39
40
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43
Tabel 2. Distribusi Persepsi Subyek Terhadap Peran KDS
Persepsi Subyek
Peran KDS
Positif % Negatif % Menolong anggotanya agar tidak merasa dikucilkan dan sendiri dalam
menghadapi masalah
15 100, 00 0 0,00
Memberikan jalan untuk bertemu orang lain dan mendapatkan teman
15 100, 00 0 0, 00
Membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan mengenali kekuatan pribadi
11 73,33 4 26,67
Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan dan meningkatkan sikap penerimaan dan pengertian
15 100, 00 0 0, 00
Membantu saling berbagi sumberdaya, ide dan informasi 15 100, 00 0 0, 00 Menimbulkan
perubahan dengan menciptakan suara publik atau politik
13 86,67 2 13,33
kan sekolah menengah (SMP dan SMA) dan 4 orang subyek telah mengenyam pendidikan di
perguruan tinggi.
Terdapat 40% subyek penelitian telah menikah dan mempunyai keluarga. Hal ini sesuai dengan
survei rumah tangga yang di- lakukan di beberapa negara Asia, bahwa dari survei tersebut
tergambar bahwa 5-10% pria mengaku biasa melakukan hubungan seksual dengan pekerja
seks komersil (PSK). Hal ini dapat menjadi salah satu sumber transmisi in- feksi HIV kepada
anggota keluarga yang lain (Gunawan, 2000). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yayasan Spiritia menye- butkan bahwa risiko penularan dari suami pengidap HIV ke istrinya
adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8% (Yayasan Spiritia, 2003).
Dari ke 15 subyek yang diteliti, diper- oleh gambaran penyebab terinfeksinya HIV ke tubuh
mereka. 11 subyek adalah mantan peng- guna narkoba suntik, dari 11 subyek tersebut 2 orang
diantaranya menyatakan melakukan seks bebas. 3 orang subyek terinfeksi HIV dari sua- minya
dan suami mereka telah meninggal du- nia. 1 orang subyek terinfeksi HIV pada masa perinatal.
Stres, syok dan kaget adalah respon awal ketika 13 subyek penelitian mengetahui status HIV
positifnya. Putra dalam Nursalam dan Ninuk (2007) menyebutkan bahwa stres merupakan
respon terhadap stressor (sum-
ber stres). Stres merupakan respon biologis yang mengandung 2 komponen, yaitu kom- ponen
psikologis (perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stres) dan komponen fisiologis (rangsangan
fisik yang meningkat). Masuknya HIV ke dalam tubuh merupakan stressor bi- ologis yang
berdampak luas hingga masalah sosial termasuk stigma dan diskriminasi dari masyarakat,
sehingga ODHA menjalani hi- dupnya dengan kekhawatiran dalam bentuk kecemasan dan
depresi. Perwujudannya dapat melalui keinginan untuk bunuh diri, seperti yang dialami oleh 2
subyek penelitian (Somi et al., 2008; Figueroa et al., 2008). Reaksi dari 2 subyek yang tidak
mengalami stres adalah menerima, karena kedua subyek telah menge- tahui risiko dari
perbuatannya menggunakan narkoba suntik. Dengan reaksi awal tersebut, ODHA
membutuhkan dukungan baik emo- sional, informasi dan material. ODHA dapat bergabung
dengan KDS sehingga ODHA merasa nyaman, aman dan dapat belajar lebih banyak
(Kanniappana et al., 2007). Semua sub- yek penelitian menyatakan bahwa mereka me- rasa
nyaman ketika berkumpul dengan sesama anggota KDS.
