Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP TEORI ASESMEN

ANALISIS MASALAH BK

Dosen Pengampu : Nopi Feronika, S.Pd., M.Pd

Di Susun Oleh

1. Selomita (203030216037)
2. Lilika (203030216040)
3. Vivie Wulandari (203020216022)
4. Sumarsih (203030216048)
5. Reta (203030216043)
6. Mitra Novita Sari (203010216010)
7. Dyan Avriline (203020216019)
8. Nurul Asti Seftiana (203020216029)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN DANN KONSELING

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
karunianya, kami dapat menyusun makalah dengan judul Konsep Teori Asesmen.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah mata kuliah Analisis
Masalah BK, ibu Nopi Feronika, S.Pd., M.Pd dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah. Karena tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan, kendala-
kendala yang kami hadapi mungkin tidak dapat kami atasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas atau materi makalah tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi dan masih banyak sekali kekurangan. Baik dari segi isi,
penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan makalah selanjutnya, akan kami terima dengan senang
hati. Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat menjadi acuan pembelajaran kita
semua.

Palangka Raya, 24 Agustus2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian dari Pengukuran, Evaluasi, tes, Dan asesmen............................................................6
2.2 Prinsip dasar dari asesmen...........................................................................................................7
2.3 Kode etik dari Asesmen...............................................................................................................9
2.4 Tujuan, fungsi serta jenis Dari Asesmen dan hasil asesmen......................................................10
2.5 Prosedur serta pemafaatan dari asesmen dan hasil asesmen.......................................................12
BAB III...............................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Idealnya seorang konselor mampu menganalisis masalah dengan baik, tidak tergesa-
gesa, namun tetap melalui asesmen yang tepat (Fitriana et al. 2021). Oleh karena itu,
modal yang sangat penting dilakukan guru BK atau konselor disebut asesmen (Aji et al.
2020). Sejalan dengan yang disampaikan oleh (Sudibyo 2019) program BK di lembaga
pendidikan perencanaannya diawali dengan penilaian untuk identifikasi aspek-aspek yang
dijadikan masukan bagi perencanaan program. Selanjutnya, Ridhani & Fauzi (dalam Aji
et al., 2020) sebagaimana situasi covid-19 beberapa tahun ini, berkembanglah asesmen
berbentuk formulir dengan pegaplikasian online, yang berpadu dengan canggihnya
teknologi dan informasi. Bahkan menurut (Prabowo 2018) asesmen dapat sangat
membantu dalam meringkas sejumlah besar informasi tentang klien. Pelaksanaan layanan
BK sangatlah penting di sekolah (Umari 2018).
Sebagaimana guru BK dituntut mampu memilih teknik asesmen sebagaimana tertera
pada kompetensi asesmen bimbingan dan konseling (Anni, Setyowani, and Kurniawan
2018). Bahkan diketahui menurut (Hanggara et al. 2019) Program BK di sekolah haruslah
disusun, dikelola sesuai asesmen dan need asesment bahkan lingkungannya. Hal ini
dikarenakan need asesmen menentukan bagaimana kualitas dari layanan (Afiat, Fitriani,
and Fitri 2021) juga diketahui menurut (Adawiyah 2015) konselor merupakan faktor
penentu suksesnya program bimbingan dan konseling. Selain itu, asesmen bimbingan dan
konseling dalam kunjungan lapangan secara langsung masih dipandang belum optimal
dari segi pelaksanaan oleh guru bimbingan konseling. Jika sejumlah besar konselor
mengajar yang menilai siswa tidak dilaksanakan secara optimal atau sepenuhnya, salah
satu penyebabnya adalah metode manajemen konselor pengajaran yang masih
menggunakan metode tradisional yang menghabiskan waktu dan tenaga.
Khususnya, jika kegiatan penilaian jarang dilakukan dan guru BK merasa kekurangan
waktu dan tidak punya waktu untuk melakukan asesmen, maka ia tidak akan
melakukannya. Alasan lainnya adalah konselor di sekolah tidak maksimal saat melakukan
asesmen ataupun disaat tidak (Aji et al. 2020). Teknik asesmen harus dilakukan agar
efektivitas metode yang digunakan untuk keberhasilan materi yang disajikan dapat
ditemukan (Munazar and Qomarudin 2021). Menjadikan asesmen merupakan hal dasar
yang harus dilaksanakan oleh seorang konselor sebelum melaksanakan program
bimbingan dan konseling, berupa kegiatan pengumpulan data atau informasi yang sangat
diperlukan oleh konselor dalam menjalankan tugasnya membantu klien mengembangkan
dirinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pengukuran, Evaluasi, tes, Dan asesmen ?
2. Apa Prinsip dasar dari asesmen ?
3. Apa Kode etik dari Asesmen
4. Apa tujuan, fungsi serta jenis Dari Asesmen ?
5. Bagaimana Prosudur serta pemafaatan dari asesmen dan hasil asesmen ?

