Penyusun :
Ns. Maulina, M. Kep., Sp. Kep. Kom
Reviewer:
Ns. Rachmalia, MNS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
SEMESTER GENAP
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat
beserta salam kepangkuan Nabi Muhammad S.A.W, sehingga modul ”Keperawatan
Komunitas II” ini telah selesai disusun. Modul ini berisi kompetensi mahasiswa agar
mampu memahami dan mempraktekkan asuhan keperawatan pada berbagai populasi
dalam keperawatan komunitas.
Modul ini diharapkan sebagai landasan teori dan acuan bagi mahasiswa dan tutor
untuk melaksanakan pembelajaran dengan sistem Student Centered Learning (SCL) pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sedang diterapkan di Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala. Selain itu, modul ini diharapkan dapat mendukung proses belajar
mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang berorientasi pada mahasiswa
sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
Penyusunan modul ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2. Ketua Jurusan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
4. Semua staf Dosen yang telah banyak memberikan masukan
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul
Kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, tutor, dosen
serta para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan modul ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Februari , 2021
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Komunitas II
2. Beban Studi : 4 SKS (2 SKS Teori, 2 SKS Praktikum)
3. Tujuan Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menyusun dan
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan fokus pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit minimal pada area sekolah, kesehatan kerja, keperawatan
dirumah, agregat di komunitas (sesuai dengan tumbuh kembang, kelompok anak,
remaja, wanita, pria, lansia), populasi rentan dengan masalah penyakit mental,
kecacatan dan populasi terlantar, masalah kesehatan populasi (penyakit infeksi,
populasi penyakit kronis), dan pengembangan terapi komplementer dalam keperawatan
komunitas dengan menggunakan langkah proses keperawatan komunitas.
4. Profesional Profil
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap akademik, mahasiswa mampu
menyusun dan mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas serta mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas dalam berbagai tatanan pelayanan di
komunitas pada tahap pendidikan profesi.
5. Jadwal Perkuliahan
Hari/
No Tanggal PT Waktu Metode Dan Topik
TCL
1 14.00-15.40 (Manajemen dan mutu pelayanan
(Zoom main room) keperawatan komunitas)
Ns. Nurul Hadi, M.Kep
2 Kamis 2 14.00-15.20 Konsultasi TIK ISS
18 Maret 2021 (Konsultasi)
15.20-15.40 Transfer knowlegde hasil
(Transfer konsultasi ISS
knowlegde) (Tutor wajib hadir pada saat
(Zoom break out) transfer knowlegde)
1
Hari/
No Tanggal PT Waktu Metode Dan Topik
6. Kegiatan/Topik Praktikum
No Kegiatan/Topik Praktikum
2
No Kegiatan/Topik Praktikum
Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
1 Rabu 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
31 Maret 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
1&2 Kelompok 5 1
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
2 Kamis 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
1 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
3&4 Kelompok 5 2
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
3 Senin 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
5 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) 5&6 Kelompok 2 3 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
Kelompok 5
3
Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
4 Selasa 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
6 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
7&8 4
Kelompok 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
5 Rabu 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
7 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
9 & 10 Kelompok 5 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
6 Kamis 11.00-11.30 Klpk 1-8 Daring
8 April 2021 Pre test
14.00-15.20 Kelompok 1 Luring di
(Sesi A) Kelompok 2 ruang
Kelompok 3 tutorial/lab
Kelompok 4
11 & 12 6
Kelompok 5
15.30-17.00 Kelompok 6
(Sesi B) Kelompok 7
Kelompok 8
17.00-18.40 Klpk 1-8 Daring
(Diskusi Sesi A & B) WA grup
4
Hari/
No Waktu PT Kelompok Topik Tempat
Tanggal
7 Senin 14.00-15.20 Kelompok 1 Daring
12 April 2021 15.30-17.00 Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
13 & 14 7
Kelompok 5
Kelompok 6
Kelompok 7
Kelompok 8
8 Selasa 14.00-15.20 - Klpk 1-8 Lab Mandiri
13 April 2021 15.30-17.00 mandiri
Kamis 14.00-15.20 Klpk 1-8 OSPE Luring di
9 15 April 2021 15.30-17.00 15 & 16 ruang
tutorial/lab
8. Agregat/settingan praktikum
No Kelompok Agregat/settingan
1. Tutorial 1 Keperawatan kesehatan sekolah
2. Tutorial 2 Keperawatan komunitas pada Agregat remaja
3. Tutorial 3 Keperawatan kesehatan kerja
4. Tutorial 4 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit kronik
5. Tutorial 5 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit menular
6. Tutorial 6 Keperawatan komunitas pada Agregat lanjut usia
7. Tutorial 7 Keperawatan komunitas pada populasi disabilitas
8. Tutorial 8 Keperawatan komunitas pada populasi penyakit mental
5
Ns. Rahmawati, M.Kep
Ns. Fithria, MNS
b. Kegiatan Tutor
1) Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2) Tutor diharapkan memahami sasaran belajar dan kompetensi yang
diharapkan dengan berbagai metode pembelajaran.
3) Tutor diharapkan hadir tepat waktu saat proses pembelajaran baik secara
online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
4) Tutor diharapkan mematuhi protokol kesehatan covid-19 saat pelaksanaan
kegiatan praktikum secara offline di ruang laboratorium.
5) Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran baik secara online (aplikasi zoom meeting)
ataupun offline (kegiatan praktikum di laboratorium)
6) Tutor diharapkan mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses
keperawatan dari kasus pemicu yang diberikan.
7) Tutor diharapkan mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban saat
perkuliahan dengan aplikasi zoom meeting, inventaris ruang belajar, dan
laboratorium
8) Tutor diharapkan mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk
proses penilaian pelaksanaan modul.
9) Tutor diharapkan menyerahkan format penilaian yang telah diisi 1 hari
setelah kegiatan dilaksanakan.
10) Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi penyusun modul.
c. Kegiatan Mahasiswa
1) Mahasiswa akan mengikuti kuliah introduksi pada awal pembelajaran
sebagai pengantar pembelajaran blok secara menyeluruh oleh koordinator
blok yang bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif mengenai
modul yang akan dipelajari terkait kompetensi, tujuan pembelajaran serta
metode pembelajaran yang akan digunakan.
6
2) Mahasiswa diwajibkan hadir tepat waktu saat proses pembelajaran baik
secara online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
3) Mahasiswa diwajibkan mematuhi protokol kesehatan covid-19 saat
pelaksanaan kegiatan praktikum secara offline di ruang laboratorium.
4) Mahasiswa diwajibkan menjaga ketertiban saat perkuliahan baik secara
online (aplikasi zoom meeting) ataupun offline (kegiatan praktikum di
laboratorium)
5) Mahasiswa mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan metode dan topik
pembelajaran yang telah direncanakan dalam modul.
6) Mahasiswa wajib mengikuti pembelajaran dari awal sampai blok berakhir
7) Mahasiswa wajib mengikuti kegiatan evaluasi pembelajaran berupa kegiatan
diskusi/presentasi, ujian tulis dan responsi, soft skill, laporan individu,
praktikum dan absensi.
d. Metode Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL)
dengan menggunakan metode ISS, ceramah, diskusi, praktikum dan discovery
learning.
e. Metode Evaluasi
1) Absensi 5%
2) Soft Skill 7%
3) Diskusi/ presentasi individu 8%
4) Laporan Individu 20%
5) Ujian tulis/responsi 30%
6) Praktikum* 30%
Keterangan:
*Persentase penilaian praktikum :
a) Pre Test 10%
b) Proses 5%
c) Tindakan 20%
d) OSPE 65%
7
BAB II
PENYAJIAN
Sumber/Referensi :
Iman,A.T, Lena, D. (2011). Bahan Ajar Recam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Manajemen Mutu Informasi : Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1 : Quality
Assurance. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Dokter Dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Semuel, H. Zulkarnain, J (2011) Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap
Kinerja Karyawan Melalui Budaya Kualitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Otsuka
Indonesia Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), pp.162–176.
