Anda di halaman 1dari 80

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

Penyusun :
Ns. Maulina, M. Kep., Sp. Kep. Kom

Reviewer:
Ns. Rachmalia, MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
SEMESTER GENAP
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat
beserta salam kepangkuan Nabi Muhammad S.A.W, sehingga modul ”Keperawatan
Komunitas II” ini telah selesai disusun. Modul ini berisi kompetensi mahasiswa agar
mampu memahami dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada berbagai populasi
dalam keperawatan komunitas.
Modul ini diharapkan sebagai landasan teori dan acuan bagi mahasiswa dan tutor
untuk melaksanakan pembelajaran dengan sistem Student Centered Learning (SCL) pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sedang diterapkan di Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala. Selain itu, modul ini diharapkan dapat mendukung proses belajar
mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa
sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penyusunan modul ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2. Ketua Jurusan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
4. Semua staf Dosen yang telah banyak memberikan masukan
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul
Kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, tutor, dosen
serta para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan modul ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Februari , 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
BAB II PENYAJIAN.......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 74
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Komunitas II
2. Beban Studi : 4 SKS (2 SKS Teori, 2 SKS Praktikum)
3. Tujuan Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menyusun dan
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan fokus pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit minimal pada area sekolah, kesehatan kerja, keperawatan
dirumah, agregat di komunitas (sesuai dengan tumbuh kembang, kelompok anak,
remaja, wanita, pria, lansia), populasi rentan dengan masalah penyakit mental,
kecacatan dan populasi terlantar, masalah kesehatan populasi (penyakit infeksi,
populasi penyakit kronis), dan pengembangan terapi komplementer dalam keperawatan
komunitas dengan menggunakan langkah proses keperawatan komunitas.

4. Profesional Profil
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa mampu
menyusun dan mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas serta mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas dalam berbagai tatanan pelayanan di
komunitas pada tahap pendidikan profesi.

5. Jadwal Perkuliahan
Hari/
No Tanggal PT Waktu Metode Dan Topik

1 Rabu 13.30-14.00 Kuliah introduksi


17 Maret 2021 (Zoom main room) (Pembagian TIK ISS dan topik
SGD)

TCL
1 14.00-15.40 (Manajemen dan mutu pelayanan
(Zoom main room) keperawatan komunitas)
Ns. Nurul Hadi, M.Kep
2 Kamis 2 14.00-15.20 Konsultasi TIK ISS
18 Maret 2021 (Konsultasi)
15.20-15.40 Transfer knowlegde hasil
(Transfer konsultasi ISS
knowlegde) (Tutor wajib hadir pada saat
(Zoom break out) transfer knowlegde)

1
Hari/
No Tanggal PT Waktu Metode Dan Topik

3 Senin 3,4 14.00-15.40 Self Group Discussion (SGD)


22 Maret 2021 16.35-18.15 (Review Konsep Promosi
(Zoom break out) Kesehatan)
Topik tiap kelompok dapat dilihat
di BAB III
4 Selasa 5,6 14.00-15.40 TCL Dalam tutorial
23 Maret 2021 16.35-18.15 (Konsep Perawatan Di rumah)
(Zoom break out) (Tutor 1 s/d 8)
5 Rabu 7,8 14.00-15.40 Presentasi ISS (TIK 1-4)
24 Maret 2021 16.35-18.15
(Zoom break out)
6 Kamis 9,10 14.00-15.40 Presentasi ISS (TIK 5-8)
25 Maret 2021 16.35-18.15
(Zoom break out)
7 Senin 11,12 14.00-15.40 TCL Kelas Besar
29 Maret 2021 16.35-18.15 (Konsep Penyusunan Instrument
(Zoom main room) Pengkajian kesehatan dan
Keperawatan Komunitas)
(Ns.Maulina, M.Kep.,
Sp.Kep.Kom)
8 Selasa 13,14 14.00-15.40 TCL Dalam tutorial
30 Maret 2021 16.35-18.15 (Konsep asuhan keperawatan
(Zoom break out) komunitas pada agregat wanita
dan pria)
(Tutor 1 s/d 8)
9 Rabu 15,16 14.00-15.40 Ujian responsi/
14 April 2021 16.35-18.15 Ujian tulis
(CBT)

6. Kegiatan/Topik Praktikum
No Kegiatan/Topik Praktikum

1. Penyusunan alat/instrument pengkajian keperawatan komunitas untuk


pengumpulan data dengan metode:
a. Wawancara
b. Winshield survey
c. Survey
d. Focus Group Discussion (FGD)
2. Role play pengkajian keperawatan komunitas dengan metode:
a. Wawancara
b. Winshield survey
c. Angket
d. Focus Group Discussion (FGD)

2
No Kegiatan/Topik Praktikum

3. a. Penyusunan analisa data dan diagnosa keperawatan komunitas


b. Penyusunan rencana asuhan keperawatan komunitas
4. Simulasi Musyawarah Masyarakat Desa II (MMD II)

5. a. Persiapan alat dan media intervensi keperawatan komunitas


b. Penyusunan laporan pendahuluan kegiatan
6. a. Simulasi pelaksanaan implementasi dan evaluasi keperawatan
b. Penyusunan laporan hasil kegiatan
c. Penyusunan catatan perkembangan asuhan keperawatan komunitas
7. Pleno hasil praktikum kelompok 1-8

7. Jadwal Praktikum (Daring Dan Luring)

Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
1 Rabu 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
31 Maret 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
1&2 Kelompok 5 1
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
2 Kamis 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
1 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
3&4 Kelompok 5 2
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
3 Senin 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
5 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) 5&6 Kelompok 2 3 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
Kelompok 5
3
Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
4 Selasa 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
6 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
7&8 4
Kelompok 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
5 Rabu 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
7 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
9 & 10 Kelompok 5 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
6 Kamis 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
8 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
11 & 12 6
Kelompok 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup

4
Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
7 Senin 14.00-15.20 Kelompok 1 Daring
12 April 2021 15.30-17.00 Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
13 & 14 7
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 7
Kelompok 8
8 Selasa 14.00-15.20 - Klpk 1-8 Lab Mandiri
13 April 2021 15.30-17.00 mandiri
Kamis 14.00-15.20 Klpk 1-8 OSPE Luring di
9 15 April 2021 15.30-17.00 15 & 16 ruang
tutorial/lab

8. Agregat/settingan praktikum
No Kelompok Agregat/settingan
1. Tutorial 1 Keperawatan kesehatan sekolah
2. Tutorial 2 Keperawatan komunitas pada Agregat remaja
3. Tutorial 3 Keperawatan kesehatan kerja
4. Tutorial 4 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit kronik
5. Tutorial 5 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit menular
6. Tutorial 6 Keperawatan komunitas pada Agregat lanjut usia
7. Tutorial 7 Keperawatan komunitas pada populasi disabilitas
8. Tutorial 8 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit mental

9. Rancangan Pelaksanaan Blok


a. Nama Tutor
Tutor Utama : Ns.Rachmalia, MNS
Teuku Tahlil, SKp., MS., Ph.D
Ns. Jufrizal, M.Kep
Ns. Arfiza Ridwan, MNS
T. Samsul Alam, SKM, MNSc
Ns. Maulina, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Ns.Farah Diba, MScPH
Ns. Budi Satria, MNS

Tutor Pengganti : Ns. Asniar, M.Kep., Sp.Kom., Ph.D


Ns. Neti Hartaty, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Ns. Syarifah Atika, M.Kep
Ns. Yuni Arnita, M.Kep

5
Ns. Rahmawati, M.Kep
Ns. Fithria, MNS

b. Kegiatan Tutor
1) Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2) Tutor diharapkan memahami sasaran belajar dan kompetensi yang
diharapkan dengan berbagai metode pembelajaran.
3) Tutor diharapkan hadir tepat waktu saat proses pembelajaran baik secara
online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
4) Tutor diharapkan mematuhi protokol kesehatan covid-19 saat pelaksanaan
kegiatan praktikum secara offline di ruang laboratorium.
5) Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran baik secara online (aplikasi zoom meeting)
ataupun offline (kegiatan praktikum di laboratorium)
6) Tutor diharapkan mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses
keperawatan dari kasus pemicu yang diberikan.
7) Tutor diharapkan mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban saat
perkuliahan dengan aplikasi zoom meeting, inventaris ruang belajar, dan
laboratorium
8) Tutor diharapkan mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk
proses penilaian pelaksanaan modul.
9) Tutor diharapkan menyerahkan format penilaian yang telah diisi 1 hari
setelah kegiatan dilaksanakan.
10) Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi penyusun modul.

c. Kegiatan Mahasiswa
1) Mahasiswa akan mengikuti kuliah introduksi pada awal pembelajaran
sebagai pengantar pembelajaran blok secara menyeluruh oleh koordinator
blok yang bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif mengenai
modul yang akan dipelajari terkait kompetensi, tujuan pembelajaran serta
metode pembelajaran yang akan digunakan.

6
2) Mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu saat proses pembelajaran baik
secara online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
3) Mahasiswa diwajibkan mematuhi protokol kesehatan covid-19 saat
pelaksanaan kegiatan praktikum secara offline di ruang laboratorium.
4) Mahasiswa diwajibkan menjaga ketertiban saat perkuliahan baik secara
online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
5) Mahasiswa mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan metode dan topik
pembelajaran yang telah direncanakan dalam modul.
6) Mahasiswa wajib mengikuti pembelajaran dari awal sampai blok berakhir
7) Mahasiswa wajib mengikuti kegiatan evaluasi pembelajaran berupa kegiatan
diskusi/presentasi, ujian tulis dan responsi, soft skill, laporan individu,
praktikum dan absensi.

d. Metode Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL)
dengan menggunakan metode ISS, ceramah, diskusi, praktikum dan discovery
learning.

e. Metode Evaluasi
1) Absensi 5%
2) Soft Skill 7%
3) Diskusi/ presentasi individu 8%
4) Laporan Individu 20%
5) Ujian tulis/responsi 30%
6) Praktikum* 30%
Keterangan:
*Persentase penilaian praktikum :
a) Pre Test 10%
b) Proses 5%
c) Tindakan 20%
d) OSPE 65%

7
BAB II
PENYAJIAN

A. MANAJEMEN DAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Upaya pelayanan publik dari berbagai bidang yang telah dilaksanakan oleh aparatur
pemerintahan masih kurang dalam memenuhi harapan masyarakat. Salah satunya
adalah bidang kesehatan, dimana masyarakat selalu menggunakan pelayanan
kesehatan untuk penangganan masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat adalah keperawatan di
komunitas. Perawat komunitas menggunakan pendekatan holistik dan
berkesinambungan dalam melakukan manajemen asuhan keperawatan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat komunitas. Salah satu tempat dimana pelayanan
keperawatan diberikan adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) (Semuel &
Zulkarnain, 2011).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya. Puskesmas sebagai
penyelenggara pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, baik secara sosial maupun ekonomi
(Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi pada
bagian lampiran I Standar Akreditasi Puskesmas menyebutkan bahwa agar Puskesmas
dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan baik mulai dari
sumber daya yang digunakan, proses pelayanan hingga kinerja pelayanan sebab
masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat
menjawab kebutuhan mereka. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen
risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif kepada masyarakat melalui
upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta (Kemenkes RI, 2015).
Mutu Pelayanan Kesehatan merupakan layanan kesehatan untuk individu dan
populasi dapat meningkatkan harapan atau keinginan atas hasil pelayanan kesehatan
dan konsisten dengan pengetahuan profesional saat ini. Secara khusus dimensi mutu
8
pelayanan kesehatan menurut Committee on Quality of Health Care in America (IOM) :
Keselamatan, Efectiveness, berpusat pada pasien, tepat, waktu, efisieensi dan
berkeadilan (Iman & Lena, 2017). Selain itu mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraanya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi (Purwoastuti dalam Iman & Lena, 2017).
Untuk terselengaranya upaya kesehatan bermutu bagi masyarakat di wilayah
kerjanya, maka Tim Manajemen Puskesmas harus mampu bekerja dengan baik dan
profesional, dibawah koordinasi dan supervisi kepala Puskesmas yang menjalankan
fungsi kepemimpinannya yang baik dan tepat sesuai situasi dan kondisi. Upaya
kesehatan yang diberikan harus selalu memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan
harapan masyarakat sebagai konsumen eksternal, kepentingan dan kepuasan dari
seluruh staf Puskesmas sebagai konsumen internal, serta pemerintah daerah
kabupaten/kota sebagai pemilik/owner (Kemenkes RI, 2016).

Sumber/Referensi :
Iman,A.T, Lena, D. (2011). Bahan Ajar Recam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Manajemen Mutu Informasi : Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1 : Quality
Assurance. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Dokter Dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Semuel, H. Zulkarnain, J (2011) Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Budaya Kualitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Otsuka
Indonesia Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), pp.162–176.
Availableat:http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.
php/man/article/view/18332/18177.

B. KONSEP PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)


Perawatan di rumah merupakan salah satu bentuk layanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang akan diberikan kepada individu dan
keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (Suswati, Setiawan, Prasetyo &
Tilaqsa, 2018).
Hasil Kajian Depkes RI (2000) dalam Satria (2017) menjelaskan bahwa sebesar
97,7% menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan dirumah, sebesar 87,3%

9
mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, sebesar 91,9%
menyatakan pengelola keperawatan kesehatan dirumah memerlukan izin operasional.
Home Care menjadi salah satu indikator mutu pelayanan dalam upaya peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. Regulasi Pelayanan Homecare juga tercantum dalam
Permenkes No 9/2014 ttg Klinik Pasal 32 ayat (2) dan (4) (Depkes RI, 2000) dalam
Satria, 2017) yaitu :
1. (Ayat 2) Pelayanan yg bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, rawat
inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau home care
2. (Ayat 4) Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian atau
lanjutan dari pelayanan kesehatan yg berkesinambungan dan komprehensif Yg
diberikan kpd individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yg bertujuan utk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.