Sebanyak 12 subyek penelitian menyata- kan persepsi positif atas bertambahnya keyaki- nan
mereka untuk patuh menjalani terapi ARV setelah bertemu dengan tenaga kesehatan, psikolog,
ataupun penasihat spiritual. Mereka mendapatkan masukan dari orang-orang terse-
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43
anggota KDS tentang keadaan sosialnya.
but yang memotivasi mereka untuk patuh. Perbedaan latar belakang juga tidak menjadi
Dan 3 subyek menyatakan bahwa setelah penghalang bagi anggota KDS untuk saling
bertemu dengan tenaga kesehatan, psikolog, bertoleransi.
dan penasi- hat spiritual, tidak begitu
Diskusi dengan ketua KDS Semarang
memberi pengaruh terhadap kepatuhan
Plus, diperoleh pernyataan bahwa walaupun
mereka dalam menjalani terapi ARV.
berasal dari latar belakang yang berbeda,
Terdapat hubungan antara dukung- an sosial
tetapi mereka merasa mempunyai kesamaan
dengan kesehatan, sebagaimana pen- dapat
nasib, yaitu terdapat HIV di tubuh mereka.
Gottliieb dalam Nursalam dan Ninuk (2007),
Hanya saja cara penginfeksiannya yang
bahwa dukungan sosial mempengaruhi
berbeda. Itu yang menjadikan perkumpulan
kesehatan dan melindungi organ dari efek
ODHA mem- punyai kesolidan yang tinggi
stres. Orang-orang dengan dukungan sosial
sesama anggo- tanya. Selain itu, KDS
yang tinggi akan merubah respons mereka
sebagai suatu kelompok dukungan
terhadap sumber stres, misalnya dengan
mempunyai berbagai kegiatan yang menjadi
menceritakan masalahnya kepada temannya.
program. Semua subyek menyatakan
Semua subyek menyatakan bahwa setelah
mengikuti kegiatan di KDS, meskipun tidak
mereka percaya diri, mereka termotivasi
semuanya. Kegiatan yang dilaksanakan tidak
untuk patuh menjala- ni terapi ARV. Ini
erlepas dari titik tolak kebutuhan ODHA akan
menandakan bahwa subyek memiliki
dukungan dan bertujuan juga untuk member-
persepsi positif terhadap peran KDS dalam
dayakan ODHA. KDS juga berperan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri dan
memberikan informasi tentang pengobatan,
mengenali kekuatan pribadi.
cara mendapatkan terapi ARV, syarat-syarat
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitianerapi ARV, manfaat dan efek sampingnya.
Dewi Amila Solikha yang meneliti persepsi
Selain itu, subyek penelitian juga
ibu HIV positif terhadap dukungan keluarga,
men- dapatkan dukungan instrumental dari
ter- masuk dukungan sosial dan hasilnya
KDS, berupa bantuan sumber daya
persepsi ibu HIV positif adalah positif
kesediaan untuk menjadi pendamping
terhadap dukung- an sosial keluarga dan ibu
menelan obat (PMO). Sebagaimana yang
HIV positif termoti- vasi untuk melakukan
ditulis oleh Bara’padang (2007), dimana
upaya pencegahan pe- nularan HIV dari ibu
ODHA memiliki keunggu- lan sebagai
ke anak (Solikha, 2008). Perhatian tentang
pendamping sesama ODHA, yaitu
kesehatan, sesama anggota KDS juga saling
erpercaya, motivator yang baik, komunikatif,
memberi perhatian tentang keadaan sosial
sabar, empati, lebih menguasai masalah
yang dihadapi sesama anggota, ini dikuatkan
klien, setia kawan dan pengorbanan tinggi,
dengan pernyataan 12 subyek bahwa
serta ber- tanggung jawab. Sehingga
sesama anggota KDS saling berbagi un- tuk
diharapkan dengan adanya PMO dari
membicarakan keadaan sosial termasuk
sesama ODHA maka terwu- jud kepatuhan
stigma dan diskriminasi yang dialami
ODHA untuk menjalani terapi ARV, keluarga
anggota, sedangkan 3 subyek tidak pernah
ermotivasi untuk memberikan dukungan bagi
mendengar- kan cerita dari rekannya sesama
ODHA, dan ODHA dapat man- diri atau
berdaya. negara-negara yang mengikatkan diri pada
Sepuluh subyek penelitian ujuan meningkatkan keterlibatan ODHA.