Availableat:http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.
php/man/article/view/18332/18177.
9
mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, sebesar 91,9%
menyatakan pengelola keperawatan kesehatan dirumah memerlukan izin operasional.
Home Care menjadi salah satu indikator mutu pelayanan dalam upaya peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. Regulasi Pelayanan Homecare juga tercantum dalam
Permenkes No 9/2014 ttg Klinik Pasal 32 ayat (2) dan (4) (Depkes RI, 2000) dalam
Satria, 2017) yaitu :
1. (Ayat 2) Pelayanan yg bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
sebagaimana dimaksud pd ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, rawat
inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau home care
2. (Ayat 4) Home care sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian atau
lanjutan dari pelayanan kesehatan yg berkesinambungan dan komprehensif Yg
diberikan kpd individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yg bertujuan utk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit.
1. Pengertian
Home Care merupakan suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus
tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya (Nies & McEwen, 2019). Pelayanan
perawatan kesehatan rumah meliputi penyediaan pelayanan keperawatan klien di
rumah, rehabilitasi fisik, terapi diet, konseling psikolog (Stanhope & Lancaster, 2016).
Pelayanan tersebut diartikan sebagai “Medicare”, antara lain :
a. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus, dengan perawatan yang
diberikan dibawah pengawasan seorang perawat profesional yang sudah
terregistrasi/terdaftar
b. Terapi fisik, terapi okupasional, dan terapi wicara
c. Pelayanan kesehatan sosial berada dibawah pengawasan dokter
d. Pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus yang dilakukan oleh pembantu
perawat kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. Kebutuhan medis selain obat-obatan, benda biologis seperti serum dan vaksin yang
penggunaannya dalam aplikasi medis
f. Pelayanan medis diberikan oleh seorang yang sudah mendapat izin praktek
perawatan kesehatan rumah melalui agency atau suatu program rumah sakit.
10
Gambar 2.1 Model Kerjasama Home Care (Suswati, Setiawan, Prasetyo dan
Tilaqsa, 2018)
8. Proses Keperawatan
American Nursing Association (ANA) (2008), dalam Allender & Spradley (2010)
standar asuhan keperawatan di rumah yang dapat dilakukan oleh perawat, yaitu :
a. Pengkajian
Perawat kesehatan dirumah mengumpulkan data kesehatan klien
b. Diagnosa
Perawat kesehatan dirumah menganalisis data hasil pengkajian untuk menetapkan
diagnosa keperawatan
c. Kriteria hasil
Perawat kesehatan dirumah mengidentifikasi kriteria hasil dari asuhan yang akan
diberikan kepada klien dan lingkungannya
d. Perencanaan
13
Perawat kesehatan dirumah menyusun perencanaan kegiatan perawatan dalam
bentuk intervensi untuk mencapai kriteria hasil yang diinginkan
e. Implementasi
Perawat kesehatan dirumah mengimplementasikan rencana intervensi keperawatan
f. Evaluasi
Perawat kesehatan dirumah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan tindakan
yang dilakukan disesuaikan dengan hasil.
14
c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan
kesehatan dirumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya
dalam menerima pelayanan
Berikut tahapan mekanisme pelayanan Home Care :
a. Proses penerimaan kasus
1) Home care menerima pasien dari rumah sakit, puskesmas, sarana lain, keluarga
2) Pimpinan home care menunjuk menejer kasus untuk mengelola kasus
3) Manajer kasus membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus
b. Proses pelayanan home care
1) Persiapan
a) Pastikan identitas pasien
b) Bawa denah/ petunjuk tempat tinggal pasien
c) Lengkap kartu identitas unit tempat kerja
d) Pastikan perlengkapan pasien untuk di rumah
e) Siapkan file asuhan keperawatan
f) Siapkan alat bantu media untuk pendidikan
2) Pelaksanaan
a) Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan
b) Observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat
c) Lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien
d) Membuat rencana pelayanan
e) Lakukan perawatan langsung
f) Diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll
g) Diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan
h) Dokumentasikan kegiatan
3) Monitoring dan evaluasi
a) Keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal
b) Kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan
c) Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksanan
4) Proses penghentian pelayanan home care, dengan kriteria :
a) Tercapai sesuai tujuan
b) Kondisi pasien stabil
c) Program rehabilitasi tercapai secara maximal
d) Keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien
e) Pasien di rujuk
f) Pasien menolak pelayanan lanjutan
15
g) Pasien meninggal dunia
5) Pencatatan Dan Pelaporan
b. Periode kunjungan untuk setiap kasus (frekuensi kunjungan dan lama perawatan)
Sumber/Referensi :
Allender, J.A., Rector. C., & Warner. K.D. (2014). Community & Public Health Nursing.
Wolter Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
Allender, J. A., & Spradley, B.W. (2010). Community health nursing: Concept and
Practice. Sixth edition. Philadelphia: Lippincot William & Walkins
Nies, M.A., & McEwen, M. (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
16
Satria. B .(2017). Regulasi Pelayanan Home Care.http://www.best-dokter.com/regulasi-
pelayanan-home-care. Diakses tanggal 22 Februari 2020
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th.
Mosby: New Jersey.
Suswati, I., Setiawan, F.E.B., Prasetyo, Y., & Tilaqsa, A . (2017). Interprofessional
Education IPE : Panduan Tutorial Dan Home Visit Kesehatan Keluarga. Malang : UMM
Press
Tribowo, C. (2012). Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta : Nuha Medika
1. Pengertian
Promosi kesehatan didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan dengan melibatkan
perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan (Mackintosh, 1996 dalam Raingruber, 2014). Promosi kesehatan merupakan
suatu upaya pemberdayaan individu dan masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan
dengan mengedepankan kebutuhan masyarakat lokal dan peningkatan kesehatan
masyarakat secara menyeluruh. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran
masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang
kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan
17
perilaku, baik di dalam masyarakat, organisasi dan lingkungan sekitarnya (Nurmala., dkk,
2018). Promosi kesehatan merupakan bagian dari tingkat pencegahan penyakit Level
and Clark membagi 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu :
health promotion (peningkatan/promosi kesehatan), specifik protection (perlindungan
khusus), early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera),
disability limitation (membatasi atau mengurangi kecacatan) dan rehabilitation
(pemulihan) (Dian, 2010).