1. Pengertian
Home Care merupakan suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus
tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Nies & McEwen, 2019). Pelayanan
perawatan kesehatan rumah meliputi penyediaan pelayanan keperawatan klien di
rumah, rehabilitasi fisik, terapi diet, konseling psikolog (Stanhope & Lancaster, 2016).
Pelayanan tersebut diartikan sebagai “Medicare”, antara lain :
a. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus, dengan perawatan yang
diberikan dibawah pengawasan seorang perawat profesional yang sudah
terregistrasi/terdaftar
b. Terapi fisik, terapi okupasional, dan terapi wicara
c. Pelayanan kesehatan sosial berada dibawah pengawasan dokter
d. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus yang dilakukan oleh pembantu
perawat kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. Kebutuhan medis selain obat-obatan, benda biologis seperti serum dan vaksin yang
penggunaannya dalam aplikasi medis
f. Pelayanan medis diberikan oleh seorang yang sudah mendapat izin praktek
perawatan kesehatan rumah melalui agency atau suatu program rumah sakit.

10
Gambar 2.1 Model Kerjasama Home Care (Suswati, Setiawan, Prasetyo dan
Tilaqsa, 2018)

2. Tujuan Layanan Perawatan Di Rumah


Tribowo (2012) menjelaskan bahwa tujuan yang paling mendasar dari pelayanan
home care adalah untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian, dan meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan
individu secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komperhensif dan
berkesinambungan.

3. Landasan Hukum Pelaksanaan Perawatan Di Rumah


Ode (2012) menjelaskan bahwa yang menjadi landasan hukum bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan di rumah yaitu :
a. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
b. Kemenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat
Pasal 22
c. Keputusan Dirjend Yanmed No.HK.00.06.5.1.311 Tahun 2005 tentang Pedoman
Perawatan Kesehatan di Rumah.
d. Kepmenkes No. 279 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perkesmas
e. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
f. Kepmenkes No. 374 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
g. Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang Izin dan Pelenggaraan
Praktik Perawat
h. Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
11
Permenkes No 9/2014 ttg Klinik Pasal 32 ayat (2) dan (4).

4. Manfaat Perawatan Di Rumah


Adapun manfaat pelayanan Home Care dalam Home Care for seniors (2011) adalah
a. Memberikan individu yang membutuhkan perawatan harkat dan kemadirian
b. Membantu mencegah atau menunda perawatan di Rumah Sakit atau panti jompo
c. Mengizinkan kebebsaan maksimal dan kenyamanan bagi individu
d. Menawarkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarga
e. Memberikan dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka

5. Tipe Pelayanan Kesehatan Dan Keperawatan Di Rumah


Tipe pelayanan home care yang dapat diberikan kepada klien selama dirumah, yaitu:
a. Perawatan berdasarkan penyakit
b. Pelayanan Kesehatan Umum
c. Pelayanan kesehatan khusus
Pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dirumah (Registered Nursing, 2018), yaitu :
a. Pemberian obat, termasuk infus intravena
b. Perawatan luka
c. Memeriksa tanda-tanda vital
d. Melakukan penilaian fisik head-to-toe
e. Membantu perawatan dalam kegiatan hidup sehari-hari The Activity of Daily Living
(ADL) seperti mandi, toilet dan perawatan
f. Membantu mobilitas
g. Mengembangkan rencana perawatan dengan dokter

6. Prinsip-prinsip Perawatan Di Rumah


Menurut Tribowo (2012) prinsip pelaksanaan home care yang diterapkan oleh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah :
a. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat/ tim
b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik.
c. Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan komprehensif.
d. Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
e. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan
f. Memberi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitaif.
g. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
12
h. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus
i. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim
j. Mengembangkan kemampuan professional
k. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care.
l. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan

7. Peran Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Rumah


Perawat selaku pemberi layanan keperawatan pada klien selama dirumah sangat
penting perannya dalam meningkatkan kemandirian klien untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatannya. Adapun peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan selama dirumah, yaitu :
a. Koordinator, dimana perawatan mengkoordinasi dengan tim kesehatan lain dalam
memberikan perawatan kepada klien dan keluarganya.
b. Pemberi pelayanan kesehatan, dimana perawat memberikan perawatan langsung
kepada klien dan keluarganya.
c. Pendidik, dimana perawat memberikan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan
cara perawatan secara mandiri.
d. Pengelola, dimana perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien.
e. Konselor, dimana perawat dapat memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan
keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan klien.
f. Advokator, dimana perawat dapat melindungi klien dalam pelayanan kesehatan
g. Peneliti, dimana perawat mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat
diberikan kepada klien dan keluarga selama perawatan dirumah.

8. Proses Keperawatan
American Nursing Association (ANA) (2008), dalam Allender & Spradley (2010)
standar asuhan keperawatan di rumah yang dapat dilakukan oleh perawat, yaitu :
a. Pengkajian
Perawat kesehatan dirumah mengumpulkan data kesehatan klien
b. Diagnosa
Perawat kesehatan dirumah menganalisis data hasil pengkajian untuk menetapkan
diagnosa keperawatan
c. Kriteria hasil
Perawat kesehatan dirumah mengidentifikasi kriteria hasil dari asuhan yang akan
diberikan kepada klien dan lingkungannya
d. Perencanaan
13
Perawat kesehatan dirumah menyusun perencanaan kegiatan perawatan dalam
bentuk intervensi untuk mencapai kriteria hasil yang diinginkan
e. Implementasi
Perawat kesehatan dirumah mengimplementasikan rencana intervensi keperawatan
f. Evaluasi
Perawat kesehatan dirumah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan
yang dilakukan disesuaikan dengan hasil.

9. Mekanisme Pelayanan Di Rumah


Jamaluddin (2017) menjelaskan bahwa mekanisme pelayanan di rumah dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau
tidak.
b. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di
rumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan dirumah,
kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan masalahnya, dan
membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis
pelayanan, jenis peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu
pelayanan.
c. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan
dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut
oleh pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh
koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana
pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
d. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :
a. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi
pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
b. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed
consent)

14
c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya
dalam menerima pelayanan
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
a. Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus
b. Proses pelayanan home care
1) Persiapan
a) Pastikan identitas pasien
b) Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
c) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
d) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
e) Siapkan file asuhan keperawatan
f) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2) Pelaksanaan
a) Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan
b) Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
c) Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
d) Membuat rencana pelayanan
e) Lakukan perawatan langsung
f) Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
g) Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan
h) Dokumentasikan kegiatan
3) Monitoring dan evaluasi
a) Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
b) Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
c) Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan
4) Proses penghentian pelayanan home care, dengan kriteria :
a) Tercapai sesuai tujuan
b) Kondisi pasien stabil
c) Program rehabilitasi tercapai secara maximal
d) Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
e) Pasien di rujuk
f) Pasien menolak pelayanan lanjutan
15
g) Pasien meninggal dunia
5) Pencatatan Dan Pelaporan

Adapun materi yang dilaporkan dalam layanan home care mencakup :

a. Jumlah klien yang dikunjungi dan pola penyakit berdasarkan usia

b. Periode kunjungan untuk setiap kasus (frekuensi kunjungan dan lama perawatan)

c. Jumlah klien yang dapat pengobatan

d. Jumlah klien yang dirujuk ke pelayanan kesehatan lain

e. Jumlah klien yang meninggal dan penyebab kematian

f. Tingkat keberhasilan pelayanan yang diberikan (kemandirian klien dan keluarga)

g. Tenaga kesehatan dan non kesehatan yang memberikan pelayanan

10. Prinsip Pembiayaan Perawatan Di Rumah


a. Pemerintah/ masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan
b. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi
c. Mempertimbangkan masyarakat berpenghasilan rendah/ asas gotong royong
d. Pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu
e. Mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional

Sumber/Referensi :
Allender, J.A., Rector. C., & Warner. K.D. (2014). Community & Public Health Nursing.
Wolter Kluwer Health : Lippincot William & Walkins

Allender, J. A., & Spradley, B.W. (2010). Community health nursing: Concept and
Practice. Sixth edition. Philadelphia: Lippincot William & Walkins

Homecare for senior. (2011). Benefits of senior/elder homecare services.


http://www.homecare4seniors.net/benefits.html. Diakses tanggal 3 Maret 2021

Jamaludin. J. (2017). Konsep Home Care diunduh pada http://www.docuri.com. Diakses


tanggal 22 Februari 2020

Nies, M.A., & McEwen, M. (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.

Ode, S . (2012). Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Registered Nursing. (2018). Perawat Kesehatan Rumah, diunduh pada


https://www.registerednursing.org/specialty/home-health-nurse/. Diakses tanggal 22
Februari 2020

16
Satria. B .(2017). Regulasi Pelayanan Home Care.http://www.best-dokter.com/regulasi-
pelayanan-home-care. Diakses tanggal 22 Februari 2020

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th.
Mosby: New Jersey.

Suswati, I., Setiawan, F.E.B., Prasetyo, Y., & Tilaqsa, A . (2017). Interprofessional
Education IPE : Panduan Tutorial Dan Home Visit Kesehatan Keluarga. Malang : UMM
Press

Tribowo, C. (2012). Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta : Nuha Medika

C. KONSEP PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan dan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Program
promosi kesehatan dapat meningkatkan fisik, psikologis, pendidikan, dan hasil kerja
individu serta bantuan untuk mengontrol atau mengurangi secara keseluruhan biaya
kesehatan biaya dalam melakukan pencegahan masalah kesehatan, mempromosikan
gaya hidup sehat, meningkatkan kepatuhan pasien, dan memfasilitasi akses ke layanan
dan perawatan kesehatan. Program promosi kesehatan berperan dalam menciptakan
individu yang lebih sehat, keluarga, komunitas, tempat kerja, dan organisasi (Fertman &
Allensworth, 2010).
Perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat perlu
dilakukan secara sistematis dan terencana oleh semua komponen bangsa. Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas) menjadi sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik (Kemenkes RI, 2017). Adapun tujuan program ini
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.

1. Pengertian
Promosi kesehatan didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan dengan melibatkan
perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan (Mackintosh, 1996 dalam Raingruber, 2014). Promosi kesehatan merupakan
suatu upaya pemberdayaan individu dan masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan
dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat lokal dan peningkatan kesehatan
masyarakat secara menyeluruh. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang
kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan

17
perilaku, baik di dalam masyarakat, organisasi dan lingkungan sekitarnya (Nurmala., dkk,
2018). Promosi kesehatan merupakan bagian dari tingkat pencegahan penyakit Level
and Clark membagi 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu :
health promotion (peningkatan/promosi kesehatan), specifik protection (perlindungan
khusus), early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera),
disability limitation (membatasi atau mengurangi kecacatan) dan rehabilitation
(pemulihan) (Dian, 2010).

2. Ruang lingkup Promosi Kesehatan


Menurut Susilowati (2016) ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu :
a. Berdasarkan area masalah, mencakup berbagai ideologi dari kesehatan dan
penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi, penyakit tidak
menular, kecelakaan dan bencana dan kesehatan manula.
b. Berdasarkan tingkat pencegahan,bersifat komprehensif. Dalam upaya kesehatan,
dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967) seperti yang telah
disebutkan pada uraian sebelumnya.
c. Pelayanan kesehatan dasar, yang meliputi :Acute primary care; Health education;
Health promotion; Disease surveilance and monitoring; community development.
d. Aktivitas, yang meliputi Build Healthy Public Policy, Create Supportive Environment,
Strengthen Community Action, Develop Personal Skills, dan Reorient Health
Services.
e. Perilaku kesehatan, yang meliputi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (Health
knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health
practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku
yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa
besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis

3. Sasaran Promosi Kesehatan


Menurut Kemenkes RI (2011) pelaksanaan promosi kesehatan dilaksanakan pada 3
(tiga) sasaran, yaitu: sasaran primer, sasaran sekunder, sasaran tersier.
a. Sasaran Primer, adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka
yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah.
Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit
18
dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma – norma sosial serta norma –
norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat,
baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok – kelompok
masyarakat dan pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang
diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya
oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya
perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
b. Sasaran Sekunder, adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara berperan sebagai panutan
dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan
(pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.
c. Sasaran Tersier, adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang – undangan di bidang kesehatan dan bidang – bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

4. Indikator Promosi Kesehatan


Evaluasi terhadap kinerja daerah dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan
dilakukan dengan menggunakan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
IPKM adalah gabungan beberapa indikator kesehatan yang menggambarkan kemajuan
pembangunan kesehatan masyarakat di seluruh kabupaten/kota yang dirumuskan dari
data kesehatan berbasis komunitas. IPKM dirumuskan dari 24 indikator kesehatan yang
dikumpulkan dari Riset Kesehatan Dasar, Survai Sosial Ekonomi Nasional dan Potensi
Desa, Pengembangan IPKM memungkinkan pemerintah untuk melakukan penajaman
sasaran pembangunan kesehatan yang inklusif. Dua puluh empat indikator kesehatan
terpilih berdasarkan kesepakatan pakar diberikan bobot tertentu sesuai dengan kriteria :
Mutlak; dengan bobot 5 yang terdiri dari 11 indikator, Penting; dengan bobot 4 yang terdiri
dari 5 indikator, Perlu; dengan bobot 3 yang terdiri dari 8 indikator. Nilai IPKM berkisar 0
(nol) adalah nilai terburuk dan nilai 1 (satu) adalah nilai terbaik. IPKM menggambarkan
keberhasilan dan kesenjangan antardaerah terkait dengan promosi kesehatan (Kemenkes
RI, 2011).
19
5. Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan yang terdiri dari pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan (Kemenkes RI, 2011).
a. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-
kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan
Pola hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
b. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
c. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi
maupun non materi.
d. Kemitraan adalah kerjasama yang digalang antara individu, keluarga, pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintar sektor), tokoh
masyarakat, media massa dan lain-lain. Tiga prinsip dasar kemitraan, yaitu kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan

6. Langkah-langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan


a. Langkah-langkah Promosi Kesehatan Di Puskesmas
Menurut Kemenkes RI (2011) pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada
dasarnya adalah penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina
suasana, dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh
karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk
memberdayakan para petugas Puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan yang disandang pasien/klien Puskesmas dan menyusun rencana
untuk menanggulanginya dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan
promosi kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluang di dalam
gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung Puskesmas. Petugas
Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari dinas kesehatan
kabupaten/kota agar mampu melaksanakan:
1) Pengenalan Kondisi Puskesmas
2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas
3) Musyawarah Kerja
4) Perencanaan Partisipatif
20
5) Pelaksanaan Kegiatan
6) Pembinaan Kelestarian.

b. Langkah-langkah Promosi Kesehatan Di Masyarakat


Promosi kesehatan masyarakat dilakukan dilingkungan masyarakat yang menjadi
sasaran dari program. Adapun langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat
mencakup:
1) Pengenalan Kondisi Wilayah
2) Identifikasi Masalah Kesehatan
3) Survai Mawas Diri
4) Musyawarah Desa atau Kelurahan
5) Perencanaan Partisipatif
6) Pelaksanaan Kegiatan
7) Pembinaan Kelestarian.