mengetahui bahwa ODHA sudah mulai diajak Salah satu cara KDS dalam menimbulkan
bekerjasama dalam penanggulangan HIV perubahan adalah dengan mela- kukan
dan AIDS. Dan 13 subyek penelitian advokasi. Advokasi berarti menyampai- kan
mengaku merasa terwakili aspirasinya jika pesan kita pada orang lain dengan maksud
ada perwakilan ODHA yang ikut serta dalam meningkatkan pemahaman masyarakat luas
usaha penanggulangan atau- pun entang HIV dan masalah terkait, serta peru-
pengambilan kebijakan tentang HIV dan bahan dalam kebijakan, undang-undang dan
AIDS. Peran KDS dalam menimbulkan peru- ayanan (Green, 2003).
bahan dilakukan melalui keterlibatan ODHA Patuh terapi: tiga belas subyek
dalam setiap pengambilan keputusan, tetapi penelitian (86,77%) menyatakan bahwa saat
sampai sekarang di Indonesia, ODHA masih mereka telah bergabung dengan KDS,
dijadikan sebagai obyek saja, tidak pernah mereka merasa men-
dili- batkan dalam pengambilan keputusan.
Padahal Indonesia telah menandatangani
Deklrasi Paris, yang merupakan deklarasi
42
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43
memotivasi AR untuk kembali melaksanakan
dapat dukungan yang lebih banyak, dan KDS terapi, termasuk memberikan ide-ide agar AR
sangat berperan terhadap pelaksanaan terapi dapat menelan obat dengan mudah. Hal
ARV subyek penelitian. Patuh dalam tersebut menjadikan AR yakin un- tuk
menjalan- kan terapi ARV yang merupakan kembali melaksanakan terapi ARV.
terjemahan dari adherence yaitu kepatuhan
dan kesinam- bungan berobat yang
melibatkan ODHA, dok- ter atau petugas Simpulan dan Saran
kesehatan, pendamping dan ketersediaan
obat (Depkes RI, 2007) Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Putus terapi: terdapat 2 subyek penelitian dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
(13,33%) yang telah putus terapi ARV, walau- persepsi semua ODHA subyek penelitian ter-
pun mereka telah bergabung dengan hadap peran KDS dalam membantu orang
kelompok dukungan sebaya. AD adalah HIV positif agar tidak merasa dikucilkan dan
salah satu subyek yang telah putus terapi sendi-
ARV. AD merupakan ODHA yang langka diri dalam menghadapi masalah adalah positif,
Jawa Tengah. AD telah putus terapi ARVpersepsi ODHA subyek penelitian terhadap
sejak tahun 2001, tetapi rata- rata jumlahperan KDS dalam memberikan jalan untuk
CD4+nya melebihi ODHA yangbertemu orang lain dan mendapatkan teman
melaksanakan terapi ARV, sehingga ADadalah positif, persepsi ODHA subyek peneli-
men- dapatkan perhatian khusus dari dokterian terhadap peran KDS dalam menumbuh-
spesialis HIV di RS Kariadi, dan sampai saatkan rasa percaya diri dan mengenali
ini AD be- lum direkomendasikan oleh dokterkekuatan pribadi adalah positif, persepsi
untuk me- mulai terapi kembali, karenaODHA subyek penelitian terhadap peran KDS
kondisi AD yang masih baik. AD menyatakansebagai wadah untuk melakukan kegiatan,
bahwa kapanpun dokter menyatakan bahwameningkatkan si- kap penerimaan dan
AD harus menjalani terapi ARV lagi, makapengertian adalah positif, persepsi ODHA
AD akan menjalani tera- pi ARV dan memilikisubyek penelitian terhadap peran KDS dalam
tekad untuk patuh. membantu saling berbagi sumberdaya, ide
dan informasi adalah positif, persepsi ODHA
AR subyek penelitian yang sudah putus
subyek penelitian terhadap peran KDS dalam
obat selama 2 bulan, karena AR memiliki ke-