21
c. Nutrition counselling for health promotion, yaitu upaya dalam mempromosikan pedoman
diet sebagai salah satu komponen untuk memenuhi gaya hidup seseorang.
d. Exercise, yaitu latihan aktivitas fisik dengan menggerakkan tubuh yang dihasilkan oleh
kontraksi otot rangka dan yang secara substansial meningkatkan pengeluaran energi,
termasuk transportasi dan liburan serat waktu luang (olahraga dan reakreasi).
e. Manajemen stres, yaitu tindakan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup
dengan adanya peningkatan kesehatan dan koping yang efektif. Proses ini
menghasilkan interaksi dinamis antara pikiran, tubuh, dan jiwa yang mempengaruhi
kesehatan fisik dan kesejahteraan seseorang.
f. Complemetary and alternative strategies, yaitu serangkaian teori, modalitas, produk,
dan praktik yang digunakan untuk mengobati penyakit dan/atau meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan.
g. Perubahan lingkungan fisik, yaitu upaya yang dilakukan dengan melakukan modifikasi
faktor-faktor yang berada diluar tubuh manusia yaitu lingkungan untuk dapat
dikendalikan sehingga tidak mempengaruhi kesehatan yang buruk bagi sesorang.
h. Peningkatan dukungan sosial, yaitu upaya yang dapat dilakukan dengan menjalin
hubungan interpersonal yang baik sehingga memberikan manfaat terhadap kemampuan
koping sesorang. Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan emosional, intrumental,
informational dan appraisal (Pender, Murdaugh & Parsons, 2015).
Gambar 2.2. Delapan Komponen Program Kesehatan Sekolah (Nies & McEwen,
2019)
24
4. Sasaran Kegiatan
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Sekolah Taman Kanak-kanak
b. Pendidikan Dasar
c. Pendidikan Menengah
d. Pendidikan agama
e. Pendidikan kejujuran
f. Pendidikan Khusus (Sekolah Luar Biasa)
g. Pola Pembinaan
Sumber/Referensi :
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
25
Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Agama Republik Indonesia, Dan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 6/X/PB/2014, Nomor 73 Tahun
2014, Nomor 41 Tahun 2014, dan Nomor 81 Tahun 2014 Tentang Pembinaan Dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stanhope, M., Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
Sumber/Referensi :
Halsted. C, Pew. A (2019) Third Hand Smoke. National Center For Health Research.
http://www.center4research.org/third-hand-smoke.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
27
b. Evaluasi lingkungan kerja
c. Pengendalian lingkungan kerja
Sumber/Referensi :
ILO Jakarta (2013) Modul Lima :Pedoman Pelatihan Manajer dan Pekerja. SCORE.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
28
G. KONSEP PROMOSI KESEHATAN PADA POPULASI PENYAKIT KRONIK
1. Pengertian
Penyakit tidak menular dikenal juga sebagai penyakit kronik yang tidak ditularkan
dari orang ke orang. Perkembangan penyakit tidak menular umumnya lambat dan
membutuhkan durasi yang panjang (PKRS RSST, 2020). Pada tahun 2016, sekitar 71%
penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36
juta jiwa per tahun. Sekitar 80% kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan
menengah dan rendah. 73% kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular,
35% diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit
kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan
oleh PTM lainnya (data WHO, 2018 dalam Kemenkes RI, 2019).
Sumber/Referensi :
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. (2019). Buku Pedoman Manajemen Penyakit Tidak Menular. Dirjen P2P.
Direktorat P2PTM. Diunduh pada www.p2ptm.kemkes.go.id. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
PKRS RSST. (2020, Desember 16). Waspadai Penyakit Tidak Menular (PTM) diunduh
pada https://rsupsoeradji.id/waspadai-penyakit-tidak-menular-ptm/. Diakses pada
tanggal 2 Maret 2021.
Putri, N. H. (2020, Mei 25). Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Akut dan Kronis pada
Penyakit Diunduh pada https://www.sehatq.com/artikel/jangan-tertukar-ini-perbedaan-
akut-dan-kronis-pada-penyakit. Diakses pada tanggal 23 Februari 2021
29
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Stuart, L. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th Ed.). St. Louis:
Mosby Elsevier
Gambar 2.3 Skema Rantai Penularan Penyakit Infeksi (Kemenkes RI, 2017)
31
Karakteristik penyakit menular Secara umum memiliki gejala klinik yang berbeda-
beda sesuai dengan faktor penyebab penyakit tersebut. Berdasarkan manifestasi klinik
maka karakteristik penyakit menular terdiri dari (Irwan, 2017) :
a. Spektrum Penyakit Menular
b. Infeksi Terselubung (tanpa gejala klinis
c. Sumber Penularan
Perawat harus menyadari potensi ancaman yang terkait dengan penyakit menular
dan siap untuk bertanggung jawab dalam penanganannya (Nies & McEwen, 2019).
Adapun cara memutuskan transmisi penularan penyakit yaitu dengan cara :
a. Mengontrol Agen
b. Memberantas Reservoir Bukan Manusia
c. Mengontrol Reservoir Manusia
d. Mengontrol Portal Keluar dan Masuk
e. Meningkatkan Resistensi dan Kekebalan Tuan Rumah
d. Implementasi
Pelaksanaan implementasi yang telah direncanakan, seorang perawat akan
bekerjasama dengan individual atau seluruh populasi penderita penyakit menular,
ataupun dengan penyedia pelayanan kesehatan di komunitas. Selain itu, perawat
juga dapat bekerjasama dengan keluarga.
e. Evaluasi
Kegiatan yang dilakukan saat evaluasi berupa menilai hasil dari implementasi
yang telah dilaksanakan. Setiap kegiatan yang dilakukan dilihat hasilnya dan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil kegiatan diharapkan dapat
mempengaruhi status kesehatan yang lebih baik lagi dari masyarakat. Evaluasi
pelaksanaan asuhan keperawatan pada populasi penyakit menular dapat
dilakukan dengan menilai pada evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
32
Sumber/Referensi :
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: cv. absolute media krapyak
Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI Nomor 27 tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diunduh
padahttp://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_P
encegahan_dan_Pengendalian_Infeksi_di_FASYANKES_. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
33
3. Strategi Promosi Kesehatan Pada Lansia
Menurut Golinowska, Groot, Baji and Pavlova (2016) strategi promosi kesehatan
pada lansia, umumnya memiliki 3 tujuan dasar, yaitu :
a. Mempertahankan dan meningkatkan kapasitas fungsional
b. Mempertahankan dan memperbaiki upaya perawatan diri
c. Menstimulasi jaringan sosial antara satu dengan yang lainnya
34
Sumber/Referensi :
Edelman. Mandle (2010). Health Promotion :Throughout the Life Span. Seventh Edition.
Mosby
Golinowska. S, Groot .W, Baji. P, Pavlova. M (2016) Health Promotion Targeting Older
People. BMC Health Serv
eres.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5016724/
InfoDatin (2016) Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-lansia-
2016.pdf. ISSN 2442-7659
Karlina, L., Kora, F.T. (2014). Hubungan Peran Perawat Sebagai Care Giver Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Lansia. Diunduh pada https://stikes-yogyakarta.e-
journal.id/JKSI/article/view/20/14. Diakses pada tanggal 2 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
2. Disabilitas/kecacatan
Disabilitas merupakan suatu keterbatasan ataupun ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu secara normal (Nies & McEwen, 2019). Menurut Undang-
undang Republik Indonesia (2016) menjelaskan bahwa penyandang disabilitas adalah
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami
35
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga
negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
b. Homelesness (tunawisma)
Secara definisi, tunawisma dapat diartikan sebagai orang-orang yang tidak
memiliki tempat tinggal yang pasti, dan adekuat pada malam hari. Spesifiknya, orang
yang termasukk tunawisma adalah mereka yang tempat peristirahatan utamanya di
malam hari adalah tempat penampungan sementara yang diawasi atau mereka yang
tinggal di tempat-tempat umum yang tidak diperuntukkan untuk tidur atau beristirahat
(National Coalition for the Homeless, 1999.,dalam Anderson & McFarlane, 2011).