7. Model Dan Teori Dalam Promosi Kesehatan


Upaya promosi kesehatan yang disusun dan dilaksanakan oleh perawat komunitas
dapat menggunakan berbagai macam model promosi kesehatan sehingga program yang
dijalankan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. Model-model tersebut adalah Health
Belief Model (HBM), Theory of Reasoned Action, Theory of Planned Behavior (TPB),
Social Cognitive Theory, Social Ecological Model, Precede-Procede Model, Pender’s
Health Promotion Model, dan Transtheoritical Model (TTM) (Asniar, Kamil, & Mayasari,
2020).

8. Intervensi Dalam Promosi Kesehatan


Perawat komunitas dapat menyusun salah satu kegiatan dalam rencana asuhan
keperawatan komunitas yang berfokus pada upaya/program promosi kesehatan. Asniar,
Kamil, dan Mayasari (2020) menjelaskan bahwa intervensi/kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam program promosi kesehatan, yaitu :
a. Skrining, yaitu komponen penting dalam layanan kesehatan yang merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi kronis dan faktor risiko sebelum
kondisi tersebut berdampak pada keuangan dan kualitas hidup.
b. Pendidikan kesehatan, yaitu kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
membantu individu dan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan mereka, dengan
meningkatkan pengetahuan atau mempengaruhi sikap mereka.

21
c. Nutrition counselling for health promotion, yaitu upaya dalam mempromosikan pedoman
diet sebagai salah satu komponen untuk memenuhi gaya hidup seseorang.
d. Exercise, yaitu latihan aktivitas fisik dengan menggerakkan tubuh yang dihasilkan oleh
kontraksi otot rangka dan yang secara substansial meningkatkan pengeluaran energi,
termasuk transportasi dan liburan serat waktu luang (olahraga dan reakreasi).
e. Manajemen stres, yaitu tindakan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan adanya peningkatan kesehatan dan koping yang efektif. Proses ini
menghasilkan interaksi dinamis antara pikiran, tubuh, dan jiwa yang mempengaruhi
kesehatan fisik dan kesejahteraan seseorang.
f. Complemetary and alternative strategies, yaitu serangkaian teori, modalitas, produk,
dan praktik yang digunakan untuk mengobati penyakit dan/atau meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
g. Perubahan lingkungan fisik, yaitu upaya yang dilakukan dengan melakukan modifikasi
faktor-faktor yang berada diluar tubuh manusia yaitu lingkungan untuk dapat
dikendalikan sehingga tidak mempengaruhi kesehatan yang buruk bagi sesorang.
h. Peningkatan dukungan sosial, yaitu upaya yang dapat dilakukan dengan menjalin
hubungan interpersonal yang baik sehingga memberikan manfaat terhadap kemampuan
koping sesorang. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan emosional, intrumental,
informational dan appraisal (Pender, Murdaugh & Parsons, 2015).

9. Program Promosi Kesehatan Di Indonesia


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2016). Salah satu usaha
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan kemandirian masyarakat adalah
dengan program promosi kesehatan. Beberapa kegiatan promosi kesehatan yang ada di
Indonesia meliputi : Gerakan Masyarakat Sehat (Germas), Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga (PIS PK), program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh), Program
Indonesia Eliminasi Tuberkulosis, program ISI PIRINGKU dan lain-lainnya. Dengan adanya
kegiatan-kegiatan dalam program tersebut, dapat membantu masyarakat untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

10. Peran Perawat Dalam Promosi Kesehatan


Menurut Wills (2014, dalam Asniar, Kamil, dan Mayasari (2020) peran perawat dalam
promosi kesehatan terdapat dalam tiga level, yaitu :
22
a. Pencegahan primer, yaitu upaya untuk mencegah mulainya penyakit tertentu melalui
pengurangan risiko dengan cara merubah perilaku atau paparan yang dapat
menyebabkan penyakit melalui edukasi atau proteksi.
b. Pencegahan sekunder, yaitu upaya yang mencakup prosedur-prosedur yang
mendeteksi dan menangani perubahan patologis praklinikal sehingga dapat mengontrol
perkembangan penyakit.
c. Pencegahan tersier, yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan
atau komplikasi yang muncul dari suatu kondisi dan meningkatkan fungsi pasien,
harapan hidup dan kualitas hidup.
Sumber/Referensi :
Asniar., Kamil. H., & Mayasari, P. (2020). Pendidikan Dan Promosi Kesehatan. Banda
Aceh:Syiah Kuala University Press.
Dian, A. (2010). Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan Dan Ilmu
Perilaku. FKM UI; Jakarta
Fertman, C.I., & Allensworth. D.D. (2010). Health Promotion Program from Theory to
Practice. Published by Jossey-Bass, San Francisco.
Kemenkes RI. (2011). Promosi Kesehatan Didaerah Bermasalah Kesehatan - Panduan
Bagi Petugas Kesehatan Di Puskesmas.
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/panduan-promkes-
dbk.pdf. Diakses pada tanggal 23 Februari 2020
Kemenkes RI (2016) Pedoman Umum Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatankeluarga.http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Progra
m%20Indonesia%20Sehat%20dengan%20Pendekatan%20Keluarga.pdf
Pender. N, Murdaugh. C, Parsons. M.A (2015) Health Promotion In Nursing Practice.
Seventh Edition. Published by Pearson Education, Inc. New Jersey.
Raingruber, M (2014). Contemporary Health Promotion In Nursing Practice. Burlington,
MA:Jones & Bartlett Learning.
Susilowati. D (2016) Modul Promosi Kesehatan. Kemenkes RI ;Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.

D. KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH


1. Pengertian
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan praktik khusus keperawatan profesional
yang bertujuan memajukan kesejahteraan, keberhasilan akademis dan pencapaian
harapan hidup siswa. Perawat sekolah memfasilitasi tanggapan siswa yang positif
terhadap perkembangan yang normal; mempromosikan kesehatan dan keselamatan,
termasuk lingkungan sehat; bekerjasama dalam penentuan masalah kesehatan baik
aktual ataupun potensial; menyediakan pelayanan kesehatan; dan secara aktif
berkolaborasi dengan orang lain untuk membangun kapasitas adaptasi siswa dan
keluarga, manajemen diri, advokasi diri, dan pembelajaran (NASN, 2017 dalam Nies &
McEwen, 2019).
23
2. Tujuan
Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik serta menciptakan lingkungan sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.

3. Ruang Lingkup Kegiatan


Program kesehatan sekolah merupakan strategi ataupun kegiatan dan
pelayanan promosi kesehatan yang dirancang untuk perkembangan fisik, emosional,
dan sosial. Adapun Komponen program promosi kesehatan sekolah meliputi;
pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan konseling dan psikologi,
keterlibatan orang tua dan masyarakat, pelayanan nutrisi, promosi kesehatan staf,
pendidikan jasmani, dan pelayanan kesehatan (Nies & McEwen, 2019).

Gambar 2.2. Delapan Komponen Program Kesehatan Sekolah (Nies & McEwen,
2019)

Menurut Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik


Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia,
Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun
2014, Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah, menjelaskan bahwa kegiatan
pokok UKS/M dilaksanakan melalui Trias UKS/M

24
4. Sasaran Kegiatan
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Sekolah Taman Kanak-kanak
b. Pendidikan Dasar
c. Pendidikan Menengah
d. Pendidikan agama
e. Pendidikan kejujuran
f. Pendidikan Khusus (Sekolah Luar Biasa)
g. Pola Pembinaan

6. Keperawatan Kesehatan Di Sekolah


Tujuan perawat kesehatan sekolah adalah untuk secara aktif mengidentifikasi faktor-
faktor yang ada pada siswa sebagai upaya pencegahan bagi peserta didik agar selalu
siap belajar. Menurut Briefly (1987) dalam Nies And McEwen, (2019) fungsi perawat
sekolah ada tiga, yaitu memberikan pelayanan dan meningkatkan kesehatan individu
dan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah,
memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik dan
sosial sekolah, serta menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.

7. Proses Keperawatan Komunitas kesehatan sekolah


Proses keperawatan di sekolah dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap
kebutuhan yang diperlukan untuk kesehatan sekolah. Perawat mengkaji status
kesehatan, kebutuhan individu ataupun populasi sekolah.
a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC

25
Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun
2014, Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stanhope, M., Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.

E. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA KOMUNITAS ANAK DAN REMAJA


1. Child’s Health (kesehatan anak)
Kesehatan anak merupakan sumber daya yang sangat penting untuk memastikan
masa depan suatu bangsa. Anak-anak adalah populasi yang tergantung dan
bergantung terutama pada orang tua atau orang dewasa lainnya untuk melindungi dan
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan mereka. Perawat kesehatan komunitas
dapat mempelajari populasi anak-anak tersebut dengan melihat faktor positif dan negatif
yang dapat mepengaruhi kesehatan mereka (Nies & McEwen, 2019). Masalah
kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak, yaitu :
a. Obesitas
b. Injury dan kecelakaan
c. Imunisasi

2. Adolescent’s health (Kesehatan Remaja)


Masa remaja pada umumnya memiliki kesehatan yang baik. Masa tersebut
menjadikan remaja membentuk kebiasaan kesehatan seumur hidup, termasuk
kebiasaan diet dan olah raga serta menampilkan kesehatan emosional seperti
pemecahan masalah dan strategi koping (Nies & McEwen, 2019). Adapun masalah
kesehatan yang sering muncul pada masa remaja, meliputi :
a. Kesehatan reproduksi
a. Remaja, Rokok dan NAPZA

3. Proses Keperawatan Komunitas Pada kelompok Anak Dan Remaja


a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
26
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
Halsted. C, Pew. A (2019) Third Hand Smoke. National Center For Health Research.
http://www.center4research.org/third-hand-smoke.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.

F. KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA


1. Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas, beban, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal. Kapasitas, beban dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.

2. Tujuan promosi kesehatan Kerja


Adapun tujuan dari promosi kesehatan kerja adalah untuk mempengaruhi sikap
masing-masing pekerja mengenai kesehatannya sehingga mampu menentukan
keputusan secara personal untuk menuju gaya hidup yang sehat dan lebih positif.

3. Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan


Menurut the International Labour Organisation (ILO) (2013) penyakit akibat kerja dan
berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan dilingkungan kerja.
Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana
bahaya-bahaya kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk mencegahnya.
Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan kerja
ditempuh tiga langkah utama (ILO, 2013), yaitu:
a. Pengenalan Lingkungan Kerja.

27
b. Evaluasi lingkungan kerja
c. Pengendalian lingkungan kerja

4. Peran Dan Fungsi Perawat Dalam Keperawatan Kesehatan Kerja


Menurut the American Association of Occupational Health Nurses (AAOHN)
(2012, dalam Stanhope & Lancaster, 2016), adapun tugas dan peran perawat
kesehatan kerja sebagai berikut:
a. Mempromosikan kesehatan dan keselamatan pekerja
b. Mendefinisikan ruang lingkup praktek dan menetapkan standar pekerjaan praktik
keperawatan kesehatan nasional
c. Mengembangkan kode etik perawat kesehatan kerja dengan pernyataan interpretatif
d. Mempromosikan dan memberikan pendidikan berkelanjutan khusus
e. Memajukan profesi melalui penelitian pendukung
f. Merespon dan mempengaruhi isu kebijakan publik yang terkait kesehatan dan
keselamatan Kerja

5. Proses Keperawatan Komunitas kesehatan kerja


a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
ILO Jakarta (2013) Modul Lima :Pedoman Pelatihan Manajer dan Pekerja. SCORE.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.

28
G. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA POPULASI PENYAKIT KRONIK
1. Pengertian
Penyakit tidak menular dikenal juga sebagai penyakit kronik yang tidak ditularkan
dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat dan
membutuhkan durasi yang panjang (PKRS RSST, 2020). Pada tahun 2016, sekitar 71%
penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36
juta jiwa per tahun. Sekitar 80% kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah. 73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular,
35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit
kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan
oleh PTM lainnya (data WHO, 2018 dalam Kemenkes RI, 2019).

2. Program Promosi Kesehatan


Menurut Kemenkes RI (2019) program Pencegahan dan Pengendalian PTM
(P2PTM) sebagai acuan penyelenggaraan program yang berkesinambungan sehingga
upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih tepat dan berhasil guna.