1.3 Tujuan
1. Pengertian dari Pengukuran, Evaluasi, tes, Dan asesmen
2. Prinsip dasar dari asesmen
3. Kode etik dari Asesmen
4. Tujuan, fungsi serta jenis Dari Asesmen
5. Prosudur serta pemafaatan dari asesmen dan hasil asesmen
BAB II
ISI

2.1 Pengertian dari Pengukuran, Evaluasi, tes, Dan asesmen


pengertian masing-masing istilah dari ”pengkuran”, “evaluasi”, “tes”, dan “asesmen”.
Dimulai dari Pengukuran (Measurement) menurut Stevens dalam Cadha (2009: 4)
didefinisikan sebagai proses pemberian /penempatan/ assigment angka untuk suatu objek
atau peristiwa tertentu. Secara tradisional, pengukuran berhubungan dengan unit
kuantitatif, seperti yang terkait dengan panjang (misalnya, meter, inci), waktu (misalnya,
detik, menit), massa (misalnya, kilogram, pound), dan suhu (misalnya, Kelvin,
Fahrenheit). Pengukuran dalam ilmu sosial berkaitan dengan penyediaan data yang
memenuhi beberapa kriteria, dan dengan demikian tes diberikan untuk menilai sejauh
mana kriteria terpenuhi.
Menurut Fink (1995:4) Evaluasi merupakan suatu penyelidikan/ investigasi
karakteristik dan manfaat suatu program. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi
tentang efektivitas progam sehingga dapat mengoptimalkan hasil, efisiensi, dan kualitas.
Hal ini mengandung arti bahwa evaluasi dilakukan untuk melihat keterlaksanaan dan
ketercapain kegiatan/layanan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil
keputusan. Sebagai contoh Anda ingin mengetahui ketercapaian progam BK yang sudah
Anda laksanakan, maka Anda dapat melakukan kegiatan evaluasi. Dengan demikian
kegiatan dalam evaluasi meliputi pengukuran dan asesmen.
Hays (2013: 5) merumuskan tes sebagai proses sistematis dan sering distandarisasi
untuk pengambilan sampel dan menggambarkan suatu minat perilaku individu atau
kelompok. Sejalan Hays, Furqon & Sunarya (2011: 203) merumuskan tes sebagai
himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus
dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang di tes dengan
tujuan untuk 2 mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentang atribut
dari orang yang di tes.
Tes hanyalah sebagai salah satu teknik dalam asesmen. Menurut Hays (2013: 4)
“Asesmen is an umbrella term for the evaluation methods counselors use to better
understand characteristics of people, places, and things”. Dari rumusan Hays dapat kita
fahami bahwa asesmen adalah istilah umum metode evaluasi yang digunakan konselor
untuk lebih memahami karakteristik orang, tempat, dan hal-hal (objek). sejalan dengan
Hays, menurut Aiken ( 1997: 454) “Human asesmen is appraising the presence or
magnitude of one or more personal characteristics. Assessing human behavior and mental
processes includes such procedures as observations, interviews, rating scale, checklist,
inventories, projectives techniques, and tests”.
Berdasarkan pengertian Aiken di atas dapat difahami bahwa asesmen individu adalah
suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau
masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara-
cara yang digunakan itu mencakup observasi, interview, skala psikologis, daftar cek,
inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes. pengertian asesmen bila dikaitkan
dengan bimbingan dan konseling adalah suatu cara yang dilakukan oleh konselor untuk
memahami, menilai karakteristik, potensi, atau masalah masalah yang ada pada individu
atau sekelompok individu dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.