Lebih lanjut, populasi yang menjadi tunawisma biasanya hidup dalam kondisi sakit,
mengalami kecelakaan, tidak memiliki biaya ketika menghadapi pengusiran dan
seringkali bergantung pada bantuan.
36
4. Proses Keperawatan Komunitas Pada Populasi Rentan : Penyakit Mental,
Kecacatan Dan Populasi Terlantar
a. Pengkajian
b. Penentuan diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
Sumber/Referensi :
Anderson, E. T., McFarlane, J. (2011). Buku Ajar Keperawatan Komunitas (Teori dan
Praktik). Ed: 6th. Jakarta: EGC
Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
Idaiani, S., & Riyadi, E.I. (2018). Sistem Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Vol. 2, No. 2. Agustus. Diunduh pada
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/view/134. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Perpres RI. (2010). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010
Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Diunduh pada
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41038/perpres-no-15-tahun-2010. Diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.
Stanhope, M., Lancaster, J (2016) Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas
Dan Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Undang-undang RI. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Tentang Kesehatan Jiwa. Diunduh pada https://ipkindonesia.or.id/media/2017/12/uu-
no-18-th-2014-ttg-kesehatan-jiwa.pdf. Diakses tanggal 2 Maret 2021.
Sumber/Referensi :
Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
InfoDatin (2014) Waspada Diabetes :Eat Well, Live Well. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/infodatin-diabetes
38
InfoDatin (2015) Data Dan Kondisi Penyakit Osteoporosis Di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id/artikel/view/16010500005/data-dan-kondisi-
penyakit-osteoporosis-di-indonesia.htm.
Kemenkes RI (2015) Buletin Jendela : Data Dan Informasi Kesehatan.
http://www.depkes.go.id/download/buletin-kanker.
Kemenkes RI. (2017). Warta Kesma : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Edisi 01.
Diunduh pada https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Warta-
Kesmas-Edisi-01-2017_752.pdf. Diakses pada tanggal10 Maret 2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakarta : EGC
Nies, M.A., McEwen, M (2019) Community/Public Health Nursing : Promoting The Health
of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok
Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
39
b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy, nautraphaty).
c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya herbal, dan
makanan.
d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan pergerakan tubuh
misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi.
e. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau mendapatkan
energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi
gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.
Rufaida, Lestari, & Sari (2018) juga menyebutkan jenis-jenis terapi komplementer
yang dapat diakses oleh seorang perawat sebagai berikut::
a. Terapi Relaksasi. Adapun Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu
memonitor dirinya secara terus menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk
membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai
bagian tubuh
b. Meditasi dan pernafasan. Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan
rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau
tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik yang
melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran. Sebagian besar teknik meditasi
melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks, dan perlahan.
Sumber/Referensi :
Riyanto. (2018). Kebijakan Pelayanan Komplementer Dalam Keperawatan. Jounal The
Indonesia Journal of Health Science. Edisi Khusus. Jember;Penerbit Universitas
Muhammadiyah Jember.
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
Penerbit STIKes Majapahit Mojokerto.
42
B. PRAKTIKUM KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengkajian komunitas
Pengkajian komunitas merupakan suatu kegiatan yang disertai proses untuk
mengenal lebih dekat dengan masyarakat dan lingkungannya, dengan melihat lebih
detail segala variabel yang dapat mempengaruhi kesehatan komunitas tersebut. Tujuan
dari pengkajian di komunitas adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dari suatu
komunitas dengan cara mengkaji segala faktor baik itu faktor negatif maupun faktor
positif yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sehingga dapat dikembangkan
strategi promosi kesehatan yang tepat (Stanhope & Lancaster, 2016). Sebelum
melakukan pengkajian, perawat komunitas menetapkan konsep teori yang akan
digunakan sebagai pedoman untuk menyusun instrumen pengkajian. Kerangka konsep
yang dipilih sebagai contoh adalah Community as Partneryang berfokus pada inti (core),
delapan subsistem serta persepsi yang mempengaruhi kesehatan komunitas. Inti (core)
menggambarkan data demografi, agama, nilai dan kepercayaan masyarakat, statistic
vital, dan sejarah desa. Sedangkan 8 subsistem meliputi : lingkungan, pendidikan,
keamanan dan transportasi,politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, dan rekreasi. Selain itu, persepsi dari masyarakat dan juga
persepsi perawatnya (Anderson & McFarlane, 2011).
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas membutuhkan suatu alat atau
intrumen untuk mendapatkan data kesehatan masyarakat. Alat pengkajian komunitas
(Assessment tools) adalah serangkaian alat/format yang digunakan dalam
mengumpulkan data yang terdiri dari bentuk yang bervariasi, misalnya kuesioner,
panduan wawancara, panduan observasi/winshield survey, dan lain-lain. Alat-alat ini
dikembangkan sesuai dengan kerangka konsep/teori yang dipilih. Alat-alat tersebut
akan digunakan sesuai dengan sasaran dan tujuan pengkajian.
Dalam melakukan pengkajian terdapat banyak alat dan metode pengumpulan data
yang bisa digunakan untuk keperawatan komunitas. Untuk modul ini, akan dibahas
beberapa alat pengkajian komunitas yang paling lazim dan mudah digunakan yaitu;
wawancara, Focus Group Discussion (FGD), observasi/ winshield survey, dan
kuesioner untuk kepala keluarga serta data sekunder. Alat-alat ini mudah digunakan,
dan hemat waktu dan biaya sehingga paling lazim digunakan dalam pengkajian
keperawatan komunitas.Untuk memudahkan penyusunan alat pengumpulan data, pilih
metode yang sesuai untuk setiap item pengkajian. Berikut ini tabel yang memudahkan
penyusunan alat pengumpulan data yang disesuaikan dengan metodenya dengan
menggunakan konsep Community as Partner, yaitu :
43
Metode
Item
No
pengkajian Wawancara Data FGD windshield Kuesioner Observasi
sekunder
1 Inti
Demografi √ √ √ √
Nilai, √ √ √ √ √ √
keyakinan,
dan agama
Sejarah √ √ √
komunitas
Vital statistik √ √ √
22 Subsistem
Lingkungan √ √ √ √
Pendidikan √ √ √ √
Keamanan √ √ √ √ √ √
dan
transportasi
Politik dan √ √ √ √
pemerintahan
Pelayanan √ √ √ √ √ √
kesehatan
dan sosial
Komunikasi √ √ √ √
Ekonomi √ √ √ √ √
Rekreasi √ √ √
Persepsi
Persepsi √ √ √
masyarakat
Persepsi √ √ √
perawat
a. Metode
1) Wawancara
Wawancara dilakukan kepada keyperson atau pengelola/pimpinan sebuah
komunitas yang paham keadaan dari komunitas tersebut (misalnya; kepala desa,
kepala sekolah, pengelola asrama, pemilik/engelola usaha kerja, pengelola
44
pesantren, dan lain-lain). Adapun persiapan yang dapat dilakukan sebelum
melakukan wawancara, yaitu :
a) Siapkan sebuah kertas, tuliskan tanggal/hari, waktu, sumber, dan tempat
wawancara.
b) Buatlah list pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada sumber wawancara (key
person didalam komunitas), berikan tempat untuk mencatat jawaban dari sumber
wawancara.
c) Pertanyaan harus jelas dan spesifik agar mudah dimengerti dan dijawab oleh
sumber wawancara.
d) Untuk memudahkan, panduan dapat dibuat dengan format yang jelas.