3. Proses Keperawatan Komunitas Pada Populasi Penyakit kronik


a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Dirjen P2P.
Direktorat P2PTM. Diunduh pada www.p2ptm.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
PKRS RSST. (2020, Desember 16). Waspadai Penyakit Tidak Menular (PTM) diunduh
pada https://rsupsoeradji.id/waspadai-penyakit-tidak-menular-ptm/. Diakses pada
tanggal 2 Maret 2021.
Putri, N. H. (2020, Mei 25). Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Akut dan Kronis pada
Penyakit Diunduh pada https://www.sehatq.com/artikel/jangan-tertukar-ini-perbedaan-
akut-dan-kronis-pada-penyakit. Diakses pada tanggal 23 Februari 2021
29
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stuart, L. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th Ed.). St. Louis:
Mosby Elsevier

H. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA POPULASI PENYAKIT MENULAR


1. Pengertian
Irwan (2017) menjelaskan bahwa penyakit menular timbul akibat dari beroperasinya
berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Penyakit Menular adalah
penyakit yang disebabkan oleh transmisi produk toksinnya dari seseorang ke orang lain.
Penyakit menular menjadi bagian dari masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Kuman-kuman ini menyebar dengan berbagai cara dan vector.
a. Penyebab penyakit adalah bakteri (jasad renik dan kuman)
1) TBC : ditularkan melalui udara
2) Tetanus : melalui luka yang kotor
3) Mencret : lalat, air dan jari yang kotor
4) Pneumonia : lewat batuk (udara)
5) Gonorrhea dan sifilis : hubungan kelamin
6) Sakit telinga : dengan selesma (masuk angin dan pilek)
b. Penyebab penyakit adalah virus (kuman yang lebih kecil daripada bakteri)
1) Selesma, influenza, campak, gondok : ditularkan melalui udara, batuk, ataupun
lalat
2) Rabies : melalui gigitan binatang
3) Penyakit kulit : melalui sentuhan
4) Jamur : Kurap, kutu air, dan gatal pada lipatan paha : ditularkan melalui
sentuhan atau dari pakaian yang di pakai secara bergantian
5) Parasit internal (hewan yang berbahaya yang hidup didalam tubuh), yaitu disentri :
ditularkan dari kotoran ke mulut dan malaria : malalui gigitan nyamuk
6) Parasit eksternal (hewan yang berbahaya yang hidup di permukaan tubuh), yaitu
kutu rambut, kutu hewan, kutu busuk berupa kudis : penularannya dari orang-
orang yang telah terinfeksi atau melalui pakaian.
Enam komponen rantai penularan infeksi, yaitu:
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada
manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor
pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas,
30
virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan
pemeriksaan klinis atau -13- laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya
pencegahan dan penanggulangannya bisa dilaksanakan.
b. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan
penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-
tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat juga
ditemui pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas,
usus dan vagina juga merupakan reservoir.
c. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.
d. Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu: (1)
kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum
(makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan
binatang pengerat).
e. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau
melalui kulit yang tidak utuh.
f. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh
menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat
mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan
imunosupresan.

Gambar 2.3 Skema Rantai Penularan Penyakit Infeksi (Kemenkes RI, 2017)
31
Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik yang berbeda-
beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan manifestasi klinik
maka karakteristik penyakit menular terdiri dari (Irwan, 2017) :
a. Spektrum Penyakit Menular
b. Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis
c. Sumber Penularan
Perawat harus menyadari potensi ancaman yang terkait dengan penyakit menular
dan siap untuk bertanggung jawab dalam penanganannya (Nies & McEwen, 2019).
Adapun cara memutuskan transmisi penularan penyakit yaitu dengan cara :
a. Mengontrol Agen
b. Memberantas Reservoir Bukan Manusia
c. Mengontrol Reservoir Manusia
d. Mengontrol Portal Keluar dan Masuk
e. Meningkatkan Resistensi dan Kekebalan Tuan Rumah

2. Proses Keperawatan Komunitas Pada Populasi Penyakit menular


a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan

d. Implementasi
Pelaksanaan implementasi yang telah direncanakan, seorang perawat akan
bekerjasama dengan individual atau seluruh populasi penderita penyakit menular,
ataupun dengan penyedia pelayanan kesehatan di komunitas. Selain itu, perawat
juga dapat bekerjasama dengan keluarga.

e. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan saat evaluasi berupa menilai hasil dari implementasi
yang telah dilaksanakan. Setiap kegiatan yang dilakukan dilihat hasilnya dan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil kegiatan diharapkan dapat
mempengaruhi status kesehatan yang lebih baik lagi dari masyarakat. Evaluasi
pelaksanaan asuhan keperawatan pada populasi penyakit menular dapat
dilakukan dengan menilai pada evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi
hasil.

32
Sumber/Referensi :
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: cv. absolute media krapyak
Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI Nomor 27 tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diunduh
padahttp://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_P
encegahan_dan_Pengendalian_Infeksi_di_FASYANKES_. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP

I. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA KOMUNITAS LANJUT USIA (LANSIA)


1. Pengertian
Penuaan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia (Nies &
McEwen, 2019). Seseorang yang mengalami penuaan sering disebut lanjut usia
(Lansia). Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, berdasarkan
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (InfoDatin, 2016).
Setiap tanggal 29 Mei tiap tahunnya diperingati sebagai “Hari Lanjut Usia”. Peningkatan
populasi lansia di Indonesia yang dapat menimbulkan permasalahan terkait aspek
medis, psikologis, ekonomi, dan sosial sehingga diperlukan peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap lanjut usia tersebut yang mulai diberikan pada pra lanjut usia (usia
45-59 tahun).
Tujuan umum kebijakan pelayanan kesehatan lansia adalah meningkatkan derajat
kesehatan lansia untuk mencapai lansia sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya
guna bagi keluarga dan masyarakat.

2. Tujuan Promosi Kesehatan Pada Lansia


Promosi kesehatan pada usia lanjut memiliki tujuan untuk mengatasi keterbatasan
dalam kesehatan dan aktivitas sehari-hari, serta untuk memenuhi keterlibatan tenaga
kesehatan profesional dengan pendekatan individu (Golinowska, Groot, Baji and
Pavlova, 2016). Nies & McEwen (2019) menjelaskan bahwa program promosi
kesehatan berfokus pada membantu individu menjaga kesehatan mereka, mencegah
penyakit, dan menangani penyakit kronis yang mungkin mereka derita.

33
3. Strategi Promosi Kesehatan Pada Lansia
Menurut Golinowska, Groot, Baji and Pavlova (2016) strategi promosi kesehatan
pada lansia, umumnya memiliki 3 tujuan dasar, yaitu :
a. Mempertahankan dan meningkatkan kapasitas fungsional
b. Mempertahankan dan memperbaiki upaya perawatan diri
c. Menstimulasi jaringan sosial antara satu dengan yang lainnya

4. Program Promosi Kesehatan Pada Lansia


Menurut Edelman & Mandel (2010) kebutuhan promosi kesehatan pada lansia
ditekankan pada upaya sebagai berikut :
a. Pembinaan kesehatan lansia merupakan bagian dari upaya kesehatan keluarga yang
dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
b. Pembinaan terutama ditujukan pada aspek promotif dan preventif melalui sosialisasi
dan strategi komunikasi serta kampanye kesehatan lansia tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif
c. Pembinaan lansia dilaksanakan secara terpadu melalui kemitraan dengan lintas
program dan lintas sektoral dan peran serta masyarakat (LSM).
d. Pelayanan kesehatan lansia tetap berpegang pada profesionalisme dan penerapan
kendali mutu pelayanan setiap jenjang.
e. Upaya pembinaan lansia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan daerah

5. Peran Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Lansia


Peran perawat sebagai pemberi asuhan (care giver) keperawatan melakukan
observasi terhadap kondisi pasien, melakukan pendidikan kesehatan, serta
memberikan informasi yang terkait dengan kebutuhan pasien sehingga masalah
dapat teratasi. Selain itu, perawat harus mampu menjadi konsultan ataupun konselor
bagi pasien, keluarga, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialami klien (Karlina & Kora, 2014).

6. Proses Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Lanjut Usia


a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Evaluasi

34
Sumber/Referensi :
Edelman. Mandle (2010). Health Promotion :Throughout the Life Span. Seventh Edition.
Mosby
Golinowska. S, Groot .W, Baji. P, Pavlova. M (2016) Health Promotion Targeting Older
People. BMC Health Serv
eres.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5016724/
InfoDatin (2016) Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-lansia-
2016.pdf. ISSN 2442-7659
Karlina, L., Kora, F.T. (2014). Hubungan Peran Perawat Sebagai Care Giver Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Lansia. Diunduh pada https://stikes-yogyakarta.e-
journal.id/JKSI/article/view/20/14. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP

J. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA POPULASI RENTAN : PENYAKIT


MENTAL, KECACATAN DAN POPULASI TERLANTAR
1. Mental health (Kesehatan Jiwa)
Mental health (Kesehatan Jiwa) adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Undang-undang RI,
2014). Menurut American Psychiatric Association (2015), dalam Nies & McEwen (2019)
mental health (Kesehatan Jiwa) merupakan suatu gangguan besar dalam pemikiran,
perasaan, atau perilaku individu yang mencerminkan masalah fungsi dari mental
sehingga menyebabkan kesusahan atau kecacatan dalam kegiatan sosial, pekerjaan,
atau keluarg.

2. Disabilitas/kecacatan
Disabilitas merupakan suatu keterbatasan ataupun ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu secara normal (Nies & McEwen, 2019). Menurut Undang-
undang Republik Indonesia (2016) menjelaskan bahwa penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami
35
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga
negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

3. Poverty and homelesness


Dalam rangka menyediakan perawatan yang efektif untuk individu, keluarga dan
agregat di komunitas yang berada dalam kondisi poverty (kemiskinan), maka sudah
seharusnya perawat komunitas terlebih dahulu memahami isu-isu yang berkaitan
dengan konsep ini serta faktor-faktor yang berperan didalamnya sehingga dapat
dilakukan promosi kesehatan. Selain itu perawat juga harus mengidentifikasi kebutuhan
akan pelayanan kesehatan, hambatan-hambatan yang mungkin untuk mencapai akses
kesehatan, dan pelayanan kesehatan apa saja yang dibutuhkan oleh populasi ini
(Stanhope & Lancaster, 2016).
a. Poverty (kemiskinan)
Kemiskinan mengacu pada keuangan yang tidak mencukupi sumber daya untuk
memenuhi biaya hidup dasar. Biaya ini termasuk biaya makanan, tempat tinggal,
pakaian, transportasi, dan perawatan medis. Namun, selain hasil ekonominya,
kemiskinan juga terjadi konsekuensi fisik, psikologis, dan spiritual yang penting.
Orang yang miskin lebih cenderung tinggal di lingkungan yang berbahaya,bekerja
pada pekerjaan berisiko tinggi, makan makanan yang kurang bergizi, dan memiliki
stresor yang berlipat ganda dan tak henti-hentinya, seperti pengangguran,
perumahan yang tidak layak, kurangnya tempat penitipan anak yang terjangkau, dan
kurangnya akses ke perawatan kesehatan reguler (Stanhope & Lancaster, 2016).

b. Homelesness (tunawisma)
Secara definisi, tunawisma dapat diartikan sebagai orang-orang yang tidak
memiliki tempat tinggal yang pasti, dan adekuat pada malam hari. Spesifiknya, orang
yang termasukk tunawisma adalah mereka yang tempat peristirahatan utamanya di
malam hari adalah tempat penampungan sementara yang diawasi atau mereka yang
tinggal di tempat-tempat umum yang tidak diperuntukkan untuk tidur atau beristirahat
(National Coalition for the Homeless, 1999.,dalam Anderson & McFarlane, 2011).
Lebih lanjut, populasi yang menjadi tunawisma biasanya hidup dalam kondisi sakit,
mengalami kecelakaan, tidak memiliki biaya ketika menghadapi pengusiran dan
seringkali bergantung pada bantuan.

36
4. Proses Keperawatan Komunitas Pada Populasi Rentan : Penyakit Mental,
Kecacatan Dan Populasi Terlantar
a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
Anderson, E. T., McFarlane, J. (2011). Buku Ajar Keperawatan Komunitas (Teori dan
Praktik). Ed: 6th. Jakarta: EGC
Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
Idaiani, S., & Riyadi, E.I. (2018). Sistem Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Vol. 2, No. 2. Agustus. Diunduh pada
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/view/134. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Perpres RI. (2010). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Diunduh pada
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41038/perpres-no-15-tahun-2010. Diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas
Dan Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Undang-undang RI. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa. Diunduh pada https://ipkindonesia.or.id/media/2017/12/uu-
no-18-th-2014-ttg-kesehatan-jiwa.pdf. Diakses tanggal 2 Maret 2021.

K. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA KOMUNITAS WANITA DAN PRIA


1. Women’s health (Kesehatan Perempuan)
Dalam mencapai hidup sehat di masa mendatang, pelayanan kesehatan harus
merata dan dapat dijangkau oleh setiap komponen masyarakat. Salah satu sasaran
yang merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal di masyarakat
adalah kesehatan perempuan. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan pada
perempuan, seperti terpaparnya pada berbagai penyakit, penggunaan obat-obat
terlarang, dan bahaya lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar. Faktor-faktor
37
tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyakit bahkan kematian pada perempuan.
Jika suatu kondisi tertentu mendapat deteksi dini serta pengobatan, maka tentunya
dapat memperpanjang umur harapan hidup dan kualitas hidup akan lebih terjamin.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada wanita, yaitu :
a. Menopause
b. Osteoporosis
c. Penyakit jantung (Cardiovascular disease)
d. Diabetes melitus (DM)

2. Men’s health (Kesehatan laki-laki)


Menurut Allender, Rector & Warner (2014) secara fisik, laki-laki lebih rentan terkena
penyakit daripada perempuan. Laki-laki lebih banyak menderita penyakit seperti
jantung, hati, paru-paru, kanker, kecelakaan dan bunuh diri yang berakhir pada
kematian. Laki-laki mempunyai umur harapan hidup yang lebih pendek daripada
perempuan. Di samping itu, umumnya laki-laki cenderung untuk menghindari segala
sesuatu yang berhubungan dengan dunia medis sebisa mungkin, sehingga dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Strategi promosi kesehatan sangat
diperlukan untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan laki-laki secara optimal.
Karenanya peran perawat sangatlah penting untuk melaksanakan intervensi
keperawatan yang tepat. Masalah kesehatan yang umum terjadi pada pria, yaitu :
a. Penyakit jantung dan kardiovaskular
b. Kanker
c. Penyakit paru-paru
3. Proses Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Wanita dan Pria
a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

Sumber/Referensi :
Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
InfoDatin (2014) Waspada Diabetes :Eat Well, Live Well. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/infodatin-diabetes

38
InfoDatin (2015) Data Dan Kondisi Penyakit Osteoporosis Di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id/artikel/view/16010500005/data-dan-kondisi-
penyakit-osteoporosis-di-indonesia.htm.
Kemenkes RI (2015) Buletin Jendela : Data Dan Informasi Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/download/buletin-kanker.
Kemenkes RI. (2017). Warta Kesma : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Edisi 01.
Diunduh pada https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Warta-
Kesmas-Edisi-01-2017_752.pdf. Diakses pada tanggal10 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP

L. TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


a. Pengertian
Terapi komplementer merupakan bagian dari kelompok macam-macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Terapi komplementer dikenal dengan
terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah
penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Rufaida, Lestari, & Sari,
2018). Terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum dan
menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi, sentuhan ringan,
pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi
dengan kondisi akut dan akut. Bidang Keperawatan merupakan salah satu layanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat menggunakan terapi komplementer
dan alternatif sebagai salah satu tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan.

2. Klasifikasi Terapi Komplementer


Rufaida, Lestari, & Sari (2018) menjelaskan bahwa terapi komplementer dapadat
dikalsifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir
yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan
fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai
chi, dan hypnoterapy).

39
b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy, nautraphaty).
c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya herbal, dan
makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh
misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
e. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapatkan
energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi
gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.
Rufaida, Lestari, & Sari (2018) juga menyebutkan jenis-jenis terapi komplementer
yang dapat diakses oleh seorang perawat sebagai berikut::
a. Terapi Relaksasi. Adapun Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu
memonitor dirinya secara terus menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai
bagian tubuh
b. Meditasi dan pernafasan. Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan
rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau
tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik yang
melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran. Sebagian besar teknik meditasi
melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan.

3. Kebijakan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan


Riyanto (2018) menjelaskan bahwa berbagai kebijakan pelayanan komplementer
dalam keperawatan, perlu dijadikan sebagai acuan dalam mengintegarasikan intervensi
komplementer dalam pelayanan keperawatan konvensional. Berikut berbagai kebijakan
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan pelayanan keperawatan,
yaitu :
a. UU Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 23
1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan.
2) Kewenangan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan sebagai mana ayat
(1) dilakukan sesuai bidang keahlian yg dimiliki
3) Dalam menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan, Tenaga Kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah
4) Selama memberikan Pelayanan Kesehatan sebagaimana ayat (1) dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi
40
5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana ayat (3) diatur dalam Peraturan
Menteri.
Selanjutnya dalam undang-undang kesehatan ini juga menyatakan bahwa
pelayanan kesehatan mencakup upaya kesehatan yang dapat berupa upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yaitu :
1) Bagian ke 4 : Peningkatan Kesehatan & Pencegahan Penyakit
a) Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
pemerintah, Pemda dan atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi atau kegiatan lain
untuk menunjang tercapainya hidup sehat ‘
b) Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
Pemerintah, Pemda dan atau Masyarakat untuk menghindari atau mengurangi
risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit
2) Bagian ke 5 Undang-undang Kesehatan : Penyembuhan penyakit & Pemulihan
Kesehatan :
a) Penyembuhan penyakit dan Pemulihan Kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan & fungsi tubuh akibat Penyakit &/atau akibat
cacat atau menghilangkan cacat
b) Penyembuhan penyakit dan Pemulihan Kesehatan dilakukan dengan
pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan
c) Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kemanfaatan dan keamanannya
d) Pemerintah dan Pemerintah daerah melakukan pembinaan & pengawasan
terhadap pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan atau berdasarkan cara
lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan (Pasal 1 dan Pasal 30)
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes. RI.) Nomor
1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional (Pasal
1)
d. Permenkes Nomor : 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Pasal 1 ayat
1 dan ayat 7)
e. Permenkes. Nomor : Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat Dan Perubahannya Nomor 17 Tahun 2013 (Pasal 8)
41
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 908/Menkes/Sk/Vii/2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga

4. Peran Perawat Komunitas Pada Pemberian Terapi Komplementer


Seorang perawat diwajibkan memberikan asuhan keperawatan yang profesional
kepada klien sesuai dengan kebutuhan dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Pada
penerapan pengobatan atau perawatan dengan menggunakan terapi komplementer,
perawat juga berperan aktif dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
Adapun peran perawat komunitas dalam penerapan terapi komplementer sebagai berikut
(Rufaida, Lestari, & Sari, 2018) :
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), dapat dilakukan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia
dan juga disesuaikan dengan terapi komplementer yang sesuai dengan masalah klien,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya dan keberhasilan
penyembuhannya.
b. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien yaitu dengan memberikan pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan
berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi,
hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
c. Peran edukator, yaitu dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

Sumber/Referensi :
Riyanto. (2018). Kebijakan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan. Jounal The
Indonesia Journal of Health Science. Edisi Khusus. Jember;Penerbit Universitas
Muhammadiyah Jember.
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
Penerbit STIKes Majapahit Mojokerto.

42
B. PRAKTIKUM KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengkajian komunitas
Pengkajian komunitas merupakan suatu kegiatan yang disertai proses untuk
mengenal lebih dekat dengan masyarakat dan lingkungannya, dengan melihat lebih
detail segala variabel yang dapat mempengaruhi kesehatan komunitas tersebut. Tujuan
dari pengkajian di komunitas adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dari suatu
komunitas dengan cara mengkaji segala faktor baik itu faktor negatif maupun faktor
positif yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sehingga dapat dikembangkan
strategi promosi kesehatan yang tepat (Stanhope & Lancaster, 2016). Sebelum
melakukan pengkajian, perawat komunitas menetapkan konsep teori yang akan
digunakan sebagai pedoman untuk menyusun instrumen pengkajian. Kerangka konsep
yang dipilih sebagai contoh adalah Community as Partneryang berfokus pada inti (core),
delapan subsistem serta persepsi yang mempengaruhi kesehatan komunitas. Inti (core)
menggambarkan data demografi, agama, nilai dan kepercayaan masyarakat, statistic
vital, dan sejarah desa. Sedangkan 8 subsistem meliputi : lingkungan, pendidikan,
keamanan dan transportasi,politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. Selain itu, persepsi dari masyarakat dan juga
persepsi perawatnya (Anderson & McFarlane, 2011).
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas membutuhkan suatu alat atau
intrumen untuk mendapatkan data kesehatan masyarakat. Alat pengkajian komunitas
(Assessment tools) adalah serangkaian alat/format yang digunakan dalam
mengumpulkan data yang terdiri dari bentuk yang bervariasi, misalnya kuesioner,
panduan wawancara, panduan observasi/winshield survey, dan lain-lain. Alat-alat ini
dikembangkan sesuai dengan kerangka konsep/teori yang dipilih. Alat-alat tersebut
akan digunakan sesuai dengan sasaran dan tujuan pengkajian.
Dalam melakukan pengkajian terdapat banyak alat dan metode pengumpulan data
yang bisa digunakan untuk keperawatan komunitas. Untuk modul ini, akan dibahas
beberapa alat pengkajian komunitas yang paling lazim dan mudah digunakan yaitu;
wawancara, Focus Group Discussion (FGD), observasi/ winshield survey, dan
kuesioner untuk kepala keluarga serta data sekunder. Alat-alat ini mudah digunakan,
dan hemat waktu dan biaya sehingga paling lazim digunakan dalam pengkajian
keperawatan komunitas.Untuk memudahkan penyusunan alat pengumpulan data, pilih
metode yang sesuai untuk setiap item pengkajian. Berikut ini tabel yang memudahkan
penyusunan alat pengumpulan data yang disesuaikan dengan metodenya dengan
menggunakan konsep Community as Partner, yaitu :

43
Metode
Item
No
pengkajian Wawancara Data FGD windshield Kuesioner Observasi
sekunder

1 Inti

Demografi √ √ √ √

Nilai, √ √ √ √ √ √
keyakinan,
dan agama

Sejarah √ √ √
komunitas

Vital statistik √ √ √

22 Subsistem

Lingkungan √ √ √ √

Pendidikan √ √ √ √

Keamanan √ √ √ √ √ √
dan
transportasi

Politik dan √ √ √ √
pemerintahan

Pelayanan √ √ √ √ √ √
kesehatan
dan sosial

Komunikasi √ √ √ √

Ekonomi √ √ √ √ √

Rekreasi √ √ √

Persepsi

Persepsi √ √ √
masyarakat

Persepsi √ √ √
perawat

a. Metode
1) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada keyperson atau pengelola/pimpinan sebuah
komunitas yang paham keadaan dari komunitas tersebut (misalnya; kepala desa,
kepala sekolah, pengelola asrama, pemilik/engelola usaha kerja, pengelola

44
pesantren, dan lain-lain). Adapun persiapan yang dapat dilakukan sebelum
melakukan wawancara, yaitu :
a) Siapkan sebuah kertas, tuliskan tanggal/hari, waktu, sumber, dan tempat
wawancara.
b) Buatlah list pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada sumber wawancara (key
person didalam komunitas), berikan tempat untuk mencatat jawaban dari sumber
wawancara.
c) Pertanyaan harus jelas dan spesifik agar mudah dimengerti dan dijawab oleh
sumber wawancara.
d) Untuk memudahkan, panduan dapat dibuat dengan format yang jelas.

Adapun Prosedur pelaksanaan wawancara sebagai berikut :


a) Tentukan sumber wawancara, misalnya aparat desa, kepala sekolah, pemilik
pabrik, kepala perusahaan, pemuka agama, bidan desa, kader, dan tokoh
komunitas lain yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
b) Siapkan panduan wawancara.
c) Ucapkan salam
d) Perkenalkan diri (nama, asal institusi)
e) Jelaskan tujuan wawancara
f) Kontrak waktu dan tempat
g) Ajukan pertanyaan pada panduan satu persatu dengan jelas, catat atau rekam
jawaban dari sumber wawancara.
h) Tanyakan lebih jelas jika ada pertanyaan yang belum terjawab dengan jelas.
i) Ucapkan terima kasih kepada sumber wawancara atas waktu dan partipasinya.
Contoh panduan wawancara:
Wawancara
Tanggal/hari:
Jam
tempat
Sumber wawancara
1. Bagaimana sejarah desa ini?
2. Bagaimana struktur pemerintahan didesa ini?
3. Bagaimana gambaran batas wilayah desa ini? Berapa luasnya?
4. …………………….

45
2) Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion adalah salah satu cara pengkajian yang sering
digunakan di komunitas untuk mendapatkan data yang spesifik dan mendalam
tentang sebuah permasalahan. Metode ini berupa diskusi dengan jumlah peserta
yang sedikit (6-12 orang) yang dipandu oleh seorang moderator dimana para
peserta dapat memberikan jawaban dan opini secara bebas dan spontan tentang
pertanyaan yang diajukan. Para peserta harus homogen dan berkaitan dengan
tema yang ingin dikaji. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan FGD, meliputi :
a) Persiapan
(1) Pilih peserta yang memiliki kesamaan (jenis kelamin, kelompok usia, status
sosioekonomi, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan lain-lain).
(2) Undangan diberikan kepada peserta beberapa hari sebelum pelaksanaan
FGD
(3) Jelaskan tujuan dari FGD yang akan dilaksanakan
(4) Informasikan tanggal/hari, tempat, dan durasi pelaksanaan FGD.
(5) Jika peserta enggan untuk hadir, dorong mereka untuk datang dan jelaskan
pentingnya peran mereka. Jika mereka menolak, jangan dipaksakan dan
ucapkan terima kasih.
(6) Siapkan panduan pertanyaan FGD yang spesifik tentang materi yang ingin
dikaji. Pada panduan harus tercantum judul dan sasaran FGD
Contoh panduan pertanyaan FGD
Panduan FGD
Masalah Gizi di Desa X pada ibu yang mempunyai anak balita
1. Apa yang ibu ketahui tentang gizi pada anak?
2. Menurut ibu, makanan yang bergizi itu seperti apa?
3. Menurut ibu, apakah makanan yang ibu berikan kepada anak ibu
sudah bergizi?
4. Menurut ibu, apa saja faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada
balita?
5. ........
6. ……
7. …....
8. …....

(7) Bagikan tugas dan peran sebagai moderator, fasilitator, dan recorder

46
b) Pelaksanaan
(1) Sebelum pertemuan
i. Atur ruangan dan tempat duduk dan siapkan alat dan bahan berupa tape
recorder, dan panduan pertanyaan FGD.
ii. Ajak bicara peserta secara informal sambil menunggu seluruh peserta
hadir.
(2) Membuka pertemuan
i. Moderator memperkenalkan diri dan jelaskan peran dari moderator,
recorder, dan fasilitator.
ii. Moderator mempersilahkan peserta untuk mengenalkan diri.
iii. Moderator menjelaskan topik dan tujuan pertemuan.
iv. Moderator menjelaskan bahwa semua peserta bebas mengemukakan
pendapatnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.
v. Moderator menjelaskan bahwa peserta hanya boleh mengemukakan
pendapat yang berhubungan dengan topik yang didiskusikan.
vi. Moderator memulai diskusi dengan menanyakan pertanyaan yang paling
umum dan tidak spesifik untuk mendorong setiap peserta untuk berbicara
di dalam kelompok
(3) Melaksanakan diskusi
i. Moderator memberikan pertanyaan satu persatu kepada peserta
ii. Moderator memberikan peserta kesempatan yang sama untuk
memberikan opini.
iii. Jika jawaban kebanyakan peserta sama, lanjutkan ke pertanyaan yang
berikutnya.
(4) Mengakhiri pertemuan
i. Moderator menanyakan peserta apakah ada hal-hal yang ingin
dibicarakan lagi.
ii. Moderator mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan
ingatkan kembali bahwa semua opini dan jawaban mereka sangat
penting dalam menentukan rencana kegiatan selanjutnya
c) Setelah pertemuan
Moderator, fasilitator dan recorder mengkaji ulang hasil FGD dan melengkapi
catatan.

