Disusun Oleh :
ANGGOTA KELOMPOK 6
1. Keizia Dayana Sinthani
2. Angke Mawiney
3. Aryaweda Pratama
4. Abdi Saputra
5. Jeny Anggelina
6. Elfrin Kurniawan
7. Daniel Casvera
8. Reti Mirdawati
DOSEN PENGAMPU:
Dony Apriatama, M.Pd.
Dra. Nonsihai, M.Pd
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II Pengelolan Diri
A. Pengembangan Pribadi dan Profeti
B. Kekuatan Konselor Sebagai Personal & Profesional
C. Keterbatasan Sebagai Personal & Profesional
BAB II Pengelolan Diri
A. Pengertian Pengelolan Diri
B. Faktor-faktor Penghambatan Pengelolan Diri
C. Hambatan Pengelolan Diri
D. Adribut Evaluasi Diri Yang Baik
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap orang ingin tumbuh, berkembang, sukses, dan maju. Keinginan yang wajar dan pantas
untuk didukung. Manusia tidaklah hanya sekedar fisik yang membutuhkan makan, minum,
pakaian dan tempat tinggal yang layak. Manusia ada dimensi-dimensi psikis yang juga harus
dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia adalah fisik yang mempunyai pikiran, perasaan,
mata hati, dan emosi. Tidak hanya itu manusia juga mempunyai jati diri sebagai manusia karena
ia bersatu dengan realitas keadaan sekitarnya.
Manusia memerlukan komunikasi dan interaksi dengan manusia lainnya, dan kebutuhan ini
tidaklah dapat dihindarkan Dalam hubungan dengan orang lain, ini semua yang ada dalam diri
manusia baik fisik maupun psikis menjadi saling berhubungan, berinteraksi dan berkomunikasi.
Dengan bantuan tubuhnya manusia melambangkan perasaannya, ekspresinya, keinginannya,
emosinya dan pikiran pikirannya. Oleh karenanya, dalam usaha mengembangkan diri pun
dipengaruhi berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar manusia itu sendiri. Kemampuan
seseorang untuk mengembangkan dirinya, mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, berbeda-
beda dan seringkali kendala juga datang dari diri sendiri. Terkadang diri sendiri tidak menyadari
atau tidak memahami potensi yang ada dalam diri sendiri, sehingga tidak mampu
mengembangkan kemampuan atau potensi diri sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar
terhadap potensi diri sangatlah penting. Tulisan singkat ini akan mengungkapkan arti dan
pentingnya pengembangan diri, strategi pengembangan diri, manajemen kepribadian, dan
menuju kecerdasan emosional.
Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian pengembangan diri
2. Apakah Tujuan pengembangan din?
3. Apakah Aspek dalam pengembangan diri?
4. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan Diri?
5. Hambatan dalam pengembangan potensi din?
Tujuan
1 Apakah Pengertian pengembangan diri
2. Apakah Tujuan pengembangan diri?
3. Apakah Aspek dalam pengembangan diri!
4. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengembangan Diri?
5. Hambatan dalam pengembangan potensi diri?
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Pribadi & Profesi
Sebagai pekerja, pribadi tidak bisa dilepaskan dari profesi. Dua hal itu perlu
ditumbuhkembangkan agar pekerjaan sebagai pelayan dalam bimbingan dan konseling bisa
dipertanggungjawabkan. Dalam buku Standar Kompetensi Konselor Indonesia (2005:15-1)
dituntut konselor harus kompeten dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling. Salah
satu kompetensi yang dimaksud adalah, "memiliki kesadaran dan komitmen etika profesional".
Sub kompetensi ini adalah" Menampilkan keutuhan pribadi konselor". Indikator dari sub
kompetensi ini adalah:
1. Berpikir membantu berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengkomunikasikan secara verbal dan atau nonverbal minat yang tulus dalam membantu
orang lain.
3. Bersikap hangat dan penuh perhatian terhadap klien.
4. Secara verbal dan nonverbal mampu mengkondisikan rasa hormat konselor terhadap klien
sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung jawab.
5. Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien memiliki kapasitas
untuk mencegah problem, menata dan mengatur hidupnya dan berkembang.
6. Bersikap empati dan atribusi secara tepat.
7. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri yang baik.