2.2 Prinsip dasar dari asesmen


Gibson (2011: 384-386) menunjukan pedoman dan prinsip-prinsip dasar dalam
melakukan asesmen adalah sebagai berikut:
a. Setiap manusia itu unik dan setiap keunikan ini memiliki nilai. Konselor seharusnya
menghargai keunikan masing-masing individu. Dengan demikian konselor
diharapkan bids memfasilitasi perkembangan sesuai keunikan masing-masing.
b. Keberagaman ada dalam setiap individu. Setiap manusia itu unik. Prinsip ini
menekankan bahwa asesmen individu mencoba mengidentifikasi (bakat,
keterampilan, ketertarikan seseorang dan pada saat yang sama) dan sekaligus
mencegah penyeragaman dari satu atau bermacam-macam karakteristik seseorang.
c. Human asessment menuntut adanya partisipasi langsung seseorang di dalam
penilaian terhadap pribadi mereka. Agar penilaian menjadi akurat dan bermakna,
konseli harus dilibatkan secara langsung dan dengan sukarela. Bentuk keterlibatan
konseli itu bisa beruap masukan dari konseli kepda konselor, timbalbalik, klarifikasi,
dan interpretasi serta evaluasi dari konseli sehingga konseli memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya.
d. Human assesment yang akurat dibatasi oleh personel dan instrumen.Penggunaan
teknik asesmen secara efektif bergantung pada pengakuan akan batasan instrumen
dan personil selain juga penerimaan akan potensi mereka. Batasan itu mulai dari
pengetahuan, keterampilan dan teknik yang digunakan. Konselor tidak boleh
menggunakan teknik asesmen, termasuk yang terstandar jika belum terlatih dan tidak
memiliki lisensi sebagai tester untuk teknis tes. Disamping elemen personil, adapula
keterbatasan instrumen tes maupun non tes. Oleh karena itu, penggunaan instrumen
tes maupun non tes perlu dipertimbangkan sebelumnya.
e. Tujuan human assesment adalah identifikasi potensi yang unik dari masing-masing
orang. Dengan memahami potensi konseli, konselor diharapkan bisa melakukan
intervensi secara tepat dalam membantu pengembangan potensi individu yang
dibimbing. Oleh karena itu, konselor perlu mempertimbangkan dan berpedoman
pada hasil asesmen.
f. Dalam melakukan human assesment hendaknya mengikuti pedoman profesional
yang sudah dibuat dan disepakati oleh organisasi profesional. Pedoman ini
dimaksudkan untuk melindungi konseli dari pemahaman yang tidak tepat dan
menghasilkan simpulan yang tidak tepat pula.

Selain prinsip diatas, konselor juga harus memperhatikan beberapa prinsip menurut
Santoadi (2010: 123) yaitu:
a. Bermanfaat, artinya asesmen harus bertujuan mensejahterakan konseli bukan sekedar
kepentingan administratif kelembagaan misalnya akreditasi atau pihak luar.
b. Konselor mempertimbangkan reliabiltas, validitas, dan utilitas dari sebuah metode
asesmen yang digunakan terutama asesmen teknit tes.
c. Digunakan beberapa metode asesmen secara berkelanjutan
d. Penggalian data lebih dari sekali sehingga mendapatkan data yang utuh mengenai
konseli yang dilayani.
e. Dipertimbangkan kemungkinan adanya persoalaan ganda, seperti depresi yang
muncul bersamaan dengan pemakaian obat terlarang, kecemasan, atau persoalan-
persoalan fisik.
f. Dilakukan asesmen atas situasi konseli selain atas diri konseli. Asesmen yang
bermutu dapat menunjukan bahwa akar masalah bukan hanya individu tetapi juga
berasal dari lingkungan.
g. Jika memungkinkan konselor dapat menggabungkan asesmen yang berbeda-beda
yang dipakai untuk menggabungkan data yang dianggap lebih baik dari pada
menggabungkan data subjektif-klinis. Data yang diperoleh dengan metode asesmen
yang sistematik-terukur secara kuantitatif harus digabung dengan data yang diukur
secara kualitatuf sehingga asesmen benar-benar menggambarkan keadaan individu
maupun kelompik secara utuh.
h. Konselor memperlakukukan semua asesmen secara tentatif. Ketika data tambahan
tersedia konselor harus dapat dan mau merevisi asesmen yang dilakukannya.
i. Konselor mempertimbangkan pengaruh faktor individual seperti usia, jender dan jenis
kelamin, tingkat kependidikan, etnis pada hasil tesis berikutnya.
j. Konselor mengidentifikasi, menginterpretasikan dan menggabungkan data kultural
sebagai bagian dari proses asesmen.
k. Konselor harus berkonsultasi dengan profesional lain berkaitan dengan prosedur
asesmen dan hasil asesmen jika ia memiliki kekurangan dan profesionalitas.
l. Konselor harus memakai hasil asesmen untuk memberi umpan balik kepada konseli
sebagai bagian dari proses terapi. Asesmen seharusnya memasukan evaluasi atas
kekuatan dan kelemahan konseli. Salah satu tanggungjawab konselor adalah
memberikan informasi yang benar tentang diri konseli kepada pihak lain yang relevan
dengan tujuan mengatasi masalah, mengembangkan konseli, mencegah timbulnya
masalah dan menjaga perkembangan yang sudah berjalan tetap optimal.
m. Keamanan dan kerahasiaan data harus dijamin oleh konselor.

2.3 Kode etik dari Asesmen


Seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling bila akan menggunakan
asesmen perlu memperhatikan serta mentaati kode etik yang telah ditetapkan. Saat
konselor atau guru bimbingan dan konseling memutuskan untuk memilih dan
menggunakan asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling, perlu
mempertimbangkan beberapa hal yaitu :
a. keefektifan alat asesmen andal dan tepat guna,
b. tanggung jawab pengguna memilih, menggunakan, skoring, interpretasi, dan
menggunakan hasil,
c. menegakkan kerahasiaan data (Gantina Komalasari, dkk, 2011: 21. 29).
Menurut Mamat (Supriatna 2011: 231) ada sejumlah ataran atau ketentuan terkait
dengan pengembangan, penggunaan, penafsiran dari setiap asesmen yang
dikembangkan. Aturan tersebut adalah
a. siapa yang berkah menggunakan instrumen asesmen,
b. pelaksanaan pemberian asesmen harus memperhatikan kondisi konseli,
c. kapan instrumen diberikan,
d. cara mengkomunikasikan hasil,
e. kerahasiaan hasil, dan
f. sikap dalam memperlakukan hasil.
Kemudian menurut (Komalasari et al. 2011) konselor wajib memeriksa apakah telah
mematuhi kode etik yang telah ditetapkan ABKIN dalam menggunakan asesmen BK
sebagai berikut:
a. Jika tujuan layanan memerlukan data tambahan tentang tipe/ciri personality test
akan dijalankan.
b. Wajib guru BK/konselor memberitahukan dengan baik pada klien dan wali tentang
sebab penggunaan tes serta kepentingan serta gunanya.
c. Setiap tes digunakan harus benar-benar menyertai panduan yang ditetapkan untuk
tes.
d. Data hasil tes (test results) harus dipadukan menggunakan keterangan lain yang
didapatkan dari konselor atau sumber berbeda
e. Test results sekadar dapat disahkan jika berhubungan dengan dukungan yang
diberikan kepada orang yang mencari nasihat. Beberapa kode etika dalam
menggunakan asesmen di atas perlu hendaknya diperhatikan oleh konselor.
Sehingga konselor aman dalam melaksanakan program karena telah sesuai dengan
yang ditetapkan ABKIN.

2.4 Tujuan, fungsi serta jenis Dari Asesmen dan hasil asesmen
Tujuan asesmen yang akan dibahas adalah tujuan asesmen secara umum dan tujuan
asesmen dalam model pemecahan masalah. Menurut Aiken (1997: 11), tujuan utama
asesmen baik tes maupun non tes adalah untuk menilai tingkah laku, kecakapan mental,
dan karakteristik kepribadian seseorang dalam rangka membantu mereka dalam membuat
keputusan, peramalan, dan keputusan tentang seseorang. Sejalan dengan Aiken Anastasi
(2006: 3) menunjukkan bahwa secara tradisional, pengukuran psikologis bertujuan untuk
mengukur perbedaan - perbedaan antara individu atau perbedaan reaksi individu yang
sama terhadap berbagai situasi yang berbeda. Diakui bahwa pendorong utama munculnya
pengkuruan psikologi adalah kebutuhan akan penilaian dari dunia pendidikan Selain itu
asesmen memberikan manfaat dalam konseling karena dapat memberikan informasi bagi
konselor maupun konseli sehingga konselor dapat memahami, memberikan tanggapan,
membuat perencanaan serta melakukan evaluasi yang tepat.
Menurut Aiken (2008: 13) Tujuan asesmen teknik tes psikologis secara khusus
adalah:
1) Untuk menyaring pelamar pekerjaan, pendidikan, dan atau program pelatihan.
2) Untuk pengklasifikasian dan penempatan seseorang dalam pendidikan dan
pekerjaan.
3) Untuk pemberian bantuan dan pengarahan bagi individu dalam pemilihan
pendiikan, pekerjaan, konseling perorangan.
4) Untuk memilih karyawan mana yang perlu dihentikan (di-PHK), dipertahankan,
atau dipromosikan melalui program pendidikan atau pelatihan atau tugas khusus.
5) Untuk meramalkan dan menentukan perlakuan (tritmen) psikis, fisik, klinis, dan
rumah sakit.
6) Mengevaluasi perubahan kognitif, interpersonal (dalam diri) dan interpersonal
dalam kaitannya dengan progam pendidikan, psikoterapetik, dan progam
intervensi perilaku lainnya.
Tujuan melakukan asesmen sebagai dasar bagi konselor dalam membuat progam BK
di sekolah. Dengan melakukan asesmen konselor mendapatkan data yang relevan,
objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi konseli seperti profil, permasalahan
yang dihadapi konseli, potensi yang dimiliki, kebutuhan dan kondisi lingkungan yang
dibutuhkan oleh konseli. Bagi konseli, hasil asesmen dapat digunakan untuk memahami
diri sendiri dengan lebih baik dan merencanakan masa depan mereka sendiri. Asesmen
juga membantu konseli memperjelas tujuan hidup, memperoleh kejelasan sudut pandang,
dan memperoleh dukungan yang ilmiah dan terpercaya bagi diskripsi diri. Dalam hal lain
asesmen bertujuan untuk mendukung penelitian tentang perubahan tingkah laku dan
mengevaluasi efektifitas suatu program atau teknik yang baru. Hal yang paling penting
bahwa kemampuan melakukan asesmen adalah salah satu dari tujuh kompetensi yang
harus dimilik oleh konselor profesional untuk kepentingan melakukan diagnosis dan
pertimbangan dalam memberikan treatmen.
Fungsi Asesmen dalam bimbingan dan konseling Menurut (Komalasari et al. 2011)
Berdasarkan aspek-aspek tersebut, fungsi asesmen bimbingan konseling antara lain:
a. Membantu melengkapi serta memperdalam understanding siswa.
b. Pelayanan BK adalah salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar lebih akurat
dan berdasarkan data empiris (lapangan).
c. Salah satut alat yang berguna ketika melaksanakan diagnosis psikologis.
Kemudian sebagaimana menurut Gregory (dalam Hanggara et al., 2018) diketahui,
asesmen adalah kegiatan awal dalam pelaksanaan BK dikarenakan mempunyai beragam
peran dan fungsi guna pemberian layanan untuk peserta didik. Fungsi kegiatan asesmen
adalah untuk dapat memudahkan dalam mengelompokkan (misalnya dalam program
penempatan, skrining, dan sertifikasi), mendiagnosa dan merencanakan treatment, self
understanding, penilaian program, meneliti agar berkembang konsep serta teknik-teknik
konseling. Berdasarkan pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa asesmen bimbingan
dan konseling memiliki beberapa fungsi diantaranya memperdalam data, bentuk
pelayanan BK, alat diagnosis.
Berbagai Asesmen dalam bimbingan dan konseling Dalam BK asesmen dibagi
menjadi 2 macam yaitu teknik non tes dan teknik tes (Yuliansyah and Herman 2018).
Asesment yang tidak dibakukan dan sebagian besar merupakan produk pengembangan
untuk guru atau konselor disebut asesment non-tes dari
1) laporan observasi lainnya,
2) wawancara yang dilaporkan sendiri, kuesioner, otobiografi, dan
3) sosiometri.
4) daftar periksa masalah dan
5) kumpulan data. Asesment tes adalah pengukuran psikologis dengan menggunakan
alat tes yang dibakukan misalnya tes intelegensi, tes bakat, tes minat, tes kepribadian
(Paramartha 2016; Fitriani 2016)
Metode tes ini hanya digunakan oleh beberapa konselor bersertifikat untuk
mengevaluasi dengan Metode Tes Psikoedukasi (Komalasari et al. 2011).