3) Observasi/ winshield survey


a) Buatlah item-item penilaian yang ingin diobservasi untuk setiap komponen.
47
b) Buat dalam bentuk tabel yang dapat diisi dengan mudah saat melakukan
observasi, dan tuliskan hasil observasi beserta kesimpulannya (kesimpulan
berisi dampak atau efek dari data yang ditemukan terhadap kesehatan)
Item penilaian yang dibuat harus sesuai dengan seting komunitas yang dikaji,
sebagai contoh item penilaian di desa akan berbeda dengan penilaian di
pesantren, asrama, sekolah, dan industri.
c) Selain data yang dicatat di dalam format, hasil winshield survey juga bisa
berupa gambar.
Berikut format WS:
Format Winshield Survey*
No. Komponen Hasil observasi Data
Inti (Core)
1. Demografik
a. Usia mayoritas yang terlihat
b. Jenis kelamin mayoritas yang
terlihat
2. Etnisitas
a. Identifikasi berbagai suku dan
etnis tertentu yang dijumpai.
b. Tanda-tanda kelompok budaya
yang terlihat
3. Nilai dan keyakinan
a. Rumah/tempat ibadah yang
terlihat
b. Tanda-tanda kelompok budaya
tertentu yang dapat dilihat
c. Tanda-tanda peninggalan
sejarah yang ada
Subsistem
1. Lingkungan
a. Perumahan/bangunan; tipe
rumah, kondisi rumah secara
umum, jarak antar rumah
b. Sumber air bersih yang
digunakan
c. Kondisi tanah
d. Sampah, cara pengelolaan
sampah
e. Kebisingan
f. Saluran air limbah
g. Iklim
h. Cuaca
i. Persawahan

48
No. Komponen Hasil observasi Data
j. Kebun
k. Industri/pabrik, bagaimana
pengeloaan limbahnya
l. Toilet umum
m.Tempat mandi cuci kakus (MCK)
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
a. Ada/tidak unit pelayanan
kesehatan baik modern atau
tradisional
b. Ada/tidak kegiatan layanan
sosial
c. Ada/tidak klinik
d. Ada/tidak rumah sakit
e. Ada/tidak pelayanan kesehatan
jiwa
f. Ada/tidak panti jompo dan panti
asuhan
g. Ada/tidak ruang UKS
3. Ekonomi
a. Komunitas masyarakat yang
berkembang atau miskin
b. Ada/tidak industri (apakah
masyarakat termasuk
pekerjanya)
c. Ada/tidak pertokoan
d. kegiatan yang menunjang roda
perekonomian
e. pengangguran
4. Transportasi dan keamanan
a. Bagaimana warga masyarakat
bepergian
b. Jenis kendaraan pribadi dan
umum yang digunakan
c. Angkutan umum yang terlihat
d. Ada/tidak jalur khusus utk
pejalan kaki
e. Ada/tidak tersedia alat
pemadam kebakaran
f. Ada/tidak kantor polisi
g. Ada/tidak pos
siskamling/keamanan
5. Politik dan pemerintahan
a. Ada/tidak tanda-tanda kegiatan
dari partai politik (poster,
pertemuan)

49
No. Komponen Hasil observasi Data
b. Partai yang mendominasi (yang
dapat terlihat)
6. Komunikasi
a. Jenis komunikasi yang
digunakan
b. Tempat khusus untuk berkumpul
c. Komunikasi formal/ informal apa
yang tersedia
7. Pendidikan
a. Ada/tidak sekolah, lokasi dan
kondisinya
b. Ada/tidak pondok pesantren,
lokasi dan kondisinya
c. Ada/tidak tempat pengajian,
lokasi dan kondisinya
d. Ada/tidak badan yang mengurus
pendidikan di daerah tersebut
e. Ada/tidak tempat pendidikan
yang lain
8. Rekreasi
a. Tempat anak-anak bermain
b. Fasilitas rekreasi yang ada
c. Bentuk rekreasi utama yang ada
di komunitas
*Ket : Format winshield survey ini dapat digunakan untuk berbagai settingan
dan/atau agregat sesuai tumbuh kembang dan populasi rentan di komunitas.

Untuk komunitas pekerja, pengkajian juga harus dilakukan per individu


meliputi:
a) Pemeriksaan fisik (khususnya pernapasan, pendengaran, penglihatan, dan lain-
lain)
b) Tanda-tanda vital
c) Bahaya/dampak pekerjaan
No. Item pengkajian Hasil Kesimpulan/dampak
1) Bagaimana cara bekerja
2) Tingkat paparan bahaya
terhadap pekerja
3) Durasi bekerja
4) Keamanan saat bekerja
5) Alat pelindung diri (APD)
saat bekerja

50
d) Faktor ergonomis
Penilaian sikap ergonomis saat bekerja dapat dinilai sebagai berikut (Ginanti,
2019) :
(1) Posisi Kerja : Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi
duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
(2) Proses Kerja : Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
(3) Tata letak tempat kerja : Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.
(4) Mengangkat beban : Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu
berat. Dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
(5) Stres kontak (terjadi saat benda keras atau tajam menyentuh langsung
bagian tubuh, contoh: kincir/baling-baling pada mesin, pisau, parang, gergaji,
dan lain-lain)
No. Item Pengkajian Hasil Kesimpulan/Dampak
1. Posisi kerja
2. Proses kerja
3. Tata letak tempat kerja
4. Mengangkat beban
5. Stres kontak

4) Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat karena
diberikan langsung kepada keluarga (dan/atau agregate khusus dalam keluarga),
siswa, penghuni asrama, pedagang,dan para pekerja.
a) Buatlah item pengkajian mengikuti konsep yang dipilih, semua item yang ada di
dalam konsep diupayakan untuk ditanyakan dalam kuesioner.
b) Bentuk pertanyaan disesuaikan dengan pilihan jawaban yang mungkin
(dikotomos, pilihan berganda, tabel isian, atau tabel ceklist) agar hasilnya lebih
mudah diolah.
Contoh pertanyaan dikotomos:

51
Apakah setiap ruangan dibersihkan dibersihkan setiap hari?
a. Ya
b. Tidak
Contoh pertanyaan pilihan berganda:
Bagaimanakah keadaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di keluarga?
a. Tertutup mengalir
b. Terbuka mengalir
c. Terbuka tergenang
d. Tidak ada saluran
Contoh pertanyaan tabel isian
Komposisi anggota
Penyakit
Hubungan
N Jenis Pendidikan dalam 3
Nama Agama Suku Usia Pekerjaan dengan
o kelamin terakhir bulan
KK
terakhir
1.

Contoh pertanyaan tabel ceklist


Pola hidup besih dan sehat dalam keluarga
No. Kebiasaan anggota keluarga Ya Tidak
1. Menggosok gigi sebelum tidur
2. Mencuci tangan sebelum makan
3. Memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
4. .......................

2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, kemudian hasil pengkajian dilakukan analisis data komunitas
dapat dilakukan dalam beberapa tahap (Riasmini, & dkk, 2017), yaitu :
a. Kategorisasi/pengelompokan
Pengkategorian data komunitas diantaranya : a) Karakteristik demografi (komposisi
keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan kelompok RAS); b) Karakteristik geografis
(batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga (KK), ruang publik dan jalan);
c) Karakteristik sosial-ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
dan pola kepemilikan tanah); d) Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, klinik, dan pusat kesehatan mental).
b. Ringkasan/meringkas
Setelah kategorisasi data, langkah berikutnya adalah membuat ringkasan data dalam
setiap kategori. Dalam ringkasan data dibutuhkan ukuran ringkasan seperti

52
persentase, diagram, dan grafik. Ringkasan data dapat disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, dan grafik agar lebih mudah dalam melakukan analisis data.
c. Pembandingan/membandingkan
1) Analisis data juga mencakup kegiatan mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan,
dan kekurangan/kehilangan data, serta menetapkan pola atau kecenderungan
yang ada.
2) Jika data yang ada dirasa tidak benar maka validasi ulang dengan data aslinya.
3) Dalam menelaah analisis butuh keterlibatan tim kerja dan masyarakat bertukar
pandangan sehingga diperoleh gambaran tentang data pengkajian komunitas
yang menyeluruh dan komprehensif.
4) Data komunitas yang diperoleh dibandingkan dengan data lain yang serupa,
misal: diperoleh data angka kematian bayi 12/1000 kelahiran hidup, maka
bandingkan data tersebut dengan angka kematian di tingkat kota/kabupaten-
daerah-propinsi-nasional.
5) Sumber pembanding lain adalah dokumen terkait dengan sasaran baik untuk
skala nasional maupun daerah.
d. Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan maka langkah terakhir
adalah menarik kesimpulan. Simpulan logis dapat dirumuskan dari data/bukti yang
ada untuk mengarah pada diagnosis keperawatan komunitas. Simpulan ini
merupakan sintesis ‘apa makna data tersebut?’ dari data komunitas yang ada.
Hasil dari analisa data adalah sebagai dasar dalam membuat diagnosa keperawatan,
prioritas, serta perencanaan dalam penyajian data (musyawarah) yang dihadiri
masyarakat. Dalam musyawarah masyarakat tersebut ditempilkan semua hasil dari
pengkajian berdasarkan permasalahan yang muncul kemudian ditanggapi oleh
masyarakat, bagaimana respon masyarakat terhadap hasil tersebut, setelah data
dianalisa maka kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas.
Contoh tabel Analisa Data Keperawatan Komunitas:
No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
.
1. Tenaga VCT terlatih Akses terhadap Defisiensi Kesehatan
puskesmas yang pelayanan kesehatan Komunitas
masih terbatas HIV minimal Domain : 1 (Promosi
Dukungan sosial Adanya temuan kasus Kesehatan)
kasus HIV yang tidak HIV
Kelas : Manajemen
adekuat Kurangnya pengetahuan
Stigma masyarakat masyarakat tentang kesehatan
terhadap penderita penyakit HIV Kode : 00215
HIV
53
3. Perumusan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Langkah-langkah perumusan problem:
a. Fokuskan diagnosa keperawatan komunitas pada suatu komunitas yang biasanya
didefinisikan sebagai suatu kelompok, populasi, agregate
b. Deskripsikan masalah kesehatan komunitas baik berupa resiko, potensial,
maupun aktual.
Formulasi diagnosa keperawatan kelompok atau populasi di dapat komunitas
menggunakan ketentuan diagnosis keperwatan NANDA (2018-2020) domain 1 (promosi
kesehatan) atau International Classification for Nursing Practice (ICNP). Adapun
diagnosa keperawatan NANDA yang dapat ditegakkan pada permasalahan kesehatan
pada komunitas (Riasmini, & dkk, 2017), yaitu :
Tabel Diagnosa Keperawatan Komunitas
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis
Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 keperawatan
Gaya Hidup Monoton
Promosi Kesadaran
Kesehatan Kesehatan
(NANDA)
Kelas 2:
Manajemen
Kesehatan 00215 Defisiensi kesehatan komunitas
00188 Perilaku kesehatan cenderung
beresiko
00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
00078 Ketidakefektifan manajemen
kesehatan
00162 Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan diri
Domain 9 : Kelas 2: 00077 Ketidakefektifan koping komunitas
Koping/toler Respons
ansi stres koping

4. Perencanaan keperawatan Komunitas


Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas berorentasi
pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan
manajemen krisis. Adapun langkah-langkah dalam menyusun perencanaan keperawatan
kesehatan komunitas sebagai berikut (Riasmini, & dkk, 2017):
a. Menetapkan prioritas
Penetapan prioritas masalah perlu melibatkan masyarakat/komunitas dalam suatu
pertemuan musyawarah masyarakat desa (MMD). Perawat dapat mengarahkan
masyarakat dalam penentuan prioritas masalah dengan memperhatikan enam kriteria,
54
yaitu : 1) Kesadaran masyarakat akan masalah; 2) Motivasi masyarakat untuk
menyelesaikan masalah; 3) Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian
masalah; 4) Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi masalah; 5) Beratnya
konsekuensi jika tidak terselesaikan; dan 6) Mempercepat penyelesaian masalah
dengan resolusi yang dapat di
b. Menetapkan sasaran
Setelah menetapkan prioritas masalah kesehatan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan sasaran. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan yaitu pernyataan
situasi ke depan, kondisi atau jangka panjang dan belu bisa diukur.
c. Menetapkan tujuan
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dibatasi waktu dan berorentasi
dengan kegiatan. Karakteriktik dalam penulisan tujuan, yaitu ; 1) Menggunakan kata
kerja; 2) menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, bagaimana penampilan diukur; 3) Berhubungan dengan sasaran; 4)
Adanya batasan waktu. Penulisan tujuan mengaju pada Nursing Outcome
Classification (NOC)
d. Menetapkan rencana intervensi
Dalam menetapkan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas, maka hal
yang harus ada cakupan isinya sebagai berikut; 1) Hal apa yang akan dilakukan; 2)
waktu atau kapan melakukannya; 3) Jumlah; 4) Target atau siapa yang menjadi
sasaran; dan 5) Tempat atau lokasi. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan saat
menetapkan rencana intervensi meliputi; 1) Program pemerintah terkait dengan
masalah kesehatan yang ada; 2) Kondisi atau situasi yang ada; 3) sumber daya yang
ada; 4) Program yang lalu pernah dijalankan; 5) Menekankan pada perbedaan
masyarakat; 6) Penggunaan teknologi tepat guna; 7) Mengedepankan upaya promotif
dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Penyusunan rencana
keperawatan komunitas menggunakan intergrasi mengacu pada Nursing Intervention
Classification (NIC

55
Contoh Tabel Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Komunitas : HIV (Riasmini, & dkk, 2017).

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Tenaga VCT terlatih 00215 Defisiensi 2700 Kompetensi masyarakat 8700 Pengembangan program
puskesmas yang masih kesehatan 2701 Derajat kesehatan 4350 Manajemen perilaku
terbatas komunitas masyarakat 4360 Modifikasi perilaku
Dukungan sosial kasus 4356 Manajemen perilaku seksual
HIV yang tidak adekuat 7970 Monitoring Kebijakan
Stigma masyarakat kesehatan
terhadap penderita HIV
Akses terhadap pelayanan 2702 Tingkat kekerasan 6520 Skrining kesehatan
kesehatan HIV minimal masyarakat 6652 Surveilans :komunitas
Adanya temuan kasus HIV 2802 Kontrol terhadap 7160 Menjaga kesuburan
Kurangnya pengetahuan kelompok berisiko 7910 Konsultasi
masyarakat tentang penularan HIV 8190 Tindak lanjut melalui telepon
penyakit HIV 2808 Efektivitas program
masyarakat

2808 Program efektivitas 8180 Konsultasi melalui telepon


komunitas 8100 Rujukan
1634 Perilaku pemeriksaan
kesehatan pribadi
.............