45
2) Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion adalah salah satu cara pengkajian yang sering
digunakan di komunitas untuk mendapatkan data yang spesifik dan mendalam
tentang sebuah permasalahan. Metode ini berupa diskusi dengan jumlah peserta
yang sedikit (6-12 orang) yang dipandu oleh seorang moderator dimana para
peserta dapat memberikan jawaban dan opini secara bebas dan spontan tentang
pertanyaan yang diajukan. Para peserta harus homogen dan berkaitan dengan
tema yang ingin dikaji. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan FGD, meliputi :
a) Persiapan
(1) Pilih peserta yang memiliki kesamaan (jenis kelamin, kelompok usia, status
sosioekonomi, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan lain-lain).
(2) Undangan diberikan kepada peserta beberapa hari sebelum pelaksanaan
FGD
(3) Jelaskan tujuan dari FGD yang akan dilaksanakan
(4) Informasikan tanggal/hari, tempat, dan durasi pelaksanaan FGD.
(5) Jika peserta enggan untuk hadir, dorong mereka untuk datang dan jelaskan
pentingnya peran mereka. Jika mereka menolak, jangan dipaksakan dan
ucapkan terima kasih.
(6) Siapkan panduan pertanyaan FGD yang spesifik tentang materi yang ingin
dikaji. Pada panduan harus tercantum judul dan sasaran FGD
Contoh panduan pertanyaan FGD
Panduan FGD
Masalah Gizi di Desa X pada ibu yang mempunyai anak balita
1. Apa yang ibu ketahui tentang gizi pada anak?
2. Menurut ibu, makanan yang bergizi itu seperti apa?
3. Menurut ibu, apakah makanan yang ibu berikan kepada anak ibu
sudah bergizi?
4. Menurut ibu, apa saja faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada
balita?
5. ........
6. ……
7. …....
8. …....
(7) Bagikan tugas dan peran sebagai moderator, fasilitator, dan recorder
46
b) Pelaksanaan
(1) Sebelum pertemuan
i. Atur ruangan dan tempat duduk dan siapkan alat dan bahan berupa tape
recorder, dan panduan pertanyaan FGD.
ii. Ajak bicara peserta secara informal sambil menunggu seluruh peserta
hadir.
(2) Membuka pertemuan
i. Moderator memperkenalkan diri dan jelaskan peran dari moderator,
recorder, dan fasilitator.
ii. Moderator mempersilahkan peserta untuk mengenalkan diri.
iii. Moderator menjelaskan topik dan tujuan pertemuan.
iv. Moderator menjelaskan bahwa semua peserta bebas mengemukakan
pendapatnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.
v. Moderator menjelaskan bahwa peserta hanya boleh mengemukakan
pendapat yang berhubungan dengan topik yang didiskusikan.
vi. Moderator memulai diskusi dengan menanyakan pertanyaan yang paling
umum dan tidak spesifik untuk mendorong setiap peserta untuk berbicara
di dalam kelompok
(3) Melaksanakan diskusi
i. Moderator memberikan pertanyaan satu persatu kepada peserta
ii. Moderator memberikan peserta kesempatan yang sama untuk
memberikan opini.
iii. Jika jawaban kebanyakan peserta sama, lanjutkan ke pertanyaan yang
berikutnya.
(4) Mengakhiri pertemuan
i. Moderator menanyakan peserta apakah ada hal-hal yang ingin
dibicarakan lagi.
ii. Moderator mengucapkan terima kasih atas partisipasi peserta dan
ingatkan kembali bahwa semua opini dan jawaban mereka sangat
penting dalam menentukan rencana kegiatan selanjutnya
c) Setelah pertemuan
Moderator, fasilitator dan recorder mengkaji ulang hasil FGD dan melengkapi
catatan.
48
No. Komponen Hasil observasi Data
j. Kebun
k. Industri/pabrik, bagaimana
pengeloaan limbahnya
l. Toilet umum
m.Tempat mandi cuci kakus (MCK)
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
a. Ada/tidak unit pelayanan
kesehatan baik modern atau
tradisional
b. Ada/tidak kegiatan layanan
sosial
c. Ada/tidak klinik
d. Ada/tidak rumah sakit
e. Ada/tidak pelayanan kesehatan
jiwa
f. Ada/tidak panti jompo dan panti
asuhan
g. Ada/tidak ruang UKS
3. Ekonomi
a. Komunitas masyarakat yang
berkembang atau miskin
b. Ada/tidak industri (apakah
masyarakat termasuk
pekerjanya)
c. Ada/tidak pertokoan
d. kegiatan yang menunjang roda
perekonomian
e. pengangguran
4. Transportasi dan keamanan
a. Bagaimana warga masyarakat
bepergian
b. Jenis kendaraan pribadi dan
umum yang digunakan
c. Angkutan umum yang terlihat
d. Ada/tidak jalur khusus utk
pejalan kaki
e. Ada/tidak tersedia alat
pemadam kebakaran
f. Ada/tidak kantor polisi
g. Ada/tidak pos
siskamling/keamanan
5. Politik dan pemerintahan
a. Ada/tidak tanda-tanda kegiatan
dari partai politik (poster,
pertemuan)
49
No. Komponen Hasil observasi Data
b. Partai yang mendominasi (yang
dapat terlihat)
6. Komunikasi
a. Jenis komunikasi yang
digunakan
b. Tempat khusus untuk berkumpul
c. Komunikasi formal/ informal apa
yang tersedia
7. Pendidikan
a. Ada/tidak sekolah, lokasi dan
kondisinya
b. Ada/tidak pondok pesantren,
lokasi dan kondisinya
c. Ada/tidak tempat pengajian,
lokasi dan kondisinya
d. Ada/tidak badan yang mengurus
pendidikan di daerah tersebut
e. Ada/tidak tempat pendidikan
yang lain
8. Rekreasi
a. Tempat anak-anak bermain
b. Fasilitas rekreasi yang ada
c. Bentuk rekreasi utama yang ada
di komunitas
*Ket : Format winshield survey ini dapat digunakan untuk berbagai settingan
dan/atau agregat sesuai tumbuh kembang dan populasi rentan di komunitas.
50
d) Faktor ergonomis
Penilaian sikap ergonomis saat bekerja dapat dinilai sebagai berikut (Ginanti,
2019) :
(1) Posisi Kerja : Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi
duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
(2) Proses Kerja : Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai
dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.
Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
(3) Tata letak tempat kerja : Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan
aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih
banyak digunakan daripada kata-kata.
(4) Mengangkat beban : Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu
berat. Dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
(5) Stres kontak (terjadi saat benda keras atau tajam menyentuh langsung
bagian tubuh, contoh: kincir/baling-baling pada mesin, pisau, parang, gergaji,
dan lain-lain)
No. Item Pengkajian Hasil Kesimpulan/Dampak
1. Posisi kerja
2. Proses kerja
3. Tata letak tempat kerja
4. Mengangkat beban
5. Stres kontak
4) Kuesioner
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat karena
diberikan langsung kepada keluarga (dan/atau agregate khusus dalam keluarga),
siswa, penghuni asrama, pedagang,dan para pekerja.
a) Buatlah item pengkajian mengikuti konsep yang dipilih, semua item yang ada di
dalam konsep diupayakan untuk ditanyakan dalam kuesioner.
b) Bentuk pertanyaan disesuaikan dengan pilihan jawaban yang mungkin
(dikotomos, pilihan berganda, tabel isian, atau tabel ceklist) agar hasilnya lebih
mudah diolah.
