan yang baik, dimulai dengan
yang ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap. Jangan memaksakan diri
melampaui ke mampuan. Apabila merasa lelah, istirahat sejenak kemudian dapat
dilanjutkan lagi.
Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan untuk latihan peregangan
yang dapat dilakukan. Setiap gerakan dilakukan satu per satu sebanyak 2-3 kali
kemudian meningkat sampai 8-10 kali.
1. Latihan Kepala dan Leher
a) Putar kepala ke samping kiri, kemudian ke kanan, sambil melihat ke bahu
39
b) Miringkan kepala kebahu sebelah kanan lalu ke kiri
40
c) Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher, raihlah
punggung anda sejauh mungkin yang dapat dicapai
3. Latihan Tangan
a) Letakkan telapak tangan tertelungkup diatas meja. Leberkan jari-jari dan
tekan ke meja
41
b) Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jari kelingking,
kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari
42
b) Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kaki, putar tubuh dengan
melihat bahu ke kiri lalu ke kanan
c) Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar pada tempat
tidur. Regangkan kedua lengan ke samping. Tahan bahu pada tempatnya
dan jatuhkan kedua lutut ke samping kiri dan kanan
43
5. Latihan Paha
a) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak atau dengan posisi tidur.
Lipat satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi. Bergantian dengan yang lain
b) Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin kembali lagi. Kerjakan satu per
satu
c) Duduklah dengan kaki lurus ke depan. Tekankan ke dua lutut pada tempat
tidur sampai bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur
44
d) Tahan kaki lurus tanpa membekokkan lutut, tarik telapak kaki kearah kita
kemudian regangkan lagi
f) Tahan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam sehingga permukaannya
saling bertemu, kemudian kembali lagi
45
g) Berdiri denggan tegak dan berpegangan pada satu tumpuan, angkat tumit
tinggi-tinggi kemudian putarkan tumit
6. Latihan Pernafasan
a) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks. Tarik nafas
dalam-dalam lalu keluarkan perlahan-lahan
7. Latihan Muka
a) Kerutkan muka kuat-kuat kemudian tariklah alis ke atas
46
c) Kembangkan pipi keluar sedapatnya kemudia hisap ke dalam
47
Daftar Pustaka
Darmojo & Martono. (2006). Buku ajar geriatri: Ilmu kesehatan usia lanjut Edisi Ketiga.
Jakarta: Fakutas Kedokteran UI.
Darmojo. (1999). Buku ajar geriatri.Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett., K. (2005). Gerontological Nursing and Health
Aging. Elsevier Mosby, the United State of America.
Frank & Stomborg, M. (1992). Instrument For Clinical Nursing Research. Boston: Jones
& Barlett.
Gatersleben, B.C.M. (2000). Sustainable Household Metabolism and Quality of Life:
Examining the Perceived Social Sustainability of Enviromentally Sustainable
Household Consumption Patterns. Mandaag: Kurt Lewin Instituut.
Hogstel, O. M. (2001). Gerontology: Nursing care of the older adult. USA: Delmar
Komnas Lansia. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia. di akses dari
http://www.komnaslansia.or.id/ Pada tanggal 29 November April 2012.
Maas, dkk. (2011). Asuhan keperawatan geriatrik: Diagnosis NANDA, kriteria hasil NOC,
intervensi NIC. Jakarta: EGC
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaeda, A., & Batubara, I. (2008). Mengenal
usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
st
Mauk, L.K. (2006). Gerontological nursing: Competencies for care (1 Ed.). Jones &
Bartlett Learning: USA.
rd
Mauk, L.K. (2014). Gerontological nursing: Competencies for care (3 Ed.). Jones &
Bartlett Learning: USA.
Mubarak, & Wahit, I. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2: Teori & aplikasi
dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik dan
keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
Odom, S. L., dkk. (2009). Handbook of Developmental Dissabilities. New York: The
Guilford Press.
Patonah, S., Rozikin, K., Santoso, B.A., & Mubarak, W.I. (2005). Ilmu keperawatan
komunitas 2, Sagung seto
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
48
Setyonegoro, K. (2011). Memanusiakan manusia: Menata jiwa membangun bangsa.
Gramedia Pustaka Utama.
Stanley, M., & Beare, P.G. (2006). Buku Ajar Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2007). Buku saku: Asuhan keperawatan geriatrik.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.
Yung, P., French, P., & Leung, B. (2001). Relaxation training as complementary therapy
for mild hypertension control and the implications of evidence-based medicine.
Complementary Therapies in Nursing &Midwifery, 7, 59-65.
Tam, E., Gandesbery, B. T., Young, L., Borson, S., & Gorodeski, E. Z. (2018). Graphical
Instructions for Administration and Scoring the Mini-Cog: Results of a Randomized
Clinical Trial. Journal of the American Geriatrics Society, 66(5), 987–991.
https://doi.org/10.1111/jgs.15313
Borson, S. O. O., Scanlan, J., Brush, M., Vitaliano, P., & Dokmak, A. (1999). The mini-
cog (a cognitive “vital signs” measure for dementia screening in multi-lingual
elderly. International Journal of Geriatric Psychiatry, (January), 910–916.
Rezaei, M., Rashedi, V., Lotfi, G., & Shirinbayan, P. (2017). Psychometric Properties of
the Persian Adaptation of Mini-Cog Test in Iranian Older Adults, (November 2018).
https://doi.org/10.1177/0091415017724547
49
BAB III
PENUTUP
A. Tugas individu:
Buat resume jurnal penelitian sesuai dengan topik sebagai berikut:
1. Intervensi demensia
2. Intervensi resiko jatuh
3. Intervensi depresi
4. Intervensi gangguan tidur
5. Intervensi personal hygiene
6. Intervensi terkait masalah activity daily living
7. health promotion pada lansia
8. Issue Productive aging
B. Tugas Kelompok
Buatlah laporan hasil pengkajian lansia di panti wreda (pengkajian, analisa data,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan)
50
6. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan normal dan masalah Sistem
muskuloskeletal dan integumen dan asuhan keperawatan pada sistem tersebut
(Ns. Sarini Vivi Yanti, M.Kep)
7. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan normal dan masalah sistem imun
dan asuhan keperawatan pada sistem tersebut serta diagnosa sindroma pada
lansia (Ibrahim HS, S.Kp., MNSc.)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan lansia yang mempengaruhi
komunikasi dan strategi komunikasi terapeutik sesuai dengan masalah dan
kondisi perkembangan lanjut usia (Teuku Samsul Alam, SKM., MNSc.)
51
LAMPIRAN
A. JUDUL
B. PENULIS
C. ABSTRAK
D. PENDAHULUAN
E. METODE
F. HASIL
G. PEMBAHASAN
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53