menimbulkan perubahan dengan
sulitan dalam menelan obat dan AR tidak
menciptakan suara publik atau politik adalah
kuat dengan efek samping obat ARV. Namun
positif, implikasi dari persepsi Orang dengan
AR memiliki niat untuk memulai kembali tera-
HIV dan AIDS terhadap peran Kelom- pok
pinya, dan akan berusaha untuk patuh. Hal
Dukungan Sebaya pada pelaksanaan te- rapi
ini karena AR iri ketika melihat
antiretroviral adalah 13 subyek penelitian
teman-temannya satu KDS yang sehat
patuh menjalani terapi ARV dan 2 subyek
karena teratur minum obat ARV dan di dalam
KDS terdapat banyak sosok teladan yangputus terapi. Dari penelitian didapatkan faktor
membuat AR bersemangat untuk terapi ARV
lagi. Keinginan AR untuk memulai terapi ARVain yang menjadi penyebab subyek
juga karena KDS tidak henti-hentinyapenelitian patuh dalam menjalani terapi ARV,
yaitu kerentanan dan keparahan (ancaman memiliki niat untuk patuh menjalan- kan
sakit) yang dirasakan subyek jika tidak patuh erapinya. Bagi 1 subyek yang lain, alasan
menjalani terapi ARV. putus karena kesulitannya dalam minum
Implikasi dari persepsi ODHA obat. Tetapi saat ini subyek telah memiliki
terhadap peran KDS pada pelaksanaan niat untuk kembali menjalani terapi ARV dan
terapi antiretro- viral adalah 13 subyek akan beru- saha untuk patuh.
penelitian patuh men- jalani terapi ARV. Dari penelitian didapatkan faktor
Terdapat 2 subyek telah putus terapi ARV, ain yang menjadi penyebab subyek
tetapi bagi 1 subyek yang telah putus terapi, penelitian patuh dalam menjalani terapi ARV,
karena setelah putus terapi ARV kondisinya yaitu keyakinan dan kerentanan (ancaman
stabil sehingga dokter belum mengijinkan sakit) yang dirasa- kan subyek jika tidak
untuk memulai terapi ARV lagi, tetapi jika patuh menjalani terapi ARV.
satu saat sudah diharuskan untuk menjalani Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang
terapi ARV kembali, maka subyek tersebut
Naila Kamila, Arum Siwiendrayanti / KEMAS 6 (1) (2011) 36-43
18 (2): 109-120 Bara’padang, E. 2007. Pelayanan
dan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Se- ODHA di Rumah
marang agar memperhatikan upaya Sakit. Jakarta: Spiritia Depkes RI. 2007.
pelayanan pengobatan bagi ODHA, Pedoman Nasional Terapi Antire-
mempermudah akses kepedulian, dukungan troviral Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI Ditjen
dan perlakuan agar dapat dijangkau oleh PPM & PL Depkes RI. 2009. Statistik Kasus
ODHA serta mengikut- sertakan ODHA HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2008. Jakarta:
dalam penanggulangan dan pengambilan Depkes RI Figueroa, J.P., Duncan, J., Byfield, L.,
kebijakan tentang HIV dan AIDS di Kota Harvey, K., Ge- bre, Y., Kong, T.H., Hamer, F.,
Williams, E., Carrington, D. and Brathwaite, AR.
Semarang. Bagi Kelompok Dukungan
2008. A Comprehensive Response to the
Sebaya Semarang Plus agar meningkatkan
HIV/AIDS Epidemic in Jamaica A Review of the
pe- ranannya dalam mendukung ODHA, Past 20 Years. West Indian Med J, 57 (6): 563
sehingga kebutuhan ODHA dapat terpenuhi Green, C.W. dan Hertin, S. 2003. Terapi Alternatif.
serta dapat meningkatkan angka kepatuhan Jakarta: Yayasan Spiritia Green, C.W. 2003.
dalam men- jalani terapi ARV. Bagi peneliti Pengobatan untuk AIDS: Ingin
selanjutnya dapat mengkaji kasus HIV dan Mulai?. Jakarta: Yayasan Spiritia Gunawan, S.