Contoh pertanyaan dikotomos:
51
Apakah setiap ruangan dibersihkan dibersihkan setiap hari?
a. Ya
b. Tidak
Contoh pertanyaan pilihan berganda:
Bagaimanakah keadaan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di keluarga?
a. Tertutup mengalir
b. Terbuka mengalir
c. Terbuka tergenang
d. Tidak ada saluran
Contoh pertanyaan tabel isian
Komposisi anggota
Penyakit
Hubungan
N Jenis Pendidikan dalam 3
Nama Agama Suku Usia Pekerjaan dengan
o kelamin terakhir bulan
KK
terakhir
1.
2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, kemudian hasil pengkajian dilakukan analisis data komunitas
dapat dilakukan dalam beberapa tahap (Riasmini, & dkk, 2017), yaitu :
a. Kategorisasi/pengelompokan
Pengkategorian data komunitas diantaranya : a) Karakteristik demografi (komposisi
keluarga, usia, jenis kelamin, etnis, dan kelompok RAS); b) Karakteristik geografis
(batas wilayah, jumlah dan besarnya kepala keluarga (KK), ruang publik dan jalan);
c) Karakteristik sosial-ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan,
dan pola kepemilikan tanah); d) Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, klinik, dan pusat kesehatan mental).
b. Ringkasan/meringkas
Setelah kategorisasi data, langkah berikutnya adalah membuat ringkasan data dalam
setiap kategori. Dalam ringkasan data dibutuhkan ukuran ringkasan seperti
52
persentase, diagram, dan grafik. Ringkasan data dapat disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, dan grafik agar lebih mudah dalam melakukan analisis data.
c. Pembandingan/membandingkan
1) Analisis data juga mencakup kegiatan mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan,
dan kekurangan/kehilangan data, serta menetapkan pola atau kecenderungan
yang ada.
2) Jika data yang ada dirasa tidak benar maka validasi ulang dengan data aslinya.
3) Dalam menelaah analisis butuh keterlibatan tim kerja dan masyarakat bertukar
pandangan sehingga diperoleh gambaran tentang data pengkajian komunitas
yang menyeluruh dan komprehensif.
4) Data komunitas yang diperoleh dibandingkan dengan data lain yang serupa,
misal: diperoleh data angka kematian bayi 12/1000 kelahiran hidup, maka
bandingkan data tersebut dengan angka kematian di tingkat kota/kabupaten-
daerah-propinsi-nasional.
5) Sumber pembanding lain adalah dokumen terkait dengan sasaran baik untuk
skala nasional maupun daerah.
d. Penarikan kesimpulan
Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan maka langkah terakhir
adalah menarik kesimpulan. Simpulan logis dapat dirumuskan dari data/bukti yang
ada untuk mengarah pada diagnosis keperawatan komunitas. Simpulan ini
merupakan sintesis ‘apa makna data tersebut?’ dari data komunitas yang ada.
Hasil dari analisa data adalah sebagai dasar dalam membuat diagnosa keperawatan,
prioritas, serta perencanaan dalam penyajian data (musyawarah) yang dihadiri
masyarakat. Dalam musyawarah masyarakat tersebut ditempilkan semua hasil dari
pengkajian berdasarkan permasalahan yang muncul kemudian ditanggapi oleh
masyarakat, bagaimana respon masyarakat terhadap hasil tersebut, setelah data
dianalisa maka kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas.
Contoh tabel Analisa Data Keperawatan Komunitas:
No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
.
1. Tenaga VCT terlatih Akses terhadap Defisiensi Kesehatan
puskesmas yang pelayanan kesehatan Komunitas
masih terbatas HIV minimal Domain : 1 (Promosi
Dukungan sosial Adanya temuan kasus Kesehatan)
kasus HIV yang tidak HIV
Kelas : Manajemen
adekuat Kurangnya pengetahuan
Stigma masyarakat masyarakat tentang kesehatan
terhadap penderita penyakit HIV Kode : 00215
HIV
53
3. Perumusan Diagnosa Keperawatan Komunitas
Langkah-langkah perumusan problem:
a. Fokuskan diagnosa keperawatan komunitas pada suatu komunitas yang biasanya
didefinisikan sebagai suatu kelompok, populasi, agregate
b. Deskripsikan masalah kesehatan komunitas baik berupa resiko, potensial,
maupun aktual.
Formulasi diagnosa keperawatan kelompok atau populasi di dapat komunitas
menggunakan ketentuan diagnosis keperwatan NANDA (2018-2020) domain 1 (promosi
kesehatan) atau International Classification for Nursing Practice (ICNP). Adapun
diagnosa keperawatan NANDA yang dapat ditegakkan pada permasalahan kesehatan
pada komunitas (Riasmini, & dkk, 2017), yaitu :
Tabel Diagnosa Keperawatan Komunitas
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis
Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 keperawatan
Gaya Hidup Monoton
Promosi Kesadaran
Kesehatan Kesehatan
(NANDA)
Kelas 2:
Manajemen
Kesehatan 00215 Defisiensi kesehatan komunitas
00188 Perilaku kesehatan cenderung
beresiko
00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
00078 Ketidakefektifan manajemen
kesehatan
00162 Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan diri
Domain 9 : Kelas 2: 00077 Ketidakefektifan koping komunitas
Koping/toler Respons
ansi stres koping
55
Contoh Tabel Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Kesehatan Komunitas : HIV (Riasmini, & dkk, 2017).
56
1) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) (penyajian hasil pengkajian, penentuan
prioritas masalah, dan POA)
a) Pengertian
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan perwakilan warga
desa beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil
Survei Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan
yang diperoleh dari hasil survei mawas diri (Kelurahan Ngerep, 2019).
c) Prosedur
1) Sebelum pertemuan
(a) Jumpai kepala desa dan beberapa perangkat desa untuk menentukan
waktu dan tempat yang tepat untuk mengadakan pertemuan dengan
masyarakat.
(b) Siapkan undangan yang menyatakan dengan jelas tujuan acara, serta
tempat dan tanggal pertemuan.
(c) Sebarkan undangan kepada tokoh masyarakat beberapa hari sebelum
pertemuan.
(d) Umumkan undangan untuk seluruh warga masyarakat melalui media
yang dapat didengar/dilihat oleh masyarakat, misalnya; pengeras suara,
selebaran, dan lain- lain atau minta pertolongan kepala desa/pemuka
agama untuk mengumumkan saat warga berkumpul (misalnya setelah
shalat berjamaah di mesjid)
(e) Siapkan tempat dan sarana yang diperlukan untuk pertemuan.
(f) Siapkan power point atau tulisan di flip chart untuk menampilkan data
hasil pengkajian dengan tampilan yang menarik. Data yang ditampilkan
dikelompokkkan berdasarkan masalah.
57
2) Saat pertemuan
(a) Penyajian data
I. Masyarakat yang telah berkumpul dipersilahkan untuk duduk bersama.
Sajikan data menggunakan power point/flip chart dimulai dengan data
demografi komunitas
II. Sajikan data berdasarkan subsistem yang ada didalam konsep yang
dipilih (misalnya; lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi)
III. Data yang ditampilkan sebaiknya berbentuk tabel, diagram, atau
gambar agar ringkas dan mudah untuk dijelaskan.
IV. Saat penyajian data hanya hasil yang ditampilkan secara visual, namun
penyaji juga harus menjelaskan dampak positif dan negatif dari data
tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu menemukan
masalah terkait data yang ditampilkan.
Contoh Diagram Pie untuk penyajian data:
Diagram 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Gampong S Kecamatan D Bulan Januari 2021 (n = 120)
33% Laki-laki
Perempuan
67%
58
Contoh Diagram batang untuk penyajian data:
DiagramResponden
Distribusi 2 DistribusiBerdasarkan
Frekuensi Perilaku Lansia
Perilaku Tentang
Klien Dengan
Pengendalian Hipertensi Di Gampong S Kecamatan D
Stroke Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Depok
Bulan Tahun2021
Januari 2012(n(n=28)
= 120)
15,5
15
15
14,5
14 14 14 14
14
13,5
13
13 Baik
12,5 Kurang
12
59
V. Berikan kesempatan kepada masyarakat yang hadir untuk bertanya dan
mengklarifikasi terkait data yang ditampilkan.
VI. Penentuan prioritas masalah
60
Contoh tabel Plan of Action (POA):
Penanggung
Rencana
No. Masalah Tujuan Tempat Hari/Tanggal Waktu Sasaran jawab
kegiatan
1. Tingginya Menurunnya 1. Penyuluhan Balai Senin Pukul Klien dan Bpk. S dan
angka angka tentang Gampong 3 April 2021 14.00 keluarga perawat
penderita kasus HIV penyakit HIV S s/d penderita komunitas
HIV di di Gampong 2. Penyuluhan selesai HIV
Gampong S tentang
S modifikasi
lingkungan
penderita
HIV
3. Demonstrasi
manajemen
stres
2. ........
61
h) Buat kesimpulan tentang pertemuan hari ini, khususnya tentang kegiatan-
kegiatan yang telah disahkan oleh pemimpin masyarakat
i) Ucapkan terima kasih atas partipasi masyarakat selama pertemuan
j) Ucapkan salam
A. Latar Belakang
Menurut Giudice, Pompa, dan Aucella (2010) hipertensi merupakan faktor
risiko utama kardiovaskular yang berkaitan dengan tekanandarah tinggi, stroke,
dan kardiovaskular yang menyebabkan kematian padasemua kelompok umur.
Hasil data Riskesdas (2018) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis dokter atau minum obat antihipertensi pada penduduk
umur ≥ 18 tahun sebanyak 89 % yang terdiagnosis dokter dan sebanyak 92 %
dengan minum obat antihipertensi.
Hasil pengkajian berdasarkan wawancara dengan 5 lansia hipertensi pada
tanggal 21 Februari 2019 di Gampong S didapatkan data bahwa masih kurang
pengetahuan dan kurangnya mendapatkan informasi kesehatan tentang penyakit
hipertensi seperti pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan perawatan
hipertensi selama di rumah. Selain itu, faktor yang memicu kenaikan tekanan
darah dari klien disebabkan karena mengalami stress dan tidak mampu
mengontrol emosi. Terdapat 3 dari 5 klien mengatakan jika stress yang dilakukan
adalah biasanya untuk tiduran saja sampai pusing, amarah dan sakit kepala
berkurang. Selanjutnya, 3 dari 5 klien juga menambahkan bahwasanya ketika
sedang mengalami stress, kepala sering sakit serta kuduk terasa sakit dan
biasanya tekanan darahnya sering naik.
Berdasarkan uraian diatas, maka masyarakat perlu diberikan informasi
kesehatan tentang perawatan hipertensi selama dirumah. Kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya perawatan hipertensi selama di rumah secara mandiri.
62
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada Lansia Gampong S
berhubungan dengan Kurangnya sumber daya (pengetahuan tentang praktik
kesehatan dasar penanganan penyakit hipertensi)
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan kegiatan, diharapkan masyarakat mampu
memelihara kesehatannya secara efektif dan mandiri.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan selama 1x 60 menit, diharapkan
masyarakat mampu :
a. Memahami dan menjelaskan pengertian hipertensi
b. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
c. Memahami dan menjelaskan faktor penyebab hipertensi
d. Memahami dan menjelaskan akibat dari hipertensi
e. Memahami dan menjelaskan diet hipertensi
C. Rencana Kegiatan
1. Nama Kegiatan
Penyuluhan kesehatan tentang perawatan hipertensi
2. Metode
Ceramah,tanya jawab dan diskusi
3. Media
Laptop, LCD, Screen layer dan Leaflet
4. Waktu
Hari/Tanggal : Senin/5 April 2021
Pukul : 14.00 sd 15.00 WIB
5. Tempat
Meunasah Gampong S, Kecamatan D, Kab. A
6. Strategi Pelaksanaan
No Waktu Kegiatan PJ
3. Penutup
14.40-15.00 WIB a. Membuat kesimpulan kegiatan Moderator
b. Mengucapkan salam
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Undangan kegiatan telah disebarkan kepada masyarakat
b. Media dan peralatan telah tersedia
c. Tempat kegiatan telah tersedia
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan diharapkan dapat terlaksana selama 60 menit
b. Masyarakat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Tidak ada gangguaan selama kegiatan
d. Media yang digunakan dapat dipahami oleh masyarakat
3. Evaluasi Hasil
a. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan pengertian
hipertensi
b. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi
c. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan faktor penyebab
hipertensi
d. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan akibat dari
hipertensi
e. 60 % masyarakat mampu memahami dan menjelaskan diet hipertensi
E. Pengorganisasian Kelompok
1. Penanggung jawab umum :
2. Penyaji materi :
3. Moderator :
4. Observer :
5. Dokumentasi :
64
6. Konsumsi :
7. Fasilitator :
8. Perlengkapan :
A. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan terjadinya peningkatan tekanan dalam
pembuluh darah dimana bagian atas (sistolik) lebih dari 140mmHg dan bagian bawah
(diastolik) lebih dari 90 mmHg.
B. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 >110
65
d. Stress
Hubungan stress dengan hipertensi adalah melalui aktivitas saraf. Saraf
bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan kerja saraf dapat
meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
e. Asupan Natrium (tinggi garam)
F. Cara Pencegahan
1. Kontrol tekanan darah dan berat badan 1bulan sekali
2. Kurangi Berat Badan bila kelebihan berat badan (capai berat badan ideal)
3. Obesitas atau kegemukan seseorang dapat diketahui dengan menghitung indek
masa tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan
dalam m2
BB (Kg)
I MT =
TB x TB (m)
4. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat
badan (kg) dan tinggi badan (m2) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT)
terlihat dalam sebagai berikut:
Tabel Indeks Massa Tubuh
Status Gizi Wanita Laki-laki
Normal 17 – 23 18 – 25
Kegemukan 23 -27 25 -27
66
Obesitas >27 >27
2. Tujuan
Menghindari atau menurunkan kadar kolesterol darah serta menurunkan tekanan
darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau serangan jantung.
4. Waktu Penyediaannya
a. Menu makanan dapat disediakan saat waktu makan tiba (3 kali dalam sehari).
Berikut contoh menu makanan untuk penderita hipertensi :
Pembagian Makanan Sehari
Bahan Makanan Berat(gram) Ukuran Rumah Tangga
Pagi :
Nasi 250 1¾ gls
Telor ayam/susu skim 55/45 1 btr/3 sdk mkn
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Jam 10.00 :
Buah 100 1 ptg bsr
Siang:
Nasi 250 1¾ gls
67
Daging/ayam 50 1 ptg
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Buah 150 1 ½ ptg bsr
Minyak utk menggoreng 15 1 sdm
Jam 16.00 :
Buah 200 1 ptg bsr
Malam:
Nasi 200 1 ½ gls
Ikan 50 1 ptg
Tempe/tahu 50 1 ptg
Sayuran 100 1 gls
Buah 150 ½ ptg bsr
Minyak untuk menumis 15 1 sdm
Catatan :konsumsi garam
dapur tidak lebih dari ¼ - ½
sendok teh/hari
DAFTAR PUSTAKA
Giudice, A.Pompa, G. Aucella, F (2010) Hypertension in The Elderly. Jurnal Nephrol ; 23.