8. Toleran terhadap stres dan frustasi
9. Berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya.
Sub kompetensi berikutnya yang terkait dengan pembahasan ini adalah, berperilaku etik dan
profesional indikator dari sub kompetensi ini adalah:
1. Menyadari bahwa nilai-nilai pribadi konselor dapat mempengaruhi respon-respon konselor
terhadap klien.
2. Menghindari sikap-sikap prasangka dan stereotip terhadap klien.
3. Menghargai nilai-nilai pribadi klien.
4. Memahami kekuatan dan keterbatasan personal dan profesional.
5. Mengelola diri secara efektif.
6. Bekerja sama secara produktif dengan teman sejawat dan anggota profesi lain.
7. Secara konsisten menampilkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi.
Selain beberapa kompetensi di atas, maka beberapa sikap profesional seseorang konselor harus
ditampilkan dalam memberikan layanan konseling. Sikap yang dimaksud antara lain.
1. Sikap Empati
Yang dimaksud sikap empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa
yang dirasakan dan dialami oleh orang lain. Untuk bisa bersifat empati diharapkan konselor
dapat memasuki kerangka diri seorang yang dilayani dalam hal ini kerangka pribadi konseli.
2. Respek
Artinya bahwa seorang konselor dalam memberikan layanan hendaknya menunjukkan minat
yang tinggi. Dengan demikian seorang konseli yang dilayani akan merasa diperhatikan
kebutuhannya. Sebagai orang yang memiliki kebutuhan sikap yang demikian menujukan secara
tak langsung bahwa konselor menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Hal ini
mengandung arti juga bahwa konselor menerima kenyataan setiap konseli mempunyai hak untuk
dilayani, memiliki kebebasan, kemauan dan mampu membuat keputusannya sendiri.
3. Keaslian
Keaslian merupakan kemapuan konselor menyatakan keaslian dirinya tanpa ada perasaan dan
penampilan yang pura-pura dan tidak bermain peran dan tidak mempertahankan diri.
4. Kekongkritan
Kekongkritan merupakan ekspresi yang khusus mengenai perasaan dan pengalaman orang lain.
Seorang konselor yang memiliki kekongkritan tinggi selalu memelihara hubungan yang khusus
dan selalu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana dari suatu
dia hadapi.
5. Konfrontasi
Konfrontasi dalam konseling dikembangkan jika ada kesenjangan antara apa yang dikatakan
konseli dengan apa yang dia alami, atau antara yang ia katakan pada suatu saat dengan apa yang
ia katakan sebelum itu.
6. Membuka diri
Membuka diri adalah keterbukaan diri, perasaan, sikap, pendapat dan pengalaman-pengalaman
pribadi konselor kepada konseli. Dengan mengungkapkan beberapa pengalaman berarti konselor
mengajak konseli melihat pengalaman-pengalaman yang berarti dan yang tidak berarti dalam
hidupnya.
7. Kesanggupan
Kesanggupan menurut Wolf (dalam Sedanayasa, 2009:39) sebagai karisma, sebagai suatu
kekuatan yang dinamis dan magnetis dari kualitas pribadi konselor. Konselor yang memiliki
kesanggupan yang tinggi selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadinya.
8. Kesiapan
Kesiapan menurut Colingwood and Renz (dalam Sedanayasa, 2009:39) menunjukkan hubungan
perasaan antara konseli dan konselor pada waktu kini dan sekarang (here and now)
TingkaTingkat kesiapan yang tinggi terlihat pada kesanggupan konselor dalam menganalisis
masalah konseli menetapkan masalah pokok konseli dan dalam menyuguhkan pemecahan
alternatif.
9. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri menunjukkan secara tak langsung bahwa orang dapat hidup dan memenuhi
kebutuhannya secara langsung karena ia mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mencapai
tujuan kehidupannya. Tentang kemapuan beraktualisasi diri, Polmantie (dalam Sedanayasa,
2009:39) mengedepankan hasil survei mengenai sifat-sifat kepribadian konselor menyatakan:
a. Konselor adalah pribadi yang intelegen, memiliki kemampuan berpikir verbal, bernalar dan
mampu memecahkan masalah secara logis dan prospektif.
b. Konselor menunjukkan minat kerjasama dengan orang lain, disamping memberikan
pertimbangan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku individu dan sosial.
c. Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan tidak akan
menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan pribadinya melebihi batas yang ditentukan
oleh kode etik profesional.
d. Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya.
e. Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang dihadapi
dan ia miliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal kurang menentu tanpa terganggu profesinya
dan aspek kehidupan pribadinya.
f. Konselor memiliki pengetahuan cukup luas untuk memahami dan memperlakukan secara
psikologis konselinya tanpa tekanan-tekanan sosial untuk mengajak klien menguasai dirinya.