2.5 Prosedur serta pemafaatan dari asesmen dan hasil asesmen


Prosedur Asesmen Urbina (dalam Tjalla, 2013) 4 langkah dalam kegiatan asesmen
yang akan dilakkan oleh konselor/guru BK diantaranya:
a. Mengidentifikasi masalah.
b. Pemilihan serta penerapan teknik penelitian, berikut langkah-langkah pemilihan dan
penerapan metode penelitian (wawancara, tes, observasi, dll).
c. Mengevaluasi informasi menafsirkan dan mengintegrasikan informasi dari semua
metode dan sumber asesmen dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Melaporkan result serta membuat recomendation.
e. Evaluasi laporan hasil serta rekomendasi.
Sedangkan menurut Komalasari dkk (dalam Fransiska, 2019) tahap melakukan
asesmen dimulai dengan mengumpulkan, menganalisis, dan membantu tafsiran informasi
aaupun data mengenai siswa beserta lingkungan.
Pemanfaatan hasil asesmen Asesmen dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa dan
orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan hasil penilaian, Anda akan dapat memperoleh
berbagai informasi yang bisa berguna untuk pijakan dalam rencana kuliah, melaksanakan
konsultasi, atau mengidentifikasi penawaran dan cocok untuk siswa. Data/informasi dapat
digunakan oleh konsultan masa depan untuk tujuan penelitian atau pendidikan selama
identitas orang yang meminta nasihat dirahasiakan. Selain itu, konselor dapat, dengan
persetujuan klien, menyampaikan informasi tentang kondisi klien kepada orang tuanya.
Jika perlu, masuk akal untuk menggunakan informasi tentang klien konsultasi dengan
anggota kelompok ahli yang sama atau lainnya, dan tidak akan merugikan klien.
Akhirnya, informasi tentang informasi profesional harus diizinkan hanya untuk mereka
yang memiliki wewenang untuk menafsirkan dan menggunakannya (Komalasari et al.
2011).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asesmen individu adalah suatu cara untuk memahami, menilai, atau menaksir
karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau
sekelompok individu. Cara-cara yang digunakan itu mencakup observasi, interview, skala
psikologis, daftar cek, inventory, tes proyeksi, dan beberapa macam tes. pengertian
asesmen bila dikaitkan dengan bimbingan dan konseling adalah suatu cara yang
dilakukan oleh konselor untuk memahami, menilai karakteristik, potensi, atau masalah
masalah yang ada pada individu atau sekelompok individu dengan menggunakan teknik
tes maupun non tes.
Gibson (2011: 384-386) menunjukan pedoman dan prinsip-prinsip dasar dalam
melakukan asesmen adalah sebagai berikut:
1) Setiap manusia itu unik dan setiap keunikan ini memiliki nilai. Konselor seharusnya
menghargai keunikan masing-masing individu. Dengan demikian konselor diharapkan
bids memfasilitasi perkembangan sesuai keunikan masing-masing.
2) Keberagaman ada dalam setiap individu. Setiap manusia itu unik. Prinsip ini
menekankan bahwa asesmen individu mencoba mengidentifikasi (bakat,
keterampilan, ketertarikan seseorang dan pada saat yang sama) dan sekaligus
mencegah penyeragaman dari satu atau bermacam-macam karakteristik seseorang.
3) Human asessment menuntut adanya partisipasi langsung seseorang di dalam penilaian
terhadap pribadi mereka. Agar penilaian menjadi akurat dan bermakna, konseli harus
dilibatkan secara langsung dan dengan sukarela. Bentuk keterlibatan konseli itu bisa
beruap masukan dari konseli kepda konselor, timbalbalik, klarifikasi, dan interpretasi
serta evaluasi dari konseli sehingga konseli memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang dirinya.
4) Human assesment yang akurat dibatasi oleh personel dan instrumen.Penggunaan
teknik asesmen secara efektif bergantung pada pengakuan akan batasan instrumen dan
personil selain juga penerimaan akan potensi mereka. Batasan itu mulai dari
pengetahuan, keterampilan dan teknik yang digunakan. Konselor tidak boleh
menggunakan teknik asesmen, termasuk yang terstandar jika belum terlatih dan tidak
memiliki lisensi sebagai tester untuk teknis tes. Disamping elemen personil, adapula
keterbatasan instrumen tes maupun non tes. Oleh karena itu, penggunaan instrumen
tes maupun non tes perlu dipertimbangkan sebelumnya.
5) Tujuan human assesment adalah identifikasi potensi yang unik dari masing-masing
orang. Dengan memahami potensi konseli, konselor diharapkan bisa melakukan
intervensi secara tepat dalam membantu pengembangan potensi individu yang
dibimbing. Oleh karena itu, konselor perlu mempertimbangkan dan berpedoman pada
hasil asesmen.
6) Dalam melakukan human assesment hendaknya mengikuti pedoman profesional yang
sudah dibuat dan disepakati oleh organisasi profesional. Pedoman ini dimaksudkan
untuk melindungi konseli dari pemahaman yang tidak tepat dan menghasilkan
simpulan yang tidak tepat pula.
Kemudian menurut (Komalasari et al. 2011) konselor wajib memeriksa apakah asesmen
telah mematuhi kode etik yang telah ditetapkan ABKIN dalam menggunakan asesmen BK
sebagai berikut:
a. Jika tujuan layanan memerlukan data tambahan tentang tipe/ciri personality test akan
dijalankan.
b. Wajib guru BK/konselor memberitahukan dengan baik pada klien dan wali tentang sebab
penggunaan tes serta kepentingan serta gunanya.
c. Setiap tes digunakan harus benar-benar menyertai panduan yang ditetapkan untuk tes.
d. Data hasil tes (test results) harus dipadukan menggunakan keterangan lain yang
didapatkan dari konselor atau sumber berbeda
e. Test results sekadar dapat disahkan jika berhubungan dengan dukungan yang diberikan
kepada orang yang mencari nasihat. Beberapa kode etika dalam menggunakan asesmen di
atas perlu hendaknya diperhatikan oleh konselor. Sehingga konselor aman dalam
melaksanakan program karena telah sesuai dengan yang ditetapkan ABKIN.
Asesmen bertujuan untuk mendukung penelitian tentang perubahan tingkah laku dan
mengevaluasi efektifitas suatu program atau teknik yang baru. Hal yang paling penting
bahwa kemampuan melakukan asesmen adalah salah satu dari tujuh kompetensi yang harus
dimilik oleh konselor profesional untuk kepentingan melakukan diagnosis dan pertimbangan
dalam memberikan treatmen.
DAFTAR PUSTAKA

Asmita Wenda & Wahidah Fitriani. 2022. ANALISIS KONSEP DASAR ASSESMEN
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN. UPT
Publikasi dan Pengelolaan Jurnal. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al-Banjari Banjarmasin

Safithry, Esty Aryani. 2018. ASESMEN TEKNIK TES DAN TEKNIK NON TES. Malang :
CV IRDH.

Derektorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen


Pendidikan Nasional, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalau Pendidikan Formal, Jakarta: Depdiknas, 2007

Anda mungkin juga menyukai