56
1) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) (penyajian hasil pengkajian, penentuan
prioritas masalah, dan POA)
a) Pengertian
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan perwakilan warga
desa beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil
Survei Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan
yang diperoleh dari hasil survei mawas diri (Kelurahan Ngerep, 2019).

b) Tujuan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Adapun tujuan dilaksanakannya Musyawarah Masyarakat Desa adalah sebagai
berikut :
(a) Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya;
(b) Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
pelaksanaan Desa Siaga dan Poskesdes;
(c) Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah
kesehatan, melaksanakan desa siaga dan poskesdes

c) Prosedur
1) Sebelum pertemuan
(a) Jumpai kepala desa dan beberapa perangkat desa untuk menentukan
waktu dan tempat yang tepat untuk mengadakan pertemuan dengan
masyarakat.
(b) Siapkan undangan yang menyatakan dengan jelas tujuan acara, serta
tempat dan tanggal pertemuan.
(c) Sebarkan undangan kepada tokoh masyarakat beberapa hari sebelum
pertemuan.
(d) Umumkan undangan untuk seluruh warga masyarakat melalui media
yang dapat didengar/dilihat oleh masyarakat, misalnya; pengeras suara,
selebaran, dan lain- lain atau minta pertolongan kepala desa/pemuka
agama untuk mengumumkan saat warga berkumpul (misalnya setelah
shalat berjamaah di mesjid)
(e) Siapkan tempat dan sarana yang diperlukan untuk pertemuan.
(f) Siapkan power point atau tulisan di flip chart untuk menampilkan data
hasil pengkajian dengan tampilan yang menarik. Data yang ditampilkan
dikelompokkkan berdasarkan masalah.

57
2) Saat pertemuan
(a) Penyajian data
I. Masyarakat yang telah berkumpul dipersilahkan untuk duduk bersama.
Sajikan data menggunakan power point/flip chart dimulai dengan data
demografi komunitas
II. Sajikan data berdasarkan subsistem yang ada didalam konsep yang
dipilih (misalnya; lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi)
III. Data yang ditampilkan sebaiknya berbentuk tabel, diagram, atau
gambar agar ringkas dan mudah untuk dijelaskan.
IV. Saat penyajian data hanya hasil yang ditampilkan secara visual, namun
penyaji juga harus menjelaskan dampak positif dan negatif dari data
tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu menemukan
masalah terkait data yang ditampilkan.
Contoh Diagram Pie untuk penyajian data:

Diagram 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Gampong S Kecamatan D Bulan Januari 2021 (n = 120)

33% Laki-laki
Perempuan
67%

Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk jenis kelamin


perempuan lebih banyak (67 %) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki
(33 %).

58
Contoh Diagram batang untuk penyajian data:

DiagramResponden
Distribusi 2 DistribusiBerdasarkan
Frekuensi Perilaku Lansia
Perilaku Tentang
Klien Dengan
Pengendalian Hipertensi Di Gampong S Kecamatan D
Stroke Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Depok
Bulan Tahun2021
Januari 2012(n(n=28)
= 120)
15,5
15
15
14,5
14 14 14 14
14
13,5
13
13 Baik
12,5 Kurang
12

Berdasarkan diagram batang diatas dapat diketahui bahwaketerampilan


masyarakat yang baik dalam melakukan penanganan penyakit hipertensi
lebih besar (15 %) dibandingkan dengan pengetahuan (14 %) dan sikap
masyarakat (14 %).

Contoh gambar dalam penyajian data:

Berdasarkan gambar terdapat tumpukan sampah dan air tergenang bisa


menjadi tempat berkembang biak vektor penyakit seperti diare, malaria,
dan demam berdarah deungeu yang dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk.

59
V. Berikan kesempatan kepada masyarakat yang hadir untuk bertanya dan
mengklarifikasi terkait data yang ditampilkan.
VI. Penentuan prioritas masalah

2) Penyusunan Plan of Action (POA)


a) Berdasarkan masalah, minta masyarakat untuk memberikan pendapat
tentang kegiatan yang sesuai untuk menyelesaikan masalah-masalah
tersebut.
b) Informasikan kepada masyarakat rentang waktu untuk kegiatan di komunitas
tersebut dan berapa kegiatan yang mungkn untuk diadakan
c) Jika masyarakat tidak memberikan pendapat, berikan saran tentang kegiatan
yang sesuai dengan masalah dan minta tanggapan mereka tentang saran
tersebut (setuju/tidak)
d) Tanyakan kepada masyarakat sumber apa yang ada dalam komunitas yang
dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diajukan.
e) Tulis kegiatan-kegiatan tersebut didalam format yang telah disiapkan, dan
pilih tempat, waktu dan penanggung jawab kegiatan dari masyarakat.
f) Setelah semua kegiatan telah dicatat di dalam format, tanyakan kembali
saran/pendapat masyarakat tentang persetujuan mereka.
g) JIka semua masyarakat yang hadir setuju, minta pemimpin masyarakat
(misalnya: kepala desa) untuk mengesahkan kegiatan tersebut.

60
Contoh tabel Plan of Action (POA):
Penanggung
Rencana
No. Masalah Tujuan Tempat Hari/Tanggal Waktu Sasaran jawab
kegiatan

1. Tingginya Menurunnya 1. Penyuluhan Balai Senin Pukul Klien dan Bpk. S dan
angka angka tentang Gampong 3 April 2021 14.00 keluarga perawat
penderita kasus HIV penyakit HIV S s/d penderita komunitas
HIV di di Gampong 2. Penyuluhan selesai HIV
Gampong S tentang
S modifikasi
lingkungan
penderita
HIV
3. Demonstrasi
manajemen
stres
2. ........

61
h) Buat kesimpulan tentang pertemuan hari ini, khususnya tentang kegiatan-
kegiatan yang telah disahkan oleh pemimpin masyarakat
i) Ucapkan terima kasih atas partipasi masyarakat selama pertemuan
j) Ucapkan salam

5. Implementasi keperawatan komunitas


Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan kegiatan keperawatan
komunitas. Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tahap implementasi
keperawatan komunitas memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses
kelompok, promosi kesehatan dan kemitraan (partnership) (Riasmini, & dkk, 2017).
Contoh laporan pendahuluan (Penyuluhan):
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN HIPERTENSI

PADA MASYARAKAT DI GAMPONG S KEC. D KAB. A

A. Latar Belakang
Menurut Giudice, Pompa, dan Aucella (2010) hipertensi merupakan faktor
risiko utama kardiovaskular yang berkaitan dengan tekanandarah tinggi, stroke,
dan kardiovaskular yang menyebabkan kematian padasemua kelompok umur.
Hasil data Riskesdas (2018) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat antihipertensi pada penduduk
umur ≥ 18 tahun sebanyak 89 % yang terdiagnosis dokter dan sebanyak 92 %
dengan minum obat antihipertensi.
Hasil pengkajian berdasarkan wawancara dengan 5 lansia hipertensi pada
tanggal 21 Februari 2019 di Gampong S didapatkan data bahwa masih kurang
pengetahuan dan kurangnya mendapatkan informasi kesehatan tentang penyakit
hipertensi seperti pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan perawatan
hipertensi selama di rumah. Selain itu, faktor yang memicu kenaikan tekanan
darah dari klien disebabkan karena mengalami stress dan tidak mampu
mengontrol emosi. Terdapat 3 dari 5 klien mengatakan jika stress yang dilakukan
adalah biasanya untuk tiduran saja sampai pusing, amarah dan sakit kepala
berkurang. Selanjutnya, 3 dari 5 klien juga menambahkan bahwasanya ketika
sedang mengalami stress, kepala sering sakit serta kuduk terasa sakit dan
biasanya tekanan darahnya sering naik.
Berdasarkan uraian diatas, maka masyarakat perlu diberikan informasi
kesehatan tentang perawatan hipertensi selama dirumah. Kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya perawatan hipertensi selama di rumah secara mandiri.
62
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Lansia Gampong S
berhubungan dengan Kurangnya sumber daya (pengetahuan tentang praktik
kesehatan dasar penanganan penyakit hipertensi)
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan kegiatan, diharapkan masyarakat mampu
memelihara kesehatannya secara efektif dan mandiri.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan selama 1x 60 menit, diharapkan
masyarakat mampu :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian hipertensi
b. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
c. Memahami dan menjelaskan faktor penyebab hipertensi
d. Memahami dan menjelaskan akibat dari hipertensi
e. Memahami dan menjelaskan diet hipertensi

C. Rencana Kegiatan
1. Nama Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang perawatan hipertensi

2. Metode
Ceramah,tanya jawab dan diskusi

3. Media
Laptop, LCD, Screen layer dan Leaflet

4. Waktu
Hari/Tanggal : Senin/5 April 2021
Pukul : 14.00 sd 15.00 WIB

5. Tempat
Meunasah Gampong S, Kecamatan D, Kab. A

6. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan PJ

1. 14.00-14.05 WIB 1. Pembukaan Moderator


a. Memberikan Salam
b. Membuat Kontrak Waktu
c. Menjelaskan Tujuan Pertemuan

14.05-14.40 WIB 2. Kegiatan Inti: Penyaji


a. Menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi
63
c. Menjelaskan faktor penyebab
hipertensi
d. Menjelaskan akibat dari hipertensi
e. Menjelaskan diet hipertensi
f. Memberi kesempatan untuk bertanya
kepada masyarakat
g. Memberikan reinforcement positif
kepada masyarakat yang aktif
h. Melakukan evaluasi terhadap materi
yang disampaikan

3. Penutup
14.40-15.00 WIB a. Membuat kesimpulan kegiatan Moderator
b. Mengucapkan salam

D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Undangan kegiatan telah disebarkan kepada masyarakat
b. Media dan peralatan telah tersedia
c. Tempat kegiatan telah tersedia

2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan diharapkan dapat terlaksana selama 60 menit
b. Masyarakat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Tidak ada gangguaan selama kegiatan
d. Media yang digunakan dapat dipahami oleh masyarakat

3. Evaluasi Hasil
a. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan pengertian
hipertensi
b. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi
c. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan faktor penyebab
hipertensi
d. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan akibat dari
hipertensi
e. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan diet hipertensi

E. Pengorganisasian Kelompok
1. Penanggung jawab umum :
2. Penyaji materi :
3. Moderator :
4. Observer :
5. Dokumentasi :

64
6. Konsumsi :
7. Fasilitator :
8. Perlengkapan :

Contoh materi pendidikan kesehatan/penyuluhan:


MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

A. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan terjadinya peningkatan tekanan dalam
pembuluh darah dimana bagian atas (sistolik) lebih dari 140mmHg dan bagian bawah
(diastolik) lebih dari 90 mmHg.

B. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 >110

C. Penyebab dan Faktor Risiko


Menurut para ahli kesehatan, hipertensi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol, terdiri dari :
a. Keturunan
Faktor keturunan menunjukkan, jika kedua orang tua menderita hipertensi
kemungkinan akan terkena penyakit ini sebesar 60 % karena menunjukkan ada
faktor gen keturunan yang berperan.
b. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis
kelamin, dan ras.

2. Faktor yang dapat dikontrol, terdiri dari :


a. Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak.
b. Konsumsi Alkohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon–hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium
dan air.
c. Kegemukan (obesitas)
Orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untuk memompa
darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut. Berat
badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi.

65
d. Stress
Hubungan stress dengan hipertensi adalah melalui aktivitas saraf. Saraf
bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan kerja saraf dapat
meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
e. Asupan Natrium (tinggi garam)

D. Tanda dan gejala


Pada sebagian besar lansia, tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala. Adapun
jika tanda dan gejala yang dirasakan pada penderita tekanan darah tinggi adalah
sebagai berikut:
1. Kaku atau terasa berat pada tengkuk
2. Pusing/sakit kepala
3. Pandangan kabur
4. Telinga berdenging
5. Sulit tidur
6. Jantung berdebar-debar
7. Mudah marah /tersinggung
8. Mudah lelah dan lemas
9. Perdarahan dari hidung

E. Akibat jika tidak diatasi


Penyakit hipertensi yang tidak diatasi dengan cepat, akan menimbulkan berbagai
penyakit lainnya, seperti :
1. Penyakit jantung
2. Serangan otak/ Stroke
3. Kerusakan/gagal ginjal
4. Gangguan penglihatan/ kebutaan
5. Kematian

F. Cara Pencegahan
1. Kontrol tekanan darah dan berat badan 1bulan sekali
2. Kurangi Berat Badan bila kelebihan berat badan (capai berat badan ideal)
3. Obesitas atau kegemukan seseorang dapat diketahui dengan menghitung indek
masa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan
dalam m2
BB (Kg)
I MT =
TB x TB (m)

4. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat
badan (kg) dan tinggi badan (m2) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT)
terlihat dalam sebagai berikut:
Tabel Indeks Massa Tubuh
Status Gizi Wanita Laki-laki
Normal 17 – 23 18 – 25
Kegemukan 23 -27 25 -27

66
Obesitas >27 >27

5. Hindari merokok, minum kopi, minum alkohol.


6. Kurangi konsumsi garam sesuai dengan tingkatan berat ringannya tekanan darah.
7. Tekanan darah antara 140-159/90-99 mmHg (maksimal 1 sendok teh perhari)
8. Tekanan darah antara 160-179/100-109 mmHg (maksimal 1/2 sendok teh perhari)
9. Tekanan darah diatas 180/110 mmHg (maksimal 1/4 sendok teh perhari)
10. Hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam)
11. Perbanyak makan sayur segar dan buah
12. Olah raga secara teratur seperti jalan kaki minimal 30 menit/ hari
13. Hindari stress dan lakukan teknik relaksasi
14. Cukup istirahat dan tidur
15. Dekatkan diri dengan memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa
16. Apabila mendapat obat medis, minum sesuai aturan

G. Cara Perawatan Hipertensi Dengan Menu Sehat Hipertensi


1. Definisi
Menu sehat hipertensi merupakan susunan makanan yang sangat dianjurkan bagi
penderita hipertensi sebagai nutrisi agar terhindar dari terjadinya peningkatan
tekanan darah.

2. Tujuan
Menghindari atau menurunkan kadar kolesterol darah serta menurunkan tekanan
darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau serangan jantung.

3. Alat dan bahan


Bahan makanan (Nasi,telor ayam, susu, ikan, tempe/tahu, sayuran)
Piring
Gelas
Sendok

4. Waktu Penyediaannya
a. Menu makanan dapat disediakan saat waktu makan tiba (3 kali dalam sehari).
Berikut contoh menu makanan untuk penderita hipertensi :
Pembagian Makanan Sehari
Bahan Makanan Berat(gram) Ukuran Rumah Tangga
Pagi :
Nasi 250 1¾ gls
Telor ayam/susu skim 55/45 1 btr/3 sdk mkn
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Jam 10.00 :
Buah 100 1 ptg bsr

Siang:
Nasi 250 1¾ gls
67
Daging/ayam 50 1 ptg
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Buah 150 1 ½ ptg bsr
Minyak utk menggoreng 15 1 sdm

Jam 16.00 :
Buah 200 1 ptg bsr
Malam:
Nasi 200 1 ½ gls
Ikan 50 1 ptg
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Buah 150 ½ ptg bsr
Minyak untuk menumis 15 1 sdm
Catatan :konsumsi garam
dapur tidak lebih dari ¼ - ½
sendok teh/hari

5. Penyediaan Makanan Sehat Hipertensi


1) Prinsip penyediaan makanan bagi penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a) Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c) Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis
makanan dalam daftar diet. Dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih
dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar
natrium.

2) Makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi adalah:


a) Sumber karbohidrat: beras, kentang, singkong, terigu topika, gula.
b) Sumber protein: daging dan ikan maksimal 100 g sehari, telur maksimal 1
butir per hari, tahu, tempe, kacang-kacangan, daging ayam tanpa kulit, susu
dan keju rendah lemak
c) Sumber serat: semua sayuran segar seperti bayam, selada dan daun
bawang, beras merah, kacang-kacangan, tomat, apel, jeruk, dan belimbing.
d) Buah-buahan: pepaya, jeruk, pisang, jambu biji, tomat dan mengkudu.
e) Bumbu-bumbu: seperti bawang merah, bawang putih, jahe, seledri, salam
dan kunyit.
f) Sumber kalium: kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel, pisang ambon,
jeruk, anggur, mangga, melon, apel, stroberi, semangka, alpukat, buah pare,
labu siam, labu parang, mentimun, lidah buaya, nanas, dan susu.
g) Sumber kalsium: kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan
mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju
rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari.
Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
h) Sumber magnesium: beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel,
sayuran berwarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan (selain udang, kerang, cumi,
68
kepiting dan sejenisnya) dan daging ayam tanpa kulit.

3) Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:


a) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
b) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin).
c) Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
d) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e) Susu full cream, mentega, margarine, keju, mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing),
kuning telur, kulit ayam.
f) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam
natrium.
g) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

DAFTAR PUSTAKA

Giudice, A.Pompa, G. Aucella, F (2010) Hypertension in The Elderly. Jurnal Nephrol ; 23.
San Giovanni Rotondo, Foggia-Italy. Diakses tanggal 4 Maret 2013 di
http://www.jnephrol.com.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

6. Evaluasi Keperawatan Komunitas


Riasmini, & dkk (2017) menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk
menilai secara sistematis mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan
informasi dan hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya, dan
keberhasilan untuk keperluan pemangku kepentingan. Jenis evaluasi menurut
pelaksanaannya, yaitu :

69
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu pelaksanaan program
yang bertujuan memperbaiki program yang dilaksanakan sehingga dapat menilai
masalah yang terjadi saat pelaksanaan program.
b. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat selesai pelaksanaan
program, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan
berupa pencapaian dari pelaksanaan program.

7. Catatan Perkembangan Keperawatan Komunitas

CATATAN PERKEMBANGAN ................................. (tuliskan nama agregat)

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS .................................

Diagnosa
No. Tgl Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan

1. Subjektif:

Objektif:

Analisa:

Perencanaan:

70
BAB III

PENUTUP

A. SASARAN BELAJAR (ISS)


1. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan
sekolah (Ns. Rachmalia, MNS)
2. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada agregat anak
dan remaja (Teuku Tahlil, MS., Ph.D)
3. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja
(Ns. Jufrizal, M.Kep)
4. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada agregat
penyakit kronis (Ns. Arfiza Ridwan, MNS)
5. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada populasi
penyakit menular/infeksi (T. Samsul Alam, SKM, MNSc)
6. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada agregat lansia
(Ns. Maulina, M.Kep., Sp.Kep.Kom)
7. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada populasi rentan:
disabilitas dan populasi terlantar (Ns. Farah Diba, MScPH)
8. Jelaskan tentang Konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada populasi rentan:
penyakit mental (Ns. Budi Satria, MNS)

B. TUGAS INDIVIDU
1. Buatlah 1 resume artikel terkait program promosi kesehatan berikut ini! Kaitkan
resume dengan konsep Promosi Kesehatan yang telah didapatkan pada Blok
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN pada semester 4.
Hasil penugasan ini didiskusikan pada Self Grup Discussion (SGD) bersama tutor.
a. Upaya promosi kesehatan pada kesehatan sekolah
b. Upaya promosi kesehatan pada agregat anak dan remaja
c. Upaya promosi kesehatan pada kesehatan kerja
d. Upaya promosi kesehatan pada agregat penyakit kronis
e. Upaya promosi kesehatan pada populasi penyakit menular/infeksi
f. Upaya promosi kesehatan pada agregat lansia
g. Upaya promosi kesehatan pada populasi rentan: disabilitas/homeless
h. Upaya promosi kesehatan pada populasi rentan: penyakit mental

71
2. Buatlah 1 resume artikel (yang menggunakan metode penelitian quasi
eksperimental/eksperimen) terkait penerapan terapi komplementer dalam komunitas
pada agregat dan populasi berikut ini :
a. Agregat anak
b. Agregat remaja
c. Agregat wanita (ibu hamil/menyusui)
d. Agregat pria Dewasa
e. Agregat lansia (penyakit menular)
f. Agregat lansia (penyakit tidak menular)
g. Populasi disabilitas
h. Populasi penyakit mental

C. KASUS PRAKTIKUM
Lakukanlah kegiatan pratikum sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Sesuaikan
dengan setting area dan agregat/populasinya !
1. Asuhan keperawatan komunitas setting : Keperawatan kesehatan sekolah
2. Asuhan keperawatan komunitas setting : komunitas remaja
3. Asuhan keperawatan komunitas setting : Keperawatan kesehatan kerja (K3)
4. Asuhan keperawatan komunitas pada populasi dengan masalah penyakit kronik
5. Asuhan keperawatan komunitas pada populasi dengan penyakit menular
6. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat lansia
7. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat populasi rentan :
kecacatan/disabilitas
8. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat populasi rentan : penyakit mental

72
FORMAT RESUME ARTIKEL UPAYA PROMOSI KESEHATAN

No Topik Uraian

1. Judul Artikel

2. Nama Penulis

3. Nama Program

4. Tujuan Penulisan

5. Area Masalah

6. Tingkat Pencegahan

7. Sasaran Program

8. Strategi Promkes

9. Model/Teori Promkes

10. Rekomendasi

73
DAFTAR PUSTAKA

Allender. J. A. Spradley, B.W. (2010). Community health nursing: Concep and practice. Sixth
edition. Philadelphia: Lippincot William & Walkins

Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins

Anderson, E. T., McFarlane, J. (2011). Buku Ajar Keperawatan Komunitas (Teori dan
Praktik). Ed: 6th. Jakarta: EGC

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Edelman. Mandle (2010). Health Promotion :Throughout the Life Span. Seventh Edition.
Mosby

Golinowska. S, Groot .W, Baji. P, Pavlova. M (2016) Health Promotion Targeting Older
People. BMC Health Serv eres.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5016724/

Halsted. C, Pew. A (2019) Third Hand Smoke. National Center For Health Research.
http://www.center4research.org/third-hand-smoke.

Homecare for senior. (2011). Benefits of senior/elder homecare services.


http://www.homecare4seniors.net/benefits.html. Diakses tanggal 3 Maret 2021

Iman,A.T, Lena, D. (2011). Bahan Ajar Recam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Manajemen Mutu Informasi : Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1 : Quality
Assurance. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Idaiani, S., & Riyadi, E.I. (2018). Sistem Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan Vol. 2, No. 2. Agustus. Diunduh pada
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/view/134. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.

ILO Jakarta (2013) Modul Lima :Pedoman Pelatihan Manajer dan Pekerja. SCORE.

InfoDatin (2014) Waspada Diabetes :Eat Well, Live Well. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/infodatin-diabetes

InfoDatin (2015) Data Dan Kondisi Penyakit Osteoporosis Di Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id/artikel/view/16010500005/data-dan-kondisi-
penyakit-osteoporosis-di-indonesia.htm.

InfoDatin (2016) Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-lansia-
2016.pdf. ISSN 2442-7659

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. Absolute Media Krapyak

Jamaludin. J. (2017). Konsep Home Care diunduh pada http://www.docuri.com. Diakses


tanggal 22 Februari 2020
74
Karlina, L., Kora, F.T. (2014). Hubungan Peran Perawat Sebagai Care Giver Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Lansia. Diunduh pada https://stikes-yogyakarta.e-
journal.id/JKSI/article/view/20/14. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021.

Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter
Dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.

Kemenkes RI (2015) Buletin Jendela : Data Dan Informasi Kesehatan.


http://www.depkes.go.id/download/buletin-kanker

Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.

Kemenkes RI. (2017). Warta Kesma : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Edisi 01. Diunduh
pada https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Warta-Kesmas-Edisi-
01-2017_752.pdf. Diakses pada tanggal10 Maret 2021.

Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI Nomor 27 tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diunduh
padahttp://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_Pe
ncegahan_dan_Pengendalian_Infeksi_di_FASYANKES_. Diakses pada tanggal 2 Maret
2021.

NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta :
EGC

Nies, M.A., & McEwen, M. (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.

Ode, S . (2012). Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia,


Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun 2014,
Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah

PKRS RSST. (2020, Desember 16). Waspadai Penyakit Tidak Menular (PTM) diunduh pada
https://rsupsoeradji.id/waspadai-penyakit-tidak-menular-ptm/. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.

Putri, N. H. (2020, Mei 25). Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Akut dan Kronis pada Penyakit
Diunduh pada https://www.sehatq.com/artikel/jangan-tertukar-ini-perbedaan-akut-dan-
kronis-pada-penyakit. Diakses pada tanggal 23 Februari 2021

Perpres RI. (2010). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Diunduh pada
75
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41038/perpres-no-15-tahun-2010. Diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.

Registered Nursing. (2018). Perawat Kesehatan Rumah, diunduh pada


https://www.registerednursing.org/specialty/home-health-nurse/. Diakses tanggal 22
Februari 2020

Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok Dan
Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP

Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan


Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riyanto. (2018). Kebijakan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan. Jounal The
Indonesia Journal of Health Science. Edisi Khusus. Jember;Penerbit Universitas
Muhammadiyah Jember.

Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
Penerbit STIKes Majapahit Mojokerto.

Satria. B .(2017). Regulasi Pelayanan Home Care.http://www.best-dokter.com/regulasi-


pelayanan-home-care. Diakses tanggal 22 Februari 2020

Semuel, H. Zulkarnain, J (2011) Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Budaya Kualitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Otsuka Indonesia
Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), pp.162–176.
Availableat:http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index. php/man/article/view/18332/18177.

Suswati, I., Setiawan, F.E.B., Prasetyo, Y., & Tilaqsa, A . (2017). Interprofessional Education
IPE : Panduan Tutorial Dan Home Visit Kesehatan Keluarga. Malang : UMM Press

Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.

Stuart, L. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th Ed.). St. Louis: Mosby
Elsevier

Tribowo, C. (2012). Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta : Nuha Medika

76

Anda mungkin juga menyukai