KEKUATAN KONSELOR SEBAGAI PERSONAL DAN PROFESIONAL
Sebagai "helper" konselor hendaknya memiliki kelebihan-kelebihan baik sebagai personal
maupun sebagai profesional. Kelebihan sebagai profesional, dapat berperan sebagai berikut
Hal yang perlu diperhatikan jika terdapat factor-faktor tertentu yang bisa menggagalkan
pekerjaan. Factor-faktor ini harus diperhitungkan agar tidak menjadi penghambat.
a. Factor eksternal
Factor ini berada diluar jangkauan diri. Bila mempunyai kemampuan prediksi yang
baik, seharusnya factor penghambat ini bisa diminimalkan atau dihilangkan.
Contohnya jika dalam dunia bisnis, sering kali kita tidak tahu persis apa kemauan
konsumen.
b. Factor internal
Ada tiga hal terkait dengan factor internal dalam mengelola sesuatu, yaitu bobot
pekerjaan itu sendiri berat atau ringan, orang-orang yang terkait dengan pekerjaan,
dan waktu pengerjaan.
Kebiasaan menunda adalah salah satu ciri orang yang manajemen waktunya kacau,
Biasanya orang-orang yang suka menunda- nunda pekerjaan sering mengatakan sebagai berikut:
“ Kalau saya menunda satu hari saja, tidak akan mengganggu jadwal, lo masih ada
Hari esok “
“Tidak masalah jika saya terlambat beberapa menit, orang lain pun sering terlambat
Juga “
“Saya baru bekerja dengan baik kalau sudah dikejar dikejar tenggat.”
Strategi mengelola diri yang baik, bila mampu bekerja sesuai dengan alokasi waktu yang
ditargetkan dengan hasil yang ditentukan.
Ada lima jenis atribut yang baik dalam mengelola diri yaitu :
1. Involvement of all relevan elements
Keterlibatan semua pihak yang terkait (internal dan eksternal) dalam penyusunan evaluasi
diri.
2. Comprehensiveness
Semua aspek dianalisa secara menyeluruh dan terpadu, berdasarkan data yang relevan,
akurat dan reliable untuk mendapatkan masalah (termasuk akar permasalahan) yang
dihadapi, alternatif penyelesaian nya dan kesimpulan yang dapat ditarik dari evaluasi diri.
3. Data yang akurat (accuracy)
Data yang digunakan untuk melakukan evaluasi diri harus akurat, konsisten, cukup dan
sesuai dengan faktor yang dianalisa. Untuk dapat menilai Akurasi data, maka perlu
diuraikan bagaimana data tersebut dikumpulkan, dan dianalisa dengan Metode yang
akurat dan benar.
4. Depth of analysis
Dinilai berdasarkan kemampuan analisa yang mendalam dengan alat yang akurat
tujuannya memberikan kesimpulan yang akurat dan dapat dipercaya.
5. Development plan
Penilaian dilakukan berdasarkan keterkaitan antara kelemahan dan masalah yang
dihadapi (hasil evaluasi diri) dengan alternatif solusi yang diusulkan dan dihasilkannya
merupakan cerminan untuk merancang rencana berikutnya
PENUTUP
Kesimpulan :
Konselor yang memiliki kepribadian yang utuh, yaitu konselor yang tidak mudah terpengaruh
oleh suasana yang timbul pada saat konseling. Konselor seperti ini adalah konselor yang dapat
mengendalikan dirinya dari pengaruh suasana hati yang dialaminya sebagai konselor atau
sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Konselor juga harus punya karakter untuk
membentuk kepribadian yang dapat ditiru oleh orang lan khususnya para siswa, membiasakan
untuk mempunyai etika da eriked yang bagus dalam kehidupan sehari-hari.
Saran :
Tujuan diadakannya pengembangan buku ajar pengembangan kepribadian dan etika konselor
adalah agar para calon konselor memiliki kemampuan dalam mengembangkan kepribadian dan
etika saat menjadi konselor nantinya sehingga dapat menguasai empat kompetensi dasar
konselor.