San Giovanni Rotondo, Foggia-Italy. Diakses tanggal 4 Maret 2013 di
http://www.jnephrol.com.
Riskesdas (2018) Laporan Nasional Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
69
a. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu pelaksanaan program
yang bertujuan memperbaiki program yang dilaksanakan sehingga dapat menilai
masalah yang terjadi saat pelaksanaan program.
b. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat selesai pelaksanaan
program, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program dan temuan
berupa pencapaian dari pelaksanaan program.
Diagnosa
No. Tgl Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Subjektif:
Objektif:
Analisa:
Perencanaan:
70
BAB III
PENUTUP
B. TUGAS INDIVIDU
1. Buatlah 1 resume artikel terkait program promosi kesehatan berikut ini! Kaitkan
resume dengan konsep Promosi Kesehatan yang telah didapatkan pada Blok
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN pada semester 4.
Hasil penugasan ini didiskusikan pada Self Grup Discussion (SGD) bersama tutor.
a. Upaya promosi kesehatan pada kesehatan sekolah
b. Upaya promosi kesehatan pada agregat anak dan remaja
c. Upaya promosi kesehatan pada kesehatan kerja
d. Upaya promosi kesehatan pada agregat penyakit kronis
e. Upaya promosi kesehatan pada populasi penyakit menular/infeksi
f. Upaya promosi kesehatan pada agregat lansia
g. Upaya promosi kesehatan pada populasi rentan: disabilitas/homeless
h. Upaya promosi kesehatan pada populasi rentan: penyakit mental
71
2. Buatlah 1 resume artikel (yang menggunakan metode penelitian quasi
eksperimental/eksperimen) terkait penerapan terapi komplementer dalam komunitas
pada agregat dan populasi berikut ini :
a. Agregat anak
b. Agregat remaja
c. Agregat wanita (ibu hamil/menyusui)
d. Agregat pria Dewasa
e. Agregat lansia (penyakit menular)
f. Agregat lansia (penyakit tidak menular)
g. Populasi disabilitas
h. Populasi penyakit mental
C. KASUS PRAKTIKUM
Lakukanlah kegiatan pratikum sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Sesuaikan
dengan setting area dan agregat/populasinya !
1. Asuhan keperawatan komunitas setting : Keperawatan kesehatan sekolah
2. Asuhan keperawatan komunitas setting : komunitas remaja
3. Asuhan keperawatan komunitas setting : Keperawatan kesehatan kerja (K3)
4. Asuhan keperawatan komunitas pada populasi dengan masalah penyakit kronik
5. Asuhan keperawatan komunitas pada populasi dengan penyakit menular
6. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat lansia
7. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat populasi rentan :
kecacatan/disabilitas
8. Asuhan keperawatan komunitas pada agregat populasi rentan : penyakit mental
72
FORMAT RESUME ARTIKEL UPAYA PROMOSI KESEHATAN
No Topik Uraian
1. Judul Artikel
2. Nama Penulis
3. Nama Program
4. Tujuan Penulisan
5. Area Masalah
6. Tingkat Pencegahan
7. Sasaran Program
8. Strategi Promkes
9. Model/Teori Promkes
10. Rekomendasi
73
DAFTAR PUSTAKA
Allender. J. A. Spradley, B.W. (2010). Community health nursing: Concep and practice. Sixth
edition. Philadelphia: Lippincot William & Walkins
Allender.J.A, Rector. C, Warner. K.D (2014) Community & Public Health Nursing. Wolter
Kluwer Health : Lippincot William & Walkins
Anderson, E. T., McFarlane, J. (2011). Buku Ajar Keperawatan Komunitas (Teori dan
Praktik). Ed: 6th. Jakarta: EGC
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Edelman. Mandle (2010). Health Promotion :Throughout the Life Span. Seventh Edition.
Mosby
Golinowska. S, Groot .W, Baji. P, Pavlova. M (2016) Health Promotion Targeting Older
People. BMC Health Serv eres.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5016724/
Halsted. C, Pew. A (2019) Third Hand Smoke. National Center For Health Research.
http://www.center4research.org/third-hand-smoke.
Iman,A.T, Lena, D. (2011). Bahan Ajar Recam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK)
Manajemen Mutu Informasi : Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1 : Quality
Assurance. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Idaiani, S., & Riyadi, E.I. (2018). Sistem Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan Vol. 2, No. 2. Agustus. Diunduh pada
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jpppk/article/view/134. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2021.
ILO Jakarta (2013) Modul Lima :Pedoman Pelatihan Manajer dan Pekerja. SCORE.
InfoDatin (2014) Waspada Diabetes :Eat Well, Live Well. Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id/infodatin-diabetes
InfoDatin (2016) Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-lansia-
2016.pdf. ISSN 2442-7659
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. Absolute Media Krapyak
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter
Dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.
Kemenkes RI. (2017). Warta Kesma : Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Edisi 01. Diunduh
pada https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/Warta-Kesmas-Edisi-
01-2017_752.pdf. Diakses pada tanggal10 Maret 2021.
Kemenkes RI. (2017). Permenkes RI Nomor 27 tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan
Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Diunduh
padahttp://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._27_ttg_Pedoman_Pe
ncegahan_dan_Pengendalian_Infeksi_di_FASYANKES_. Diakses pada tanggal 2 Maret
2021.
NANDA (2018) Diagnosis keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta :
EGC
Nies, M.A., & McEwen, M. (2019). Community/Public Health Nursing : Promoting The
Health of Populations. St. Louis, Missouri : Elsevier.
PKRS RSST. (2020, Desember 16). Waspadai Penyakit Tidak Menular (PTM) diunduh pada
https://rsupsoeradji.id/waspadai-penyakit-tidak-menular-ptm/. Diakses pada tanggal 2
Maret 2021.
Putri, N. H. (2020, Mei 25). Jangan Tertukar, Ini Perbedaan Akut dan Kronis pada Penyakit
Diunduh pada https://www.sehatq.com/artikel/jangan-tertukar-ini-perbedaan-akut-dan-
kronis-pada-penyakit. Diakses pada tanggal 23 Februari 2021
Perpres RI. (2010). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Diunduh pada
75
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41038/perpres-no-15-tahun-2010. Diakses
pada tanggal 10 Maret 2021.
Riasmini, N.M, dkk (2017) Panduan Asuhan keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok Dan
Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, Dan NIC Di Puskesmas Dan
Masyarakat. Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia. Jakarta: UIP
Rufaida, Z., Lestari, S. W. P., & Sari, D. P. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto:
Penerbit STIKes Majapahit Mojokerto.
Semuel, H. Zulkarnain, J (2011) Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Budaya Kualitas Perusahaan (Studi Kasus PT. Otsuka Indonesia
Malang). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 13(2), pp.162–176.
Availableat:http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index. php/man/article/view/18332/18177.
Suswati, I., Setiawan, F.E.B., Prasetyo, Y., & Tilaqsa, A . (2017). Interprofessional Education
IPE : Panduan Tutorial Dan Home Visit Kesehatan Keluarga. Malang : UMM Press
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Community & Public Health Nursing. Ed: 7th. Mosby:
New Jersey.
Stuart, L. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th Ed.). St. Louis: Mosby
Elsevier
Tribowo, C. (2012). Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta : Nuha Medika
76