AIDS dengan mengembangkan fokus 2000. AIDS in e World, Sexually, Transmitted
permasalahan, yaitu tentang pelayanan Diseases and Travel in Indonesia. Jakarta:
kesehatan ODHA serta da- pat melakukan Perhimpunan Peneliti Tropik dan Infeksi Indonesia
triangulasi dengan penyedia layanan (PETRI) Kanniappana, S., Jeyapaula, M.J. and
kesehatan tersebut. Kalyanwalab, S. 2007. Desire for Motherhood:
Exploring HIV-positive Women’s Desires,
Intentions and Decision-Making in Attaining
Da ar Pustaka Mother- hood. AIDS Care, 20(6): 625-630 Komisi
Penanggulangan AIDS Kota Semarang. 2009.
Bachmann, M.O. 2005. Effectiveness and Cost Ef- Situasi Kasus HIV dan AIDS di Kota
Semarang Tahun 2009. Semarang: KPA Kota
fectiveness of Early and Late Prevention of
Semarang Kitajima, T., Kobayashi, Y., Chaipah,
HIV/AIDS Progression with Antiretrovirals or
W., Sato, H., Toyokawa, S., Chadbunchachai, W.
Antibiotics in Southern African Adults. AIDS Care,
and uennadee, R. 2004. Access to Antiretro- viral nfluence of Religious Beliefs on HIV Stigma,
erapy among HIV/AIDS Patients in Khon Kaen Disclosure, and Treatment Attitudes. BMC Public
Province, ailand. AIDS Care, 17 (3): 359-366 Health, 9: 75
Kouandaa, S., Bocouma, F.Y., Doulougoua, B.,
Bilaa, B., Yameogoa, M., Sanoub, M.J.,
Sawadogoc, M., Sondoa, B., Msellatid, P. and
Desclauxd, A. 2010. User Fees and Access to
ARV Treat- ment for Persons Living with
HIV/AIDS: Implementation and Challenges in
Burkina Faso, a Limited-Resource Country. AIDS
Care, 22 (9): 1146-1152 Moona, S., Leemputa,
L.V., Durierb, N., Jamberta, E., Dahmanea, A.,
Jiea, Y., Wua, G., Philipsa, M., Hua, Y. and
Saranchuka, P. 2007. Out-of- pocket Costs of
AIDS Care in China: are Free Antiretroviral Drugs
Enough?. AIDS Care, 20 (8): 984-994 Nursalam
dan Ninuk, D.S. 2007. Asuhan Keperawa- tan
pada Pasien Terinfeksi HIV/ AIDS. Jakar- ta:
Penerbit Salemba Medika Silfanus, J.F. 2002.
Masalah Kesehatan Reproduksi pada Anak-anak
dan Remaja, Usia Potensial AIDS Bergeser.
Jakarta: Depkes RI Smet, B. 1993. Psikologi
Kesehatan. Jakarta: PT Gra-
media Widiasarana Indonesia Somi,
G., M. Matee. C.L. Makene. J. Van Den
Hombergh. B. Kilama. K.I. Yahyamalima. P.
Masako. D. Sando. J. Ndayongeje. B. Rabiel. and
R.O. Swai. 2008. ree Years of HIV/ AIDS Care
and Treatment Services in Tanza- nia:
Achievements and Challenges. Tanzania Journal
of Health Research, 11 (3) Solikha, D.A. 2008.
Persepsi Ibu dengan HIV Positif terhadap
Dukungan Keluarga dan Berbagai Implikasinya
dalam Upaya Pencegahan Pe- nularan HIV dari
Ibu ke Anak di Kota sema- rang. Semarang:
UNDIP Susi, I.T. 2005. Karakteristik Penderita
HIV dan AIDS di RS DR. Kariadi Semarang.
Karya Tu- lis Ilmiah: FK. UNDIP Tsertsvadze, T.,
Natalia, B., Nino, G., Lali, S., Otar, C., Natia, D.,
Amiran, G., Lali, K. and Srdan, M. 2008.
Experience Of Antiretroviral Treat- ment In
Georgia. Cent Eur J Public Health, 17 (1): 25–30
Yayasan Spiritia. 2003. Kewaspadaan Universal.
Ja-
karta: Yayasan Spiritia Zou, J.,
Yvonne, Y., Muze, J., Melissa, W., Jan, O. and
Nathan, T. 2009. Religion and HIV in Tan- zania: